Anda di halaman 1dari 21

Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Politik Indonesia
Indonesian Political Science Review
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI

Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu


Atut Chosiyah
Agus Sutisna1
1 Universitas Muhammadiyah Tangerang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Sejak terbentuk menjadi provinsi yang mandiri, terpisah dari Jawa Barat, kehidupan
Diterima 27 Maret 2017 politik di Banten ditandai oleh menguatnya gejala dinasti politik atau politik
Disetujui 17 Mei 2017 kekerabatan, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Pada tingkat
Dipublikasi 15 Juli 2017 provinsi, dominasi the local strongmen, Tb. Chasan Sochib dalam kepolitikan
Banten sangat menonjol dan berhasil menempatkan anaknya, Ratu Atut Chosiyah
Keywords:
Political Dynasties;
pada jabatan gubernur selama hampir dua periode (2006-2011 dan 2011-2014).
Governance Power; Pasca keberhasilannya menduduki jabatan gubernur, secara hipotetik Ratu Atut
Proliferation; Local berhasil membangun dan mengembangkan dinasti politiknya ke berbagai arena
Strongmen; Banten Province kehidupan masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada obyek tatakelola dan praktik
kekuasaan pemerintahan gubernur di Provinsi Banten, dengan tujuan untuk
mengetahui dan menjelaskan bagaimana praktik dinasti politik atau politik
kekerabatan di Provinsi Banten pada era kepemimpinan Gubernur Ratu Atut
Chosiyah mengalami proliferasi (persebaran, pertumbuhan) di berbagai arena
kehidupan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
metode pengumpulan data/informasi dilakukan melalui wawancara, triangulasi,
studi pustaka dan dokumen. Hasil penelitian menujukkan bahwa praktik dinasti
politik atau politik kekerabatan pada era kepemimpinan Gubernur Ratu Atut
Chosiyah di Banten memperlihatkan adanya gejala persebaran (proliferasi,
pertumbuhan), bukan saja pada ranah kekuasaan eksekutif dan legislatif, melainkan
juga menyebar di banyak arena kehidupan masyarakat, seperti pada arena kehidupan
bisnis, sosial-budaya, pendidikan, dan keormasan.

Abstract
Since forming into independent provinces, apart from West Java, Banten political
life was marked by the strengthening of a political dynasty, both at the provincial
and district and city. At the provincial level, the dominance of the local strongmen,
Tb. Chasan Sochib in political of Banten is very prominent and managed to put his
son, Ratu Atut Chosiyah the governorship for almost two periods (2006-2011 and
2011-2014). Post successes in occupying the post of governor, hypothetically Ratu
Atut successfully builds and develop a political dynasty to the various arenas of
public life. This research was carried out on the object of governance and practices
of government power governor of Banten province, with the aim to identify and
explain how political dynasties role this province or political kinship in Banten
province in the era of the leadership of Governor Ratu Atut Chosiyah proliferate
(distribution, diasporic) in various arenas of public life. This study used a
qualitative approach, the method of collecting data and information through
interviews, triangulation, literature and documents. The results showed that the role
of political dynasties in the era of the l Governor Ratu Atut Chosiyah in Banten
show any symptoms of the spread (proliferation, diasporic), not only in the realm of
executive and legislative power, but also spread in many arenas of life of society,
such as the arena business life, socio-cultural, educational, and organizational.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2477 – 8060
Jalan Perintis Kemerdekaan I No. 33, Cikokol, Babakan, Kota Tangerang, Banten 15118, Indonesia
Email: tisna_1965@ymail.com
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Pendahuluan Orde Baru. Transisi dari rezim non-


Pasca berakhirnya rezim otoritarian demokratik yang sentralistik menuju
orde baru tahun 1998 silam, semangat dan pemerintahan dan kehidupan politik yang
gairah berdemokrasi tumbuh di mana-mana. sungguh-sungguh demokratis terbukti tidak
Situasi yang menurut Haryanto (2009) telah mudah dilalui. Berbagai hambatan dan distorsi
mengubah sistem politik dan melahirkan mewarnai lanskap kehidupan politik dan
reformasi ini memberi peluang bagi agenda konsolidasi demokrasi di Indonesia.
berlangsungnya demokratisasi di Indonesia. Salah satu hambatan problematis yang
Dalam konteks cakupan aktor penyelenggara sekaligus merupakan distorsi dalam kerangka
kekuasaan, Tb. Massa Djafar (2008) melihat demokratisasi dan penataan kehidupan politik
terjadi perubahan demikian rupa di mana yang lebih baik itu adalah munculnya
aktor-aktor yang terlibat dalam proses fenomena dinasti politik di berbagai daerah.
kekuasaan semakin plural. Secara vertikal, Fenomena kehadiran dinasti politik --
perubahan kekuasaan menunjukkan bahwa terutama di aras lokal-- dalam lanskap
politik tidak lagi didominasi pemerintah pusat. paradoks konsolidasi dan perkembangan
Demokrasi, meski tidak selalu mudah demokrasi di Indonesia, merujuk pada data
diwujudkan, memang diyakini oleh banyak yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri
pihak merupakan jalan yang paling tepat, (Kemendagri) terbukti cukup massif
sesuai natur kemanusiaan yang menghendaki (meluas), yakni bahwa pada akhir tahun 2013
kesetaraan, kebebasan dan partisipasi silam terdapat 57 Kepala Daerah yang
bersama, untuk mewujudkan masa depan melakukan praktik politik dinasti. Data ini
tatakelola kehidupan bermasyarakat dan meningkat di awal tahun 2016 lalu menjadi
bernegara yang lebih baik. Itu sebabnya lebih dari 65 daerah sebagaimana
berbagai upaya penataan kelembagaan sistem diungkapkan Siti Zuhro dalam seminar
politik sebagai wujud demokratisasi dilakukan Korupsi dan Dinasti Politik di kantor PP
di berbagai domain kehidupan politik, mulai Muhammadiyah Jakarta, 19 September 2016
dari pelaksanaan pemilu, penataan lembaga- (Zuhro, 2016). Kemudian, lebih dari data
lembaga politik kenegaraan, pengaturan baru yang dirilis Kemendagri yang hanya
relasi pemerintah pusat-daerah, penguatan menampilkan praktik dinasti politik di ranah
kelompok-kelompok kepentingan dan lain- eksekutif, dalam kenyataannya fenomena
lain (Marijan, 2011). dinasti politik ini juga memperlihatkan gejala
Namun demikian, jalan menuju persebaran dan perluasan (proliferasi) ke
demokrasi tidaklah selalu mudah diwujudkan. arena kekuasaan dan jabatan-jabatan politik di
Fenomena semacam itu pula yang terjadi di lembaga egislatif, pusat maupun daerah.
Indonesia pasca runtuhnya rezim otoritarian

