Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Simplisia......................................................................................................2
2.2 Jenis Simplisia...............................................................................................................2
2.3 Proses Pengolahan Simplisia.........................................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan
baku dan produk jadinya sudah distandarisasi. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui
bahwa banyak masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat.
Sering kita lihat bahwa sebagian dari masyarakat  memanfaatkan tanaman sebagai makanan,
sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
obat-obatan.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang farmasi
harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya
simplisia yang dapat dijadikansebagai obat.
Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan
didalam didalam suatu simplisia pada daun.

1.2 Rumusan masalah


 Apa Pengertian Simplisia?
 Bagaimana pengolahan simplisia ?

1.3 Tujuan
 Mengetahui Pengertian Simplisia
 Mengetahui cara pengolahan simplisia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan
dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak
lebih dari 600C (Ditjen POM, 2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat
alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk
(Gunawan, 2010). Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia mineral (Melinda, 2014).
2.2 Jenis Simplisia
Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a) Simplisia Nabati
Simplisia nabati Simplisa nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang dimaksud dengan eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya (Melinda, 2014).
Adapun jenis-jenis Simplisia nabati adalah sebagai berikut:

1. Herba (herba)
Herba merupakan seluruh bagian dari tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga,
dan buah yang berasal dari tanaman jenis terna yangbersifat herbaceus. Contohnya ,
Pegagan.

2
2. Daun (folium)
Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam
pembuatan herbal. simplisia tersebut bisa derupa daun segar atau kering dan dapat berupa
pucuk daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam.
3. Bunga (flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk.
4. Buah (fructus)
Buah untuk simplisia biasanya dikumpulkan setelah masak.
5. Kulit buah (pericarpium)
Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk.
6. Biji (semen)
Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang masak.
7. Kulit kayu (cortex)
Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman.
8. Kayu (lignum)
Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit. Pemotongan
kayu biasanya dilakukan miring sehinggak permukaan menjadi lebar. Kadangkala berupa
serutan kayu.
9. Akar (radix)
Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat dalam tanah. Tugas akar selain
memperkuat tegaknya tumbuhan, menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah,
kadang-kadang juga sebagai tempat menimbun makanan. Menurut bentuknya, dibedakan
2 macam akar yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang hanya terdapat pada
tumbuhan yang ditanam dari biji. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman rumput, perdu,
atau tanaman berkayu keras. simplisia akar dikumpulkan ketika proses pertumbuhannya
terhenti. Contoh akar yang kerap dijadikan simplisia adalah akar tanaman kompri.
10. Umbi (tuber)
Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar sehingga dibedakan menjadi umbi batang
dan umbi akar. Untuk menjadikan simplisia, umbi di[potong miring agar permukaan
menjadi lebar. Bila umbi bersifat toksik, sebelum digunakan umbi perlu diproses terlebih
dahulu dengan cara perendaman atau pengukusan. Contoh umbi akar serabut adalah

3
singkong dan umbi akar tunggang adalah lobak, sementara contoh umbi batang adalah
kentang.
11. Rimpang (rhizome)
Rimpang merupakan batanf dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang -cabang,
dan tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan menjadi tumbuhan baru. Kunyit
merupakan salah satu contoh jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia.
12. Umbi lapis (bulbus)
Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari batang beserta daunnya menjadi umbi yang
berlapis-lapis karena daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh umbi lapis antara lain
bawang merah dan bawang bombay.

Simplisia yang Berasal dari Bahan Nabati

Nama Simplisia Asal Kegunaan

Agerati folium Daun Perawatan rambut, sakit perut, obat luka


Bandotan(Ageratum
conyzoides L.)

Basilici folium Daun Peluruh dahak (ekspektoran), peluruh haid


selasih(Ocimum (emenagoga), karminatif, pencegah mual, penambah
basilicum L.) nafsu makan, pengelat (adstringen), penurun panas
(antipiretik), pereda kejang (antispasmodik),
pengobatan pasca persalinan

Carambolae flos Bunga belimbing Peluruh dahak/obat batuk (ekspektoran)


manis (Averrhoa
carambola L.)

