Ketua, Sekretaris,
Lampiran :
1. Banyak gereja oikumenis menempatkan sebuah rangkaian daun cemara Adven pada Ibadah
Minggu-minggu Adven. Karangan daun cemara itu terdiri atas empat batang lilin (tiga ungu
dan satu berwarna merah jambu) yang ditata di sebuah lingkaran yang berwarna hijau yang
melambangkan kehidupan yang kekal.
2. Pengaturan Lilin Adven dinyalakan sebagai berikut: Lilin Adven I:
• Minggu pertama Adven ini mengingatkan kita akan kedatangan Yesus Krisus sang
penebus. Minggu pertama yang ditandai dengan sebatang lilin ungu ini memiliki arti
sebagai HARAPAN.
• Kita semua menantikan kedatangan Kristus penuh sukacita dan harapan,
mempersiapkan diri dalam pertobatan agar layak menyambut Dia. Lilin Adven II:
• Minggu kedua Adven memiliki arti sebagai KESETIAAN dan CINTA. Pada minggu
kedua ini lilin ungu kedua dinyalakan, mengingatkan kita untuk tetap setia
mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Kita diwajibkan menyiapkan hati dan
cinta demi menyambut kedatangan Kristus.
• Lilin kedua disebut Lilin Betlehem yang memiliki arti bahwa Yesus Krisus sang
juruselamat akan lahir di dalam hati kita. Lilin Adven III:
• Minggu ketiga Adven ditandai dengan dua batang lilin ungu dan satu lilin merah
jambu. Minggu ketiga ini mengingatkan kita tentang SUKACITA. Kita bersama-sama
bergembira untuk menyambut kelahiran Yesus sang juru selamat kita.
• Lilin ketiga disebut Lilin Gembala karena kabar sukacita tentang kelahiran Yesus
Kristus pertama kali diberitahukan kepada orang-orang yang rendah hati dan tulus.
Lilin Adven IV:
• Ini adalah pekan terakhir dari masa Adven. Minggu keempat yang memiliki arti khusus
PERDAMAIAN ini ditandai dengan tiga batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu.
• Minggu keempat Adven mengingatkan kita tentang kemuliaan Tuhan, sang pemilik
semesta alam. Bersama-sama kita bersukacita menyambut kedatangan-Nya.
Malam Natal: keempat lilin dan satu lilin natal berwarna putih di tengah rangkaian
lilin adven. Sebatang lilin putih dinyalakan di tengah lingkaran. Ini adalah Lilin Kristus
(lilin natal), yang melambangkan kelahiran Kristus. Lilin ini dinyalakan pada Malam
Natal atau pada hari Natal.
Lingkaran Adven adalah sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara
dan di atasnya dipasang lilin. Lingkaran Adven memiliki makna:
Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan
yang abadi tanpa awal dan akhir
Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang segar, sebab Kristus datang
memberi hidup baru melalui karya penebusan di kayu salib, mati dan bangkit.
Lingkaran Adven, jangan menganggapnya sebagai hiasan yang indah saja. Ingatlah akan
semua makna yang dilambangkannya, karena Lingkaran Adven hendak mengingatkan
kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam
sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita
agar kita beroleh hidup yang kekal.
Catatan:
Bila kondisi tidak memungkinkan untuk menyediakan lilin-lilin yang berwarna di atas, maka
bisa digunakan lilin putih yang biasa. Tetapi kalau dapat dengan rangkaian seperti yang
diuraikan di atas.
Penjelasan
Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu-lagu baru lain yang
sesuai dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya) wajib melakukan
latihan minimal dimulai hari Kamis, Sabtu dan dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu-lagu yang baru dalam tata ibadah kepada
jemaat.
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.
PS/VG ditempatkan di bagian sebelum khotbah, sesudah khotbah, dan atau sebelum doa syafaat sehingga
tidak memotong unsur-unsur liturgi.
Minggu Adven Pertama dirayakan dalam spirit pengharapan. Minggu ini kita merangkul kaum
disalibitas, yaitu melibatkan kaum disabilitas dalam kebaktian. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan
kunjungan rumah dan berdoa/berbagi kasih dan harapan bersama kaum disabilitas.
PERSIAPAN
PANGGILAN BERIBADAH
Penatua : Shalom, Jemaat Tuhan yang terkasih, lilin telah dinyalakan menandai
dimulainya masa raya Adven. Perayaan ini mengingatkan kita tentang kasih
Allah bagi dunia, hingga Ia telah datang dalam kesederhanaan, menjadi sama
dengan manusia dalam segala hal kecuali dosa.
Diaken : Di awal masa Adven ini kita disadarkan tentang perlunya sikap berjaga-jaga
terhadap berbagai peristiwa masa depan, termasuk peristiwa iman. Tuhan Yesus
akan kembali menjumpai kita dan meminta pertanggung jawaban terhadap
segala sesuatu yang sehari-harinya kita lakukan dan alami.
Pengajar : Perayaan minggu Adven yang pertama ini ditandai dengan satu lilin ungu muda
yang menyala di tengah ibadah ini. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven
adalah masa di mana kita mempersiapkan diri untuk menerima Kristus di hari
natal. Perayaan Adven pun mengingatkan kita bahwa Tuhan akan datang segera
sebagai Raja dan Hakim. Bilamanakah Tuhan datang? Tak seorang pun yang
tahu, namun Ia mengajarkan kita untuk tetap berjaga-jaga dan siap sedia.
Penatua : Mari kita siapkan hati kita menyambut kedatangan Tuhan sebagai Raja dan
Hakim dan kedatangan-Nya dalam firman dan Roh. Jemaat Tuhan disilahkan
berdiri dan memadahkan pujian:
NAS PEMBIMBING
Pelayan : Jemaat Tuhan terkasih, berdasar pada tema renungan kita minggu ini, maka
dengarlah sabda Tuhan yang membimbing kita ´Sebab itu, hendaklah kamu juga
siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga “ ( Mat.
24 : 44 )
Nyanyian : KJ. 463 Tuhan, Datang Segera, do=g 4 ketuk
BERITA ANUGERAH
Pelayan : “Koyaknlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan,
Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih
setia” (Yoel 2:13). Demikianlah berita anugerah Allah.
Jemaat : Syukur kepada Allah.