101
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

Setidaknya gejala ini terjadi di Provinsi pendekatan elit yang memposisikan isu dinasti
Banten. politik dalam kerangka kajian mengenai
Dalam kasus Provinsi Banten, praktik peranan elit politik dalam struktur masyarakat,
dinasti politik memperlihatkan gejala Leo menyimpulkan bahwa kemunculan
proliferasi hingga ke luar arena kekuasaan dinasti politik di Banten tidak terlepas dari
eksekutif dan legislatif. Sejumlah anggota peran dan ketokohan Chasan Sochib
keluarga dan kerabat Gubernur Ratu Atut (ayahanda Ratu Atut) sebagai elit lokal yang
Chosiyah menduduki banyak asosiasi dan dengan ambisinya berhasil mengendalikan
organisasi di luar pemerintahan. Mulai kehidupan ekonomi-politik pasca Banten
asosiasi bisnis terutama Kamar Dagang dan menjadi provinsi tahun 2000. Ambisi Sochib
Industri (Kadin), partai politik (dalam hal ini untuk menguasai panggung kepolitikan
Partai Golkar), organisasi keagamaan, Banten ini menemukan “jalan mudahnya”
organisasi pemuda, organisasi olahraga, dengan terbukanya kesempatan yang
organisasi pendekar, hingga organisasi sosial- disediakan atau tercipta oleh sebab terjadinya
budaya. proses perubahan politik dari era otoritarian
Studi tentang dinasti politik di Banten ke era demokrasi. Tetapi Leo tidak
pernah dilakukan, setidaknya oleh tiga menganalisis bagaimana strategi politik Ratu
peneliti, yakni Leo Agustino bertajuk “Dinasti Atut dalam memelihara dan mengembangkan
Politik Pasca-Otonomi Orde Baru: dinasti politiknya di kemudian hari, paling
Pengalaman Banten” (Majalah Prisma, 2010) tidak setelah Ratu Atut menduduki jabatan
dan Politik Lokal dan Otonomi Daerah Gubernur definitif hasil Pilgub tahun 2006.
(2014); Yoes C. Kenawas, bertajuk “The Rise Dengan fokus studi yang tidak jauh
of Political Dynasties in a Democratic berbeda, yakni mengeksplorasi gejala
Society” (Paper pada Simposium Arryman kebangkitan dinasti politik di Banten, dalam
Fellow, 2014); dan Abdul Hamid bertajuk papernya yang dipresentasikan pada
Observation of Democratic Decentralization Simposium Arryman Fellow pada tahun 2014
in Indonesia during 2009–2014: Political Yoes menyimpulkan, bahwa secara umum
Dynasty in Banten Province and Populism in faktor-faktor penentu keberhasilan dalam
Jakarta Province (Disertasi, 2016). membangun dinasti politik adalah adanya
Dalam studinya di dua artikel itu, Leo topangan kekuatan jaringan keluarga informal
terutama mengkaji dua hal penting dari dan akumulasi kekayaan materi (finansial).
fenomena munculnya dinasti politik di Dalam kasus Banten, Yoes menyimpulkan
Banten, yakni muasal kemunculan dinasti dan bahwa kemunculan dinasti politik tidak
dampak ekonomi-politik yang terlepas dari sosok Chasan Sochib sebagai
ditimbulkannya. Dengan menggunakan salah satu tokoh pembentukan Provinsi

102
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Banten yang paling berpengaruh. Chasan yang demokratis. Artinya, kajian Hamid tidak
Sochib membangun pondasi awal dinasti membahas secara khusus fenomena dinasti
politik di Banten dengan topangan tiga politik di Banten, melainkan hanya
sumberdaya, yakni (1) sumberdaya finansial memposisikannya sebagai salah satu implikasi
yang diperolehnya dari akses eksklusif politik dari penerapan desentralisasi dalam
terhadap proyek-proyek pemerintah, (2) kerangka otonomi daerah. Implikasi ini
sarana koersif (kekerasan) yang dilakukan dibahas dalam suatu studi banding dengan
oleh para jawara yang diikatnya melalui fenomena yang secara diametral berhadap-
tradisi patronase, dan (3) kontrol terhadap hadapan namun keduanya sama-sama
partai politik, dalam hal ini Partai Golkar yang merupakan buah implikasi dari penerapan
sejak era orde baru telah didominasinya desentralisasi, yakni fenomena populisme.
bersama anggota keluarga dan kerabatnya. Dalam kajiannya Hamid menjelaskan,
Kemudian untuk mengkonsolidasikan bahwa era desentralisasi yang untuk pertama
dan memperluas jaringan dinasti politiknya, kalinya dilandasi penerapannya oleh UU
Yoes menyimpulkan bahwa dinasti Rau, Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
terutama sejak Pilgub Banten 2001 --dimana Daerah telah melahirkan dua tipologi
Ratu Atut berhasil menduduki kursi Wakil kepemimpinan dan tatakelola kekuasaan lokal
Gubernur mendampingi Djoko Munandar-- yang secara diametral sangat paradoks, yakni
yang “dimenangkannya”, berupaya keras dinasti dan populisme. Gejala dinasti tumbuh
menciptakan arena partisipasi kepolitikan di sejumlah daerah, salah satunya yang relatif
lokal menjadi sempit dan terbatas bagi pihak- kuat adalah di Provinsi Banten pada masa
pihak lain, di samping dengan cara kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah.
menghalangi intervensi dari otoritas Sementara itu gejala populisme tumbuh antara
kekuasaan pusat. Yoes, seperti juga Leo, tidak lain di Provinsi DKI Jakarta yang mengemuka
membahas lebih jauh bagaimana dinasti pada saat perhelatan Pilgub DKI Jakarta tahun
politik yang dibangun Sochib mengalami 2012 dan kurang lebih selama dua tahun
proliferasi di era kepemimpinan Gubernur kepemimpinan Jokowi di Jakarta.
Ratu Atut. Menurut Hamid, sejarah kemunculan
Agak berbeda dengan Leo dan Yoes, dan pembentukan dinasti politik di Banten
disertasi Hamid membahas fenomena dinasti bermuara pada sosok dan perilaku politik Tb.
politik di Provinsi Banten dalam konteks isu Chasan Sochib (ayahanda Ratu Atut) yang
yang mendahuluinya, yakni desentralisasi di memanfaatkan momentum pelaksanaan
Indonesia pasca kejatuhan rezim Soeharto otonomi daerah dan Pilgub pertama, dengan
yang telah mengubah sistim politik dari mengandalkan kekerasan untuk mencapai dan
sentralistik yang otoriter ke desentralistik mempertahankan kekuasaan politiknya.

103
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

Setelah kekuasaan politik berada dalam rupa hingga merambah ke banyak arena
kontrolnya, Sochib kemudian memanfaatkan kehidupan masyarakat Banten.
keluarga dan jaringan kerabatnya untuk
memperluas dan mengembangkan Kajian Pustaka
dominasinya hingga akhirnya berhasil Metodologi
mengontrol arena kepolitikan lokal di Banten. Obyek dan Lokasi Penelitian. Obyek
Tetapi seperti dua peneliti terdahulu, Hamid penelitian adalah tatakelola pemerintahan
juga tidak membahas lebih jauh bagaimana Provinsi Banten pada era kepemimpinan
dinasti politik yang dibangun Sochib Gubenur Ratu Atut tahun 2005 hingga tahun
mengalami proliferasi di era kepemimpinan 2013. Penelitian dibatasi hanya pada isu
anaknya hingga ke arena kehidupan di luar gejala proliferasi (persebaran, perluasan dan
ranah eksekutif dan legislatif. pertumbuhan) dinasti politik di banyak arena
Membandingkan dengan studi-studi kehidupan masyarakat Banten, yang secara
terdahulu sebagaimana diuraikan di atas, hipotetik terjadi pada era kemimpinan
kebaruan ilmiah pada kajian di dalam artikel Gubernur Ratu Atut.
ini adalah berkenaan dengan gejala proliferasi Penelitian ini menggunakan
dinasti politik yang dirintis dan dibangun oleh pendekatan Kualitatif. Metode ini dipilih
Chasan Sochib pada era kepemimpinan mengingat ruanglingkup permasalahan yang
Gubernur Ratu Atut Chosiyah di banyak arena cukup luas dan memiliki keterkaitan
kehidupan di luar ranah eksekutif dan fenomenologis yang multidimensi di antara
legislatif di Provinsi Banten. isu-isu, data/informasi, fakta dan peristiwa-
Berlatar uraian tersebut di atas, fokus peristiwa empiriknya. Dengan metode ini
permasalahan dalam studi ini adalah diharapkan pokok dan ruanglingkup
bagaimana dinasti politik yang dibangun permasalahan penelitian dapat dieksplorasi
Chasan Sochib itu mengalami proliferasi dan difahami secara utuh, komprehensif dan
(perluasan dan pertumbuhan) di banyak arena mendalam.
kehidupan masyarakat pada era Data dalam penelitian ini dieksplorasi
kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah dan dihimpun (data collection) dengan
(2005-2013)? berbagai teknik yang lazim digunakan dalam
Dengan demikian maka tujuan penelitian kualitatif, tetapi disesuaikan
penelitian ini adalah untuk mendalami dan penggunaannya dengan jenis dan
mengeksplorasi bagaimana dinasti politik di ruanglingkup data yang dibutuhkan. Untuk
Banten pada masa kepemimpinan Gubernur berbagai data sekunder seperti literatur-
Ratu Atut mengalami proliferasi sedemikian literatur kajian sejenis dan rujukan-rujukan
yang bernilai akademik (buku, jurnal dan

104
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

laporan-laporan karya ilmiah seperti tesis dan akan menggunakan teknik triangulasi
disertasi), dokumen-dokumen berbagai (triangulation) seperlunya.
peraturan perundangan yang relevan, serta Narasumber atau informan serta
sumber-sumber tertulis lainnya seperti berita besaran jumlahnya dalam penelitian ini dipilih
dan artikel opini di media masa, dan lain-lain berdasarkan karakteristik yang lazim
akan dikumpulkan dengan menggunakan digunakan dalam pendekatan kualitatif.
teknik studi dokumen. Mengikuti sebagian saran Spradley
Sedangkan untuk berbagai data (Sugiyono, 2008), narasumber dalam
primer akan digunakan teknik wawancara penelitian ini adalah orang-orang yang
semi-terstruktur (semistructure interview); memiliki keterlibatan mendalam dan luas
dan dilakukan dengan tatap muka langsung dengan isu dinamika kepolitikan lokal
dengan narasumber penelitian. Wawancara (Banten); memahami konteks dan substansi
dalam penelitian akan dilakukan dengan pokok permasalahan yang diteliti; serta dapat
teknik topic guides, dimana wawancara akan diperkirakan mampu bersikap obyektif dalam
lebih fokus pada topik, bukan pada memberikan pandangan dan penyikapan
pertanyaan. Di samping kedua teknik terhadap setiap aspek dari isu penelitian yang
pengumpulan data tersebut, untuk ditanyakan.
memperoleh gambaran, terutama “suasana Adapun teknik analisis data dalam
psiko-politiknya” yang utuh mengenai lokasi penelitian ini akan menggunakan model yang
(place) penelitian sehingga peneliti dapat ditawarkan Miles dan Huberman (Sugiyono,
menangkap dan memahami “situasi sosio- 2008), suatu teknik dimana data dianalisis
politik” yang mungkin dibutuhkan dalam secara interaktif dan berlangsung secara terus
tahapan analisis data dan penyajian hasil menerus sampai tuntas, atau peneliti
penelitian, peneliti juga akan melakukan menganggap data dan informasi yang
pengamatan langsung (observation) terhadap diperlukan memadai (data jenuh). Model ini
lokasi penelitian, khususnya pada tempat- terdiri dari tiga rangkaian terpadu, yaitu:
tempat atau lokasi di Banten yang memiliki penyederhanaan data (data reduction),
hubungan tematik dengan data/informasi yang penyajian data (display data), dan penarikan
dibutuhkan. Terakhir, untuk berbagai data kesimpulan atau verifikasi (conclusion
atau informasi (termasuk pikiran, pandangan drawing/verification).
dan sikap) narasumber dan atau data dan
informasi yang berasal dari sumber-sumber Kajian Konseptual
sekunder yang bersifat meluas (convergen), Studi mengenai dinasti politik telah
tidak konsisten bahkan kontradiktif, peneliti banyak dilakukan para ilmuwan politik di
berbagai negara. Beberapa peneliti yang

105
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

tulisannya banyak dirujuk antara lain Pablo penguasa atau menduduki jabatan publik pada
Querubin, Mark R. Thompson, Ernesto Dal umumnya akan melakukan praktik nepotisme
Bo, Jason Snyder, Alfred W. McCoy, Donn dengan memberikan berbagai perlakuan
M. Kurtz, Yasushi Asako, dan Stephen Hess. istimewa kepada anggota keluarga atau
Pada umumnya posisi kajian kerabatnya, bukan untuk mensejahterakan
mengenai isu dinasti politik ini berada dalam rakyat dan memajukan daerahnya, melainkan
konteks perbincangan mengenai politik dalam rangka membangun dan memperkuat
kekerabatan (keluarga) sebagaimana dapat jejaring kekuasannya. Dari sinilah kemudian
dibaca dalam cara bagaimana para ahli itu embrio dinasti politik itu muncul.
mendefinisikan dinasti politik. Pablo Dalam studi Eisenstadt S.N. dan
Querubin (2010) mendefinisikan dinasti Roniger Luis (1984) dikemukakan, bahwa
politik sebagai sejumlah kecil keluarga yang pemberian prioritas kepada anggota keluarga
mendominasi distribusi kekuasaan dalam area dan kerabat dalam kehidupan politik itu
geografis tertentu. Mark R. Thompson (2012) didasarkan pada 4 (empat) argumentasi,
menjelaskan dinasti politik hanya sebagai yakni: (1) Kepercayaan (trusty), maksudnya
jenis lain dari transisi (peralihan) kekuasaan bahwa keluarga atau kerabat lebih dapat
politik, langsung maupun tidak langsung, dipercaya dan tak mungkin berkhianat seperti
yang melibatkan anggota keluarga. Definisi yang lazim dilakukan politisi pemburu
ini tidak jauh berbeda dengan yang kekuasaan; (2) Kesetiaan (loyality), bahwa
dirumuskan Yasushi Asako dkk (2012) yang kerabat akan jauh memiliki loyalitas tinggi
mendefinisikan dinasti politik secara dalam konteks menjalankan semua tugas
sederhana sebagai sekelompok politisi yang politik terutama dalam hal menjaga wibawa
mewarisi jabatan publik dari salah satu dan kehormatan kerabat besar ketimbang
anggota keluarga mereka. orang lain; (3) Solidaritas (solidarity), artinya
Kebangkitan dinasti politik, kerabat dipastikan jauh memiliki tingkat
sebagaimana ditunjukkan oleh banyak hasil solidaritas yang tangguh terutama dalam
studi yang dilakukan para ahli di berbagai menolong klan keluarga besar dari
negara memang memiliki hubungan sangat kebangkrutan kekuasaan dan kekayaan
erat dengan kepentingan keluarga atau politik ketimbang mereka yang bukan dari kalangan
kekerabatan. Kepentingan keluarga kerap, kerabat; (4) Proteksi (protection), hal ini
jika tidak selalu, menjadi basis muasal terkait dengan kepentingan mempertahankan
pertumbuhan, perkembangan dan perluasan gengsi dan kehormatan keluarga besar.
dinasti politik dalam suatu sistim politik Mereka yang berasal dari klan yang sama
demokrasi. Dalam tradisi politik kekerabatan, akan cenderung mampu menjaga apa yang
anggota keluarga yang sudah menjadi telah dimiliki keluarga ketimbang orang lain.