Eurycomae Radix Akar pasak bumi Diuretik,antipiretik


(Eurycoma
longifolia Jack)

4
Granati Cortex Kulit batang Pengelat (astringen)
delima(Punica
granatum L.)

Hibisci similidis Daun waru Peluruh dahak (ekspektoran), perawatan rambut


Folium gunung(Hibiscus
similis L.)

Jasmini radix Akar melati Obat luka,obat pereda rasa sakit


(Jasminum
sambac (L.) W.Ait)

Kalanchois Folium Daun sosor bebek Peluruh dahak(ekspektoran), penurun


(Kalanchoe panas(antipiretik)
pinnata (Lmk.)
Pers)

Lansii Semen Biji duku(Lansium Peluruh kencing(diuretik), penurun


domesticum Corr.) panas(antipiretik)

Lagenarieae Buah labu panjang, Peluruh air seni (diuretik), peluruh dahak, obat batuk
Fructus buah labu (ekspektoran), penurun panas (antipiretik).
air(Lagenaria
siceraria (Molina)
Standley)

b) Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, Simplisia
hewani Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan (Meilisa, 2009) dan belum berupa zat kimia murni (Nurhayati

5
Tutik, 2008). misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum)
(Gunawan, 2010).

Simplisia yang Berasal dari Bahan Hewani

Nama Simplisia Asal Kegunaan

Oleum iecoris Ikan Sebagai sumber vitamin D


asselli
(minyak ikan)

Mel depuratum lebah Sumber energi dan penambah stamina tubuh


(madu lebah)

Adeps lanae Domba (Ovis Bahan tambahan pada sediaan farmasetik umumnya
(lemak bulu aries) sebagai dasar pembuatan salep, bahan pembuatan
domba) sabun, pasta, dsb.

Adeps suillus Babi hutan (Ovis Digunakan dalam makanan dan sebagai bahan
(lemak perut babi) aries) pembuatan salep, dsb.

Cera Alba Lebah(Apis Bahan salep, dsb.


(malam putih) mellifera)

Cera Flava Lebah(Apis Bahan salep, dsb.


mellifera)

Gelatinum Ikan, sapi, dan Sebagai salah satu bahan baku dari permen lunak,
babi(protein yang jeli, dan es krim, dan sebagai bahan pembuatan
dihasilkan dari salep, dsb.
tulang dan kulit
binatang)

6
Oleum Minyak ikan hiu Sumber kalori dan pengobatan avitaminosis A dan B
charcharidis

Cetaceum Kepala lemak dan Bahan salep, suppo, dsb.


badan Physeter
catodon L

Thyroidum (serbuk kering dari Pengobatan terhadap hipotiroidisme (kerdil) dan


kelenjar tiroid myzoedema
binatang menyusui,
telah dibersihkan
dari jaringan
pengikat dan lemak

c) Simplisia Pelikan atau Mineral


Simplisia mineral Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Meilisa,
2009). Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan, 2010).

Simplisia yang Berasal dari Bahan Mineral

Nama Simplisia Asal Kegunaan

Serbuk seng bisa diperoleh dari Mempertahankan kesuburan, memperkuat daya tahan
(Zn) makanan seperti tubuh, membantu dalam proses penyembuhan dan
bunci, kacang- mampu membantu agar menghasilkan sekitar 100
kacangan, keju, enzim yang diperlukan. Seng juga berguna untuk
daging sapi, ayam, kecantikan kulit yaitu dapat mencegah timbulnya
dan aneka ikan laut. jerawat, mecegah kulit kering, dan membantu
regerasi kulit

Serbuk tembaga Bisa diperoleh dari Membantu hemoglobin, kolagen, dan menjaga

7
(Cu) makanan seafood, kesehatan saraf
gandum, jagung, dan
polong-polongan.

Mangan (Mn) Bisa diperoleh dari Menjaga kesehatan otak, tulang, berperan dalam
makanan telur, pertumbuhan rambut dan kuku, membantu
kacang-kacangan, menghasilkan enzim untuk mengubah karbohidrat
sayuran berdaun dan protein membentuk energi yang akan digunakan
hijau, daging merah.
Pada buah-buahan
terdapat pada buah
strawberi, nanas,
anggur.

