Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu ekosistem yang ada di bumi ini dan memiliki
fungsi serta manfaat yang penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Di
dalam ekosistem hutan, pastilah terdapat hulu sungai, dimana hulu sungai tersebut
akan membentuk daerah aliran sungai yang berhilir. Daerah aliran sungai
merupakan suatu aliran air yang berasal dari hulu sungai maupun air hujan yang
dibatasi oleh titik-titik tertinggi.

Mengingat berkembangnya populasi maupun kebutuhan manusia, semakin


banyak lahan hutan yang menjadi gundul akibat terjadinya penebangan liar yang
dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Penebangan liar inilah yang
menyebabkan sering terjadinya erosi pada daerah hutan. Erosi terjadi akibat
berkurangnya maupun hilangnya vegetasi-vegetasi pada hutan, yang mana
vegetasi inilah berfungsi sebagai penahan laju air hujan ketika musim penghujan
telah tiba sehingga peluang terjadinya erosi pada daerah hutan menjadi sangat
kecil.

Erosi yang terjadi pada daerah hutan akan membawa material seperti tanah
dan batuan. Material-material tersebut akan terangkut oleh aliran air yang berada
pada daerah hulu sungai menuju hilir sungai. Bila erosi tidak segera ditanggulangi
dan material erosi terus-menerus terbawa menuju hilir sungai, akan menyebabkan
terjadinya sedimentasi. Sedimentasi yang berkelanjutan akan mengakibatkan
berubahnya bentuk fisik dari daerah aliran sungai.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Seberapa pentingkah fungsi hutan untuk ekosistem hulu dan hilir sungai ?
2. Kejadian alam apa sajakah yang akan terganggu bila hutan menjadi
rusak ?
3. Apa yang akan terjadi dengan hilir sungai bila hulu sungai dipenuhi
dengan tanah material dari erosi ?
4. Upaya apa saja perlu dilakukan untuk menanggulangi sedimentasi pada
hilir sungai ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pentingnya hutan untuk ekosistem hulu dan hilir sungai.


2. Mengetahui kejadian alam yang terjadi bila ada dan dengan tidak adanya
hutan.
3. Mengetahui keadaan hilir sungai di masa yang akan datang bila erosi terus
terjadi dan membawa material-material yang akan memberikan perubahan
pada fisik hilir sungai.
4. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar
daerah hulu maupun hilir sungai untuk mencegah erosi agar tidak terjadi
sedimentasi pada hilir sungai.

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam makalah ini, penulis berharap kepada pembaca :


1. Agar bisa lebih mengetahui fungsi dan manfaat ekosistem hutan dan
daerah aliran sungai.
2. Agar bisa menjaga ekosistem hutan sehingga akan selalu melindungi
ekosistem tersebut.
3

3. Agar mempunyai pengetahuan luas tentang kejadian alam yang terjadi di


ekosisitem hutan.
4

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Hutan merupakan salah satu ekosistem alami dan terbesar di bumi ini.
Sebagai salah satu ekosistem terbesar, hutan juga memiliki fungsi vital. Fungsi
vital tersebut adalah sebagai penentu siklus kehidupan bumi, yaitu siklus
hidrologi.

Siklus hidrologi dimulai dari air yang berada di permukaan bumi, yaitu air
tanah, danau, sungai, rawa, kolam, gletser, dan lautan yang dipanasi oleh sinar
matahari, karena pemanasan itu maka air berubah menjadi uap, kemudian
menguap keatas atau tertiup melalui lereng pegunungan. Pada tempat-tempat yang
lebih tinggi, suhu udara semakin rendah, sehingga uap air itu akan mengalami
kondensasi. Sebagai akibat dari proses kondensasi tadi, maka uap air akan
berubah menjadi cair akhirnya jatuh sebagai hujan. (Moh. Ma’mur Tanudidjaja)

Mengingat ekosistem hutan yang selalu terletak pada dataran tinggi dan
banyak ditumbuhi oleh vegetasi-vegetasi, hal ini akan mempengaruhi siklus
hidrologi bila vegetasi pada hutan menjadi berkurang. Berkurangnya vegetasi
pada hutan dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan membawa material-material
bawaan yang diangkut oleh aliran di hulu sungai menuju hilir sungai. Bila erosi
terus menerus terjadi, akan mengakibatkan sedimentasi pada hilir sungai dan fisik
hilir sungai akan berubah.

Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung


pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di
dalam proses sedimentasi terdiri dari sifat partikelnya dan sifat sedimen secara
menyeluruh. Namun demikian sifat yang paling penting itu adalah mengenai
besarnya atau ukurannya. (Dwi Priyantoro)

4
5

2.2 Pembahasan

2.2.1 Ekosistem Hutan

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk akibat


hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hutan
merupakan salah satu ekosistem alami yang ada di bumi ini. Di ekosistem hutan
banyak sekali yang dapat kita jumpai seperti, ekosistem hutan hujan, hutan tropis,
dan hutan subtropis. Di dalam ekosistem hutan, bisa kita dapati berbagai
komponen baik komponen biotik maupun abiotik. Contoh komponen biotik terdiri
dari makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Sedangkan contoh
komponen abiotik terdiri dari sinar matahari, suhu, udara, air, batu-batuan, dan
tanah.

2.2.2 Fungsi Hutan

Hutan merupakan ekosistem terbesar di bumi ini yang menjadikan hutan


memiliki fungsi yang sangat vital untuk kehidupan. Salah satu fungsi vital
tersebut adalah sebagai penyumbang oksigen untuk keberlangsungan hidup
makhluk di bumi ini. Selain fungsi vital, hutan juga memiliki berbagai fungsi.
Contohnya adalah sebagai tempat hidup bermacam-macam makhluk hidup seperti
hewan dan tumbuhan, sebagai penyumbang cadangan air tanah, sebagai tempat
dimana berbagai hulu sungai berada, dan sebagai salah satu penentu siklus
kehidupan yaitu siklus hidrologi.

2.2.3 Rusaknya Ekosistem Hutan

Semakin berkembangnya globalisasi mengakibatkan semakin bertambah


pula kebutuhan hidup manusia. Dengan bertambahnya kebutuhan, manusiapun
mencari berbagai sumber daya, baik sember daya alam maupun manusia. Salah
satu sumber daya alam yang sampai saat ini terus-menerus dicari dan
dimanfaatkan adalah sumber daya alam dari hutan. Mengingat banyak sekali
6

berbagai sumber daya alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia seperti menebang pohon yang telah tumbuh lebat di hutan untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat kertas, maupun pembuat alat-alat
furniture dari kayu. Tentu saja bila hal ini terus terjadi, hutan akan menjadi
gundul sehingga ekosistem hutan akan terganggu dan mempengaruhi kehidupan
bumi pula. Erosi akan terjadi di daerah pegunungan yang terdapat hutan-hutan
karena tidak ada lagi vegetasi yang mampu menahan air hujan ketika musim
penghujan telah tiba.

2.2.4 Siklus Hidrologi dalam Hutan

Sebagai ekosistem terbesar dan memiliki berbagai fungsi penting untuk


kehidupan bumi, hutan juga berperan dalam salah satu siklus kehidupan bumi,
yaitu siklus hidrologi. Dimana di hutan tersebut memiliki hulu sungai yang airnya
berasal dari air tanah maupun air yang ada di permukaan tanah dan selalu
mengalir menuju hilir sungai yang selalu berujung pada perairan laut. Air yang
mengalir itu lalu berkumpul di laut dan dipanasi oleh sinar matahari, karena
pemanasan itu, maka air berubah menjadi uap, kemudian menguap ke atas
menjadi segumpalan awan lalu tertiup angin melalui lereng pegunungan. Pada
tempat-tempat yang lebih tinggi, suhu udara semakin rendah, sehingga uap air itu
akan mengalami proses kondensasi. Khusus pada tempat-tempat yang tinggi, di
daerah beriklim dingin atau di daerah beriklim sedang pada musim dingin, uap air
dapat langsung membeku menjadi salju. Proses ini disebut proses sublimasi.
Sebagai akibat dari proses kondensasi tadi, baik sebagian maupun seluruhnya, air
hujan yang sampai di permukaan bumi sebagian akn meresap ke dalam lapisan
tanah, menjadi air tanah, sebagian lagi akan mengalir di permukaan bumi, dan
sisanya akan menguap.
7

2.2.5 Air Tanah

Air tanah pada lithosfer kurang lebih 0,62% dari seluruh hidrosfer.
Volume air tanah yang ada di berbagai temapat tidak sama, bergantung kepada
persyaratan yang menunjang proses peresapan air hujan seperti jumlah curah
hujan yang jatuh, kekuatan jatuhnya butiran air hujan di permukaan bumi,
lamanya curah hujan, penutupan vegetasi di permukaan bumi, derajat
permeabilitas dan struktur bumi, dan kemiringan topografi.