(Jemaat saling mengucapkan: “Shalom” dengan menaruh tangan di dada dan
sedikit membungkuk)
Nyanyian : Pujian ” AKu Berubah “
Aku berubah, sungguh ku berubah, waktu ku s’rahkan hatiku
Aku berubah, sungguh ku berubah, waktu ku s’rahkan semua
Yang kukasihi kini lenyap, yang lebih baik, aku dapat
Aku berubah, sungguh ku berubah, waktu kku s’rahkan semua
PUJIAN MAZMUR
Pelayan : Berdiri dan membaca secara berbalasan Mazmur 24:1-10
Nyanyian : menyanyikan KJ 293:1
PS/VG
PEMBERITAAN FIRMAN
Penatua : Berdoa
Jemaat disilahkan berdiri, dengarlah sabda Tuhan yang tertulis dalam Injil
Matius 24:37 -47. Demikianlah Firman Tuhan.......
Pelayan : Yesus berkata berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. “Maranatha”
Nyanyian : KJ 473a “Maranatha” do=g 3/4, 2/4 MM ± 68
Pelayan : Berkhotbah
PS/VG
PENGAKUAN IMAN NICEA KONSTANTINOPEL. (berdiri)
Pelayan : Marilah kita berdiri dan mengikararkan sekali lagi Pengakuan Iman Nicea
Konstantinopel, bersama-sama semua orang percaya di sepanjang masa dan
segala tempat, biarlah yang percaya berkata :..
P+J : Aku percaya kepada satu Allah . . .
Nyanyian : NKB 120 : 1 “ Tiada Lain Landasanku “
PERSEMBAHAN
Presb. : Jemaat yang terkasih dalam Yesus Kristus, marilah kita mempersembahkan
syukur kita kepada Tuhan dengan mengingat apa yang dinyatakan Firman Tuhan
dalam I Tawarikh 16:29 “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah
persembahan dan masuklah menghadap Dia! Sujudlah menyembah kepada
TUHAN dengan berhiaskan kekudusan”. Mari berdoa: ....
Nyanyian : PKJ 146 : 1 –dstnya “Bawa Persembahanmu”
PS/VG
DOA SYAFAAT
PENGUTUSAN DAN BERKAT
Pelayan : Jemaat yang terkasih dalam Yesus Kristus, kebenaran firman telah
diperdengarkan, berilah dirimu diperbaharui, dan bersiaplah selalu untuk
menanti datang-Nya, sebab tiada seorang pun yang tahu kapan Ia datang
kembali. Bilamana Ia datang, kiranya Ia mendapati kita ada di jalan-Nya. Karena
itu, tinggalkanlah kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, supaya kamu
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.
Nyanyian : GB 312B “ ‘Kan datang Tuhan Segera “
SAAT TEDUH
PANGGILAN BERIBADAH
Instrumen lagu Goodness of God
Penatua : Sambil instrumen lagu, seorang penatua menuju ke tempat lilin dan membakar lilin
Adven kedua dan liturgos 1 membaca syair terjemahan lagu Goodnes
of God.
Liturgos. 1 : Aku mencintai Mu, Tuhan
(seorang anak ) Karena rahmat-Mu tidak pernah mengecewakanku
Sepanjang hari-hariku, aku telah digenggam di tangan-Mu
Dari saat aku bangun sampai aku membaringkan kepalaku Aku
akan menyanyikan kebaikan Tuhan...
Dan sepanjang hidup ku, Kau setia
Dan sepanjang hidupku, Dikau telah begitu sangat baik
Dengan setiap nafas yang aku bisa
Aku akan menyanyikan kebaikan Tuhan
Aku mencintai suara-Mu
Dikau telah meluputkanku dari api
Dan di malam yang gelap, Kau dekat denganmu, melebihi semua yang
lain
Aku telah mengenal Mu sebagai seorang ayah Aku
sudah mengenalmu sebagai seorang teman
Dan aku telah hidup dalam kebaikan Mu, Tuhan.
Penatua : Dalam kasih dan setia-Mu, ya Tuhan kami hendak
masuk dalam ibadah Adven yang kedua.
Kami menanti Engkau ya Tuhan
Kami hendak satu dalam peribadahan saat ini dengan terus
memaknai kasih setia-Mu yang tak berkesudahan.
Jemaat Tuhan dipersilahkan berdiri dan kita muliakan nama Tuhan.
Jemaat : Menyanyi Pujian
“Goodnes of God (Kebaikan Tuhan - dalam bahasa Indonesia )
(https:/m.youtube.com/watch?v=fuplfSTVNdw)
Solois : Kucinta Kau, rahmat-Mu nyata bagiku
Hidupku di dalam tangan-Mu
Sejak pagi ku terbangun, sampai ku terbaring Ku
nyanyi kebaikan-Mu Tuhan..
Jemaat : Reff...
Spanjang hidupku Kau setia
Spanjang hidup ku Kau sangat baik
Nafasku memuliakan-Mu
Kunyanyi kebaikan-Mu Tuhan
Jemaat : Suara-Mu, tuntun ku lewati api, Dalam
gelap Kau ada bagiku
Ku tahu sungguh Kau Bapaku, dan sahabatku.
Tuk saksikan kebaikan-Mu Tuhan Reff...
Spanjang Hidup ku Kau setia...
Spanjang Hidup ku Kau sangat baik... 2 x Nafasku
memuliakan Mu..
Ku nyanyi kebaikan Mu Tuhan
VOTUM & SALAM
Pelayan : Ibadah Minggu Adven Kedua saat ini berlangsung dalam anugerah, rahmat
dan kasih setia Allah Bapa kita, yang telah menciptakan alam
semesta, yang terus-menerus memelihara seluruh karya-Nya,
dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.
Damai dan sejahtera dari Allah Tritunggal menyerati
saudarasaudariku sekalian.
Jemaat : Dan menyertaimu juga.
...duduk
INTROITUS
Pelayan : Membaca Nas Pembimbing
Ratapan 3 : 22 – 23 “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak
habishabisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu.”
Jemaat : Menyanyi PKJ. 209:1,2 KASIH SETIA MU
...duduk
PEMBERITAAN FIRMAN
Penatua : Doa dan setelah doa, jemaat diundang berdiri membacakan
Ratapan 3:21-33 dan diakhiri dengan berkata: “Demikianlah Firman
Tuhan”
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi
Firman Allah. Maranatha
Jemaat : Menyanyi Maranatha Tuhan datanglah
Maranatha, Maranatha, Tuhanmu datanglah
Sediakan, sediakan, sediakanlah pelitamu
Maranatha, Tuhan datang
Bangunlah seg’ra, siapkan dirimu, Tuhanmu datanglah
...duduk
PERSEMBAHAN
Diaken : Berdoa
Jemaat : Menyanyi PKJ 147 Di sini Aku Bawa
DOA SYAFAAT PENGUTUSAN (Jemaat Berdiri)
Pelayan : Pergumulan dan tantangan hidup tidak akan pernah hilang dari hidup setiap umat
kepunyaan Allah, meskipun demikian berlaku pula kasih setia Tuhan
yang juga tidak akan berkesudahan dalam hidup anakanakNya.
