Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan


“Bebeberapa Pemikiran Tentang Pendidikan”

Oleh: Kelompok 8

1. Chikha Aulia Linaldi (19231008)


2. Muhammad Rafif Figo (19086388)
3. Rahmat Fadhillah (19086230)

Dosen Pengampu: Drs. Syafril, M.Pd

Mata Kuliah Umum


Universitas Negeri Padang
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Beberapa Pemikiran
Tentang Pendidikan” tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Syafril, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan yang telah membimbing kami untuk
bisa menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah, kita banyak mendapat
tantangan dan hambatan tetapi dengan semangat, dan kerja sama sesama anggota kelompok
kami dan berbagai cara, tantangan itu bisa teratasi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 11 Oktober 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Jalur, Jenjang dan jenis Pendidikan.............................................................................2
1. Jalur Pendidikan.......................................................................................................2
2. Pendidikan Formal...................................................................................................3
3. Pendidikan Non-Formal...........................................................................................3
4. Pendidikan Informal................................................................................................4
B. Standar Pendidikan Nasional.......................................................................................7
1. Standar Kompetensi Lulusan...................................................................................7
2. Standar Isi................................................................................................................7
3. Standar Proses..........................................................................................................8
4. Standar Penilaian.....................................................................................................8
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan...........................................................9
6. Standar Pembiayaan...............................................................................................10
C. Dasar, Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Pendidikan Nasional.........................................10
1. Dasar Pendidikan Nasional....................................................................................10
2. Fungsi Pendidikan Nasional..................................................................................11
3. Tujuan Pendidikan Nasional..................................................................................12
4. Prinsip Pendidikan Nasional..................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Untuk itulah konsep pendidikan
haruslah adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Disamping itu, pendidikan hendaknya
melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang
akan datang. pendiikan seperti ini dapat diartikan bahwa pendiikan dilihat sebagai human
investment yang mempunyai perspektif multidimensional baik itu sosial, buday dan ekonomi
maupun politik. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang
akan menghasilkan manusia-manusia yang andal untuk menjadi subjek penggerak
pembangunan ekonominasional. Pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan
bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keterampilan
teknis yang memadai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jalur, jenjang dan jenis pendidikan?


2. Apa yang termasuk kedalam standar pendidikan nasional?
3. Bagaimana dasar, fungsi, tujuan dan prinsip dari pendidikan nasional?

C. Tujuan vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

1. Mengetahui apa itu jalur, jenjang, dan jenis pendidikan


2. Mengetahui apa yang termasuk kedalam standar pendidikan nasional
3. Mengetahui dasar, fungsi, tujuan dan prinsip dari pendidikan nasional

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jalur, Jenjang dan jenis Pendidikan

1. Jalur Pendidikan

Nnnnnnnnnnnnnnnn
Pendidikan adalah syarat mutlak dan dilindungi oleh negara sebagaimana yang
tercantum dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal
31 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Dari kalimat
ini, sangat jelas menyebutkan seberapa pentingnya arti sebuah pendidikan itu. Banyak
ragam dan jenis dari pendidikan itu, dan minimal dari kita secara perseorangan harus
memiliki pengetahuan tentang 3 (tiga) jalur sistem pendidikan yang dapat ditempuh untuk
bisa tetap memperoleh pendidikan agar kita bertahan dan bersaing dalam perkembangan
zaman dan generasi saat ini.

Dalam pasal 1 (satu) ayat 7 (tujuh) Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah
wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Kata kunci dari pasal ini adalah
wahana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata wahana mengandung
definisi sebagai alat pengangkut, kendaraan, alat atau sarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Dari 2 penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jalur pendidikan
adalah alat atau sarana yang digunakan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri yang dimilikinya dalam suatu proses pendidikan terhadap tujuan pendidikan yang
dicapainya.

Pasal 13 (tiga belas) ayat 1 (satu) Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Sehingga jelas bahwa, kita harus memahami dengan baik pengertian dan segala hal yang
berkaitan dengan jalur pendidikan yang telah diakui oleh negara

2
2. Pendidikan Formal

Sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 1 (satu) Ayat 11 (sebelas) Undang –
Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan kemudian diperjelas dengan keberadaan Pasal 1
(satu) ayat 6 (enam) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan, yang berbunyi Pendidikan Pendidikan formal merupakan jalur
pendidikan yang terstruktur dan bejenjang.