Air tanah berasal dari air hujan yang meresap melalui berbagai media
peresapan, yaitu sebagai berikut :

1. Pori-pori tanah. Tanah yang gembur atau berstruktur lemah akan


meresapkan air lebih banyak daripada yang pejal.
2. Retakan-retakan lapisan tanah akibat kekeringan yang pada musim hujan
sangat basah dan becek, seperti tanah liat dan lumpur.
3. Rongga-rongga yang dibuat binatang (cacing dan rayap)
4. Rongga-rongga akibat robohnya tumbuh-tumbuhan yang berakar besar.
5. Rongga-rongga akibat pencairan berbagai kristal yang membeku pada
musim dingin.

Selain kelima faktor tersebut di atas, penutupan vegetasi di permukaan bumi


sangat besar pengaruhnya terhadap peresapan air hujan ke dalam tanah. Hujan
yang lebat akan tertahan oleh daun-daun dan ranting-ranting, sehingga jatuhnya di
permukaan bumi sangat perlahan-lahan. Dengan demikian, proses peresapan air
lebih lancar.

Berdasarkan tempatnya, air tanah digolongkan menjadi dua bagian, yaitu zone
jenuh air dangkal (soil water) dan air tanah dalam (ground water). Air tanah
dibagi lagi menjadi dua zone, yaitu zone jenuh (saturated-zone) dan zone tidak
jenuh (unsaturated-zone). Air tanah dangkal berada dalam pori-pori lapisan tanah
teratas, adanya hanya pada musim hujan. Dengan gaya gravitasi, air tanah dangkal
ini akan bergerak turun melalui pori-pori lapisan tanah yang ada dibawahnya
(zone tak jenuh). Air tanah dalam zone tak jenuh, tertahan agak lebih lama di pori-
pori yang halus pada lapisan tanah yang lebih padat, mengikuti hukum kapilaritas.
8

Air tanah pada zone jenuh, tertahan lebih lama lagi karena air telah sampai pada
lapisan batuan induk yang kedap air. Pada zone inilah air tanah seakan-akan
tergenang, sehingga merupakan reservoir air. Kedalaman permukaan air pada
zone jenuh dapat dilihat pada sumur biasa (bukan sumur bor). Dengan meneliti
kedalaman beberapa sumur, kita dapat membuat penampang zone jenuh di tempat
itu.

Air tanah mempunyai berbagai kegunaan bagi kehidupan manusia, yaitu untuk
keperluan rumah tangga seperti untuk minum, memasak makanan, dan mencuci,
untuk keperluan industri, misalnya industri tekstil dan industri farmasi, untuk
keperluan pertanian, misalnya pengairan sawah dan palawija di daerah yang sukar
dibuat irigasi.

2.2.6 Sungai

Sungai dapat dibedakan dari masaa air lain, karena :

1. Kebanyakan mengalir di permukaan bumi ke tempat yang lebih rendah,


kadang-kadang di bawah permukaan tanah.
2. Pengalirannya tidak tetap, kadang-kadang deras, kadang-kadang lambat,
dan di beberapa tempat membentuk olak.
3. Mengangkut beban dari mulai lumpur yang halus, pasir, kerikil, sampai
batu-batu guling.
4. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang di kanan-kirinya dibatasi oleh
suatu tebing yang biasanya curam.

Sungai dapat dibedakan dari lembah. Yang disebut sungai ialaha massa air yang
secara alami mengalir pada suatu lembah, sedangkan yang dinamakan lembah
tidak selalu dialiri sungai, tetapi sebuah sungai selalu mengalir pada lembah.
9

2.2.7 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sebuah sungai dengan anak-anak sungainya mengalir pada suatu daerah


aliran. Yang disebut dengan daerah alliran sungai (DAS) ialah keseluruhan daerah
yang berpelepasan ke sungai yang bersangkutan beserta anak-anak sungainya.
Sering kita dengar istilah DAS Kapuas, DAS Serayu, DAS Cimanuk, dan lain-
lain.

Suatu daerah aliran sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daerah
aliran hulu, daerah aliran tengah, dan daerah aliran hilir.

Daerah aliran hulu suatu sungai dicirikan oleh erosi vertikal yang berperan
penting, sehingga penampang melintang lembah berbentuk V yang cembung,
daerahnya bergunung-gunung, dan banyak air terjun. Dasar lembah terisi oleh
batu-batu berbongkah besar dan aliran airnya deras.

Daerah aliran tengah dicirikan oleh erosi vertikal kira-kira sama kuat
dengan erosi lateral, lembahnya berbentuk V yang lurus atau cekung, di kiri-
kanannya sering terdapat dataran yang agak lebar, aliran airnya tidak terlalu deras,
tidak terdapat air terjun. Dasra lembah terisi oleh batu-batu guling yang tidak
begitu besar, dan secara keseluruhan daerahnya miring melandai.

Daerah aliran hilir dicirikan oleh erosi lateral yang memegangperanan


penting, sehingga lembah sangat lebar, aliran airnya lambat. Sungainya banyak
berkelok-kelok, dasar lembah terisi oleh batu-batu yang kecil seperti kerikil, pasir,
dan bahkan lumpur. Keseluruhan daerahnya miring sangat landai.

Di antara ketiga macam daerah aliran sungai di atas terdapat daerah


peralihan, sehingga perubahan antara ketiganya tidak terlalu nyata.

Apabila dua daerah aliran sungai berdampingan, maka keduannya dibatasi


oleh suatu batas daerah aliran yang biasanya berbentuk punggungan. Batas daerah
aliran ini bisa mengalami pergeseran secara cepat atau lambat.
10

2.2.8 Macam-macam Sungai

Sungai-sungai yang mengalir di permukaan bumi mempunyai sumber air


yang berbeda, sehingga dapat dibedakan macam-macam sungai berdasarkan asal
air tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Sungai yang bersumber dari mata air.


Sungai semacam ini biasanya terdapat di daerah yang mempunyai curah
hujan sepanjang tahun dan daerah alirannya tertutup vegetasi.

2) Sungai yang bersumber dari air hujan semata.


Sungai semacam ini terdapat di daerah dengan curah hujan musiman dan
bervegetasi jarang sampai tak bervegetasi.
3) Sungai yang bersumber dari pencairan es atau salju.
Sungai semacam ini terdapat di daerah lintang tinggi dan di daerah
pegunungan yang mencapai batas salju.
4) Sungai yang bersumber dari bermacam-macam sumber air.
Sungai semacam ini lebih banyak terdapat di permukaan bumi. Airnya
bersumber dari mata air dan atau dari pencairan es, kemudian ditambah
dari air hujan yang turun sepanjang tahun maupun musiman.

Berdasarkan letak aliran sungai tersebut di atas, sungai dibedakan atas tiga
macam, yaitu :

1) Sungai yang seluruhnya mengalir di permukaan.


2) Sungai yang seluruhnya mengalir di bawah permukaan tanah, dinamakan
sungai di bawah tanah, seperti yang terdapat di daerah kapur (karst).
3) Sungai yang sebagian alirannya di permukaan dan sebagian lagi di bawah
permukaan tanah.
11

2.2.9 Manfaat Sungai

1) Sumber air bagi pengairan wilayah petanian atau irigasi dan usaha
perikanan darat.
2) Sumber tenaga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
3) Tempat untuk mengembangbiakkan dan menangkap ikan guna
memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani.
4) Tempat rekreasi, misalnya melihat keindahan air terjun dan
bendungan.
5) Tempat berolahraga, seperti ski air dan berperahu pada arus deras,
lomba dayung, dan lain-lain.
6) Tempat untuk memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan sehari-
hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai, seperti mencuci,
mandi, dan membersihkan perabotan rumah tangga.

2.2.10 Proses dan Bentukan yang Terjadi di Sungai

Sepanjang perjalanannya air sungai melakukan proses pengikisan,


pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan lepas.

