Oleh :
B. Etiologi
Etiologi tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium
tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering
disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan bersifat aerob. Basil ini
berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil, serta bersifat
fakultatif. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai panjang
bersifat mikolik, kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua komponen
ini memproteksi kuman terhadap serangan sel liposom tubuh dan juga
dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan asam (pewarna
tahan asam) (Jahja, 2018).
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal
0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid),
kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri
tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis
menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Setiati, 2015).
(reaktivasi)
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnostik tuberkulosis sudah dapat di pastikan.
Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang,
dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil
dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negartif maka pemeriksaan perlu diulang kembali.
Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka
dilakukan mikroskopik BTA negatif.
3. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan
bakteri tahan asam.
4. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
5. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan
yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya
kavitas dan area fibrosa
6. Pemeriksaan histology/kultur jaringan positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis
7. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis
8. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi
9. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa
kerusakan jaringan paru
10. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatkan ruang fungsi, meningkatnya
rasio residu udara pada kapasitas total kapasitas total paru, dan
menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat
dari tuberkulosis kronis)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mokus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli,
sekresi bertahan/sisa sekresi
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
keletihan, keletihan otot pernapasan
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya
:Airlangga University Press.
Andra F.S & Yessi M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika
Ardiansyah , M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Klinis.
Jakarta
Widta Medika.
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB.
Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
Heriadi, Slamet, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya Departemen
Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo