Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan 2 :

Macam-macam bahan Agregat (pasir, krikil, portland cement)


Pengertian Agregat dan Klasifikasinya
Pengertian Agregat

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan besarnya. Agregat
untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran
antara 0,063 mm – 150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang
diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Dalam hal ini, agregat
yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse agregat (kerikil ), coarse sand ( pasir
kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat
(strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% – 75% dari volume total beton.

Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton :

 Menghemat penggunaan semen Portland


 Menghasilkan kekuatan besar pada beton
 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton
 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat

   1. Agregat Kasar

Agregat kasar  (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm – 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:

 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar yang
butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui
20% berat agregat seluruhnya.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya. Bila
melampaui harus dicuci.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang
relatif alkali.
 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
 Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban
uji 20 ton.
 Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6 – 7,5.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:

1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar
sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton
berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi
disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.

 2. Agregat Halus

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
berukuran 0,063 mm – 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus
(Fine Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah
digunakan sebagai agregat halus. Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya
tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-
lain.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila kadar
lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk
campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu banyak dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan
NaOH 3%.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2 – 3,2.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2 – 4,5.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.

Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat dipakai, asal saja
kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan agregat yang sama, tetapi dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang
kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.

Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan apabila diayak dengan
ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%


 Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
 Sisa diatas ayakan 0,025  beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625
sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai
tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat
tumbuh di atas pasir, karena rongga-rongganya yang besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan
asal pembentukannya. Pasir juga penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen.

Penggunaan pasir sebagai bahan bangunan[sunting | sunting sumber]


Pasir adalah bahan bangunan yang banyak dipergunakan dari struktur paling bawah hingga
paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir uruk, adukan hingga campuran beton. Beberapa
pemakaian pasir dalam bangunan dapat kita jumpai seperti:

 Penggunaan sebagai urukan, misalnya pasir uruk bawah pondasi, pasir uruk bawah lantai,
pasir uruk di bawah pemasangan paving block dan lain lain.
 Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai adukan untuk lantai
kerja, pemasangan pondasi batu kali, pemasangan dinding bata, spesi untuk pemasangan
keramik lantai dan keramik dinding, spesi untuk pemasangan batu alam, plesteran dinding
dan lain lain.
 Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang maupun tidak bertulang,
bisa kita jumpai dalam struktur pondasi beton bertulang, sloof, lantai, kolom, plat lantai, cor
dak, ring balok dan lain -lain.
Disamping itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan bangunan yang dipergunakan
sebagai bahan campuran untuk pembuatan material cetak seperti pembuatan paving block,
kansteen, batako dan lain lain.
Ada beberapa jenis pasir yang biasa dijual diantaranya
Pasir Beton[sunting | sunting sumber]
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan dan harganya lumayan mahal, anda bisa
lihat didaftar harga pasir. Pasir Beton biasanya berwarna hitam dan butirannya cukup halus,
tetapi apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar kembali. Pasir ini baik
sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi, juga pemasangan bata dan batu.
Pasir Pasang[sunting | sunting sumber]
Pasir Pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri cirinya apabila dikepal dia akan
menggumpal tidak kembali lagi ke semula. Jenis pasir ini harganya lebih murah dibanding
dengan pasir beton. Pasir pasang biasanya dipakai untuk campuran pasir beton agar tidak terlalu
kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir Elod[sunting | sunting sumber]
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan pasir pasang. Harga Pasir ini
jauh lebih murah dibanding Jenis Pasir yang lainnya. Ciri ciri pasir elod adalah apabila dikepal
dia akan menggumpal dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan
warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk
campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk campuran
pembuatan batako.
Pasir Merah[sunting | sunting sumber]
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi atau Cianjur karena
pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir Jebrod biasanya bagus untuk bahan Cor
karena cirinya hampir sama dengan pasir beton namun lebih kasar dan batuannya agak lebih
besar.
Pasir Silika[sunting | sunting sumber]
Pasir silika atau biasa disebut juga pasir kuarsa merupakan jenis pasir yang terdiri dari
kandungan Mineral yang strukturnya kristal heksagonal yang tersusun dari silika trigonal yang
terkristalisasi atau biasa disebut silikon dioksida/asam silikatt yang rumus kimianya yaitu SiO2,
memiliki skala kekerasan Mohs 7 dan densitas 2,65 g/cm³
Sumber Pasir[sunting | sunting sumber]
Saat ini sumber pasir ada dua jenis:

 Pasir Alam, yaitu pasir yang bersumber dari gunung, sungai, pasir laut, bekas rawa dan
ada juga dari pasir galian .
 Pasir Pabrikasi, yaitu pasir yang didapatkan dari penggilingan bebatuan yang kemudian
diolah dan disaring sesuai dengan ukuran maksimum dan minimum aggregat halus.
Krikil
Kerikil (bahasa Inggris: gravel) ialah bebatuan kecil, biasanya batu granit yang dipecahkan.
Ukuran kerikil yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm.
Kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk
memproduksi bata.