Erosi ke samping (lateral) menyebabkan lembah bertambah lebar dan


membentuk kelokan-kelokan. Bentuk kelokan sungai yang khas dinamakan
meander, yaitu kelokan sungai yang teratur berbentuk setengah lingkaran,
terdapat di bagian tengah dan hilir aliran sungai. Erosi vertikal membuat lembah
bertambah dalam. Air terjun terbentuk, jika erosi vertikal mendapat hambatan di
suatu tempat, misalnya batuan yang keras, sementars batuan di tempat yang
berdampingan di hilirnya lebih lunak. Erosi mudik terjadi juga di air terjun. Erosi
mudik di daerah mata air, menyebabkan sungai bertambah panjang ke arah hulu.

Proses sedimentasi menghasilkan berbagai bentukan yang terletak di


tengah lembah, di bagian dalam kelokan atau meander, dan di muara sungai.
12

Pengendapan di muara sungai akan membentuk delta, apabila lautnya dangkal,


dan arusnya tidak terlalu kuat. Pengendapan di bagian tepi lembah terjadi pada
waktu banjir akan membentuk tanggul alam dan dataran banjir. Dataran banjir
merupakan lahan yang baik untuk persawahan atau pertanian lahan kering.

2.2.11 Debit dan Regim Sungai

Untuk keperluan teknik, orang seringkali memperhitungkan debit sungai.


Debit sungai (Q) diperoleh dari perkalian antara kecepatan arus (A) dengan luas
irisan melintang lembah (V), atau dengan rumus Q=A.V

Misalnya : Luasan irisan melintang lembah = 10 m2

Kecepatan pengaliran = 2 m/s

Debit sungai = 20 m3/s

Debit sungai berubah sejalan dengan perubahan kecepatan pengaliran dan


luas penampang melintang lembah. Pada musim hujan, kecepatan pengaliran dan
luas penampang melintang lembah lebih besar daripada musim kemarau.

2.2.12 Sifat-sifat Material yang Terangkut

2.2.12.1 Umum

Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung


pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sefiat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di
dalam proses sedimentasi terdiri dari sifat partikelnya dan sifat sedimen secara
menyeluruh. Namun demikina sifat yang paling penting itu adalah mengenai
besarnya atau ukurannya.

Dalam beberapa studi mengenai sedimen sungai diwaktu lampau


menggunakan rata-rata untuk menggambarkan sedimen secara keseluruhan. Cara
ini dapat kita lakukan apabila bentuk, kepadatan dan distribusi sedimen tidak
13

terlalu bervariasi dalam regime sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat,
perlu dilakukan penggambaran sedimen yang lebih seksama.

2.2.12.2 Ukuran Partikel

Partikel-partikel sedimen alam memiliki bentuk yang tidak teratur. Oleh karena
itu setiap panjang dan diameter akan memberikan ciri kepada bentuk kelompok
butiran.

Dalam peristilahan sedimen digunakan tiga macam diameter yaitu :

a. Diameter saringan (D), adalah panjang dari sisi lubang saringan dimana
suatu partikel dapat melaluinya.
b. Diameter sedimentasi (Ds), adalah diameter bulat dari partikel dengan
berat spesifik dan kecepatan jatuh yang sama pada cairan sedimentasi dan
temperatur yang sama pula
c. Diameter normal (Dn), adalad diameter bulat suatu partikel dengan
volume yang sama (dimana volume = 1/6πDn3)

Secara garis besar skala butiran adalah sebagai berikut :

- Boulders : 4000 – 250 mm


- Cobbles : 250 – 64 mm
- Gravel : 64 – 2 mm
- Sand : 2000 – 64 µ
- Silt : 62 – 4 µ
- Clay : 4 – 0,24 µ

Penentuan ukuran boulders, cobbles, dan gravel dilakukan dengan pengukuran


langsung dari pada isi atau beberapa diameter. Gravel dan sand dengan analisa
saringan, sedangkan salt dan clay dengan analisa mikroskopis atau cara-cara
sedimentasi.
14

2.2.12.3 Bentuk Partikel

Bentuk dari sedimen alam beraneka-ragam dan tidak terbatas. Ukuran


partikel sedimen itu sendiri belum cukup untuk menjelaskan butir-butir sedimen.
Sifat-sifat yang paling penting dan berhubungan dengan angkutan sedimen adalah
bentuk dan kebulatan butir (berdasarkan pengamatan H. Wadell). Bentuk butiran
dinyatakan dalam kebulatannya yang didefinisikan sebagai perbandingan daerah
permukaan yang bulat dengan volume yang sama dari butiran dengan daerah
permukaan partikel.

Daerah permukaan sulit ditentukan dan isi butiran relatip kecil, sehingga
Wadell mengambil pendekatan untuk menyatakan kebulatan. Kebulatan
dinyatakan sebagai perbandingan diameter suatu lingkaran dengan daerah yang
sama terhadap proyeksi butiran dalam keadaan diam pada ruang terhadap muka
yang paling besar kepada diameter yang paling kecil atau dengan kata lain
kebulatan digambarkan sebagai perbandingan radius rata-rata kelengkungan ujung
setiap butir terhadap radius lingkaran yang paling besar (daerah proyeksi atau
bagian butiran melintang).

Bentuk partikel dinyatakan sebagai suatu faktor bentuk (SF) , yaitu :

SF = c/(ab)1/2

Dimana : a : sumbu terpanjang

: b : sumbu menengah

: c : sumbu terpendek

Untuk partikel berbentuk bola SF = 1, sedangkan untuk pasir alam SF = 0,7

Pengaruh bentuk terhadap karakteristik hidraulis dari partikel/butiran (yaitu


kecepatan jatuh ataupun hambatan) tergantung dari pada angka Reynold.
15

2.2.12.4 Rapat Massa (density)

Pada umumnya sedimen berasal dari desintegrasi atau dekomposisi dari


pada batu-batuan, baik yang diakibatkan oleh angin atau air. Suatu misal : clay
adalah fragmen-fragmen dari feldspat dan mika, silt adalah silikat, pasir adalah
kwarts. Kerikil adalah pecahan-pecahan yang cukup berarti dari batu-batu asal.
Boulders adalah segala komponen dari batu asal (batu-batu besar).

Rapat masaa butiran-butiran sedimen (<4mm) umumnya tidak berselisih.


Rapat masaa rata-rata dapat diambil ρs = 2650 kg/m3 hal ini dikarenakan kwarts
adalah yang paling banyak terdapat dalam sedimen alam. Bila dinyatakan sebagai
spesific gravity (s), maka besarnya = 2,65. Untuk clay, ρ berkisar antara 2500-
2700 kg/m3.

2.2.12.5 Kecepatan Jatuh (fall velocity)

Kecepatan jatuh merupakan parameter yang penting untuk sedimentasi


waduk dan proses pengendapan lain serta untuk menentukan gerak sedimen dalam
suspensi. Kecepatan jatuh butiran ditentukan dengan persamaan keseimbangan
abatara gaya berat dan hambatan aliran.

2.2.12.6 Bulk Density dan Porositas

Untuk memprakirakan umur suatu waduk, hasil perhitungan berat sedimen yang
terangkut harus diubah dalam bentuk volume. Oleh sebab itu harus ditaksir berat
kering tiap satuan volume dari sedimen di tempat yang dituju.
16

2.2.13 Analisa Permukaan Gerak Butiran

Air yang mengalir pada permukaan sedimen mengerjakan gaya pada


butiran yang cenderung menggerakkannya. Gaya yang menahan gaya yang
ditimbulkan oleh air yang mengalir berbeda-beda sesuai dengan ukuran butir dan
distribusi ukuran pada sedimen.

Untuk sedimen kasar misalnya pasir dan kerikil, gaya penahan gerakan
terutama disebabkan oleh berat partikel. Sedimen halus yang mengandung sedikit
lumpur atau tanah liat atau keduanya, cenderung bersifat kohesip dan menahan
gerakan dengan gaya kohesinya dari pada dengan gaya berat butir secara individu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada sekelompok sedimen


atau butiran halus akan digerakkan sebagai satu kesatuan, sedangkan pada
sedimen kasar yang bersifat non kohesip digerakkan sebagai butiran-butiran yang
bebas. Pada pokok bahasan dalam bab ini hanya akan dibicarakan untuk sedimen
non kohesip.

Bila gaya hidrodinamik bekerja pada suatu butiran dari sedimen atau
agregat dari partikel sedimen non kohesip telah mencapai suatu nilai yang bila
bertambah sedikit saja akan menyebabkan patikel atau butiran bergerak, dikatakan
sebagai keadaan kritis. Bila kondisi kritis tersebut mencapai suatu nilai atau
besaransebesar gaya geser dasar saluran, maka kecepatan rata-ratanya telah
mencapai kondisi kritis. Pada kondisi ini aliran berkompeten untuk menggerakkan
butiran sedimen.

