8 SKRIPSI
10 SURIANA
11 O 271 162
12
13
14
26 SKRIPSI
27
33 SURIANA
34 O 271 16 162
35
36
37
ii
44 RINGKASAN
iii
84
85
86 HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Suriana
Stambuk : O 271 16 162
Jurusan : Kelautan dan perikanan
Universitas : Tadulako
87
89 Menyetujui,
91 Disahkan oleh,
92 Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
93 Universitas Tadulako
94
iv
99 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
1011. Karya ilmiah (skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
102 mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di
103 Universitas Tadulako maupun di Perguruan Tinggi yang lain.
1042. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
105 tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
1063. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
107 atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
108 dicantumkan sebagai acuan dan menuliskan sumber acuan tersebut dalam
109 daftar pustaka.
1104. Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudia hari
111 terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
112 bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
113 diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
114 berlaku di perguruan tinggi.
115 Palu, November 2021
116 Yang membuat pernyataan,
117 Materai Rp.6000
118
119
120 Suriana
121 NIM. O 271 16162
122
123
124
125
v
126 UCAPAN TERIMAKASIH
127 Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
131mengucapkan terima kasih yang yang sebesar-sebesarnya kepada kedua orang tua
132ayahanda Asrin ATO, ibunda Rajeni NUBO. Suami tercinta Muh. Rifaldhi dan
133mertua papa Drs. Makmun dan mama Hajrah yang selalu mendukung dan
134memberi do’a serta kasih sayang yang tidak terhingga kepada penulis. Keluarga
135besar tercinta yang selalu memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan
1371. Ibu Dr. Ir. Eka Rosyida, M.App. Sc dan Nur Hasanah, S.Pi., M.Si selaku
1402. Bapak Rusaini S.Pi., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Perikanan dan
1423. Bapak Dr. Akbar Marzuki Tahya, S.Pi., M.Si selaku Koordinator Program
1444. Segenap dosen Program Studi Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan
145 Universitas Tadulako yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan tentang
146 perikanan.
vi
149 Dina mulia, dan Moh. Fitrah. yang telah membantu dan memberikan motifasi
151 Penulis menyadari isi laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
152itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
154
156
157 Suriana
158
159
160
161
162
163
164
165
vii
166 DAFTAR ISI
167 Halaman
168HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
169HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
170RINGKASAN.................................................................................................. iii
171HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
172HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.................................................. v
173UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... vi
174DAFTAR ISI................................................................................................... vii
175DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
176DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
177DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
178
179BAB 1 PENDAHULUAN
viii
205 3.4 Rancangan Penelitian ..................................................................... 15
206 3.5 Variabel Penelitian ......................................................................... 16
207 3.5.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak................................................. 16
208 3.5.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak.............................................. 16
209 3.5.3 Efesiensi Pemanfaatan Pakan.............................................. 17
210 3.5.4 Kelangsungan Hidup............................................................ 17
211 3.5.5 Kualitas Air.......................................................................... 18
212 3.6 Analisis Data................................................................................... 18
229DAFTAR PUSTAKA
230LAMPIRAN
231RIWAYAT PENULIS
232
233
234
235
236
237
238
ix
239 DAFTAR TABEL
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
x
256 DAFTAR GAMBAR
267
268
269
270
271
272
273
274
275
xi
276 DAFTAR LAMPIRAN
303
304
305
306
307
308
xii
309 BAB 1 PENDAHULUAN
313mencapai 18,44 juta ton. Salah satu komoditas budidaya ikan air tawar yang
314memiliki permintaan cukup tinggi di pasar domestik maupun ekspor adalah ikan
315nila (Oreochromis niloticus) (Rosadi dkk., 2012). Menurut Wijaya (2011) ikan
316nila merupakan salah satu komoditas unggulan bagi masyarakat indonesia. Ikan
317nila sebagai sumber protein hewani yang mempunyai kandungan gizi 17,7 %
318protein dan 1,3% lemak. Beberapa keunggulan ikan nila diantaranya merupakan
319ikan omnivora yang memiliki toleransi salinitas yang luas terhadap lingkungan,
320budidaya yang mudah, kandungan gizi yang tinggi, rasa daging yang digemari dan
322 Pakan ikan merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usaha
323budidaya, namun biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan relatif besar
324mencapai 35-70% dari total biaya produksi (Mustofa dkk., 2018). Oleh sebab itu,
325salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan cara membatasi pemberian
327(Rachmawati dkk., 2010). Metode pemberian pakan yang efisien salah satunya
329serta mempercepat pertumbuhan ikan. Pemuasaan adalah salah satu cara yang
331(Tahe, 2008).
2
336periode pemuasaan sehingga konsumsi pakan harian meningkat pada saat ikan
338 Penelitian pemuasaan pada ikan, telah dilakukan beberapa peneliti antara lain
339Widyantoro dkk., (2014) dan Afiyah dkk., (2009) Ikan lele (Clarias gariepinus).
340Cahyanti dkk., (2015) Ikan baung (Hemibagrus nemurus). Andrilla dkk., (2019)
341ikan bandeng (Chanos-chanos). Mustofa dkk., (2018) Ikan mas (Cyprinus carpio).
342Mulyani dkk., (2014) dan Sari dkk., (2017) ikan nila (Oreochromis niloticus).