106
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Secara teoritik praktik dinasti politik Dalam bukunya yang lain, Sidel bahkan
menimbulkan berbagai ancaman problematis menuding praktik dinasti sebagai pihak paling
dalam kehidupan politik di aras lokal. Dalam bertanggung jawab atas maraknya gejala
kerangka konsolidasi demokrasi lokal, praktik personalisasi politik dan lemahnya kapasitas
dinasti politik mempersempit ruang partisipasi negara dan institusi politik. Proses
publik sekaligus menegasikan salah satu pengambilan keputusan tak lagi didasarkan
prinsip dasar demokrasi, yakni kesetaraan pada proses rasionalitas instrumental, tetapi
politik. Selain itu, dinasti politik juga hanya didasarkan pada keputusan individual dari
akan memperkokoh gejala oligarkis di daerah aktor-aktor dinasti yang berkuasa.
yang berpotensi melemahkan mekanisme Pelembagaan partai politik juga tersumbat
check and balance karena jabatan-jabatan karena asas meritokrasi ditundukkan oleh
politik dikuasai oleh satu keluarga. Dalam hubungan darah dan hubungan keluarga.
pandangan Amich Alhumami (2016), peneliti Kemudian dalam konteks ekonomi
sosial di University of Sussex Inggris politik lokal, praktik dinasti politik juga dapat
kekerabatan atau dinasti politik tidak sesuai melahirkan kapitalisme klientilistik sebagai
dengan prinsip meritokrasi. Sebab, proses bagian dari kronisme, di mana pelaku
rekrutmen didasarkan pada sentimen investasi ekonomi tidak serta merta bebas
kekeluargaan, bukan kompetensi. melakukan aktivitasnya karena senantiasa
Menurutnya, jika terus berlanjut, gejala ini dimintai upeti oleh kerabat kepala daerah.
bisa kontraproduktif bagi ikhtiar membangun Sementara Leo Agustino (2014) melihat,
sistem demokrasi modern. Dominasi bahwa praktik dinasti politik memberi
kekuasaan oleh sekelompok elit lokal atau pengaruh buruk pada pembangunan sosial-
keluarga yang demikian itu pada akhirnya politik dan sosial-ekonomi, karena peluang
akan menimbulkan kerawanan terjadinya politik dan ekonomi setiap warga negara
berbagai bentuk penyalahgunaan (korupsi) menjadi amat terbatas sebab dimonopoli oleh
kekuasaan politik maupun ekonomi. penguasa serta keluarga dan para kerabatnya.
Senada dengan pandangan di atas,
merujuk pada kajian John T. Sidel (1999) Temuan dan Diskusi
tentang local bossism misalnya, dapat Proliferasi di Arena Eksekutif dan Legislatif
disimpulkan bahwa kehadiran model-model Sebagaimana telah disinggung di
oligarkis, personalisme dan klientilisme -- depan, starting point kemunculan fenomena
yang kesemuanya menjadi ruh (esensi) dari dinasti politik di Banten dimulai sejak Ratu
karakteristik dinasti politik-- telah Atut Chosiyah naik posisi dari Wakil
menghambat proses konsolidasi dan Gubernur menjadi Pelaksana Tugas (Plt)
pembangunan demokrasi di tingkat lokal. Gubernur pada tahun 2005, menggantikan

107
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

Djoko Munandar, Gubernur Banten definitif Tidak sampai tiga tahun kemudian, Jaman
pertama pasca provinsi yang diberhentikan naik menjadi Walikota Serang, menggantikan
karena kasus korupsi dana perumahan anggota Bunyamin yang meninggal dunia. Pada
DPRD Banten. Namun demikian, sinyal dan Pilkada Kota Serang tahun 2013, Jaman
potensi ke arah terbentuknya dinasti politik kembali maju dan menang.
sebetulnya sudah mulai tampak sejak Pilgub Tahun 2010, giliran adik kandung
pertama tahun 2001. Sinyal dan potensi itu Ratu Atut, Ratu Tatu Chasanah, mengikuti
paling tidak, tampak pada dominasi Tb. Pilkada Kabupaten Serang sebagai calon
Chasan Sochib, ayahanda Ratu Atut, dengan Wakil Bupati Serang 2010-2015
kekuatan jaringan jawaranya yang mendampingi Taufik Nuriman dan terpilih.
mendominasi jalannya proses perhelatan Pada tahun 2010 ini juga, Airin yang gagal di
Pilgub pada waktu itu. Pilkada Kabupaten Tangerang tahun 2008,
Kurang lebih setahun setelah kembali maju pada Pilkada Kota Tangerang
menjabat sebagai Plt Gubernur Banten, tahun Selatan sebagai calon Walikota. Berpasangan
2006 Pilgub Banten kedua yang untuk dengan Benyamin Davnie, Airin akhirnya
pertama kalinya dilaksanakan secara langsung terpilih sebagai Wali Kota Tangerang Selatan
digelar. Ratu Atut kemudian maju sebagai 2011-2015.
calon Gubernur didampingi Masduki, dan Tahun 2011, Heryani, ibu tiri Ratu
terpilih. Sejak menjadi orang nomor satu di Atut, juga tak ketinggalan. Ia maju sebagai
Banten inilah, satu per satu anggota keluarga calon Wakil Bupati Kabuapaten Pandeglang
besar Ratu Atut masuk ke arena politik periode 2011-2016 mendampingi Erwan
praktis, baik di lembaga eksekutif maupun Kurtubi dan terpilih. Pada tahun ini pula Ratu
legislatif di berbagai tingkatan lembaga Atut kembali mencalonkan diri sebagai
perwakilan. Gubernur Banten didampingi Rano Karno.
Diawali oleh Airin Rachmi Diany Untuk kedua kalinya, Ratu Atut terpilih
yang maju dalam Pilkada Kabupaten sebagai Gubernur Banten periode 2012-2017,
Tangerang tahun 2008 sebagai calon Wakil hingga akhirnya datanglah malapetaka itu:
Bupati mendampingi Jazuli Juwaini (politisi Ratu Atut divonis 4 tahun (kemudian
PKS). Airin adalah adik ipar Ratu Atut; isteri diperberat menjadi 7 tahun oleh MA) karena
Tb. Chaeri Wardana. Pada waktu itu pasangan terbukti melakukan penyuapan terhadap Akil
mereka dikalahkan pasangan petahana, Ismet Mochtar untuk memenangi gugatan PHPU
Iskandar-Rano Karno. Pada tahun ini juga Pemilukada Lebak tahun 2013 bersama
adik tiri Atut, Tubagus Haerul Jaman, maju Wawan yang divonis 5 tahun penjara oleh
sebagai calon Wakil Walikota Serang Majelis Hakim Tipikor.
berpasangan dengan Bunyamin dan menang.

108
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Selain pada ranah eksekutif dan Walikota