2.2.14 Angkutan Material di Dasar Sungai (Bed Material Transport)

Yang dimaksud dengan bed material di dalam bahasan ini adalah bed load
atau suspended load. Kedua macam muatan sedimen ini dipengaruhi oleh proses
erosi dan deposisi. Dari hasil pengamatan di lapangan dan beberapa percobaan
telah diketahui bahwa hubungan atara angkutan sedimen dengan keadaan aliran
dasar sungai adalah tekanan geser dasar (bed shear stress) yang terdiri dari form
drag dan roughness drag. Dari kedua pengamatan tersebut telah diketahui pula
17

bahwa proses pengangkutan dan keadaan aliran sangat tergantung dengan


roughness drag, sedang form drag sama sekali tidak berperan.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam air (h) dan kemiringan dasar sungai
akan menghasilkan tekanan dasar yang dirumuskan dalam bentuk : τo = ρ.w.g.h.I

Banyak rumus yang dapat digunakan untuk menghitung angkutan sedimen


sejak Du Boys (1879) menyajikan hubungan gaya seretnya (tractive
forcerelation). Masalah yang sering dihadapi adalah memilih satu atau beberapa
rumus yang sesuai untuk dipakai dalam memecahkan suatu masalah.

Pemilihan ini tidak dapat secara langsung dilakukan selama hasil dari beberapa
formula yang digunakan menunjukkan perbedaan yang besar. Oleh karena itu,
penetapan rumus yang akan digunakan harus terlebih dahulu dibandingkan
dengan hasil observasi langsung sedimen di sungai yang akan ditinjau. Intensitasi
angkutan sedimen total pada suatu penampang sungai atau saluran adalah
banyaknya sedimen yang lewat pada penampang tersebut persatuan waktu (dapat
dinyatakan dalam berat : N/det atau volume per satuan waktu : m3/s).

2.2.15 Metode Pengukuran Sedimentasi

Proses pengangkutan sedimen dapat terjadi jiks kecepatan aliran cukup tinggi.
Perubahan dalam kecepatan aliran dipengaruhi oleh kondisi alam (musim kering
atau musim hujan), atau campur tangan manusia. Kedua pengaruh tersebut akan
mempengaruhi besarnya pengangkutan sedimen, yaitu erosi pada dasar sungai di
beberapa tempat dan deposisi pada tempat yang lain.

Untuk mempermudahi rencana suatu pekerjaan dan untuk memprakirakan


perubahan-perubahan bentuk akibat pekerjaan tadi, maka dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa rumus yang telah dikembangkan. Akan tetapi perhitungan
pengangkutan sedimen dengan cara tersebut biasanya kurang tepat, hal ini
disebabkan oleh :
18

a. Interaksi antara pergerakan air dan pengangkutan sedimen sangat rumit,


sehingga menyulitkan penggambaran secara matematis.
b. Pengukuran pengangkutan sedimen biasanya tidak tepat, sehingga rumus-
rumus perlu dikoreksi atau dikontrol.

Pengukuran secara langsung tentang pengangkutan sedimen diperlukan untuk


menentukan rumus yang sesuai atau cocok dan mengatur rumus tersebut
sedemikian rupa agar pengangkutan sedimen pada sungai dapat terukur seakurat
mungkin. Pengkuruan tersebut yang dimaksud adalah mengukur kecepatan aliran,
mengambil contoh dari seluruh mekanisme pengangkutan.

Karena banyaknya sifat-sifat yang komplek dari sedimen, maka untuk menirukan
kejadian-kejadian sangatlah sulit.

Cra-cara yang ada untuk melakukan pengukuran sedimen dibagi dalam dua
kelompok, yaitu :

a) Pengukuran dengan pengambilan contoh dan


b) Metode pelacakan (tracer method)

Pengukuran dengan pengambilan contoh terdiri atas :

a) Muatan cuci (Wash load)


b) Muatan layang
 Perhitungan transportasi dengan Botol Delft
 Perhitungan transportasi dengan US Depth-Integrating Sampler
c) Muatan dasar (Bed load)
d) Sampling dasar (Bottom sampling)
19

2.2.3 Upaya Penanggulangan Sedimentasi Yang Diakibatkan Oleh


Erosi

Begitu banyak teori yang dapat menjelaskan bagaimana sedimentasi akan


mempengaruhi kondisi fisik sungai. Tentu saja hal ini tidak dapat kita terus
abaikan. Perlua adanya kesadaran diri dan publik untuk segera menanggulangi
fenomena erosi pada hlu sungai yang mengakibatkan sedimentasi pada hlir
sungai.