343Menggunakan metode dipuasakan 1 hari, diberi pakan ada yang 1 hari, 2 hari, 3
344hari, 4 hari dan 5 hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari.
3481.2 Tujuan
351secara periodik.
352
353
3
354
3551.3 Manfaat
356 Semoga dapat dapat memberikan manfaat bagi orang banyak dan dapat
359budidaya.
3601.4 Hipotesis
361 Pertumbuhan, efisiensi pemanfaatan pakan dan kelangsungan hidup pada ikan
363pengaruh.
364 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
371
372
373
374
375
376
377 Gambar 2-1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
378
379 Menurut Ningrum (2012), secara umum, morfologi ikan nila memiliki
380 bentuk tubuh pipih dengan sisik berukuran besar berbentuk ctenoid,
381 matanya sedikit menonjol dan cukup besar dengan daerah tepi tubuh
382 berwarna putih, bibirnya tebal serta bisa disembulkan. Jumlah sisik pada
383 gurat sisi sebanyak 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip
384 duburnya memiliki jari–jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip
385 punggung dan sirip dada berwarna hitam. Ikan nila dapat mencapai 30 cm
388 bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip
389 ekor (Caudal) ditemukan garis lurus (Vertikal). Pada sirip punggung
390 ditemukan garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar
391 dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan
392 penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Ikan nila
393 memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (Dorsal), sirip dada
394 (Pectoral) sirip perut (Ventral), sirip anal (Anal), dan sirip ekor (Caudal).
395 Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai
396 bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut
397 yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak
398 panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan
4002.1.2 Habitat
401 Ikan nila (Oreochromis niloticus) berasal dari Sungai Nil dan
403 di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang
404 beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Manan 2019). Menurut
405 Shindu, (2005) ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti
406 sungai, danau, waduk dan rawa. Toleransinya yang tinggi terhadap
407 salinitas, maka ikan dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau
409 Ikan nila pertama kali di datangkan di Indonesia dari Taiwan pada
410 tahun 1969, merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang
411 mempunyai prospek yang baik, karena ikan nila memiliki sifat yang
413 relatif cepat dan toleran terhadap kondisi lingkungan perairan yang kurang
415
416
418 Ikan nila merupakan ikan jenis omnivora (pemakan segala). Pada ukuran
419benih, ikan nila memakan zooplankton sepertti Moina sp., Daphnia sp., Rotifer
420sp., atau Artemia sp., selain zooplankton, ikan ini juga dapat diberi pakan berupa
421alga atau lumut. Ukuran dewasa, ikan nila dapat diberi pakan tambahan berupa
422pellet (Az zahra, 2019). Aini, (2013) mengemukakan bahwa kebiasaan makan
423ikan nila berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka
425tidak hanya juga mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan nila juga
426memakan jenis makanan tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak halus,
429komersil dengan kadar protein 28-30%, kadar air 12%, serat 6% dan abu 8%)
430dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00,
432 Menurut Mulqan dkk., (2017) ikan nila yang berukuran panjang 5-8 cm
433diberikan pakan berupa pellet komersil dengan kadar protein 38%. Frekuensi
434pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan jumlah 5% dari berat
435tubuh ikan. Sedangkan menurut Hartami dkk., (2015) ikan nila yang berukuran
436panjang 7-8 cm diberikan pakan berupa pellet komersil dengan kadar protein
43716%, lemak 4%, serat 8%, kadar abu 12% dan kadar air 12%. Frekuensi
438pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB
440 Menurut Khairuman dan Amri (2013) ikan nila adalah ikan yang peka
441terhadap cahaya dan cenderung aktif pada siang hari. Ikan nila juga sangat
442responsif terhadap pakan buatan (pellet) baik pakan terapung maupun tenggelam.
443Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam kondisi
444kenyang. Kebiasaan ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas
445matahari. Pada siang hari dimana intensitas matahari cukup tinggi dan suhu air
449 suatu waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan,
450 umur dan kualitas air (Mulqan dkk., 2017). Pertumbuhan dipengaruhi oleh
451 faktor dalam dan faktor luar, faktor dalam yang mempengaruhi antara lain
453 Sedangkan faktor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain
454 makanan, kualitas air, dan ruang gerak (Setyowati, 2007). Kelangsungan
8
455 hidup adalah jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan. Ikan
456 sangat bergantung pada daya adaptasi terhadap makanan dan lingkungan,
457 status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung
459 bergantung kepada daya adaptasi ikan terhadap makanan yang baik,
460 keadaan fisik ikan yang cukup kuat, kualitas makanan yang diberikan
461 cukup baik, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan
463 Aliyas dkk., (2016) menyatakan kelangsungan hidup benih ikan nila
464 pada setiap perlakuan merupakan rata-rata persentase dari jumlah ikan
465 yang hidup dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan.
467 Efisiensi pakan adalah hasil yang didapatkan dari perbandingan antara
468 pertambahan berat tubuh dengan jumlah pakan yang dihabiskan selama
469 masa pemeliharaan (Setiawati dkk. 2013). Semakin tinggi nilai efisiensi
470 pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang
471 ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi dkk., 2005).