Serang
legislatif (politik), dinasti politik Ratu Atut 2 Airin Rachmi Walikota - Adik ipar
Diani Tangsel
telah menancapkan pondasi hegemoninya 3 Tatu Chasanah Wabup - Adik
Serang
dalam banyak cakupan arena kehidupan 4 Heryani Wabup - Ibu tiri
Pandeglang
masyarakat, termasuk dalam pada ranah 5 Hikmat Tomet - Anggota Suami
DPR RI (alm)
kehidupan ekonomi, sosial-budaya, bahkan 6 Andika - Anggota Anak
Hazrumy DPD RI,
keagamaan. Dalam perspektif pemetaan Anggota
DPR RI
tipologi dinasti, fenomena kehadiran dinasti 7 Ade Rossi Ch - Anggota Menantu
DPRD
politik yang dirintis Chasan Sochib serta Kota
Serang,
Anggota
dibangun dan dikembangkan kemudian oleh DPRD
Banten
Ratu Atut Chosiyah sejak tahun 2005 ini 8 Ratna - Anggota Ibu tiri
Komalasari DPRD
dapat dikategorikan sebagai tipe octopussy Kota
Serang
dynasties. Suatu istilah yang merujuk pada 9 Aden A. - Anggota Adik ipar
Kholik DPRD
betapa luasnya dimensi cakupan dari dominasi Provinsi
Banten
kekuasaan dinasti politik yang Sumber: Data diolah dari berbagai sumber.
dikembangkannya. Hasil Pemilu 2014 semakin
Di arena politik, selain berhasil memantapkan posisi dinasti Ratu Atut di
menempatkan keluarganya di panggung lembaga legislatif, dengan keberhasilannya
kekuasaan eksekutif sebagaimana dipetakan di mengirimkan dua putra/putrinya ke Senayan:
depan, dinasti politik Ratu Atut juga sukses Andika Hazrumy terpilih menjadi anggota
mengantarkan anggota keluarga lainnya di DPR RI dari Partai Golkar, dan Andiara
panggung legislatif. Pada Pemilu 2009, suami Apriala Hikmat terpilih menjadi anggota DPD
Ratu Atut, almarhum Hikmat Tomet, terpilih RI mewakili Provinsi Banten. Sementara itu,
menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar. dua menantu, masing-masing Ade Rossi
Pada Pemilu yang sama, anak pertama mereka Khoerunnisa (istri Andika Hazrumy) dan
yang masih berstatus mahasiswa ketika itu, Tanto Warsono Arban (suami Andiara Aprilia
Andika Hazrumy, terpilih menjadi anggota Hikmat) juga terpilih menjadi anggota DPRD
DPD, mewakili Provinsi Banten; dan istrinya, Banten.
Ade Rossi Khairunnisa terpilih menjadi
anggota DPRD Kota Serang. Proliferasi di Arena Non Negara
Tabel 1. Proliferasi Dinasti di Arena Selain di eksekutif dan lembaga
Eksekutif dan Legislatif Era Kepemimpinan legislatif, Ratu Atut Chosiyah juga berhasil
Gubernur Banten Ratu Atut 2006-2013. memperluas jejaring dinastinya di Banten
No Nama Jabatan Jabatan Hubungan
Eksekutif Legislatif Keluarga
dengan menempatkan sejumlah anggota
1 Tb. Khaerul Wakil - Adik
Jaman Walikota,
keluarganya di berbagai Ormas, selain tentu

109
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

saja mendominasi kepengurusan Partai Golkar Penasihat


3 Ratu Tatu Chasanag Anggota Dewan Adik
di Provinsi Banten, partai yang menjadi Penasihat
4 Tb. Khaerul Jaman Anggota Dewan Adik
tunggangan utama Ratu Atut di pentas Penasihat
5 Aden Abdul Khalik Anggota Dewan Adik ipar
kepolitikan Banten. Penasihat
6 Ratu Lilis Karyawati Wakil Ketua Adik tiri
Sesuai karakteristiknya sebagai model Umum
Bidang
octopussy dynasties (Djati, 2013), temuan Perikanan dan
Kelautan
studi ini menunjukkan dinasti politik Ratu 7 Ratu Ella Syatibi Wakil Ketua Sepupu
Umum
Atut meluas dan merambah ke banyak ranah Bidang
Perkebunan dan
Kehutanan
kehidupan di Banten. Mulai dari asosiasi 8 Ratu Wawat Cherawati Ketua Komite Adik tiri
Tetap
bisnis terutama Kamar Dagang dan Industri Pengolahan dan
Pemanfaatan
(Kadin), partai politik (dalam hal ini Partai Limbah Industri
Pertambangan
Golkar), organisasi keagamaan, organisasi 9 Ratu Heni Ketua Komite Adik tiri
Chendrayani Tetap
pemuda, organisasi olahraga, organisasi Asurasi
Kendaranaan
pendekar, hingga organisasi sosial-budaya. Sumber: Gatra, No.52 Tahun XIX, 31 Oktober-6
Kadin misalnya, sejak dibentuk pada November 2013.

bulan Desember tahun 2000, langsung Di Partai Golkar, hingga saat ini
dipimpin oleh Tb. Chasan Sochib hingga keluarga Ratu Atut masih mendominasi
tahun 2012, kemudian dilanjutkan oleh Tb. kepemimpinan di Banten. Tatu Chasanah,
Chaeri Wardana, adik Ratu Atut hingga adik kandungnya terpilih menjadi Ketua DPD
(mestinya) sampai tahun 2017. Selain di I Partai Golkar Provinsi Banten,
pucuk pimpinan, keluarga Ratu Atut juga menggantikan Ketua sebelumnya, Hikmat
banyak yang masuk kedalam struktur Tomet yang tidak lain adalah suami Ratu Atut
kepengurusan Kadin Provinsi Banten. Chasan pada tahun 2014. Sementara itu, Haerul
Sochib sendiri, selain memimpin Kadin dan Jaman, adik tiri Ratu Atut, sejak Januari 2015
organisasi kependekaran seperti Persatuan terpilih menjadi Plt Ketua DPD II Partai
Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Golkar Kota Serang, menggantikan Ketua
(PPPSBB) juga memimpin DPP Satuan Karya sebelumnya Ratu Lilis Karyawati yang juga
Ulama (dua periode) hingga ajal adik tiri Ratu Atut.
menghentikan kiprahnya pada tanggal 30 Juni Tabel 3. Dominasi dan Jejaring
2011 silam. Keluarga Dinasti di Partai Golkar Era
Tabel 2. Dominasi Keluarga Dinasti Kepemimpinan Gubernur Banten Ratu Atut
di Kadin Provinsi Banten Era Kepemimpinan 2006-2013.
Gubernur Banten Ratu Atut 2006-2013. No Nama Jabatan
1 Ratu Atut Chosiyah Wakil Bendahara Umum
No Nama Jabatan Hubungan DPP Partai Golkar
Keluarga 2 Hikmat Tomet Ketua DPD Partai Golkar
1 Tb. Chaeri Wardana Ketua Umum Adik Banten
2 Hikmat Tomet Ketua Dewan Suami (alm) 3 Ratu Tatu Chasanah Ketua DPD Partai Golkar

110
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Kabupaten Pandeglang (Ketua), P2TP2A


4 Ratu Lilis Karyawati Ketua DPD Partai Golkar Banten (Ketua),
Kota Serang KONI Kota Serang
5 Tb. Chaeri Wardana Ketua Angkatan Muda Partai (Ketua),
Golkar Provinsi Banten dan PMI Kota
Sumber: Data diolah dari berbagai sumber. Serang (Ketua)
6 Hikmat Tomet Dekranasda (Ketua) Suami
Dominasi keluarga Ratu Atut di luar (alm)
7 Aden A. DPD KNPI Banten Adik ipar
ranah eksekutif, legislatif dan partai politik, Kholik (Ketua),
Perbasi Kota Serang
berdasarkan data hingga tahun 2011 antara (Ketua)
8 Ratna PARFI Banten Ibu tiri
lain sebagai berikut: Aden Abdul Kholiq, Komalasari (Ketua)
9 Tanto W. HIPMI Banten Menantu
(suami Ratu Lilis Karyawati, adik tiri Ratu Arban (Ketua),
GP Anshor Kota
Atut) menjadi Ketua DPD KNPI Provinsi Tangsel (Ketua),

Banten hingga tahun 2013, kemudian Sumber: Data diolah dari berbagai sumber.