Ada beberapa upaya yang dpat kita lakukan untuk menanggulangi hal ini. Contoh
kongkritnya adalah :

1) Upaya penghijauan dan penghutanan kembali wilayah-wilayah yang telah


gundul. Uapay ini dilakukan untuk mempertinggi kapasitas peresapan air
dan memperkecil kapasitas pangaliran air hujan yang jatuh dipermukaan
bumi.
2) Pembuatan teras-teras dan petakan pada lahan miring, yang memenuhi
syarat bagi pencegahan erosi, karena erosi di daerah aliran sungai akan
menyebabkan sedimentasi di lembah-lembah sungai, dan dapat
memperdangkal lembah tersebut. Akibatnya air sungai mudah meluap
pada musim hujan dan banjir pun terjadi.
3) Pembuatan tanggul-tanggul di pinggir sungai untuk menahan luapan air
sungai pada musim hujan. Upaya ini harus dibarengi dengan pengerukan
dasar lembah di musim kemarau.
4) Mencegah kerusakan akibat erosi lateral pada menader. Erosi lateral pada
kelokan luar meander dapat dicegah dengan membuat tanggul-tanggul
pemecah arus atau penahan erosi. Dilarang membuat jalan dipinggir
kelokan luar menader atau membuat jembatan yang memotong menader.
5) Meningkatkan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan
hidup melalui pendidikan formal, nonformal, maupun melalui media
massa.
6) Mempertegas dan memperberat hukuman kepada pelaku penebangan
hutan.
20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hutan adalah salah satu ekosistem terbesar di bumi ini. Hutan mempunyai
peranan yang banyak dan sangat luar biasa. Banyak fungsi penting yang dimiliki
hutan, antara lain adalah sebagai paru-paru dunia, tempat berkembangbiaknya
berbagai spesies tumbuhan maupun hewan, sebagai salah satu penyumbang
sumber daya alam, dan yang terpenting hutan adalah sebagai penyeimbang
fenomena alam.

Sebagai ekosistem terbesar dan memiliki fungsi sebagai penyeimbang


fenomena alam, hutan memiliki peranan penting dalam salah satu siklus
kehidupan bumi, yaitu siklus hidrologi. Karena hutan memiliki peranan penting
dalam siklus hidrologi, hutan tidak dapat dibiarkan menjadi rusak. Bila hutan
rusak dan vegetasi berkurang, maka akan terjadi erosi pada hulu sungai.

Erosi yang terjadi pada hulu sungai akan membawa material-material ke


hilir sungai dan akan mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi yang terus-
menerus berlanjut akan menyebabkan berubahnya bentuk fisik sungai. Hilir
sungai akan membentuk meander maupun sungai mati.

Ada banyak upaya yang dapat dilakukan agar kelestarian hutan tetap
terjaga sehingga dapat meminimalisir erosi sehingga tidak akan terjadi
sedimentasi di hilir sungai. Upaya-upaya tersebut adalah dengan melakukan
penghijauan dan penghutanan kembali, membuat teras miring, membuat tanggul
di pinggir sungai, dan meningkatkan kesadaran penduduk untuk sadar terhadap
kelestarian lingkungan sehingga akan selalu menjaga bumi ini.

20
21

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca bisa pengetahuan yang luas tentang
manfaat ekosistem hutan dan daerah aliran sungai sehingga dengan bertambahnya
pengetahuan, pembaca akan selalu menjaga dan melestarikan ekosistem hutan,
dengaan terjaganya kelestarian ekosistem hutan maka erosi dan sedimentasipun
tidak akan pernah terjadi.
22

DAFTAR RUJUKAN

Tanudidjaja, Moh. Ma’mur, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, Departemen


Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 1996 : Bahasa Indonesia

Priyantoro, Dwi, Teknik Pengangkutan Sedimentasi, Malang, 1987, Himpunan


Mahasiswa Pengairan

Anda mungkin juga menyukai