Jika kasih setia Tuhan tidak berkesudahan maka ingatlah kasih dan
setia kita pada Tuhan haruslah senantiasa dinyatakan dalam hidup ini
hari demi hari..
Jemaat : Menyanyi PKJ. 128:1,2 KASIH TUHAN TIADA BERTEPI
BERKAT
Pelayan : Pulanglah saudara/i-ku, tetaplah berpengharapan pada Tuhan,
nantikanlah kedatangannya dalam kasih dan setia yang tulus serta
terimalah berkat Tuhan.
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah-Nya, dan memberi engkau kasih karunia. Tuhan
menghadapkan wajah-Nya kepadamu, dan memberi engkau damai sejahtera”.
Jemaat : KJ 478c“ Amin, Amin, Amin” do=f 4 ketuk
INTROITUS
Pelayan : Ibadah Minggu Adven Ketiga hari ini berlangsung di bawah tema “Bergembira karena
Allah”. Untuk itu marilah kita membaca nas pembimbing yang terambil dari
Yeremia 31:13
Nyanyian : Menyanyikan NKB 6:1-4 “Patut Segenap yang Ada”
BERITA ANUGERAH
Pelayan : Biarlah semua orang yang telah mengaku dosanya memutuskan untuk berbalik dari
jalan hidupnya yang sia-sia. Sebagai hamba
Tuhan Yesus saya memberitakan kabar ini kepada semua orang: “Baiklah
orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya;
baiklah ia kembali kepada Tuhan , maka Ia akan mengasihaninya, dan kepada Allak
kita, sebab ia memberi pengampunan dengan limpahnya.” (Yesaya 55:7)
Jemaat : Terpujilah Tuhan Allah Israel, sebab Ia memberi kelepasan baginya.
Pelayan : Biarlah orang-orang yang telah diampuni menyerukan nama Tuhan.
Pelayan : Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah kita. Dari permulaan, kini dan sepanjang
masa.
Nyanyian : Menyanyikan PKJ 51 “Gloria”
PS/VG
PUJIAN-PUJIAN
Pelayan : Mari berdiri dan membacakan Mazmur 146:5-10 secara berbalasan. Nyanyian
: Menyanyikan KJ 85:1
PEMBERITAAN FIRMAN
Epiklese
Penatua : Mari kita berdoa: “Oh Tuhan Allah kami yang hidup, Firman-Mu adalah kebenaran
yang menghidupkan, karena itu kami memberi telinga kepada pemberitaan
FirmanMu. Bersabdalah kepada kami. Ya Allah kami, Engkau berjanji menyertai
gereja-Mu sepanjang masa, supaya kami diberikan kekuatan dan keberanian
menyatakan Kerajaan-Mu dan Nama-Mu di seluruh bumi. Pakailah kiranya
hamba-Mu yang memberitakan tentang Firman-Mu supaya kami diteguhkan
untuk melakukan kebenaran itu. Demi Tuhan Yesus Kristus, Sang Firman yang
menjadi manusia itu kami berdoa, Amin.
Pembacaan Alkitab
Penatua : Marilah kita berdiri… Beginilah Firman Tuhan menurut Injil Lukas 1:46-
56…..(membaca nas)… Demikianlah Firman Tuhan. Terpujilah Tuhan
Pelayan : Siapa memperhatikan Firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah
orang yang percaya kepada Tuhan.. (Amsal 16:20)
Jemaat : Maranatha, maranatha, maranatha. (duduk)
Khotbah : “BERGEMBIRA KARENA ALLAH”
PS/VG
PENGAKUAN IMAN NICEA KONSTANTINOPEL. (berdiri)
Pelayan : Marilah kita berdiri dan mengikrarkan sekali lagi Pengakuan Iman Nicea
Konstantinopel, bersama-sama semua orang percaya di sepajang masa dan segala
tempat, biarlah yang percaya berkata :..
P+J : Aku percaya kepada satu Allah….. …..
Nyanyian : Menyanyikan KJ 76:1 “Kau yang lama dinantikan”
PERSEMBAHAN
Diaken : Marilah berdoa… Ya Tuhan, kami rindu memberikan persembahan kami
kepadamu
Jemaat : Keringat kami tidak menjadi sia-sia, kelelahan kami Engkau buat menjadi rezeki
Diaken : Dalam wujud hasil bumi dan ladang, lembaran-lembaran syukur dan kepingan
hati yang dibawa ke altar-Mu ya Allah
Jemaat : Sambil bersyukur kami mengaku, semuanya adalah pemberianMu
Diaken : Dan bersama dengan doa dan derai airmata, kami persembahkan juga nazar dari
orang-orang yang percaya kepadaMu
Jemaat : Supaya Kerajaan-Mu diluaskan, supaya pekerjaan-Mu dilanjutkan, sebab kami
telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu. Demi Yesus Kristus, persembahan
yang hidup kami berdoa, Amin.
SAAT TEDUH
PENGAKUAN DOSA
Pelayan : Umat yang dikasihi Tuhan, marilah merendahkanlah diri di hadapan Tuhan
untuk mengaku dosa-dosa kita kepada Tuhan.
Saat teduh diiringi instrumen lagu PKJ 47 “Buatlah Hatiku lapang
Dan Bersih” do= g 3 ketuk.
BERITA ANUGERAH
Pelayan : Bagi setiap orang yang mengaku dosa dengan tulus dan iklas, dengarkanlah
janji Yesus Kristus kepadamu: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah
juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu
menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku
menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (Yohanis 15 : 9-10)
Jemaat : Jadilah kehendak-Mu bagi hidup kami umatMu.
Nyanyian : NKB 73 : 1 “ Kasih Tuhanku Lembut” do = es 6 ketuk
PS/VG
PENGAKUAN IMAN NICEA KONSTANTINOPEL (berdiri)
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan pada segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Iman
Nicea Konstantinopel. Baiklah masing-masing kita berkata:
P+J :Aku percaya kepada satu Allah …..