digantikan oleh Tanto W. Arban (menantu); Mengikuti tipologi Wasisto Raharjo


Andika Hazrumy (anak Ratu Atut) menjadi Djati (2013), proliferasi dinasti Ratu Atut
Ketua Tagana Banten, Wakil Ketua GP. sebagaimana diuraikan di atas dan
Anshor Banten, dan Bendahara Karang ditunjukkan dalam tabel 3, dengan jelas
Taruna Banten; Ade Rossi Khaerunnisa menunjukkan model dinasti gurita (octopussy
(menantu Ratu Atut) menjadi Ketua KONI dynasties). Layaknya sebuah gurita, tentakel-
Serang dan Ketua Himpaudi Banten; Tatu tentakelnya menjalar ke berbagai arah untuk
Chasanah (adik Ratu Atut) menjadi Ketua menempatkan keluarga atau kroninya dalam
PMI Banten; Ratna Komalasari (mertua tiri) berbagai posisi jabatan publik di Banten, baik
menjadi Ketua Parfi Banten. di arena politik (eksekutif dan legislatif)
No Nama Organisasi/Asosiasi Hubungan maupun non-politik (bisnis, sosial,
dan Posisi Jabatan Keluarga
1 Tb. Chaeri Kadin Banten Adik kepemudaan bahkan keagamaan).
Wardana (Ketua),
Pengprov
Taekwondo Banten
(Ketua) Strategi Politik dan Modal Materi Dinasti
2 Tb. Khaerul IMI Banten (Ketua) Adik
Jaman Keberhasilan Ratu Atut
3 Ratu Tatu PMI Banten Adik
Chasanah (Ketua), Masyarakat mengembangkan dinasti politiknya di
Agribisnis dan
Agroiindustri berbagai ranah kehidupan politik di Banten
Indonesia Banten
(Ketua), GWKS secara hipotetis tidak terlepas dari dukungan
(Ketua), Dekopinda
(Ketua), Forum politik massa, jejaring yang dimiliki dan dapat
Paguyuban Banten
Bersatu (Ketua), dikooptasi, serta modal materi (sumber daya
Koalisi Politisi
Perempuan finansial) yang dimiliki Ratu Atut dan
Indonesia Banten
(Ketua)
keluarga besarnya. Dukungan publik itu
4 Andika Karang Taruna Anak
Hazrumy Banten (Ketua),
Tagana Banten
berasal dan direpresentasikan oleh berbagai
(Ketua), dan
PW GP Anshor
elemen masyarakat Banten, mulai dari
Banten (Bendahara)
5 Ade Rossi Ch Himpaudi Banten Menantu
kalangan jawara, pengusaha, politisi, birokrat,

111
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

para kyai, pimpinan Ormas dan aktifis LSM, bahkan sampai batas tertentu kepatuhan
bahkan juga dari kalangan intelektual kritis di kepada anggota keluarga dinasti (wawancara
kampus-kampus, meski tidak semassif dari Ali Nurdin, dosen Universitas Mathlaul
elemen masyarakat lainnya. Berdasarkan riset Anwar Pandeglang, tanggal 28 Januari 2017).
yang penulis lakukan, mengarus derasnya Menurut Boyke Pribadi, dosen
dukungan dan nyaris bersifat permanen pada Untirta, hampir seluruh pejabat eselon 2,3,
setiap perhelatan pemilu maupun pemilukada dan 4 terutama yang penunjukkannya
itu dimungkinkan oleh karena keberhasilan membutuhkan ijin dari gubernur dan memiliki
Atut dan keluarga/kerabatnya “merawat” peran strategis, maka ketika hendak dilantik
loyalitas dan/atau kepatuhan mereka, melalui diminta semacam “ikrar" untuk tunduk dan
beberapa strategi politik selain menempatkan patuh terhadap kebijakan gubernur dan
keluarga/kerabatanya dalam jabatan-jabatan keluarga besarnya (Wawancara tanggal 1
eksekutif dan legislatif sebagaimana telah November 2016). Dengan cara inilah Ratu
diuraikan di depan (Tabel 1). Atut mengonsolidasikan dan mempertahankan
Berikut ini adalah beberapa strategi dinasti politiknya melalui kontrol atas
politik yang dilakukan Atut untuk merawat jaringan birokrasinya sendiri.
dukungan publik dan loyalitas jejaringnya (2) Menguasai asosiasi-asosiasi bisnis
dalam mempertahankan dan memperluas (KADIN dan GAPENSI), organisasi-
kekuasaan dinastiknya: organisasi sosial dan pendidikan (PMI,
(1) Kontrol terhadap birokrasi melalui Tagana, Himpaudi), organisasi olahraga dan
proses dan mutasi para pejabat di lingkungan kepemudaan (KONI, KNPI, Karang Taruna).
Pemprov Banten. Selama era kepemimpinan Cara ini dilakukan dengan menempatkan
Gubernur Ratu Atut proses rekruitmen di anggota keluarga sebagai pimpinan atau
lingkungan birokrasi praktis lebih didasarkan pengurus pada ormas dan/atau asosiasi bisnis
pada performa kedekatan dan loyalitas pejabat itu. (Tabel 2 dan 4). Dengan posisi tersebut,
yang bersangkutan daripada prinsip anggota keluarga Ratu Atut memiliki peluang
meritokrasi dan profesionalitas. Salah satu dan kesempatan untuk sewaktu-waktu
tolok ukur kedekatan dan loyalitas itu menduduki jabatan strategis lain, terutama
dipetakan pada saat perhelatan pemilu atau dalam mencapai kedudukan sebagai kepala
pilkada. Pejabat yang loyal dan turut daerah, maupun unsur pimpinan di DPRD
membantu proses pemenangan kontestasi (Wawancara Maksuni Husen, Wartawan
akan mendapat prioritas ketika kebijakan Kabar Banten tanggal 25 Januari 2017).
mutasi atau rotasi jabatan birokrasi dilakukan. Dalam praktiknya, penempatan anggota
Tolok ukur lain adalah kepatuhan yang nyaris keluarga di ormas dan asosiasi bisnis ini
mutlak seorang pejabat kepada Ratu Atut; memang menjadi batu loncatan para anggota

112
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

dan kroni Ratu Atut untuk menduduki posisi- ormas, asosiasi pendidikan, LSM, pers,
posisi penting di lembaga legislatif dan kampus, pesantren, dll) dengan memberikan
eksekutif, atau sebaliknya. Setelah berhasil kucuran dana (hibah APBD maupun dana
menduduki jabatan legislatif mereka pribadi) dan bansos untuk kegiatan dan
mengokohkan dirinya pula pada jabatan- operasional pimpinan/pengurus dan
jabatan di ormas dan asosiasi bisnis. organisasinya, termasuk membiayai
Secara teknis cara penguasaan ormas perjalanan ibadah haji dan umroh sejumlah
dan asosiasi bisnis itu antara lain dilakukan ulama dan tokoh masyarakat Banten. Dana
dengan membantu mendanai penyelenggaraan hibah dan bansos yang paling spektakuler
pemilihan kepemimpinan (Musda, Muswil dikucurkan dalam rentang waktu tahun
dst) dan “membeli suara” para peserta yang anggaran 2009 sebesar Rp 74 milyar, tahun
memiliki hak suara untuk mendukung dan 2010 sebesar Rp 290 milyar, dan tahun 2011
memilih calon-calon yang disodorkan sebesar Rp 391 milyar (Irwan, 2016: 78).
keluarga besar Ratu Atut. Demikian yang Dalam laporan Majalah Teras (2011), dana
terjadi dalam hampir setiap musda atau hibah dan bansos ini dikucurkan kepada
muswil ormas dan asosiasi di Banten ratusan organisasi/lembaga di antero Banten.
(Wawancara Boyke Pribadi). Strategi ini Dana hibah dan bansos ini, selain diduga
menurut Boyke juga dilakukan dalam digunakan untuk biaya pemenangan Pilgub
kontestasi perebutan kepemimpinan beberapa 2011, juga dimaksudkan sebagai modus Ratu
partai politik di Banten dengan konsekuensi Atut untuk memelihara loyalitas dan
bantuan keuangan (utang jasa) itu kelak harus dukungan politik dari berbagai elemen
dibayarkan pada saat keluarga besar masyarakat sipil. (Wawancana Uday Suhada
memerlukan dukungan politik. tanggal 16 Oktober 2016 dan Ali Nurdin).
Kelak di bawah kendali anggota Merujuk pada tulisan Hamid (2010), modus
keluarga itulah kemudian ormas dan/atau bercorak kooptatif ini sudah dilakukan Ratu
asosiasi bisnis ini secara bersama-sama Atut pada saat-saat menjelang perhelatan
menjadi mesin politik dalam memobilisasi Pilgub 2006.
dukungan publik dan perolehan suara pada Strategi kooptasi lain dilakukan
setiap kali perhelatan pemilu maupun pilkada dengan cara bagi-bagi proyek pembangunan
dilaksanakan. Dengan demikian kata Boyke, yang didanai oleh APBD. Dalam konteks ini
tagline demokrasi di Banten menjadi : “dari para pengusaha yang memperoleh proyek
keluarga besar, oleh keluarga besar, untuk melalui kebijakan Ratu Atut yang dieksekusi
keluarga besar”. oleh Chaeri Wardana (Wawan) diharuskan
(3) Mengkooptasi elemen-elemen memberikan bantuan keuangan kepada kroni-
masyarakat sipil lainnya seperti partai politik, kroni yang membutuhkan untuk kegiatan-