Ciri – ciri dari Jalur Pendidikan Formal ini adalah ;


 Memiliki kurikulum yang jelas.
 Memberlakukan syarat tertentu bagi peserta didik.
 Materi pembelajaran yang digunakan bersifat akademis.
 Proses pendidikannya cukup lama.
 Tenaga pengajarnya harus mempunyai kualifikasi
tertentu.Penyelengaraan pendidikan berasal dari pihak pemerintah
maupun pihak swasta.
 Peserta didik mengikuti ujian formal.
 Adanya pemberlakuan administrasi yang seragam.

Adapun yang menjadi contoh dari jenis pendidikan dari jalur pendidikan
formal ini adalah:

a. Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal ; Taman Kanak – Kanak (TK)
dan Raudhatul Athfal (RA).
b. Pendidikan Dasar ; Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
c. Pendidikan Menengah ; Sekolah Menegah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiyah (MTSn), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).
d. Pendidikan Tinggi ; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan
Universitas.

3. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem 
persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan 
yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam
mancapai tujuan belajarnya (Coombs 1973).

3
Pendidikan  yang program-programnya bersifat nonformal memiliki tujuan dan
kegiatan yang terorganisasi, diselenggarakan  di  lingkungan  masyarakat  dan lembaga-
lembaga untuk  melayani kebutuhan  belajar  khusus  para  peserta  didik.

Sasaran Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang


memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

Jenis Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak


usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi
Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

4. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga


sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
bersumber  dari  pengalaman  hidup  sehari-hari,  pengaruh  lingkungan termasuk di
dalamnya adalah pengaruh  kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan
pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa(Coombs 1973).

Pendidikan  yang  program- programnya   bersifat  informal tidak diarahkan untuk


melayani kebutuhan belajar yang terorganisasi.   Kegiatan  pendidikan   ini   lebih umum,   
berjalan  dengan   sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga,  serta 
melalui media massa, tempat bermain, dan lain sebagainya.

Alasan pemerintah menggagas pendidikan informal adalah:


 Pendidikan dimulai dari keluarga
 Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
dimulai dari keluarga
 Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
 Anak harus dididik dari lahir

4
Adapun perbedaan antara pendidikan formal, non-formal dan informal yaitu:

 Pendidikan formal
 Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
 Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
 Kurikulumnya jelas.
 Materi pembelajaran bersifat akademis.
 Proses pendidikannya memakan waktu yang lama
 Ada ujian formal
 Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
 Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
 Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

 Pendidikan Nonformal
 Tempat Pembelajaran bisa di luar gedung
 Kadang tidak ada persyaratan khusus.
 Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
 Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
 Bersifat praktis dan khusus.
 Pendidikannya berlangsung singkat
 Terkadang ada ujian
 Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

 Pendidikan Informal
 Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
 Tidak ada persyaratan
 Tidak berjenjang
 Tidak ada program yang direncanakan secara formal
 Tidak ada materi tertentu yangharus tersaji secara formal.
 Tidak ada ujian.
 Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.

Adapun persamaan antara jalur, jenjang serta jenis pendidikan yaitu:

 Sama-sama menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca


dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi

5
 Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.
 Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilaksanakan
melalui muatan dan atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan,
bahasa, seni dan budaya dan pendidikan jasmani.
 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan/ataukegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal yang
relevan.
 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan/ataukegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan/atauteknologi
informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
 Kelompok mata pelajaran estetika dilaksanakan melalui muatan
dan/ataukegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal
yang relevan.
 Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani , olah raga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan.
 Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan
nonformal dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
 Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik.
 Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
 Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal dan informal.
 Jalur, jenjang dan jenis pendidikan dapat dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

6
 Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke program
pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.15. Standar
Kompetensi Lulusan mengacu pada Permendikans No. 23 Tahun 2006
tanggal 23 Mei 2006.
 Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan oleh peraturan menteri
berdasarkan usulan BNSP
 Setiap satuan pendidikan formal, nonformal dan informal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan.