4722.3 Pemuasaan
473 Teknik pemusaan didasari oleh pemikiran bahwa apabila ikan diberi pakan
475akumulasi sisa pakan dari organisme budidaya. Karena itu, metode pemuasaan
476perlu dikaji untuk mempertahankan air media tetap baik tanpa menurunkan laju
480pertumbuhan yang lebih cepat dari kondisi normal setelah dipuasakan lalu diberi
483selama beberapa hari pada waktu diberi pakan kembali. Peningkatan konsumsi
488 dipuasakan satu hari diberi pakan empat hari. Ikan yang dipuasakan
489 mampu memanfaatkan pakan dengan lebih baik, karena ikan sudah
490 terbiasa pada kondisi lapar. Penelitian Mulyani dkk., (2014) menunjukkan
492 satu hari empat hari diberi pakan, dengan bobot rata-rata mencapai 11,68
493 g. dan panjang rata-rata mencapai 2,32 cm. Efisiensi pakan selama
494 pemeliharaan mencapai 88,91% pada perlakuan satu hari dipuasakan dan
495 satu hari diberi makan. Kelangsungan hidup tertinggi mencapai 93,33%
499 dipuasakan dan satu hari diberi makan mencapai bobot harian 2,32%, dan
505 pemeliharaan ikan, karena akan menentukan hasil yang diperoleh. Kondisi
508 Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor-
509 faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia
510 (Irliyandi, 2008). Menurut Ningrum (2012) suhu merupakan salah satu
511 faktor pembatas pertumbuhan bagi ikan nila. Suhu adalah faktor penting
512 untuk kehidupan, jika suhu terlalu tinggi atau rendah pada ikan dapat
514 menyebabkan kematian. Oleh karena itu suhu yang diperlukan harus
515 optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Beberapa
516 syarat tempat hidup ikan nila adalah suhu kolam atau perairan yang dapat
517 di tolerir adalah 15-37 oC dengan suhu optimum untuk pertumbuhan ikan
518 nila adalah 25-30 oC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djarijah, (1995)
519 bahwa suhu kolam atau perairan yang bisa di tolelir ikan nila adalah 15-37
o
520 C. Suhu optimal untuk kehidupan ikan antara 25-32 0C (Wiryanto dkk.,
522 dan perkembangbiakan ikan nila sebesar 25-30 oC. Menurut Sucipto
11
523 (2005) suhu yang cocok untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 15,5-
524 30 oC.
526karena itu, nilai pH harus dalam kisaran yang optimal. Nilai pH yang dapat
527menggangu yaitu pada nilai pH yang asam (terlalu rendah) sebaliknya pada nilai
528pH yang basa (terlalu tinggi). Nilai pH yang tidak optimum akan menyebabkan
530hingga pada kematian. pH yang cocok untuk pemeliharaan ikan nila adalah 6-8,5
532BSN (2009), pH yang optimum diperlukan suatu perairan untuk pertumbuhan dan
533perkembangbiakkan ikan nila adalah 6,5-8,5. Nilai pH yang masih ditoleransi oleh
534ikan nila antara 5-11. Oksigen terlarut (Dissolved oxygen) merupakan jumlah
535oksigen yang terlarut dalam perairan yang dapat dimanfaatkan oleh organisme
536heterotrof salah satunya ikan nila. Kadar oksigen terlarut minimal 3 ppm
538optimal untuk ikan >3 mg/l. Kordi (2008), menyatakan bahwa kandungan oksigen
539terlarut dalam air yang cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan nila adalah
540lebih dari 3 ppm. Monalisa dan Infa, (2010) menyatakan bahwa amoniak terlarut
541yang baik untuk ikan adalah kurang dari 1 mg/L. Kisaran konsentrasi amoniak
542yang baik untuk kehidupan ikan menurut Rudiyanti dan Astri, (2009) adalah
543kurang dari 2,4 mg/L. Amonia yang berada dalam jumlah yang relatif kecil
553 Organisme uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih ikan nila
554(Oreochromis niloticus) dengan ukuran 7-8 cm yang diperoleh dari UPT Balai
555Benih Ikan Sentral Tulo, Desa Tulo Rarantea. Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.
556Benih yang digunakan sebanyak 10 ekor per wadah dengan total jumlah ikan yaitu
557200 ekor.
563Tabel 3-2.
569ukuran 20 liter sebanyak 20 buah, kemudian seluruh baskom dicuci hingga bersih
571ditempatkan secara acak dengan teratur. Masing-masing baskom diisi air dengan
574
575
578dahulu diadaptasikan selama satu hari. Selama masa adaptasi, benih ikan nila
581liter air. Sebelum ikan ditebar kedalam wadah pemeliharaan, terlebih dahulu
582menimbang dan mengukur ikan untuk mendapatkan data bobot dan panjang awal
583pemeliharaan.
585 Selama pemeliharaan, ikan nila diberi pakan berupa pellet Apung FF-999
586yang memiliki kandungan protein 35%, lemak 2%, serat 3%, abu 13%, kadar air
589dibungkus pada plastik obat dengan ukuran 2 gram pakan perbungkusnya. Pakan
590diberi sedikit demi sedikit untuk menghindari kelebihan pakan yang tidak
591termakan oleh ikan. Jika terdapat pakan yang berlebih, pakan diangkat
592menggunakan seser agar air dalam media uji tidak keruh. Frekuensi pemberian
593pakan tiga kali sehari diberikan pada pukul 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB.
594Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari diberikan pada pukul 08.00 dan 12.00
595WIB, Sedangkan untuk frekuensi pemberian pakan satu kali sehari diberikan pada
596pukul 08.00 WIB. Pengukuran bobot organisme dilakukan setiap satu minggu,
597sedangkan pengukuran panjang organisme dilakuakan hanya pada awal dan akhir
600penambahan air sesuai dengan volume air yang terbuang. Ikan yang mati selama
604(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan, sehingga terdapat 20 unit
605satuan percobaan.
611microsoft excel dan didapatkan hasil seperti terlihat pada Gambar 3-1.
612
B3 B1 A3 D1 A2
B2
613
614
615
D2 C2 D3 B2 C3
616
617
618
619
620
C5 C1 A1 D5 A5
621
16
622
623
B5 B4 D4 C4 A4
624
625
626 Gambar 3-1. Hasil pengacakan dan tata letak wadah penelitian
629 Pertumbuhan bobot mutlak adalah selisih antara bobot basah pada akhir
630penelitian dengan bobot basah pada awal. Rumus yang digunakan untuk
632berikut :
633 W =Wt−W 0
634Dimana:
635W = Pertumbuhan bobot mutlak (g);
636Wt = Bobot ikan akhir penelitian (g);
637Wo = Bobot ikan awal penelitian (g).
6383.5.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
639 Pengukuran panjang mutlak pada benih ikan nila uji dilakukan pada awal
642 L = Lt –L0
643dimana :
649dilakukan menimbang jumlah pakan yang diberikan pada organisme uji setiap
650ulangan dan perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Rumus yang
652Saputera dkk.,(2013) :
(Wt + D)−W 0❑
653 EPP= x 100 % ❑
F
654 Dimana:
672 Variabel kualitas air yang diamati selama penelitian tertera pada Tabel 3-3.
676 Data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel
678perlakuan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan model
679matematiknya adalah:
680 Υij = μ + τi + εij
681Keterangan:
691maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk mengetahui perbedaan
19
693disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan dianalisis secara deskriptif.
694 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
6954.1 Hasil
717tertinggi pada perlakuan D, satu hari dipuasakan diberi makan tiga hari dengan
718frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari, memiliki bobot 1,89 g,
720makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan bobot
7211,07 g. Perlakuan B dipuasakan satu hari tiga hari diberi makan dengan frekuensi
722pemberian pakan sebanyak satu kali sehari memiliki bobot 1,00 g, dan perlakuan
723C, memiliki pertumbuhan bobot terendah dengan satu hari dipuasakan diberi
724makan tiga hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari
7.000
Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm)
5.935
6.000
5.000
4.000
3.000 2.524
2.000 1.799
1.270
1.000
0.000
A B C D
Perlakuan
727 Nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus) yang
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743 Gambar 4-2. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus)
744 Ket : Angka menunjukkan rata-rata ± SD;
745 Superscript dengan huruf berbeda menunjukan berbeda nyata
747tertinggi didapatkan pada perlakuan D, dipuasakan satu hari tiga hari diberi makan
748dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari memiliki panjang
22
7495,93 cm, kemudian diikuti dengan perlakuan A (kontrol) tanpa pemuasaan dan
750diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari
751memiliki panjang 2,54 cm. Perlakuan C, satu hari dipuasakan dan tiga hari diberi
752makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari memiliki
753panjang 1,79 cm. Pertumbuhan panjang mutlak terendah terjadi pada perlakuan B
754dipuasakan satu hari tiga hari diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan
756
7.00
6.00
761 5.00 yang
4.00
762 3.00 didapatkan
1.93
2.00 1.40
0.92
763 1.00 seperti tersaji
0.00
A B C D
764
Perlakuan
pada Gambar
765 4-3.
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
23
783lainnya. Efisiensi pakan tertinggi didapatkan pada satu hari dipuasakan dan tiga
784hari diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari
786diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari
787mendapatkan nilai 1,93%, perlakuan B satu hari dipuasakan dan tiga hari diberi
788makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak satu kali sehari sebesar
790dipuasakan satu hari dan tiga hari diberi makan dengan frekuensi pemberian
792
804
24
813 Kualitas air yang diamati selama penelitian berlangsung meliputi suhu,
814derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) dan amoniak. Hasil pengukuran
816 Tabel 4-1 Kualitas air dalam budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus)
No Parameter Kisaran nilai Nilai dari Sumber literatur
yang didapatkan literatur
1 Suhu (0 C) 27-29,5 15,5-37 Wiryanto dkk.,
(2010); Sucipto,
(2005); Ningrum,
(2012)
2 Derajat 7,5-8,5 6 -8,5 Kordi, (2010);
Keasaman BSN, (2009);
(pH) Ningrum, (2012)
819suhu berkisar 27-29,5 0C, derajat keasaman (pH) berkisar antara 7,5-8,5, oksigen
820terlarut (DO) berkisar antara 5,5-7,5 mg/L, sedangkan kisaran amoniak pada
8224.2 Pembahasan
8234.2.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak
8251,89 g, dipuasakan satu hari diberi makan tiga hari dengan frekuensi pemberian
826pakan tiga kali sehari. Pertumbuhan bobot terendah ditunjukkan oleh perlakuan C
827memiliki bobot 0,83 g, dipuasakan satu hari dan diberi makan tiga hari dengan
828frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari. Berdasarkan hasil penelitian,
829pemeliharaan benih ikan nila selama 60 hari yang dipuasakan secara periodik,
832pakan setiap hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ekasanti dkk., (2007), bahwa
833ikan yang dipuasakan satu hari, diberi makan tiga hari menghasilkan pertumbuhan
834lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan setiap hari. Tingginya
840 Perlakuan C, yang dipuasakan satu hari diberi pakan tiga hari dengan
842mutlak terendah daripada perlakuan B, yang dipuasakan satu hari diberi pakan
843tiga hari dengan frekuensi pemberian pakan satu kali sehari. Akan tetapi ini tidak
846dan C dapat dikatakan sama karena tidak memiliki perbedan. Pemberian pakan
847pada perlakuan A dan D sama, dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari.