113
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

kegiatan strategis dalam rangka memanfaatkan ormas-ormas yang dipimpin


mempertahankan kepentingan keluarga besar. oleh keluarga Ratu Atut. Himpaudi yang
Selanjutnya dilakukan pemantauan secara diketuai Ade Rossi (isteri Andika Hazrumy)
ketat terhadap pengusaha yang mendapatkan misalnya, kerap digunakan sebagai jalur
proyek, apakah dari keuntungan proyek penyebaran money politics ke guru-guru
tersebut digunakan untuk membantu jaringan pendidikan anak usia dini (TK, TPA, RA).
keluarga besar dinasti atau tidak. Jika tidak Strategi membeli suara pemilih ini
ada kontribusi yang signifikan terhadap juga dilakukan melalui jaringan ketokohan
kepentingan keluarga besar dinasti, maka baik formal maupun informal hingga ke
secara bertahap jatah proyeknya akan tingkat akar rumput. Di kalangan tokoh
dikurangi. Bahkan tidak menutup formal, para Kepala Desa berperan penting
kemungkinan akan dilakukan tekanan secara dalam pendistribusian money politics ini
hukum (Wawancara dengan Boyke Pribadi). kepada para pemilih. Sementara di kalangan
(4) Membeli suara para pemilih pada tokoh-tokoh informal, para kyai dan jawara
setiap pelaksanaan pemilu maupun merupakan simpul-simpul penting melalui
pemilukada melalui timses dan jejaring yang siapa money politics itu disalurkan kepada
dibangunnya di seluruh kabupaten dan kota di pemilih. Besaran money politics sangat
Banten. Praktik money politics ini dilakukan beragam; berada di kisaran Rp 20.000,-
dengan beragam cara dan melalui berbagai sampai dengan Rp 100.000,- per amplop;
jaringan yang berhasil dikooptasi bahkan dalam beberapa kasus money politics ini juga
dikendalikan, selain tentu saja melalui tim berbentuk sembako (Wawancara dengan Uday
sukses dan/atau organ yang dibentuk khusus Suhada).
untuk memenangkan para kandidat dari Ada satu organ penting yang menjadi
lingkungan keluarga Ratu Atut pada setiap mesin pendulang suara melalui strategi money
pemilu atau pilkada (Wawancara dengan politics ini, yakni Relawan Banten Bersatu
Uday Suhada, Direktur Allip, 16 Oktober (RBB) yang dibentuk almarhum Chasan
2016 dan 14 Mei 2017). Melalui jaringan Socihb (ayahanda Ratu Atut) pada bulan Mei
birokrasi biasanya dilakukan dengan 2006. Menurut Suhada, RBB ini awalnya
memanfaatkan koneksitas fungsional lembaga dibentuk dengan tujuan khusus untuk
birokrasinya. Misalnya oknum-oknum mengimbangi suara Tryana Syam’un (pesaing
birokrat pada Dinas Pertanian digunakan pasangan Atut Chosiyah-Masduki dalam
sebagai jalur untuk menyebarkan money Pilgub 2006) yang berasal dan memiliki basis
politics itu ke para pemilih melalui kelompok- suara kuat di Banten Selatan, khususnya
kelompok tani. Modus jejaring koneksitas Pandeglang. Sejak Atut berhasil memenangi
fungsional ini juga dilakukan dengan Pilgub 2006 RBB kemudian diperluas dan

114
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

diperkuat keberadaannya; dan setiap kali Harapan atau prakiraan itu di


perhelatan pemilu/pilkada menjadi mesin kemudian hari ternyata meleset. Hanya
politik yang sangat penting dalam berselang sepuluh hari sejak penetapan status
menjalankan strategi money politics ini. tersangka itu, tepatnya tanggal 27 Desember
Melalui jaringan pengurus dan anggota RBB 2013, Tatu Chasanah, adiknya justru berhasil
inilah amplop-amplop berisi uang ditebar ke memenangi kontestasi di arena Musdalub
para pemilih. DPD Partai Golkar Banten, mengalahkan
Demikian meluas dan kokohnya rivalnya, Tb. Iman Ariyadi, Walikota Cilegon.
bangunan dinasti politik Ratu Atut yang ia Fakta ini menjelaskan dengan sangat lugas,
rintis sejak menduduki jabatan Gubernur bahwa kekuatan dinasti politik Ratu Atut
Banten definitif tahun 2005 itu, hingga masih solid dan tidak serta merta dapat
malapetaka politik yang dialaminya tahun digoyahkan dengan mudah.
2013 silam nyaris tidak berpengaruh terhadap Sekitar dua bulan kemudian, tepatnya
soliditas dan kekuatan dinasti politiknya. 21 Pebruari 2014, Tanto Warsono Arban,
Sebagaimana telah disinggung di depan, pada menantu Ratu Atut juga dilantik menjadi
tanggal 17 Desember 2013 lalu KPK Ketua DPD KNPI Provinsi Banten,
menetapkan Ratu Atut Chosiyah sebagai meneruskan kepemimpinan Aden Abdul
tersangka kasus suap sengketa Pemilukada Kholiq yang tidak lain adalah suami Ratu
Lebak di Mahkamah Konstitusi (MK) Lilis Karyawati, adik tiri Ratu Atut. Ini adalah
bersama-sama dengan adiknya, Tb. Chaeri fakta kedua yang menjelaskan bahwa soliditas
Wardana (Wawan). Pada waktu itu, banyak dinasti politik Ratu Atut masih terjaga dan
orang menduga --atau lebih tepatnya mungkin tidak tergoyahkan. Perlu segera dikemukakan
berharap-- bahwa dinasti politik keluarga Atut dalam kaitan ini, bahwa sejauh ini KNPI
akan segera runtuh dan berakhir. Setidaknya Banten juga merupakan salah satu ormas yang
akan mengalami keguncangan luar biasa. berhasil dikooptasi dan menjadi salah satu
Gandung Ismanto (2013), akademisi Untirta pilar kekuatan dinasti politik Ratu Atut.
yang rajin mengkritisi kebijakan Pemprov Kemudian, sebagaimana sudah
Banten misalnya, mengungkapkan bahwa dipaparkan didepan, Pemilu legislatif 2014
penetapan tersangka Ratu Atut merupakan yang dapat menjadi parameter untuk
suatu guncangan dahsyat yang dampaknya mengukur soliditas dan kekuatan dinasti
lebih besar dibandingkan guncangan pertama politik Ratu Atut juga berhasil dilewati
ketika Wawan ditangkap. Gandung dengan sukses. Beberapa anggota keluarga
menganalogikannya dengan tsunami politik Ratu Atut, terpilih menjadi anggota legislatif
bagi keluarga besar Atut. baik di pusat maupun di Provinsi Banten.
Andika Hazrumy dan Andiara Aprilia Hikmat