Jenis[sunting | sunting sumber]
Terdapat beberapa jenis batu kerikil yang sudah dikenali, yakni:

 Kerikil tepi
 Kerikil pantai
 Cadas teluk
 Cadas tumbukan
 Kerikil tumbukan
 Kerikil murni
 Kerikil sisa
 Kerikil Piemonte
 Kerikil gunung
 Kerikil sungai
Portland Cement

Bahan pengikat hidrolis yang paling utama adalah semen Portland. Disebut pengikat hidrolis
karena semen Portland akan mengikat (sifat adhesi dan kohesi) apabila diberi air dan kemudian
terjadi reaksi kimia (proses hidrasi) yang bermula dari pasta semen yang plastis kemudian
menjadi kaku dan keras. Semen portland hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling halus
klinker (mineral pembentuk semen), yang terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis yaitu CaO (kapur hidup), SiO2 (pasir besi/silika), Al203 (alumina), Fe2O3 , dan
gypsum/gips sebagai bahan pembantu dan mengatur pengikatan.

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland terbagi dalam 5 jenis yaitu :

 Tipe I, yaitu untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya. Hanya tipe ini yang harus dipakai jika
ingin ditambah additive dan admixture.
 Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak tahan
terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
 Tipe III, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi.
 Tipe IV, yaitu untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah.
 Tipe V, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap Sulfat.

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa rekristalisasi
dalam bentuk interlocking-crystals sehingga membentuk gel semen yang akan mempunyai
kekuatan tekan tinggi apabila mengeras.

Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang digunakan secara umum di seluruh
dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester, dan adukan non-spesialisasi. Semen ini
dikembangkan dari jenis lain kapur hidrolik di Britania Raya pada pertengahan abad ke-19, dan
biasanya berasal dari batu kapur. Semen ini adalah serbuk halus yang diproduksi dengan
memanaskan batu gamping dan mineral tanah liat dalam tanur untuk membentuk klinker,
penggilingan klinker, dan menambahkan sejumlah kecil bahan lainnya. Beberapa jenis semen
Portland tersedia, yang paling umum disebut semen Portland biasa (OPC), berwarna abu-abu,
namun semen Portland putih juga tersedia. Namanya berasal dari kesamaannya dengan batu
Portland yang digali di Pulau Portland di Dorset, Inggris. Nama itu dinamai oleh Joseph
Aspdin yang mendapatkan hak paten untuknya pada tahun 1824. Namun, anak laki-
lakinya William Aspdin dianggap sebagai penemu semen Portland "modern" karena
perkembangannya pada tahun 1840-an.[1]
Semen Portland bersifat kaustik, sehingga bisa menyebabkan luka bakar kimia.[2] Bubuk tersebut
dapat menyebabkan iritasi atau, dengan paparan yang parah, kanker paru-paru, dan dapat
mengandung beberapa komponen berbahaya; Seperti kristal silika dan kromium heksavalensi.
Kekhawatiran lingkungannya adalah konsumsi energi yang tinggi yang dibutuhkan untuk
menambang, memproduksi, dan mengangkut semen; serta polusi udara terkait, termasuk
pelepasan gas rumah kaca (misalnya, karbon dioksida), dioksin, NOx, SO2, dan partikulatnya.
Biaya rendah dan ketersediaan batu kapur, serpih, dan bahan alami lainnya yang banyak
digunakan di semen Portland menjadikannya salah satu bahan dengan biaya terendah yang
banyak digunakan selama abad terakhir di seluruh dunia. Beton yang dihasilkan dari semen
Portland adalah salah satu bahan konstruksi paling serbaguna yang tersedia di dunia.
Beton segar
Semen Portland dikembangkan dari semen alami yang dibuat di Britania Raya yang dimulai pada
pertengahan abad ke-18. Namanya berasal dari kesamaannya dengan batu Portland, sejenis batu
bangunan yang digali di Pulau Portland di Dorset, Inggris.[3]
Pengembangan semen Portland modern (kadang-kadang disebut semen Portland biasa atau biasa)
dimulai pada tahun 1756, ketika John Smeaton bereksperimen dengan kombinasi berbagai batu
gamping dan aditif, termasuk tras dan pozzolana, yang berhubungan untuk pembangunan
terencana sebuah mercusuar,[4] Sekarang dikenal sebagai Menara Smeaton. Pada akhir abad ke
18, semen Romawi dikembangkan dan dipatenkan pada 1796 oleh James Parker;[5] Semen
Romawi dengan cepat menjadi populer, namun sebagian besar digantikan oleh semen Portland
pada tahun 1850-an.[4] Pada tahun 1811, James Frost memproduksi semen yang ia sebut semen
Britania.[5] James Frost dilaporkan telah mendirikan pabrik pembuatan semen buatan tahun 1826.
[6]
 Pada tahun 1843, putra Aspdin William memperbaiki semen mereka, yang pada awalnya
disebut 'semen Portland Paten', meskipun ia tidak memiliki hak paten. Pada tahun 1818, insinyur
Prancis Louis Vicat menemukan kapur hidrolik buatan yang dianggap sebagai 'pelopor
utama'[4] semen Portland dan, '... Edgar Dobbs dari Southwark mempatenkan semen jenis ini pada
tahun 1811'.[4] Semen Portland digunakan oleh Joseph Aspdin dalam paten semennya tahun
1824[3] karena kemiripan semen dengan batu Portland. Nama 'semen Portland' juga tercatat dalam
sebuah direktori yang diterbitkan pada tahun 1823 yang terkait dengan William Lockwood, Dave
Stewart, dan mungkin yang lainnya.[7] Namun, semen Aspdin tidak seperti semen Portland
modern, namun merupakan langkah awal dalam pengembangan semen Portland modern, yang
disebut 'semen proto-Portland'.[4]
William Aspdin dianggap sebagai penemu semen Portland "modern".[1]
William Aspdin telah meninggalkan perusahaan ayahnya, dan dalam pembuatan semennya,
ternyata secara tidak sengaja memproduksi kalsium silikat pada tahun 1840an, sebuah langkah
tengah dalam pengembangan semen Portland. Pada tahun 1848, William Aspdin lebih jauh
memperbaiki semen; Pada tahun 1853, ia pindah ke Jerman, di mana ia terlibat dalam pembuatan
semen.[7] William Aspdin membuat apa yang bisa disebut 'semen meso-Portland' (campuran
semen Portland dan kapur).[8] Isaac Charles Johnson selanjutnya menyempurnakan produksi
semen meso-Portland (tahap tengah pembangunan), dan mengaku sebagai bapak asli semen
Portland.[9]
John Grant dari Dewan Pekerjaan Metropolitan pada tahun 1859 menetapkan persyaratan untuk
semen yang akan digunakan di proyek saluran London. Persyaratan ini menjadi spesifikasi
semen Portland. Perkembangan selanjutnya dengan pembuatan semen Portland adalah
pengenalan tanur berputar, yang dipatenkan oleh Jerman Friedrich Hoffmann, yang disebut
tungku tanur Hoffmann untuk pembuatan batu bata pada tahun 1858, dan kemudian Frederick
Ransome pada tahun 1885 (Britania Raya) dan 1886 (Amerika Serikat); yang memungkinkan
campuran lebih kuat, lebih homogen dan proses manufaktur yang terus menerus.[4] Tanur
Hoffman 'tanpa akhir' yang memberi 'kontrol sempurna atas pembakaran' diuji pada tahun 1860,
dan menunjukkan bahwa proses tersebut menghasilkan kadar semen yang lebih baik. Semen ini
dibuat di Portland Cementfabrik Stern di Stettin, yang merupakan yang pertama menggunakan
tanur Hoffman.[10] Diperkirakan semen Portland modern pertama dibuat di sana. Asosiasi Pabrik
Semen Jerman mengeluarkan standar semen Portland pada tahun 1878.[11]
Semen Portland telah diimpor ke Amerika Serikat dari Jerman dan Inggris, dan pada tahun 1870-
an dan 1880-an, produk ini diproduksi oleh semen Portland Eagle di dekat Kalamazoo,
Michigan, dan pada tahun 1875, semen Portland pertama diproduksi oleh Coplay Cement
Company di bawah Arah David O. Saylor di Coplay, Pennsylvania.[12] Pada awal abad 20, semen
Portland buatan Amerika telah menyingkirkan sebagian besar semen Portland yang diimpor.
Komposisi[sunting | sunting sumber]
ASTM C150[2] mendefinisikan semen Portland sebagai 'semen hidrolik (semen yang tidak hanya
mengeras dengan bereaksi dengan air tetapi juga membentuk produk tahan air) yang dihasilkan
oleh klinker penghancur yang pada dasarnya terdiri dari kalsium silikat hidrolik, biasanya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai penambahan antar tanah'. [13] Standar
Eropa EN 197-1 menggunakan definisi ini:
Klinker semen Portland adalah material hidrolik yang terdiri dari paling sedikit dua pertiga
massa kalsium silikat, (3 CaO·SiO2, dan 2 CaO·SiO2), sisanya terdiri dari fasa klinker mengandung-
aluminium dan besi serta senyawa lain. Rasio CaO terhadap SiO2 tidak boleh kurang dari 2.0.
Kandungan magnesium oksida (MgO tidak boleh melebihi 5,0% massa.
(Dua persyaratan terakhir sudah ditetapkan di Standar Jerman, dikeluarkan pada tahun 1909).
Klinker membentuk lebih dari 90% semen, bersama dengan jumlah terbatas kalsium sulfat (yang
mengendalikan waktu yang ditentukan), dan sampai 5% unsur penyusun kecil (pengisi) sesuai
dengan berbagai standar. Klinker adalah nodul (diameter, 0.2–1.0 inch [5–25 mm]) dari bahan
sinter yang diproduksi bila campuran mentah komposisi yang telah ditentukan dipanaskan
sampai suhu tinggi. Reaksi kimia kunci yang mendefinisikan semen Portland dari limau hidrolik
lainnya terjadi pada suhu tinggi ini (>1300 °C (2370 °F)) dan adalah ketika belit (Ca2SiO4)
dikombinasikan dengan kalsium oksida (CaO) untuk membentuk alit (Ca3SiO5).[14]