B. Standar Pendidikan Nasional

1. Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai
acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan meliputi:

a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A


b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C

2. Standar Isi

Standar isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pengaturan mengenai standar
isi tertuang dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar isi disesuaikan dengan substansi tujuan
pendidikan nasional yang dijabarkan dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.

Standar isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan


tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada
standar kompetensi lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ruang
lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai

7
ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Standar isi dijabarkan sesuai dengan mata
pelajaran dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan.

3. Standar Proses

Standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada


satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan mengenai standar proses telah
teruang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam standar proses dijelaskan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini
sejalan dengan prinsip pembelajaran aktif, seperti yang dijelaskan Silberman
(2009:21) pembelajaran aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung,
dan menarik hati karena setiap kali peserta didik tidak hanya terpaku pada tempat-
duduk tetapi berpindah dan berpikir. Prinsipnya pembelajaran diarahkan pada siswa
karena belajar dan pembelajaran tidak ditentukan oleh keinginan guru tetapi lebih
pada siswa. Sanjaya (2008: 219-222) menjelaskan bahwa pembelajaran ditunjukan
dengan beberapa ciri adanya proses berfikir, memanfaatkan potensi otak, dan belajar
sepanjang hayat.

4. Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan


instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang perubahan PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Pengaturan mengenai standar penilaian diatur dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Di dalam Permendikbud tersebut disebutkan
bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas
pertama, penilaian hasil belajar oleh pendidik yang bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.

 Bentuk penilaian oleh pendidik dapat berupa penilaian hasil belajar dalam bentuk
ulangan, penugasan, dan atau bentuk lain yang hasilnya digunakan untuk mengukur

8
pencapaian kompetensi peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, serta
menyusun laporan kemajuan siswa.
 Kedua, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, dilakukan
melalui ujian sekolah sebagai penentuan kelulusan dari satuan pendidikan. Selain itu,
penilaian oleh satuan pendidikan digunakan untuk penjaminan mutu dengan
menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria kenaikan kelas.
 Ketiga, penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh
pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu berbentuk ujian nasional atau bentuk lain yang hasilnya
digunakan untuk pemetaan mutu, pertimbangan seleksi masuk ke jenjang berikutnya,
pembinaan dan pemberian bantuan untuk meningkatkan mutu pendidikan

5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai


pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan
(Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan PP nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pendidik adalah guru sebagai pemegang
peran penting dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan tenaga kependidikan pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium. Standar pendidik dan
tenaga kependidikan tertuang dalam berbagai peraturan diantaranya:
a. Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas yaitu kompetensi kepribadan,
supervise manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan
pengembangan, serta kompetensi sosial.
b. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi
kepribadan, manajerial, kewirausahaan, supervisi, serta sosial.
c. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Standar Guru yang berisikan mengenai
kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
d. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/ Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah yaitu
kompetensi kepribadian, sosial, teknis, dan manajerial.

9
e. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah tenaga laboratorium harus memliki kualifikasi akademik
yang sesuai serta empat kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian,
sosial, administratif, dan profesional.

6. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya


operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pengaturan mengani
standar biaya operasional tertuang dalam Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009
tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTS), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB).

C. Dasar, Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Pendidikan Nasional

1. Dasar Pendidikan Nasional

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi


kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah
atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.Begitu pula halnya
dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang
mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah
dirumuskan antara lain sebagai berikut:

 Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,


Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan
pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
 Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi:
Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.

10
 Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab
IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila.
 Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian
Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
 Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
 Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun
1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

2. Fungsi Pendidikan Nasional

Fungsi pendidikan nasional adalah memberikan suatu pengajaran dengan ilmu


pengetahuan untuk membentuk karakter bangsa yang takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta mencetak karakter, kreativitas dan kecerdasan anak sejak dini.