Nyanyian : PKJ no 126 : 1 “ Hanyalah Yesus Juruselamat” do=c 9 ketuk
Minggu pertama Adven ditandai dengan penyalaan sebatang lilin ungu lambang harapan. Umat
Kristen merayakan penantian dengan penuh pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus, sang
Penebus. Perayaan Natal mengingatkan kita tentang peristiwa kelahiran Kristus di kota kecil,
Betlehem. Perayaan ini juga mengarahkan kita kepada peristiwa kedatanganNya kembali sebagai
hakim, di akhir zaman. Momen ini baiklah kita pakai untuk berefleksi tentang pengharapan
tentang kehidupan yang semakin baik di dunia ini. Kiranya tiap insan dibarui dan disegarkan
dengan pengharapan itu untuk menyambut kedatangan sang Penebus. Moment penantian ini
dapat kita maknai sebagai kesempatan untuk berbagi harapan dengan melakukan perbuatan baik
kepada sesama dan lingkungan sekitar agar Tuhan dimuliakan.
Bacaan Alkitab untuk direnungkan pada minggu Adven ke satu, yaitu Matius 24:37-47. Perikop
ini berisi pesan yang mempertegas tanggung jawab iman untuk terus bersaksi tentang Yesus
dalam pengharapan hingga kedatanganNya kembali (band. Matius 28:16-20).
Penjelasan Teks
Ayat 37-39: Nasehat Yesus untuk berjaga-jaga punya hubungan erat dengan visi tentang peritiwa
di akhir zaman. Penulis injil Matius menyatakan bahwa ada tanda-tanda yang menjadi awal
terjadinya kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Beberapa tanda yang akan terjadi, seperti
munculnya mesias-mesias palsu, perang, kelaparan, penyakit, orang yang menjadi sensitif
sehingga mudah terjadi perbantahan dan perselisihan, kejahatan dan lain-lain (Mat. 24:3-12; Kej.
6:1- 8)
Ayat 40-42: Akhir zaman akan membawa penghakiman. Gambaran tentang situasi pada zaman
Nuh menolong para murid untuk memahami bahwa pada akhir zaman manusia akan dihakimi
sesuai dengan perbuatannya. Sama seperti pada zaman Nuh, di mana hanya ia yang benar dan
beriman teguh, karena itu ia dan keluarganya saja yang diselamatkan dari bencana air bah. Yesus
mengakhiri nasehatNya dengan memberikan beberapa perumpamaan. Semua perumpamaan itu
mengarahkan orang-orang percaya untuk berjaga-jaga dan bersiap-siap pada hari kedatanganNya,
sebab kedatanganNya akan memisahkan mereka seorang dari yang lain. Dua orang di ladang (ay.
40) dan dua perempuan (ay. 41) merupakan gambaran untuk mempertegas pemisahan pada hari
kedatangan Kristus.
Kata "berjaga-jaga" (ay. 42) dalam bahasa Yunani, gregoreuo (berjaga-jaga, hidup, bangun,
terjaga) dan agrupneo (tidak tidur, berjaga-jaga; menjaga). Kedua kata itu berarti tetap terjaga
dan tidak bisa tidur. Arti ini bersifat metaforis dan spiritual yang menggambarkan keadaan
seseorang yang selalu terhubung dengan Tuhan dalam doa sehingga ia mendapatkan kekuatan
untuk bertahan dalam godaan dan situasi sulit.
Ayat 43-47: KedatanganNya bersifat rahasia. Tidak ada orang yang tahu tentang hari di mana
Yesus datang kembali (ay. 36). Kata “seperti pencuri” (ay. 43 – 44) menunjuk pada sifat
kedatanganNya yang rahasia dan tidak diketahui oleh siapapun. Tanggapan manusia terhadap
kedatanganNya digambarkan dalam perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang
jahat (ay.45-47). Hamba yang jahat adalah mereka yang tidak percaya bahwa hari Tuhan itu akan
datang. Akibatnya, mereka melakukan apa yang jahat terhadap sesamanya. Namun hal itu justru
mempertegas bahwa kedatangan Kristus yang tiba-tiba itu akan membuka topeng kemunafikan
orang-orang yang tidak percaya. Dengan peringatan itu para murid diminta untuk berjaga-jaga
dan siap sedia mengerjakan setiap pekerjaaan dengan setia bagi Tuhan.
Pesan Teks
Setidaknya teks bacaan ini memberi dua pesan kepada kita. Pertama, menjadi gereja yang selalu
berjaga-jaga. Salah satu pergumulan gereja adalah mempertahankan jati dirinya sebagai pengikut
Kristus. Dunia terus dibanjiri berbagai temuan dan informasi yang dapat melemahkan iman
jemaat. Konflik internal gereja yang berujung pada perpecahan adalah bukti bagaimana iman
setiap orang perlu terus digumuli untuk menemukan kehendak Tuhan. Demikian juga munculnya
krisis multidimensi termasuk akibat dari perang yang belum berakhir antara Rusia dan Ukraina.
Gereja dan para pemimpinnya perlu mendengar nasehat Yesus agar berjaga-jaga dengan tetap
berharap kepada Tuhan dalam setiap perjuangannya di dunia ini
Kedua, siap sedia baik atau tidak baik keadaannya. Salah satu ancaman di tahun 2023 adalah
resesi ekonomi. Resesi itu akan mendatangkan krisis bagi kehidupan, mulai dari susahnya
mendapat bahan makanan, pemutusan hubungan kerja, dan peningkatan angka kemiskinan. Kita
tidak bisa menghindari “awan gelap” ini, namun kita perlu mencari hikmat bersama agar dapat
bertahan dalam situasi sulit. Karena itu nasehat untuk berjaga-jaga dan selalu berharap
merupakan sikap iman menghadapi “awan gelap” kehidupan.
Aplikasi
Pertama, berjaga-jaga dalam semangat meneladani Kristus. Manusia dapat disesatkan dengan
sikap yang keliru dalam menanti kedatangan Kristus. Salah satu contohnya adalah dengan
menjual semua harta benda karena merasa hari Tuhan sudah tiba di suatu tempat dan waktu
tertentu. Sikap ini tentu tidak alkitabiah dan menyesatkan, sebab Yesus sendiri tidak tahu tentang
waktu itu kecuali Bapa. Sikap berjaga-jaga dan siap sedia bukanlah sikap reaktif yang tidak
rasional melainkan dilakukan dalam ketaatan dan kesetiaan terhadap panggilan iman yang
meneladani Kristus.