849bobot tertinggi dari perlakuan A. Artinya dapat terbukti bahwa pemuasaan secara
850periodik pada ikan nila (Orechromis niloticus) lebih baik pada frekuensi
851pemberian pakan sebanyak tiga kali kali sehari dibandingkan frekuensi pemberian
854kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa ikan nila yang dipuasakan secara periodik
856nila. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ), menunjukkan bahwa perlakuan D berbeda
861ikan nila yang dipuasakan secara periodik mengalami peningkatan pada setiap
863hari didapatkan panjang 5,93 cm satu hari dipuasakan tiga hari diberi makan
865panjang mutlak terendah terjadi pada perlakuan B, satu hari dipuasakan tiga hari
866diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak satu kali sehari dengan
868 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penelitian ini dapat terbukti
870pemuasaan selama satu hari diberi makan tiga hari dengan frekuensi pemberian
871pakan sebanyak tiga kali sehari memperoleh panjang 5,93 cm. Dibandingkan
872dengan penelitian Shadiq (2021), bahwa pertumbuhan panjang ikan nila selama
874dengan perlakuan satu hari dipuasakan diberi makan 5 hari dengan feding rate
877perlakuan satu hari di puasakan empat hari diberi makan dengan frekuensi
880kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa ikan nila yang dipuasakan secara periodik
882mutlak benih ikan nila. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ), menunjukkan bahwa
886 Efisiensi pakan didapatkan dari jumlah pakan yang diberikan selama
887penelitian serta berat ikan pada awal dan akhir penelitian. Secara umum, ikan
888yang dipuasakan secara periodik memiliki nilai efisiensi pakan yang lebih tinggi
891dipuasakan diberi makan tiga hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak
892tiga kali sehari dengan nilai efisiensi pemanfaatan pakan sebesar 8,85%.
894dipuasakan tiga hari diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak
896 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa nilai efisiensi pakan
897tertinggi didapatkan pada perlakuan D, satu hari dipuasakan diberi makan tiga hari
899tingginya pemanfaatan pakan oleh ikan nila. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan
900maka respon ikan terhadap pakan semakin baik yang ditunjukkan dengan
901pertumbuhan ikan yang cepat. Hal ini didukung oleh Yuwono dkk., (2005) yang
904pada ikan yang mengalami daur ulang puasa satu hari bahkan daur tiga hari diikuti
906pakan terendah terjadi pada perlakuan C, satu hari dipuasakan tiga hari diberi
907makan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yaitu 1,30%.
908Rendahnya nilai efisiensi pakan karena ikan ini tidak mampu memanfaatkan
911 Nilai efisiensi pemanfaatan pakan yang rendah menunjukkan bahwa ikan
913Hal ini karena tidak semua pakan yang dikonsumsi oleh ikan termanfaatkan untuk
915(Haryanto dkk., 2014). Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA) (Lampiran 12)
916pada taraf kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa ikan nila yang dipuasakan
920 Kelangsungan hidup ikan adalah jumlah ikan yang didapat dalam suatu
922bahwa kelangsungan hidup ikan nila yang dipuasakan secara periodik, berkisar
923antara 88-92%. Kelangsungan hidup benih ikan nila selama penelitian masih
924dalam keadaan baik. Karena didukung oleh kualitas pakan yang baik, pemberian
925pakan yang tepat, serta kualitas air dari media pemeliharaan masih dalam keadaan
926aman untuk organisme yang dibudidayakan (Herlina, 2016). Nilai baku mutu
927kelangsungan hidup ikan nila yang baik berdasarkan BSN (2009), yakni 75%.
