Anda di halaman 1dari 2

Ayat bacaan: 1 Petrus 3:15

==================
"Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"

Stetoskop adalah alat yang sangat identik dengan dokter dan dunia medis. Penemuan yang ada sejak awal tahun 1800an ini
memungkinkan dokter untuk memeriksa suara dalam tubuh seperti suara jantung, pernafasan atau juga aliran darah, bagian
usus/pencernaan dan sebagainya. Apabila stetoskop sanggup dipakai bukan hanya untuk memeriksa normal tidaknya keadaan diri kita
lewat suara, bagaimana jika alat itu juga bisa memeriksa kondisi hati kita dari sisi keimanan? Apa yang ada dalam hati kita saat ini,
apakah isinya Firman Tuhan dengan kerinduan untuk mengaplikasikannya secara langsung, hati yang mengasihi Tuhan dan sesama,
atau hati yang terus mengejar harta benda dan sebagainya yang menurut pengajaran dunia mampu menjamin kebahagiaan kita? Apa
isinya hati kita dan kemana orientasinya?

Saat menerangkan tentang hal mengumpul harta dalam Matius 6:19-24, Yesus agar mengingatkan agar jangan salah oritentasi dalam
mengumpul harta. Bukan harta di bumi yang penting untuk dikumpulkan tapi di surga. Kebanyakan orang keliru mengira bahwa
sebuah hidup yang berpusat pada pengumpulan harta kekayaan bisa menjamin kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Pada
kenyataannya seringkali tidak demikian. Bukankah kita sering melihat hal tersebut, atau mungkin pernah mengalaminya? Kalau kata
Yesus harta di dunia itu ada ngengat, karat dan pencuri yang siap menghabiskan berapapun jumlahnya dalam sekejap mata, itu sudah
seringkali terbukti benar. Saya sendiri pernah mengalaminya dan sejak itu mengerti bahwa mementingkan uang dalam hidup adalah
sesuatu yang sia-sia dan keliru.

Tuhan Yesus mengatakan "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Coba renungkan, saya
percaya cepat atau lambat anda akan sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dikatakan Yesus itu sangatlah benar. Kita akan selalu
menaruh seluruh hati kita kepada apa yang kita anggap paling berharga. Pertanyaannya, dimana kita meletakkan hati kita hari ini?
Apakah masih pada hal-hal yang didoktrin oleh dunia sebagai penjamin kebahagiaan atau kepada Penjaga Israel yang tidak terlelap
dan tidak tertidur (Mazmur 121:4)? Pertanyaan kedua, jika kita mengaku meletakkan Yesus pada posisi paling utama, sebagai apa kita
menempatkanNya? Apakah sebagai Tuhan atau hanya sebagai provider harta, bodyguard, dokter dan sejenisnya? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan penting yang harus sering-sering kita periksa agar jangan sampai ada motivasi-motivasi yang bergeser dalam
hati kita.

Secara umum ada tiga kerajaan yang bisa bertahta di hati manusia. The Kingdom of Myself yang menempatkan semuanya pada diri
sendiri, The Kingdom of Evil yang berpusat pada iblis dan segala kejahatannya, atau The Kingdom of God yang menempatkan Tuhan
sebagai yang memerintah dan berkuasa dalam diri kita. Dimana hati kita berada hari ini? Sebuah ayat yang dengan tegas menyebutkan
apa yang seharusnya kita camkan dalam hati kita. Anggaplah diri kita seperti sebuah lembaga kerajaan, maka siapa yang memimpin
akan sangat menentukan seperti apa diri kita. Kalau kita menyadari hal ini, maka kita harus menentukan siapa yang menjadi pemimpin
di dalamnya.

Petrus mengatakan sebuah pesan penting yang berbunyi sangat tegas: "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"
(1 Petrus 3:15). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "But in your hearts set Christ apart as hold (and acknowledge Him) as Lord."
Ada versi lain pula yang mengatakannya dengan "Sanctify the Lord God in your hearts." Dari versi-versi tersebut kita bisa melihat
bahwa itu berarti kita harus menguduskan, menjadikan dan mendeklarasikan atau mendedikasikan Yesus sebagai Penguasa tertinggi
dalam hidup kita. Dan Petrus secara jelas mengatakan bahwa itu semua di mulai dari hati. Hatilah yang menjadi pusat kerajaan, dan
siapa yang berkuasa disana akan sangat menentukan siapa dan bagaimana diri kita hari ini.

Begitu pentingnya hati, maka Alkitab berbicara banyak mengenai pentingnya menjaga hati tersebut. Sebuah ayat dalam Amsal berkata:
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Mengapa hati harus dijaga
dengan segala kewaspadaan? Lewat Yesus kita bisa mengetahui alasannya. "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran
jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan,
kebebalan." (Markus 7:21-22). Ini adalah sebuah daftar yang mengerikan. Dan Dia berkata: "Semua hal-hal jahat ini timbul dari
dalam dan menajiskan orang." (ay 23). Jika demikian, adalah sangat penting bagi kita untuk menguduskan hati kita lalu terus
mempertahankan dan menjaga kekudusannya. Itu tidak mungkin kita lakukan jika kita membiarkan hal-hal selain Tuhan Yesus untuk
menjadi Penguasa di dalamnya. Sebagaimana nasib sebuah negara atau kerajaan akan sangat tergantung dari siapa pemimpin atau
rajanya, seperti itu pulalah hidup kita. Dan hati, sebagai pusat dari kehidupan butuh Sosok Pemimpin yang benar.

Kembali kepada ayat bacaan kita diatas, kita kembali diingatkan kali ini lewat Petrus. "sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus." (1 Petrus 1:16). Hal ini harus dicermati dengan sangat serius, "sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."
(Ibrani 12:14). Agar bisa menjadikan Yesus sebagai Raja yang bertahta dalam hati kita, kita harus benar-benar menjaga hati kita,
mematikan segala sesuatu yang bisa merusak atau menggagalkan hal itu. Keinginan daging, hawa nafsu, godaan-godaan, pengaruh-
pengaruh buruk dan lain-lain, semua itu haruslah bisa kita matikan. Tanpa itu hati kita tidak akan pernah bisa memperoleh Raja yang
tepat. Firman Tuhan berkata "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." (Yakobus 4:10).

Sadar atau tidak, ada banyak hal di dalam diri kita masing-masing yang sebenarnya ingin memegang kendali atas hidup kita. Jangan-
jangan Tuhan sudah terpinggirkan sejak lama dalam hati kita, hanya menempati sebagian kecil saja disana atau bahkan sudah tidak lagi
punya tempat, sementara hal-hal lainnya justru lebih berkuasa atas diri kita. Kita mungkin merasa itulah arti dan nilai kebebasan,
padahal disanalah kita justru terbelenggu dan terus menuju kepada kematian yang kekal. Sesungguhnya sebuah kebebasan atau
kemerdekaan sejati hanya akan datang jika kita mengijinkan Yesus sendiri untuk berkuasa atas hati dan hidup kita. Siapa yang menjadi
raja atas diri kita hari ini? Mari periksa hati kita masing-masing, dan tetapkanlah dengan benar, karena itu akan sangat menentukan
arah hidup kita.

Hidup yang dipimpin Tuhan akan membawa kita ke dalam jalan keselamatan

Anda mungkin juga menyukai