Kedua, berjaga-jaga dalam doa dan kerja. Salah satu karakter para pengikut Kristus adalah
berdoa, kerja keras, disiplin dan berhemat. Krisis bukanlah akhir dari kehidupan jika setiap orang
melipat tangan untuk berdoa namun tidak “lipat tangan” dan pasrah pada keadaan. Doa yang
benar haruslah menghasilkan semangat kerja keras, disipilin dan hemat. Semangat itu menolong
kita menyadari setiap potensi yang ada lalu berhikmat mengelola setiap berkat yang Tuhan
berikan. Prinsip “lebih besar pasak dari tiang” kiranya menolong kita menyadari bahwa situasi
yang sulit menuntut kita berhemat. Berhemat adalah sebuah kebajikan yang menolong kita lebih
disiplin mengelola berkat Tuhan bukan menghambur-hamburkan secara sembrono.
Ketiga, berjaga-jaga dan bersiap sedia melahirkan kreatifitas dan inovasi. Semangat ini
hendaknya dimiliki oleh setiap orang dalam menghadapi krisis sehingga setiap tuturan, tindakan
dan cara berpikir akan melahirkan solusi yang kreatif dan inovatif. Keadaan yang sulit jangan
dipersulit dengan kebiasaan menebar berita hoax yang menakutkan dan menyesatkan. Media
sosial mestinya jadi tempat berbagi solusi dan kreatifitas serta inovasi. Masyarakat juga jangan
lagi semata-mata bergantung pada bantuan pemerintah tetapi harus bersedia berpikir bersama
menemukan solusi. Tetap berjaga-jaga berarti selalu terhubung dengan Tuhan. Itulah kekuatan
yang melahirkan pengharapan ketika menghadapi krisis kehidupan. (YW)
Bahan Kotbah Minggu Adven II, 4 Desember 2022 Bacaan Alkitab : Ratapan 3:21-33
Pengantar
Minggu kedua adven ditandai dengan penyalaan dua lilin yang melambangkan kesetiaan.
Dalam perayaan ini kita diajak untuk merenungkan kasih setia Allah yang nyata melalui
kehadiran Yesus. Dan memaknai kasih setia Allah, nyata dalam panggilan umat percaya untuk
hidup dalam pertobatan yang sungguh.
Penjelasan Teks
Penulis kitab Ratapan tidak diketahui. Septuaginta dan tradisi Yahudi menyatakan bahwa kitab
Ratapan ditulis oleh nabi Yeremia, namun gaya penulisan serta isi kitab ini berbeda dengan
nubuat-nubuat Yeremia. Kitab Ratapan ditetapkan untuk dibacakan di sinagoge-sinagoge Yahudi
pada pertengahan bulan Juli dalam rangka memperingati hancurnya Bait Allah tahun 587 sM dan
mengenang kehancuran berikutnya tahun 70 M.
Bagi bangsa Yehuda, jatuhnya kota Yerusalem tidak hanya berarti hancurnya sebuah kota. Kota
Yerusalem adalah kota Allah. Saat Yerusalem dibakar, Bait Allah dihancurkan dan orang-orang
diangkut sebagai tawanan, bangsa Yehuda menyadari bahwa Allah telah menyerahkan mereka
kepada musuh. Kitab Ratapan meratapi hari kehancuran itu. Hari ketika Allah menjadi seperti
seorang seteru yang menghancurkan mereka tanpa belas kasihan (Rat. 2:2,5). Kitab Ratapan
melukiskan kesedihan bukan hanya atas penderitaan dan penghinaan yang dialami bangsa
Yehuda, melainkan juga karena Allah telah menolak mereka akibat dosa-dosa yang dilakukan.
Dalam Ratapan 3:1-20, dengan menggunakan kata aku atau suara pribadi, penyair menempatkan
kisahnya dalam konteks penderitaan bangsa Yehuda. Ratapannya bukan berfokus pada
pengalaman individu tetapi pengalaman komunitas. Keluhan penyair tentang penderitaan
pribadinya mewakili penderitaan bangsa Yehuda. Ratapan 3:1-20 adalah kisah tentang
penderitaan yang dialami umat Allah, termasuk kisah yang mencerminkan kehancuran
Yerusalem. Penyair mengungkapkan tentang kehidupan umat yang berada dalam kegelapan,
keadaan yang hancur dan babak-belur hingga semua pengharapan hilang lenyap. Namun Ratapan
3:21-33 berisi tentang harapan kepada Allah. Penyair mengungkapkan bahwa ketika ia
memikirkan tentang kasih setia dan kemurahan Allah, imannya kembali dikuatkan.
Ratapan 3:21 mengawali perubahan pemikiran dari penyair. Ingatan tentang kasih setia Allah
menyadarkannya bahwa Allah sanggup mengubah keadaan. Kasih setia Allah tidak akan
mengecewakan. Penyair menjelaskan keyakinannya dengan mengungkapkan bahwa kasih setia
(ayat 22), rahmat (ayat 22), dan kebaikan (ayat 25) adalah karakter Allah. Tiga karakter yang
berkelindan dan dijelaskan dengan istilah tak berkesudahan, tak habis-habisnya, serta besar.
Kasih setia Allah yang tidak terbatas itu menegaskan tentang bentuk pemeliharaan Allah.
Pemeliharaan Allah yang menyediakan pertolongan bagi orang-orang yang percaya pada-Nya.
Pada ayat 26-33, penyair menjelaskan bahwa kasih setia Allah yang mengubah keadaan
membutuhkan penyerahan diri pada kehendak Tuhan. Penyair meminta orang-orang yang
meratap akan kemalangannya untuk menunggu dengan tenang akan keselamatan dari Tuhan
(ayat 26, 28), bersedia memikul penderitaan (ayat 27), membenamkan wajahnya dalam debu
(ayat 29), memberikan pipi kepada orang yang memukulnya dan memberi diri dikenyangkan
oleh penghinaan (ayat 30). Penggambaran dari penyair bukan melegitimasi penindasan dan
kekerasan akan tetapi ajakan penyair agar tidak lagi hidup jauh dari hadapan Tuhan. Allah
mengabaikan Yerusalem dan bangsa Yehuda karena mereka melanggar perjanjian dengan Allah
(bdk. Yeh. 9:9). Melalui ayat 26-33, bangsa Yehuda diajak untuk tetap setia dalam iman kepada
Tuhan. Biarlah dalam penderitaan bangsa Yehuda menyadari kesalahan, menyesal, meratap dan
berjuang untuk memperoleh anugerah Tuhan. Ayat 31-33 memuat keyakinan penyair bahwa
Allah yang penuh kasih adalah Allah yang memperhatikan umat-Nya. Ia tidak akan membiarkan
kemalangan dan ketidakadilan berlaku untuk selama-lamanya.