Dasar dan fungsi tujuan pendidikan sesuai dengan pendidikan nasional


berdasarkan pancasila dan Undang-undang Nasar Negara Republik Indonesia Tahun
1924 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sesuai yang tercantum Di dalam UU NO.20/2003 tentang Sisdiknas, Bab II pasal 2-3:
Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, melahirkan butiran-butiran sebagai
berikut:
i. Pasal 2: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
ii. Pasal 3:Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

11
Setidaknya ada dua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang 
pernah dimiliki Indonesia yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih di kenal
dengan nama UUSPN. Dan yang kedua Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UU
SISDIKNAS, sebelum adanya kedua Undang-undang yang mengatur tentang system
pendidikan nasional, Indonesia hanya memiliki Undang-undang tentang pokok-pokok
pengajaran dan pendidikan yaitu Undang-undang Nomor 4 tahun 1950.Adanya
perubahan UUSPN No.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003
dimaksudkan agar system pendidikan nasional kita bisa menjadi jauh lebih baik
dibanding dengan system pendidikan sebelumnya.

3. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional harus sesuai dengan Tap MPRS No


XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, sehingga
dirumuskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia Pancasila
sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Dalam UU No. 2 tahun 1989 juga
ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan artian bahwa manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur,
memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
pribadi yang baik, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan,
kebangsaan.

Tujuan pendidikan nasional yaitu bertujuan untuk membentuk karakter bangsa


serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan-tujuan terserbut dapat
dipantau sejak anak atau seseorang memulai pendidikan dari awal hingga akhir,
dengan adanya suatu penilaian selama menjalani masa pendidikan.

Pendidikan nasional yang ada di Indonesia menggunakan sistem pendidikan


yang diberikan dengan memberikan pembelajaran atau mengajarkan materi tertentu,
dan pada akhir materi akan diberikan suatu penilaian untuk mengukur kemampuan
siswa. Dengan adanya penilaian maka dapat dipantau seberapa besar kemajuan,
kemampuan dan tingkat pemahaman dari peserta didik. Salah satunya yang selalu
dijadikan penilaian dari pendidikan nasional Indonesia adalah melalui Ujian Nasional
(UN). Namun sebenarnya dengan Ujian Nasional belum dapat dijadikan sebagai cara
untuk mengukur tujuan pendidikan lainnya, seperti membentuk akhlak, spritual
keagamaan, kepribadian, dan lain-lain. Dengan Ujian Nasional di akhir pendidikan,

12
yang dapat dinilai hanyalah yang berhubungan dengan penyampaian materi selama
masa pendidikan saja, bukan karakter kepribadian.

4. Prinsip Pendidikan Nasional

Adapun prinsip Sistem Pendidikan Nasional yakni:

 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan ke
majemukan bangsa.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multi makna.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
 Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia mempunyai
landasan ideal adalah Pancasil, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan
operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN.

B. Saran

Mengingat sistem pendidikan di Indonesia yang semakin terpuruk dan banyak anak-
anak yang tidak melanjutkan sekolah, seharusnya pemerintah harus tanggap terhadap hal
tersebut, seperti menambah anggaran pendidikan dalam APBN, meningkatkan kesejahteraan
Guru, menambah infrastruktur sekolah, mencanangkan wajib belajar 12 tahun, serta
memperbaiki sistem pendidikan yang terkesan carut-marut yang pada akhirnya semakin
membingungkan peserta didik.

Perbaikan mutu pendidikan juga sangat diperlukan, karena di era globalisasi seperti
sekarang ini yang menuntut kemajuan pendidikan di negara kita.Sistem pendidikan yang
tangguh juga sangat diperlukan untuk memajukan peserta didik yang tangguh pula. Peran
besar pemerintah juga sangat diperlukan untuk memajukan mutu pendidikan di pedalaman
Indonesia, yang sekarang terkesan diabaikan. Pada intinya, semuanya dimulai dari perbaikan
sistem pendidikan, mutu pendidikan serta anggaran pendidikan yang maksimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, H. (2014). Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo.


Djohar. (2006). Guru Pendidikan dan Pembinaannya, Penerapannya Dalam Pendidikan dan
UU Guru. Yogyakarta: CV. Grafika Indah
Grafika, R. S. (2003). Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar
Grafika
Kuswana, Wowo Sunaryo. (2013). Dasar-Dasar Pendidikan Vokasi & Kejuruan. Bandung:
Alfabeta
Pujiriyanto. (2012). Teknologi untuk Pengembangan Media dan Pembelajaran. Yogyakarta:
UNY Press.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Sagala, Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta

15

Anda mungkin juga menyukai