Zat besi (Fe) Bisa diperoleh dari Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
hati ayam, daging tubuhn dan menghilangkan racun dari tubuh
ayam, daging merah,
ikan, dan kacang
polong

Kromium (Cr) Bisa diperoleh dari Dibantu dengan vitamin B3, kromium berfungsi
roti, gandum, jagung, mengatur penempatan glukosa dalam darah menuju
daging, ikan, dan keju ke sel-sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi
energi

Magnesium Bisa diperoleh dari Berperan dalam menjaga kesehatan jantung, ginjal,
(Mg) makanan kacang- dan otot
kacangan, sayuran
berdaun hijau,
gandum, dagung, dan
tahu

8
Vaselin flavum Dari minyak mineral Bahan salep, pencahar lemak.

Vaselin album Vaselin flavum yang Bahan salep (tidak untuk salep mata), pencahar
telah diputihkan lemak.
dengan menggunakan
asam sulfat

Parafin Destilasi minyak Bahan salep dan pencahar


liquidum mineral

Parafin solidum Dari minyak mineral Bahan bahan tambahan seperti sebagai pengeras
salep, dsb.

2.3 Proses Pengolahan Simplisia


1.  Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas
dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk
mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Seperti rimpang, alat
untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus
segera dibuang atau dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung
dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak.
Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas
yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan
juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).

2. Penanganan Pasca Panen


Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya
atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil
panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk
diproses selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan
tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen

9
tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan
dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan
perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.  Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi  sehingga
memiliki nilai jual yang tinggi.
a. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar
(Gunawan, 2010). Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang mengandung bermacam-macam
mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dan tanah
yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Melinda, 2014).
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan
mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba
(Gunawan, 2010). Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air yang
mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin
(Melinda, 2014).
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat
kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa
pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari
larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain
 Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung
kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman  dilakukan beberapa
kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya

10
mengandung kotoran paling banyak.  Saat perendaman kotoran-kotoran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.  Metoda ini
akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan.
 Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat
pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses penyemprotan
dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-
nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang
cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
 Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang
keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini memakai
alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini
perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan
terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.  Pem-
bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat
menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian
lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang
tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme
c. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan
maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang
diinginkan (Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki (Gunawan, 2010). Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang

11
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. 
Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap
kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif 
yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan untuk
rimpang temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm. 
d. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
bakteri. b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan
zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan,
tahan lama, dan sebagainya) (Gunawan, 2010).
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila
kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari
proses pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban udara, waktu pengeringan dan
luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 60 o ,
tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan
pada suhu 10 serendah mungkin, misalnya 30o sampai 45 o . Terdapat dua cara
pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan
diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan menggunakan instrumen (Melinda,
2014).
e. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak
(Gunawan, 2010). Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014).
.  f. Pengemasan

12
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.  Jenis
kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan
jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak
mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun
dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama
bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan

g. Penyimpanan
Setelah tahap pengemasan selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu
wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya
(Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus
simplisia adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun,
mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan
bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014).
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di
ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-
ventilasi.  Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan
panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak
merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 – 6 bulan. 
Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan
yang tepat dan higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air
hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 300C.

13
d. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk
mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk
segar maupun kering.
e. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang
disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
2. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia mineral
3. Proses pengolahan simplisia terdiri dari pemanenan, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, The United State Pharmacopeia, 29th Ed., 3050-3053, United State
Pharmacopeia Convention Inc., Rockville AOAC, 2002, Official Methods of Analysis
of AOAC International, AOAC International.
Gad, H.A., El-Ahmady, S.H., Abou-Shoer, M.I. dan Al-Azizi, M.M. (2012). Application of
chemometrics in authentication of herbal medicines: A review. Phytochemical Analysis
24: 1-24. Gunawan, S. G. (Ed.). 2011. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Gunawan, D., dan Sri, M. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal:106-120
Hariyadi, S., 2001, Khasiat Tanaman TOGA untuk Pengobatan Alternatif, Jakarta: Kalamedia
Januar, D.S., 2012, Pemilihan dan Alasan Penggunaan Obat Tradisional pada Masyarakat Kota
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Melinda. 2014. Aktivitas Anti Bakteri dan Pacar Kuku (Lowsonia inermis L.) Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

16

Anda mungkin juga menyukai