Aplikasi
Dalam minggu advent kedua ini, kita diingatkan tentang kasih setia Allah yang tak pernah
berkesudahan. Sama seperti penyair dan bangsa Yehuda, kita pun memiliki pengalaman akan
kasih setia Allah baik secara individu, keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Pengalaman itu menegaskan pengakuan penyair Ratapan tentang kasih setia Allah
serta menguatkan perjalanan hidup sebagai umat Kristen dalam mempersiapkan diri menyambut
kelahiran dan kedatangan Tuhan Yesus.
Dalam bingkai kasih setia Allah, Ratapan 3:21-33 mengingatkan beberapa poin pembelajaran
bagi kita.
1. Penderitaan bukanlah bukti Allah tidak mengasihi
Musibah dan penderitaan hidup memang bukan pilihan bagi setiap orang. Sekalipun demikian,
penderitaan adalah bagian dari keniscayaan hidup sebagai manusia yang fana. Dalam kefanaan
hidup, kedagingan, kita seringkali tergoda untuk hidup jauh dari Tuhan. Kita tergoda untuk hidup
dalam kemunafikan, kemalasan, keserakahan, iri hati, perselingkuhan, dendam,
ketidakpeduliaan, kebohongan, sekalipun kita mengetahui konsekuensi dari setiap tindakan
tersebut. Relasi dengan Tuhan, sesama dan bahkan dengan diri sendiri menjadi terganggu.
Penderitaan menjadi tidak terelakkan. Fakta ini menegaskan bahwa penderitaan bukanlah bukti
Allah tidak mengasihi kita. Namun sama seperti pengalaman bangsa Yehuda dan pengakuan dari
penyair Ratapan, dalam penderitaan sekalipun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Kasih Tuhan
tidak memilih rupa dan latar belakang kita. Kasih Tuhan diberikan bagi setiap orang yang
membutuhkan dan mencari Allah dengan sungguh.
Pengantar
Minggu adven ketiga dirayakan dalam sukacita atau gembira (joy). Yesus sumber sukacita datang
dalam dunia. Kalau kita merenungkan dalam kehidupan setiap hari seseorang bisa bergembira
karena berbagai alasan. Ada yang bergembira karena menemui hari jadinya. Ada yang
bergembira karena tamat sekolah atau kuliah. Ada yang bergembira karena memperoleh
pekerjaan. Ada yang bergembira karena mendapat jodoh. Yang lain bergembira karena
dikaruniai anak. Yang lainnya lagi bergembira karena mendapatkan hadiah, kejutan yang
menyenangkan, selamat dari masalah dan sebagainya.
Saat ini pun mayoritas orang Kristen di seluruh dunia bersemangat menantikan tanggal 25
Desember. Itu karena ada kegembiraan yang ditawarkan. Sebab pada 25 Desember semua orang
Kristen merayakan Natal dengan segala kegembiraan yang ada padanya. Misalnya, karena Natal
maka ada THR, liburan, hadiah dan pernak-pernik Natal, perayaan ibadah yang megah di gereja
dan lain-lain. Namun ada pertanyaan untuk kita renungkan. Apakah bergembira menyambut
Natal sama dengan bergembira karena Allah? Atau dengan kata lain, bergembira karena Allah itu
seperti apa? Apakah sama dengan semua contoh kegembiraan yang disebutkan di atas?
Penjelasan Teks
Nas ini merupakan nyanyian doa dari Maria untuk memuliakan Allah. Ini adalah respon Maria
terhadap kehamilan dirinya dan juga Elisabet yang terjadi secara ajaib. Maria hamil dalam
kondisi masih perawan. Sedangkan Elisabet hamil dalam kondisi sudah menopause.
Isi nyanyian Maria ini mirip dengan doa Hana, seorang perempuan yang sebelumnya mandul,
ketika melahirkan Samuel (1 Sam. 2:1-10). Nyanyian Maria ini biasa dikenal dengan sebutan
Magnificat. Magnificat adalah istilah dalam bahasa Latin yang artinya memuliakan. Dalam
nyanyian ini penulis Injil Lukas memperkenalkan gagasan utama Injil Lukas yaitu Allah
membela orang miskin.
Dalam gereja Katholik Roma, Lutheran dan Anglican, nyanyian Maria ini dijadikan doa
harian yaitu bagian dari ibadah petang. Selain itu nyanyian Maria juga menjadi inspirasi bagi
banyak musisi besar seperti Claudio Monteverdi dan Johann Sebastian Bach ketika menggubah
musik klasik. Jadi nyanyian Maria telah menjadi sumber inspirasi lintas zaman dan lintas
masyarakat.
Dalam nyanyian ini Maria meluapkan kegembiraannya. Kegembiraannya itu keluar dari jiwa
dan hati (ayat 46-47). Inilah kegembiraan yang sejati. Maria mengingatkan bahwa kegembiraan
yang sejati tidak hanya ditunjukkan oleh wajah yang penuh dengan senyum dan tawa saja. Sebab
bisa saja itu merupakan topeng untuk tujuan tertentu. Wajah yang dihiasi senyum dan tawa hanya
ditunjukkan di depan orang lain. Sedangkan ketika sendirian, senyum dan tawa itu pasti hilang.
Jadi gembira mesti ada dalam jiwa dan hati. Tampilan wajah dan gerak tubuh hanya sarana
pengungkapannya saja.
Ketiga, Allah menghancurkan orang-orang yang sombong dan berkuasa (ayat 51-52). Pada
bagian ini terlihat bahwa Allah berpihak kepada orang-orang yang lemah dan menderita. Karena
itu Dia mencerai-beraikan orang-orang sombong. Dia juga melengserkan orang-orang berkuasa
dari kursinya. Sebaliknya, Allah membela orang-orang yang lemah dan tak berdaya dalam
berbagai aspek kehidupan. Entah itu lemah secara politik, sosial, ekonomi, hukum, budaya dan
sebagainya. Terhadap orang-orang lemah seperti inilah Allah berpihak.