928 Kematian ikan terjadi sebagai respon adaptasi terhadap lingkungan dan
929perlakuan pemuasaan, selain itu jumlah pakan yang diberikan tidak mencukupi
933diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik, serta kebutuhan ikan akan pakan
934terpenuhi. Ikan akan mengalami kematian bila dalam waktu singkat tidak
939pengukuran suhu air selama penelitian diperoleh nilai suhu tidak berbedah jauh
940tiap perlakuan, berkisar 27-29,5 oC. Kisaran suhu tersebut masih dapat ditolerir
941benih ikan nila dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (1996)
946kelangsungan hidup ikan nila. Nilai derajat keasaman (pH) yang didapatkan
947selama penelitian tidak berbeda jauh dengan pernyataan kordi (2010), bahwa pH
948yang cocok untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan nila adalah 6-8,5 namun
950 Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) yang didapatkan selama penelitian
951yaitu berkisar 5,5-7,5 mg/L. Keadaan ini sangat baik untuk pertumbuhan dan
952kelangsungan hidup ikan nila. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kordi (2008),
953kadar oksigen terlarut dalam perairan yang baik untuk pertumbuhan dan
954kelangsungan hidup ikan nila adalah berkisar lebih dari 3 ppm. Hasil pengukuran
956Keadaan ini masih dapat di tolerir oleh ikan nila. Hal ini ditegaskan oleh
957Rudiyanti dan Astri, (2009) bahwa kisaran konsentrasi amoniak yang baik untuk
6545.1 Kesimpulan
655 Berdasarkan hasil yang didapatkan selama penelitian, maka dapat ditarik
656kesimpulan bahwa pemuasaan selama satu hari diberi makan 3 hari dengan frekuensi
657pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
658memberikan hasil yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya, yaitu pertumbuhan
659bobot mutlak 1,89 g, panjang mutlak 5,93 cm, kelangsungan hidup 92%, dan efisiensi
660pakan 8.85%.
6615.2 Saran
662 Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemuasaan pada ikan nila
663(Oreochromis niloticus) dengan frekuensi pemberian pakan lebih dari dari tiga kali
664dalam sehari.
665 DAFTAR PUSTAKA
666Afiyah, N. H. Susilo. U., dan Rachmawati. N. F. 2009. Aktivitas Enzim Digesti dan
667 Efisiensi Pakan Pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang Diinduksi dengan
668 Daur Pemuasaan Pemberian Pakan Kembali. Laboratorium Fisiologi Hewan.
669 Fakultas Biologi Unsoed. Sains Akuatik. 14 (1): 17-24.
670Afrianto, E dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanasius. Yogyakarta.
671Aini, M. 2013. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
672 Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) pada
673 Transportasi Basah. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
674Aliyas, Samliok. N dan Zakirah. R.Y., 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
675 Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal
676 Sains dan Teknologi Tandulako. 5 (1) : 2089-8630.
677Andrilla, R. Karina. S., dan Arisa. I. I. 2019. Pengaruh Pemuasaan Ikan Terhadap
678 Pertumbuhan, Efisiensi Pakan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng
679 (Chanos- chanos). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Kelautan dan
680 Perikanan. Universitas Syiah Kuala Darusalam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
681 Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 4 (3) : 177-184.
682Anin, E. P. Sukardi., E. Yuwono. 2007. Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar
683 (Colossoma macropomum). Jurnal Aquaculture Indonesia. 8 (3) : 183-188.
684Anugraheni, R. 2016. Pengaruh Penamahan Probiotik EM4 pada Ikan Terhadap
685 Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Skripsi. Program studi
686 Penddikan Biologi. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas
687 Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
688Ashuri, C. W. 2016. Model Segmentasi dan Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila
689 (Oreochromis niloticus Sp) di Kawasan Pertambakan Pesisir Utara Jawa Barat.
690 Tugas Akhir Program Magister. Program Pascasarjana. Universitas Terbuka.
691 Jakarta.
692Asmawi S. 1989. Pemberian makanan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan sepat
693 siam (Trichogaster pectoralis Reagan) yang dipelihara dalam bak plastik
694 (Laporan Praktek Jurusan Budidaya Perairan) Fakultas Pertanian Universitas
695 Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
696Az Zahra, S. 2019. Pengaruh Feeding Rate yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan
697 Tingkat Kelulushidupan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
698 Dipelihara dengan Sistem Biofloc. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan
699 Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
700Aziz, A. 2019. Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran Ikan Nila
701 (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Benih Ikan (BBI) Ompo Kec. Lalabata.
702 Kab. Soppeng Sulawesi Selatan. Skripsi. Jurusan Budidaya Perikanan.
703 Politeknik Pertanian Negri Pangkajene. Kepulauan Pangkep.
704BSN (Badan Standar Nasional). 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus
705 Bleeker). Kelas Benih Sebar. SNI. 12 hlm.
706Cahyanti, W., Subagja. J. P. A. V., dan Kristanto. H. A. 2015. Efek Pemuasaan dan
707 Pertumbuhan Kompensasi pada Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).
708 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Bogor. Media
709 Akuakultur. 10 (1) : 1
710Chatacondi N.G dan Yant R.D. 2001. Application Of Compensatory Growth To
711 Enhance Production In Channel Catfish Ictalurus Punctatus Journal Of The
712 World Aquaculture Society. (32) : 278-285.
713Djarijah, A. S. 1995. Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah secara Intensif
714 Kanisius. Yogyakarta. 87 hlm.
715Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
745Kordi, 2008. Budidaya Perairan Buku kedua. PT. Citra Aditya Bakti. Bndung.
746Kordi, K. M. G. H., 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta. Lily
747 Publisher. Efek Pemuasaan Periodik dan Respons Pertumbuhan Ikan Nila Best
748 (Oreochromis niloticus) Hasil Seleksi. Media Akuakultur. 11 (2) : 59-65.
749Li, M.H., Robinson, E.H., & Bosworth, B.G. (2006). Effects of dietary protein
750 concentration and feeding regimen on Channel catfish, Ictalurus punctatus,
751 production. Journal of the World Aquaculture Society, 37 (4) : 370-377.
752Manan, S. 2019. Analisis Kandungan Bakteri Coliform pada Ikan Nila (Oreochromis
753 niloticus). Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
754 Islam Negeri Alauddin Makassar.
755Mulqan, M. R Ahimi. E., Afdhal. S., dan Dewiyanti. I. 2017. Pertumbuhan dan
756 Kelangsungan Hidup Ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) pada Sistem
757 Akuaponik dengan Jenis Tanaman yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
758 Kelautan dan Perikanan Unsyiah 2 (1) : 183-193.
759Mulyani, Y. S., dan Fitrani, M. (2014). Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila
760 (Oreochromis niloticus) yang dipuasakan secara periodik. Jurnal Akuakultur. 2
761 (1) : 1-12.
762Nikki, J., Pirhonen, J., Jobling, M., & Karjalainen, J. (2004). Compensatory growth in
763 juvenile rainbow trout, Oncorhynchus mykiss (Walbaum), held individually.
764 Aquaculture, 235 : 85-296.
765Ningrum, H., H. P. E. N. 2012. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila Best (Oreochromis
766 niloticus) Hasil Seleksi F3, F4, dan Nila Lokal. Skripsi. Jurusan Biologi.
767 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelah.
768Nursani, A. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Kejutan Panas terhadap Ikan Lele
769 Sangkuriang (Clarias gariepenus). IJAS. 2 (1) : 9-26.
770Patimah, S. 2019. Pengaruh Penambaha Bubuk Bawang Putih (Alium sativum ) pada
771 Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidu Ikan Nila (Oreochromis
772 niloticus). Skripsi. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Universitas
773 Gunung Rinjani.
774Peraturan menteri Kelautan dan Perikanan no. 272 tahun 2020 tentang rencana
775 Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2020-2024.
776
777Prihadi, D. J., 2007. Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Pakan Terhadap Tingkat
778 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus
779 fuscoguttatus) dalam Keramba Jaring Apung. Fakultas Perikanan dan Ilmu
780 Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung. Jurnal Akuakultur Indonesia
781 493-953.
782Rachmawati, F. N., U. Susilo dan Y. Sistina. 2010. Respon fisiologi ikan nila
783 (Oreochromis niloticus) yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan
784 pemberian pakan kembali. Seminar Nasional Biologi. Fakultas Biologi
785 Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
786Ramadhani, T. 2015. Pengaruh Kandungan Protein Pakan terhadap Efisisensi Pakan
787 Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Faperta. UNIMAL.
788Rosadi, T. Amir. S., dan Abdin. Z. 2012. Pengaruh Pembatasan Konsumsi Pakan
789 Terhadap Bobot Tubuh Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Siap Panen. Program
790 Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram. Jurnal Perikanan.1 (1).
791Rudiyanti, S. dan Astri D. E., 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas
792 (Cyprinus Carpio Linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G.
793 Jurnal Saintek Perikanan. 05 (01): 39-47
794Rustikawati, I., 2012. Efektivitas Ekstrak Sargassum Sp. Terhadap Diferensiasi
795 Leukosit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Diinfeksi Streptococcus
796 Iniae. Staff Pengajar FPIK. Universitas Padjadjaran. Jurnal Akuatika. 3 (2):
797 125-134
798Saanin, 1984. Fortifikasi ikan patin (Pangasius sp) skripsi. Fakultas Perikanan dan
799 Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
800Santoso, 1996. Budidaya Ikan Nila. Kansius.Yogyakarta. hal 12.
826Sunarto dan Sabariah, 2009. Pemberian Pakan Buatan dengan Dosis Berbeda
827 Terhadap Pertumbuhan dan Konsumsi pakan Benih Ikan Semah (Tor
828 dourenensis) dalam Upaya domestikasi. Akuakultur Indonesia. 8 (1): 67-76.
846Yuwono, E. P. Sukardi, dan I. Sulistyo. 2005. Konsumsi Dan Efisiensi Pakan Pada
847 Ikan Kerapu Bebek(Cromileptes altivelis) yang Dipuasakan Secara Periodik.
848 Berk.Penel. Hayati. 10 : 129–132.
849
850
851
852
853
854
855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
867
868
869
870
871
872 LAMPIRAN
873
874
875
876
877
878
879
880
881
882
883Lampiran 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak pada Benih Ikan Nila (Oreochromis
884niloticus)
886
887
888
889
890
891
892Lampiran 2. Uji Normalitas Pertumbuhan Bobot Mutlak Benih Ikan Nila
893 (Oreochromis niloticus)
60
50
40
30
20
10
1
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Bobot Mutlak
894
Bartlett's Test
935
936
937
938
939
940
941Lampiran 5. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila (Oreochromis
942 niloticus)
943
Perlakuan Awal Akhir Panjang Mutlak
A1 7.17 9.933 2.763
A2 7.15 9.557 2.407
A3 7.18 11.189 4.009
A4 7.16 7.730 0.570
A5 7.19 10.060 2.870
B1 7.16 8.750 1.590
B2 7.2 8.144 0.944
B3 7.17 9.275 2.105
B4 7.17 8.770 1.600
B5 7.18 7.289 0.109
C1 7.18 9.233 2.053
C2 7.16 8.089 0.929
C3 7.16 9.088 1.928
C4 7.16 10.360 3.200
C5 7.16 8.044 0.884
D1 7.19 11.189 3.999
D2 7.17 14.400 7.230
D3 7.15 11.178 4.028
D4 7.16 14.390 7.230
D5 7.18 14.370 7.190
944
945
946
947
948
949
950
951
952
953
954
955
956
957Lampiran 6. Uji Normalitas Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila
958(Oreochromis niloticus)
60
50
40
30
20
10
1
-2 0 2 4 6 8
Panjang Mutlak
959
Bartlett's Test
0 1 2 3 4 5 6 7 8
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
962
963Lampiran 8. Hasil analisis ragam (ANOVA) Pertumbuhan Panjang Mutlak
964 Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
965
966One-way ANOVA: Panjang Mutlak versus Perlakuan
967
968Source DF SS MS F P
969Perlakuan 3 66,12 22,04 14,38 0,000
970Error 16 24,53 1,53
971Total 19 90,65
972
973S = 1,238 R-Sq = 72,94% R-Sq(adj) = 67,87%
974
975
976 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev
977Level N Mean StDev +---------+---------+---------+---------
978A 5 2,524 1,246 (-----*----)
979B 5 1,270 0,769 (-----*-----)
980C 5 1,799 0,954 (-----*-----)
981D 5 5,935 1,755 (-----*-----)
982 +---------+---------+---------+---------
983 0,0 2,0 4,0 6,0
984
985Pooled StDev = 1,238
986
987
988Grouping Information Using Tukey Method
989
990Perlakuan N Mean Grouping
991D 5 5,935 A
992A 5 2,524 B
993C 5 1,799 B
994B 5 1,270 B
995
996Perlakuan D Berbeda sangat nyata dengan perlakuan A, B dan C. Perlakuan A, B
997dan C tidak memiliki perbedaan.
998Means that do not share a letter are significantly different.
999
1000
1001
1002
1003
1004
1005Lampiran 9. Efisiensi Pemanfaatan Pakan Benih Ikan Nila (Oreochromis
1006 niloticus)
Bobot
Perlakuan Bobot Awal Akhir Bobot Ikan Mati Jumlah Pakan Efisiensi Pakan
2.988
A1 62.79 65.67 5.985555556 96.39
-11.620
A2 62.55 51.35 25.68429 96.38
7.011
A3 62.53 69.84 6.868888889 104.27
7.774
A4 62.33 70.63 0 106.77
8.982
A5 62.69 72.06 0 104.32
-14.952
B1 62.33 52.04 19.64625 68.82
2.485
B2 62.38 64.24 7.472222222 74.86
0.519
B3 62.33 62.71 14.95361111 73.20
15.617
B4 62.42 75.45 0 83.44
3.173
B5 62.33 64.67 6.571111111 73.74
2.407
C1 62.43 64.09 5.887777778 68.96
4.182
C2 62.55 65.59 7.36 72.70
-8.924
C3 62.51 56.12 13.42402778 71.60
18.119
C4 62.48 77.14 0 80.91
-9.287
C5 62.63 56.44 6.654444444 66.65
4.447
D1 62.68 73.65 7.487777778 246.67
4.277
D2 62.73 72.99 15.60347222 239.88
1.898
D3 62.71 67.34 7.463333333 243.89
6.350
D4 62.77 79.13 0 257.64
7.137
D5 62.67 81.24 0 260.19
1007
1008Lampiran 10. Uji Normalitas Efisiensi Pemanfaatan Pakan Benih Ikan Nila
1009(Oreochromis niloticus)
Probability Plot of Efisiensi Pakan
Normal
99
Mean 2,629
StDev 8,368
95 N 20
RJ 0,957
90
P-Value 0.085
80
70
Percent
60
50
40
30
20
10
1
-20 -10 0 10 20
Efisiensi Pakan
1010
1011Lampiran 11. Uji Normalitas Efisiensi Pemanfaatan Pakan Benih Ikan Nila
1012(Oreochromis niloticus
Bartlett's Test
0 10 20 30 40 50
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
1013
1039
1040
1041
1042
1043
1044
1045
1046
1047
1048
1049
1065
1066
1067
1068
1069
1070
1071
1072
Timbangan analitik
Pengukuran ammonia
1074
Mistar Seser
Termometer pH meter
Aerator DO meter
1075
RIWAYAT PENULIS
1077pada tahun 2013-2016. Kemudian penulis melanjutkan kembali studinya tahun 2016,
1078dan di terima sebagai mahasiswa melalui jalur SMMPTN pada Program Studi
1080salah satu Universitas yang ada di kota Palu, Sulawesi Tengah yakni Universitas
1081Tadulako.
Nyata (KKN) di Desa Ombo, Kec. Sirenja. Kab. Donggala Sulawesi tengah dan
Mas Koi (Cyprinus carpio)” di Instalasi Perikanan Budidaya Punten, Kota Batu.