Pembuatan[sunting | sunting sumber]
Klinker semen Portland dibuat dengan pemanasan, dalam tanur semen, campuran bahan mentah
sampai suhu kalsinasi di atas 600 °C (1112 °F) dan kemudian suhu fusi, yaitu sekitar 1450 °C
(2640 °F) untuk semen modern, untuk melengketkan bahan ke dalam klinker. Bahan dalam
klinker semen adalah alit, belit, tri-kalsium aluminat, dan tetra-kalsium alumino ferit.
Aluminium, besi, dan magnesium oksida hadir sebagai fluks yang memungkinkan kalsium silikat
terbentuk pada suhu yang lebih rendah,[15] dan sedikit memberi kontribusi pada kekuatan. Untuk
semen khusus, seperti tipe Low Heat (LH) dan Sulfate Resistant (SR), perlu untuk membatasi
jumlah trikalsium aluminat, (3 CaO·Al2O3) terbentuk. Bahan baku utama untuk pembuatan
klinker biasanya batu kapur (CaCO3) dicampur dengan bahan kedua yang mengandung tanah liat
sebagai sumber alumino-silikat. Biasanya, batu kapur tidak murni yang mengandung tanah liat
atau SiO2 digunakan. Kandungan CaCO3 pada batu kapur tersebut dapat serendah 80%. Bahan
baku sekunder (bahan dalam campuran mentah selain batu kapur) bergantung pada kemurnian
batu kapur. Beberapa bahan yang digunakan adalah tanah liat, serpih, pasir, bijih
besi, bauksit, abu terbang, dan terak. Ketika tanur semen dibakar oleh batu bara, abu batubara
bertindak sebagai bahan baku sekunder.
Pembuangan atau pengolahan limbah[sunting | sunting sumber]

Ban yang telah terpakai dimasukkan dalam tanur semen


Karena suhu tinggi di dalam tanur semen, dikombinasikan dengan atmosfer yang mengoksidasi
(kaya oksigen) dan waktu tinggal yang lama, tanur semen digunakan sebagai pilihan pengolahan
untuk berbagai jenis aliran limbah: memang, mereka secara efisien menghancurkan banyak
senyawa organik berbahaya. Aliran limbah juga sering mengandung bahan mudah terbakar yang
memungkinkan penggantian sebagian bahan bakar fosil yang biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya.
Bahan limbah yang digunakan dalam tanur semen sebagai bahan pelengkap bahan bakar:[16]

 Ban mobil dan truk – sabuk baja mudah ditoleransi dalam tanur
 Cat lumpur dari industri mobil
 Limbah pelarut dan pelumas
 Daging dan tepung tulang – limbah rumah potong karena kekhawatiran kontaminasi
oksigen encephalopathy bovine
 Limbah plastik
 Limbah lumpur
 Lambung beras
 Limbah Tebu
 Rel kayu yang telah digunakan
 Spent cell liner dari industri peleburan aluminium (disebut juga spent pot liner)
Pembuatan semen Portland juga memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari
penggunaan produk sampingan industri dari aliran limbah.[17] Ini termasuk khususnya:

 Terak
 Abu terbang (dari pembangkit listrik)
 Asap silika (dari pabrik baja)
 Gipsum sintetik (dari desulfurisasi)

Anda mungkin juga menyukai