Keempat, Allah menolong orang yang miskin dan lemah (ayat 53-56). Dalam hal ini Allah
memanusiakan kembali mereka yang lemah dan menderita. Artinya, martabatnya sebagai
manusia dipulihkan kembali. Itu dibuktikan Allah melalui penggenapan janji-janji-Nya.
Orangorang yang rendah diangkat derajatnya dan diperlakukan secara setara. Dengan demikian
berbagai bentuk diskriminasi, penindasan dan ketidakadilan dihilangkan.
Aplikasi
Situasi gereja dan orang Kristen di tengah-tengah dunia ini masih penuh dengan berbagai bentuk
pergumulan hidup. Ada dampak pandemic Covid-19 yang berkepanjangan. Ada berbagai bentuk
bencana alam dan kemanusiaan. Ada banyak ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami. Ada
beraneka macam kekerasan fisik, psikis, verbal maupun kekerasan seksual dan KDRT. Masih
banyak orang yang hidup miskin dan sakit-sakitan, anak yang mengalami stunting, gizi buruk
dan tidak bisa bersekolah. Inilah contoh-contoh pergumulan hidup manusia yang juga dialami
oleh anggota gereja dan orang Kristen.
Sekalipun demikian, semuanya itu tidak kekal. Sebab semua penderitaan itu hanya sementara.
Maria telah membuktikannya. Karena itu orang Kristen tidak boleh putus asa. Selalu ada
harapan. Di dalam Kristus, Sang Juruselamat, semua orang yang menderita akan dipulihkan.
Karena itu hati dan jiwa mesti bergembira. Semua kesedihan mesti dihilangkan.
Seperti yang terlihat pada bagian pengantar, pada umumnya orang bergembira karena sudah
mendapatkan sesuatu. Ini merupakan kegembiraan yang manusiawi. Tetapi melalui nas ini Maria
menunjukkan bahwa bergembira karena Allah tidak begitu.
Bergembira karena Allah bukan karena sudah mendapatkan sesuatu, melainkan karena
pengharapan kepada Allah. Di dalamnya ada keyakinan bahwa janji Allah di dalam kasih-Nya
yang kekal akan tergenapi. Itu adalah janji untuk memulihkan martabat seluruh umat manusia
dan semesta. Karena itu sekalipun saat ini pemulihan belum diperoleh, namun hati dan jiwa
sudah bergembira. Inilah yang disebut bergembira karena Allah dan di dalam Allah. (ms)
Bahan Kotbah Minggu Adven IV, 18 Desember 2022 BacaanAlkitab : Yesaya 7:10-17 Tema
: Allah Beserta Kita
Pendahuluan
Pada perayaan Adven di minggu keempat, kita merenungkan tentang damai (peace). Sang
Imanuel yang kedatanganNya dinubuatkan para nabi dan disambut oleh umat percaya. Ia datang
untuk memberi damai sejahtera kepada dunia. Imanuel berarti Allah beserta kita. Allah menyertai
dan menolong kita dalam segala keadaan.
Manusia membutuhkan pertolongan. Manusia menjalani hidup sebagai makluk sosial
karena membutuhkan orang lain atau makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Tidak semua hal dapat
dikerjakan sendiri. Tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri. Ada waktu kita menolong,
dan ada waktu kita meminta pertolongan. Seorang Ahli Fisika dari perancis, bernama Blaise
Pascal (tahun 1662) mengatakan: “Ada ruang kosong dalam diri manusia yang tidak dapat diisi
dengan hal-hal materi, tetapi hanya dapat diisi dengan hal yang ilahi.” Harus diakui bahwa ada
bagian dalam hidup manusia yang tidak bisa diisi atau ditolong oleh sesama, dengan cara apa
pun. Kita menyadari akan hal itu maka kita perlu bergantung pada Allah untuk mendapatkan
pertolongan itu. Allah sumber segala daya dan kuasa itu, menyatakan diriNya sebagai Penolong
bagi setiap orang yang bersandar padaNya. Sebaliknya, orang cenderung mengabaikan Allah
karena merasa diri memiliki kemampuan dan kuasa yang sempurna untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan hidupnya. Kecenderungan untuk mengandalkan diri inilah yang biasanya
menjadi jurang pemisah antara manusia dan Tuhan, seperti yang terjadi pada Raja Ahas.
Penjelasan Teks
Dalam kitab 2 Raja-raja 16, diceritakan tentang Raja Ahas. Pada Umur 21 tahun, ia sudah
menjadi raja atas Yehuda. Setelah kematian raja Salomo, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua,
yakni Yehuda dan Israel Utara atau sering disebut Israel. Yang menjadi Raja di Yehuda adalah
keturunan dari raja Salomo, sementara yang menjadi Raja di Israel Utara bukan dari keturunan
Salomo. Pada umumnya, raja-raja yang di Kerajaan Israel Utara hidup dalam penyembahan
berhala. Demikian pula beberapa raja di Yehuda. Tidak seperti Daud leluhurnya, raja Ahas tidak
melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel pada
umumnya. Ia bahkan turut mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran. Firman Tuhan
diperdengarkan kepada raja Ahas melalui nabi Yesaya.
Sewaktu ada ancaman peperangan terhadap Yehuda, dari kerajaan Aram dan kerajaan
Israel Utara, Raja Ahas menolak untuk bergantung kepada Tuhan. Untuk mengatasi ancaman itu,
ia mengandalkan kekuatan militer kerajaan Asyur (Lih. 2 Raj. 16:7). Kekuatan Yehuda tidak
sebanding dengan kekuatan para penyerangnya. Kerajaan Israel Utara terdiri dari 10 suku Israel
yang berpisah, sedangkan kerajaan Yehuda (Israel Selatan) terdiri dari hanya 2 suku Israel.
Wajarlah kalau raja Ahas merasa gentar. Yesaya 7:2 tertulis bahwa hati Ahas dan hati rakyatnya
gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan yang bergoyang ditiup angin.
