Anda di halaman 1dari 2

RENUNGAN, 11 FEB 2024

Markus 9: 2-9.

“Hati yang Memancarkan Terang Kristus”

Pernahkah bapak ibu dan saudara meniup lilin ketika ulang tahun ? mengapa
menggunakan lilin ? ternyata sejarah lilin ada sejak zaman Yunani Kuno. Namun ada juga yang
menyebut tradisi ini berasal dari seorang raja di Jerman. Pada masa itu, kue yang dihiasi lilin itu
bukan digunakan untuk merayakan hari lahir seseorang, namun untuk dibawa ke kuil. Mereka
membawa kue dan lilin ke kuil untuk ditujukan pada dewi perburuan yang dikenal dengan nama
Artemis. Masyarakat Yunani percaya bahwa lilin yang ada di atas kue akan membuatnya terlihat
bersinar seperti bulan. Selain itu, asap yang dihasilkan dari lilin dipercaya dapat mengirimkan
doa ke langit. Bila sebelumnya kue berhias lilin diberikan kepada seorang dewi dan menjadi
salah satu ritual pemujaan. Pada tahun 1746 seorang pangeran bernama Ludwig Von Zinzindorf
merayakan ulang tahunnya dengan sebuah festival mewah. Dari acara ulang tahun itulah
dianggap tradisi tiup lilin dimulai. Pengeran Ludwig Von Zinzindorf mendapat sebuah kue ulang
tahun yang dimasak dengan cara dipanggang dan diberikan lilin dikue tersebut.

Seringkali lilin menjadi salah satu bahan ilustrasi dalam hidup orang Kristen karena
menghasilkan terang dan berperan menerangi sekitar. Dalam Markus 9:2-9 berbicara tentang
Yesus yang naik ke atas gunung untuk berdoa bersama tiga murid-Nya: Petrus, Yakobus, dan
Yohanes. Saat berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya berkilau putih. Peristiwa ini
dikenal sebagai transfigurasi, yang berasal dari kata “metamorphose” yang berarti “berubah
bentuk“. Melalui peristiwa ini, Yesus menunjukkan jati diri dan kemuliaan Allah. Di sana, Musa
dan Elia juga muncul dalam kemuliaan serta berbicara tentang perjalanan Yesus ke Yerusalem
(bdk. Luk. 9:31). Transfigurasi ini adalah cara untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak
Allah dan Juruselamat yang membawa kehidupan baru bagi umat manusia.

Pada saat itu, tiga murid Yesus yang ada bersama-Nya adalah Petrus, Yakobus, dan
Yohanes. Petrus bahkan menawarkan untuk mendirikan tiga kemah karena dia begitu bahagia
dengan peristiwa ini (Mrk. 9:5). Dia ingin tinggal di atas gunung, menikmati kemuliaan dan
kebahagiaan transfigurasi. Tapi, Petrus tidak menyadari bahwa keinginannya itu akan
menghambat misi Yesus dan arti sebenarnya dari kemuliaan tersebut. Dia tidak menyadari
bahwa kemuliaan itu dicapai melalui perjuangan, perubahan, kesulitan, dan penderitaan.
Permintaan Petrus untuk mendirikan kemah menunjukkan sikap yang “nyaman” dan enggan
untuk beranjak dari zona kenyamanan itu.

Dia dan teman-temannya terlena dalam situasi itu dan enggan untuk menghadapi
tantangan yang sebenarnya. Oleh karena itu, Yesus tidak membiarkan mereka terperangkap
dalam kenikmatan itu. Dia membawa mereka turun dari gunung untuk ambil bagian dalam
peristiwa keselamatan, karena cahaya Ilahi yang dipancarkan oleh Kristus sangat diperlukan
oleh manusia. Transfigurasi Yesus di atas gunung adalah cara bagi-Nya untuk menyatakan jati
diri-Nya sebagai Anak Allah dan Juruselamat, serta mengingatkan para murid agar tidak terlena
dalam zona nyaman dan siap untuk menghadapi perjalanan keselamatan yang penuh
tantangan.

Peristiwa Transfigurasi Yesus menunjukkan bahwa sungguh Yesus adalah Tuhan dan
Juruselamat manusia. Kemuliaan Yesus menerangi hati dan memberi kedamaian dalam hidup
Kristus adalah terang, sebab di dalam Dia ada kebenaran yang menelanjangi semua perbuatan
dosa dan kebodohan. Kristus adalah terang karena di dalam Dia ada pengharapan yang
memberi kita semangat untuk memperjuangkan hidup dengan karya-karya kebaikan. Di dalam
terang Kristus ada kehangatan, karena terang itu memulihkan relasi yang dingin dan rusak.
Terang Kristus menjadi sumber pembaharuan di alam kehidupan yang hampir binasa. Terang
Kristus menjadi jawaban bagi kondisi pemulihan yang sempurna.

Setiap orang yang menyambut Kristus berarti menyambut terang itu di dalam hidupnya.
Menyambut terang Kristus membawa konsekuensi, yaitu perubahan yang diawali dengan
pertobatan. Perubahan ini tidak saja bersifat personal, tapi juga komunal, sebab terang Kristus
memancar ke semua orang. seperti lilin yang berguna untuk memancarkan terang dan
menghasilkan terang. Memang kegelapan masih meliputi bumi, menenggelamkan pengharapan,
merusak relasi, mengipasi kecurigaan dan kebencian. Situasi ini ada di sekitar kita, dan kita
alami. Kejahatan dipertontonkan, ketidakadilan dianggap wajar, persekongkolan jahat
merajalela. Yang jahat makin berjaya, yang salah menyikut yang benar dan menggilas yang
baik. Bukankah kondisi ini amat memprihatinkan? Bukankah kondisi ini menggetarkan dan
menggelisahkan kita di tengah kehidupan kita ?

Jika hati kita dipenuhi terang kasih Kristus, maka bercahayalah hidup kita. Sebaliknya,
jika hati kita ditutupi kegelapan, maka gelaplah jalan hidup kita. Jadi, hati kita berperan penting
dalam mengendalikan hidup kita. Jangan sampai hati kita terpikat pada hal yang jahat, agar
jangan binasa hidup kita. Hati harus dijaga dan dikendalikan dengan baik. Bukalah hati kita
menerima terang Cahaya Ilahi yang selanjutnya akan mengendalikan kehidupan kita. Teguhkan
hati kita menerima terang Kristus untuk menerangi setiap kehidupan yang gelap sehingga
bercahaya. Jangan tutup bagian-bagian atau sisi-sisi kehidupan kita yang masih gelap, sehingga
semuanya bercahaya tanpa kecuali. Kita harus hidup dalam terang. Jangan lagi hidup dalam
gelap.

Tinggalkan kegelapan dan masuklah dalam terang. Bersihkan dan terangilah hati kita
dengan kemuliaan Allah, sehingga hidup kita menjadi berkat bagi diri kita, juga bagi orang lain
disekitar kita dan menjadi kemuliaan nama Tuhan. Sebagai keluarga dan orang Kristen,
hendaklah hati kita semua bercahaya oleh terang sinar kasih Tuhan, bagi semua orang.
Sehingga hidup kita menunjukkan sikap dan teladan bagi semua orang. Kita akan menjadi surat
Kristus yang terbuka bagi semua orang, sehingga semakin banyak orang mengenal Kristus dan
menjadi percaya pada-Nya. Maka, marilah kita para pengikut bersama-sama mempersiapkan
diri menjadi rekan sekerja Allah yang menghadirkan damai dan sejahtera, supaya hanya nama
Yesus Kristus sajalah yang dimuliakan dalam hidup kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai