Anda di halaman 1dari 3

BAGIAN III.

KARYA ALLAH

1. PENCIPTAAN
    Semua yang ada di dalan ruang dan waktu memiliki suatu permulaan. Hukum mutlak dalam
ilmu pengetahuan dan logika adalah “Ex nihilo nihil fit” (dari yang tidak ada, maka tidak ada
yang dapat dihasilkan). Tidak ada kuasa atau kekuatan yang dapat menjadikan sesuatu menjadi
ada. Di dalam filsafat dan teologi, ide transenden (di luar segala kesanggupan manusia; luar
biasa) berarti bahwa Allah ada “di atas dan melampaui” alam semesta dalam arti bahwa Ia adalah
keberadaan yang lain. Keberadaan yang tertinggi itu kita sebut Allah. Dia disebut tertinggi oleh
karena Ia tidak memiliki permulaan. Pernyataan pertama dari Alkitab yaitu Kejadian 1 adalah
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.

2. PEMELIHARAAN
    Sebelum abad ke-20, orang-orang Kristen lebih erat dengan konsep pemeliharaan Allah dalam
kehidupan mereka dibanding dengan sekarang. Pengakuan iman Westminter pada abad ke-17
menjelaskan tentang pemeliharaan Allah sebagai berikut :
Allah, Pencipta Agung dari segala sesuatu,memelihara, memimpin, mengatur dan memerintah
semua makhluk ciptaan, tindakan, dan benda-benda ciptaan, mulai dari yang terbesar sampai
yang terkecil, dengan kebijaksanaanNya yang paling bijak dan pemeliharaanNya yang kudus,
sesuai dengan pengetahuan yang tidak bias salah dari segala sesuatu sebelum terjadi yang
dimilikiNya, dan kehendakNya yang bebas dan tidak berubah, bagi kemuliaan hikmatNya,
kuasaNya, keadilanNya, kebaikanNya dan kemurahanNya.
    Apa yang Allah ciptakan, Dia juga pelihara. Di dalam Dia, kita hidup, bergerak dan memiliki
keberadaan kita. Dia memerintah ciptaanNya dengan kedaulatan dan otoritas yang mutlak. Tidak
ada sesuatu pun yang terjadi di luar lingkup pemerintahan pemeliharaan Allah yang berdaulat.
Ada perbedaan yang krusial antara pemeliharaan Allah dengan keberuntungan, takdir atau
kebetulan. Keberuntungan adalah buta, sedangkan Allah melihat segala sesuatu. Takdir tidak
berpribadi, sedangkan Allah adalah seorang Bapa. Kebetulan adalah bisu, sedangkan Allah dapat
berbicara. Di dalam alam semesta yang diperintah oleh Allah tidak ada peristiwa yang terjadi
secara kebetulan. Aspek yang lain dari pemeliharaan Allah disebut dengan bekerja sama. Dia
bekerja berdasarkan kehendakNya melalui tindakan-tindakan dari kehendak manusia.

3. MUJIZAT – MUJIZAT
    Kata mujizat dapat digunakan dalam tiga keadaan yaitu :
   
a.    Untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang biasa, tetapi memberikan kesan yang
mendalam. Misalnya, kita menyebut kelahiran bayi sebagai mujizat. Kita mengagumi keindahan
dan karya ciptaan Allah.
   
b.    Kita menggunakan istilah mujizat dalam pengertian yang hampir sama dengan yang
pertama. Misalnya Bintang Betlehem, bintang yang bersinar sangat terang pada waktu kelahiran
Tuhan Yesus dan menjadi penunjuk jalan bagi orang Majus untuk pergi ke Betlehem.
   
c.    Mujizat yang menunjuk pada tindakan Allah yang melawan hukum alam.       Misalnya
Yesus mengubah air menjadi anggur atau membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 2 :
11)
Tiga macam pandangan yang berbeda tentang mujizat yaitu :
    a. Pandangan Skeptis yang menyangkali mujizat dapat terjadi.
   
b. Pandangan yang mengatakan bahwa mujizat terjadi pada zaman Alkitab dan terjadi sampai
sekarang.
   
c. Pandangan yang percaya bahwa mujizat yang sebenarnya terjadi di Alkitab, tetapi Allah telah
berhenti melakukannya pada saat pewahyuanNya telah selesai dalam firman Tuhan.

4. KEHENDAK ALLAH
    Ada tiga pengertian dari kehendak Allah yaitu :
    a. Kehendak Allah yang berkaitan dengan ketetapanNya yang berdaulat, dimana melaluinya
Allah menjadikan segala sesuatu yang telah ditetapkanNya. Ini tersembunyi bagi kita sampai
semua itu terjadi.
   
b. Kehendak yang dinyatakan adalah hukum atau printah-perintah yang dinyatakan Allah,
dimana kita memiliki kuasa untuk melanggar tetapi tidak mempunyai hak untuk melanggar.
   
c. Kehendak yang berkaitan dengan sikap Allah, kehendak ini menunjukkan sikap Allah, yaitu
apa yang diperkenanNya.
Kedaulatan Allah dalam mengizinkan manusia berdosa bukan merupakan hal yang disetujui oleh
Allah secara moral.

5. IKATAN PERJANJIAN ALLAH DENGAN MANUSIA (COVENANT).


    Struktur dasar relasi antara Allah dengan umatNya yang dibuat Allah adalah Ikatan Perjanjian
(The Covenant). Ikatan Perjanjian kadang disamakan dengan kontrak namun memiliki
perbedaan. Kontrak adalah kesepakatan antara kedua belah pihak yang sederajat. Sedangkan
Ikatan Perjanjian dalam Alkitab kedua belah pihak tidak selalu sederajat. Unsur pertama dari
Ikatan Perjanjian adalah pendahuluan yang mencatat pihak-pihak yang berjanji. Keluaran 20 : 2
dimulai dengan “Aku adalah Tuhan Allahmu”. Allah lebih tinggi dan memiliki otoritas terhadap
orang Israel. Unsur kedua adalah Pendahuluan Historis. Pada bagian ini dijelaskan tentang apa
yang telah dilakukan Allah terhadap bangsa Israel sehingga Ia harus ditaati. Allah telah
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Unsur ketiga adalah aturan atau
hukum yang harus dilakukan. Pada Keluaran 20 hukum tersebut adalah Sepuluh Perintah Allah
yang harus diikuti oleh bangsa Israel. Yang terakhir adalah berkat dan kutukan, yang mana
apabila hukum ditaati akan mendapat berkat dan apabila dilanggar akan mendapat kutuk.
Contohnya adalah hukum Allah yang kelima, apabila ditaati Allah berjanji kepada bangsa Israel
akan memberikan umur panjang di Tanah Perjanjian jika menghormati kedua orang tua.
    Dalam Alkitab perjanjian-perjanjian disahkan dengan darah (Yeremia 34 : 18). Dalam kitab
Kejadian 15 : 7-21 Allah memberikan janji kepada Abraham yang ditandai dengan pengorbanan
binatang. Dalam Ikatan Perjanjian yang baru yaitu Ikatan Perjanjian anugerah disahkan dengan
darah Kristus di kayu salib. Allah bukan hanya berjanji untuk menebus semua orang yang
percaya kepada Kristus tetapi juga memeteraikan janji tersebut.
6. IKATAN PERJANJIAN KERJA (COVENANT OF WORK)
    Allah berdasarkan kerelaanNya berkenan mengadakan Ikatan Perjanjian dengan ciptaanNya
dimana Ia menambahkan janji berkat pada hukumNya. Ikatan Perjanjian pertama antara Allah
dan umat manusia adalah suatu Ikatan Perjanjian Kerja. Pada perjanjian ini Allah menuntut
ketaatan yang sempurna dan penuh pada perintahNya. Apabila kita yang telah melakukan satu
dosa lalu mendapatkan penebusan, semua itu oleh karena kasih karunia Allah dan anugerah
Allah. Ikatan Perjanjian Anugerah memungkinkan kita untuk menerima upah yang diterima oleh
Kristus jika kita menerima Yesus dengan iman, karena Kristus telah memenuhi tuntutan-tuntutan
Ikatan Perjanjian Kerja.GBU

By. A.Simarmata
Diposkan oleh anto dugem di 02.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog Ini

Translate
abtu, 27 Oktober 2012
TUGAS KULIAH TEOLOGI SISTEMATIKA 1

RINGKASAN
KEBENARAN-KEBENARAN DASAR IMAN KRISTEN
R.C. SPROUL

Anda mungkin juga menyukai