Alkitab mencatat bahwa sejak bangsa Israel keluar dari tanah Mesir hingga menjadi sebuah
kerajaan, mereka tidak pernah luput dari ancaman bangsa-bangsa lain. Semua raja yang pernah
memimpin di Israel bergumul dengan situasi tersebut. Sebenarnya raja Ahas sendiri telah
mendengarkan tuturan sejarah perjalanan hidup bangsanya sejak dahulu. Di bawah pimpinan
Musa dan Yosua, tidak sedikit bangsa asing yang dihalau Tuhan agar Israel tetap hidup sebagai
sebuah bangsa merdeka. Semua penyerangnya pernah dibuat gentar oleh karena penyertaan
Tuhan Allah kepada umatNya. Pada jaman kepempimpinan Hakim-hakim, mereka juga pernah
ada dalam pergumulan yang sama, namun bangsa Israel tetap dimampukan Tuhan untuk
memperoleh kemenangan demi kemenangan. Daud dan Salomo membawa Israel mencapai masa
kejayaan dengan mengandalkan Tuhan. Ketika muncul kegentaran dan ketakutan terhadap
musuh, rasa tenang dan teguh hati didapatkan dalam Tuhan (lih. Maz. 62). Kalau raja Ahas
belajar dari sejarah bangsanya maka ia tidak perlu takut menghadapi ancaman kekuatan para
penyerang.
Kenyataannya, raja Ahas meminta pertolongan Asyur. Ia mengambil perak dan emas yang
terdapat dalam rumah Tuhan dan mengirimkannya kepada raja Asyur sebagai persembahan (2
Raja 16:18). Ia menggadaikan milik pusaka Rumah Tuhan! Seolah-olah Allah tidak ada.
Seolaholah apa yang ada dalam rumah Tuhan itu tidak punya arti apa-apa sehingga dapat
diberikan kepada siapa saja. Tuhan tahu bahwa hati Ahas telah menjauh dari padaNya, bahwa
hati raja Ahas condong untuk mengandalkan kekuatan manusia. Ketika Ahas menolak untuk
meminta tanda dari Tuhan dengan alasan tidak mau mencobai Tuhan (Yesaya 7: 11-12).
Tentu saja perbuatan raja Ahas ini menyakitkan hati Tuhan. Meskipun hati Tuhan terluka,
namun dalam kebesaranNya, Tuhan kembali menawarkan kasih dan pertolongan, bukan hanya
demi Ahas melainkan demi Israel, umat pilihanNya. Tuhan mengutus Yesaya untuk
mengingatkan Ahas bahwa Asyur yang menjadi tempatnya bersandar justru akan berbalik
menjadi penghancur kerajaan Yehuda (ayat 17). Penyerangan Asyur ini akan menjadi awal
penderitaan panjang yang dialami oleh rakyat Yehuda. Mereka akan menjadi bangsa yang kalah
dan sengsara. Yesaya menubuatkan tentang seorang anak yang akan mengembalikan kejayaan
umat Allah. Anak itu bernama Imanuel. Dalam tradisi Yahudi, Imanuel adalah nama yang
merujuk pada Mesias, orang yang diurapi Allah, yang kehadiranNya dinanti-nantikan umat
Israel.
Aplikasi
Dengan melihat latar belakang dan penjelasan teks di atas, dapat kita rumuskan beberapa
pesan:
1. Allah murka atas Raja Ahas sebab ia mengeraskan hatinya untuk tidak menghormati
kehadiran Tuhan. Ahas lebih mengandalkan kekuatan manusia, kekuatan alat-alat perang
bangsa lain daripada Allah.
2. Sikap mengabaikan Allah ditandai dengan mengandalkan diri atau pihak lain secara
berlebihan sehingga menyangkali kebergantungan kita pada Allah. Seperti kata-kata
dalam Yeremia 17: 5 dan Amsal 3: 5-7, “…janganlah bersandar pada pengertianmu
sendiri, ……..janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak.” Apabila kita berani
membuang kebenaran demi mendapatkan sesuatu; Apabila kita mulai merasa tidak ada
gunanya berdoa dan berharap, pada saat itulah kita telah mangabaikan Allah dari
kehidupan kita.
3. Bergantung pada Allah bukan berarti kita tidak mandiri. Orang kristen yang bergantung
pada Allah diberdayakan agar mandiri. Terikat namun merdeka. Mandiri namun
bergantung pada Tuhan. Dalam Tuhan kita mandiri untuk melakukan tugas
tanggungjawab yang dipercayakan Allah, dengan tetap bergantung pada Dia, sang
Pemberi daya hidup. Mengandalkan Tuhan adalah sebuah sikap menghormati dan kita
menjunjung tinggi penyertaanNya atas kita.
4. Di era milenial ini, kecanggihan teknologi telah mengambil posisi sebagai penolong
dalam banyak hal. Google, Youtube, Shopee, Lazada. Berbagai aplikasi internet
mempermudah orang melakukan sesuatu untuk memuaskan selera hati. Belanja sesuka
hati, meminjam uang dalam jumlah besar, semua itu bisa dilakukan dari dalam rumah
saja, tak perlu ke mana-mana. Teknologi membiasakan kita melakukan sesuatu serba
cepat dan instant. Tantangan terbesarnya adalah pada membangun relasi dengan Tuhan
yang tidak kelihatan di tengah-tengah tawaran menarik dari semua yang nyata terlihat.
Baik orang-orang tua maupun generasi muda didera arus yang sama.
5. Sehebat-hebatnya manusia melengkapi dirinya, memfasilitasi segla urusannya untuk
mempermudah hidupnya, mesti di sadari bahwa ada bagian dalam hidup kita yang hanya
bisa dijangkau oleh Allah. Seperti ungkapan ahli fisika dari Perancis, bernama Pascal
bahwa ada ruang kosong dalam diri manusia yang hanya dapat diisi dengan hal yang
ilahi.” Ada kehausan spiritual yang hanya bisa dipuaskan oleh Allah. Itu sebabnya kita
mendengar seorang lansia mengucapkan doa ketika ia mengingat kasih Allah sepanjang
jalan hidupnya. Kesaksian seorang yang berhasil lepas dari tabung Oksigen dan
perawatan di ruang operasi. Ungkapan syukur seorang istri yang menyaksikan jawaban
doanya bertahun-tahun agar Tuhan merubah perangai suaminya yang jahat ke arah yang
baik. Banyak orang berdoa dan menyaksikan bahwa Allah ada.
6. Allah beserta kita, di setiap musim. Janji Tuhan ini merupakan jaminan agar kita tidak
takut dan gentar terhadap persoalan. Segala kemampuan pada kita adalah anugerah
Tuhan. Karena itu jangan pernah mengabaikan Tuhan tatkala kita menyadari kemampuan
untuk mengatasi suatu masalah. Dalam menghadapi segala perkara tetaplah andalkan
Tuhan, sang Imanuel. Amin. (lotj)