115
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

(keduanya anak Ratu Atut), masing-masing diuraikan di atas, keberhasilan Ratu Atut
terpilih menjadi anggota DPR RI dan DPD RI. mengokohkan, memperluas dan
Sementara kedua menantunya, Tanto mengembangkan dinasti politiknya juga
Warsono Arban dan Ade Rossi Khaerunnisa, dimungkinkan oleh ketersediaan modal materi
masing-masing terpilih menjadi anggota (sumber daya finansial) yang dimilikinya.
DPRD Banten. Kecuali posisi Ketua Kadin Dengan topangan kekuatan materi inilah pula,
Provinsi Banten yang kini dijabat oleh berbagai strategi politik di atas itu dijalankan,
Mulyadi Jayabaya, mantan Bupati Lebak, terutama strategi penguasaan asosiasi bisnis
berbagai jabatan strategis baik di partai politik dan organisasi sosial-kemasyaratan; kooptasi
maupun ormas (kepemudaan, olahraga, sosial elemen-elemen masyarakat sipil melalui
dan budaya) di Banten sejauh ini masih kucuran dana operasional dan kegiatan; serta
banyak yang diduduki oleh anggota keluarga membeli suara pemilih pada setiap perhelatan
Ratu Atut. pemilu maupun pilkada.
Fakta paling mutakhir yang dapat Berikut ini ringkasan dan
menjelaskan dengan lugas, betapa masih solid perkembangan data harta kekayaan Ratu Atut
dan kuatnya dinasti politik Ratu Atut adalah dan beberapa anggota keluarga besarnya yang
keberhasilan tiga orang anggota keluarganya menduduki jabatan publik (Kepala Daerah,
memenangi Pemilukada serantak 9 Desember Wakil Kepala Daerah dan Anggota
2015 lalu. Mereka adalah Tatu Chasanah DPR/DPRD) berdasarkan dokumen LHKPN
(adik kandung) yang terpilih sebagai Bupati KPK yang dirilis oleh berbagai media pada
Serang; Airin Rachmy Diani (adik ipar) yang tahun 2013 saat berlangsung proses
terpilih menjadi Walikota Tangerang Selatan; penyidikan terhadap Ratu Atut terkait kasus
dan Tanto Warsono Arban (menantu) yang suap Pilkada Lebak tahun 2013 (kompas.com,
terpilih menjadi Walik Bupati Pandeglang. detik.com, viva.co.id) dan terkonfirmasi di
Dominasi keluarga Ratu Atut di pentas database KPU Provinsi Banten dan KPU
demokrasi elektoral ini kemudian Kabupaten dan Kota se-Banten.
dilengkapkan dengan keberhasilan Andhika Tabel 5. Ringkasan Data dan
mendampingi Wahidin Halim pada Pilkada Perkembangan Harta Kekayaan Dinasti Ratu
serentak gelombang kedua yang berhasil Atut Chosiyah Berdasarkan Dokumen
memenangi kontestasi Pilgub. Tanggal 12 Mei LHKPN (dalam Milyar Rupiah).
No Nama LHKPNLHKPNLHKPN LHKPNLHKPN LHKPN
lalu, Andhika Hazrumy dilantik sebagai Wakil 2006 2008 2009 2010 2011 2013
1 Atut Chosiyah 41,93 - - - 37,73 -
Gubernur Banten periode 2017-2022. 2 Hikmat Tomet - - 33,85 - - -
3 Andika Hazrumy - - 19.60 - - -
4 Tatu Chasanah - - - 9.08 - -
Selain kemampuan mensinergikan 5 Tb. Khaerul Jaman - 000 - - - 000
6 Airin Rachmi D - - - 103, 94 - -
dukungan politik massa, jejaring dan strategi 7 Heryani - - - 26,51 - -
Sumber: Data diolah dari berbagai sumber.
politik yang dimainkannya sebagaimana

116
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

Catatan: Dokumen LHKPN dalam tabel Kesimpulan


ini adalah LHKPN yang digunakan oleh Berdasarkan uraian dari temuan dan
keluarga Ratu Atut untuk memenuhi salah diskusi tersebut di atas, dapat disimpulkan,
satu kewajiban sebagai calon Kepala bahwa gejala awal kebangkitan dinasti
Daerah, Wakil Kepala Daerah atau Calon politik di Banten sudah dimulai sejak daerah
Anggota Legislatif; dan catatan tahun ini menjadi provinsi yang mandiri, terpisah
dalam tabel adalah tahun penyelenggaran dari Jawa Barat pada tahun 2000. Lebih
Pilkada atau Pemilu Legislatif dalam tepatnya sejak proses pemilihan gubernur-
rentang waktu kepemimpinan Ratu Atut wakil gubernur periode pertama tahun 2001-
sebagai Gubernur Banten. Tahun 2007 2006 ketika orang kuat Banten, Chasan
tidak ada Pilkada maupun Pileg Sochib berhasil menyandingkan anaknya,
Sementara itu, total harta kekayaan Ratu Atut Chosiyah sebagai Wakil Gubernur
Tb. Chaeri Wardhana (Wawan), adik mendampingi Gubernur Djoko Munandar
kandung Ratu Atut yang tidak pernah pada Pilgub 2001 yang penuh intimidasi.
menduduki jabatan publik karena fokus Akan tetapi proses konsolidasi dan
berkiprah di dunia usaha itu, berdasarkan penguatan bangunan dinastinya baru
dokumen LHKPN Airin Rachmi Diany berlangsung setelah Ratu Atut menggantikan
(isteri Wawan) pada tahun 2010 sebesar Rp posisi Djoko Munandar sebagai gubernur
103.944 milyar. Kekayaan ini antara lain yang diberhentikan dari jabatannya pada
tersebar dalam harta tidak bergerak berupa tahun 2005 lantaran kasus korupsi.
bangunan rumah yang berdiri di atas tanah Konsolidasi dinasti itu semakin
hampir 1 hektar di kawasan Kuningan kokoh bahkan kemudian mengalami
Jakarta dan tanah yang tersebar pada ratusan perluasan, persebaran dan pertumbuhan
lokasi (berdasarkan jumlah sertifikat yang (proliferasi) demikian rupa setelah Ratu
dilaporkan Airin ke KPK sebanyak 102 Atut berhasil memenangi perhelatan Pilgub
sertifikat dan hasil temuan penyidikan KPK 2006, pilgub pertama di Banten yang
dalam kasus suap Pilkada Lebak sebanyak diselenggarakan secara langsung. Proliferasi
200 sertifikat). Sementara harta bergerak dinasti ini berlangsung bukan saja pada
dari total kekayaan Wawan tersebar antara arena kehidupan politik, melainkan juga
lain dalam bentuk puluhan kendaraan: 2 unit menyebar di arena kehidupan non-politik
Ferrari, 2 unit Toyota Land Cruiser, 1 unit masayarakat, seperti di arena bisnis, sosial
Rolls Royce, 1 unit Lamborghini budaya, kepemudaan, bahkan ormas
Aventandir, 1 unit Nissan GTR, 1 unit keagamaan. Selain berhasil menempatkan
Bentley, 1 unit Lexus, 1 unit Toyota Camry, keluarga/kerabatnya dalam jabatan-jabatan
dan 1 unit Kijang Inova. politik baik eksekutif (Kepala Daerah)

117
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

maupun legislatif (Anggota DPR dan dibangunnya di seluruh kabupaten dan kota
DPRD), Ratu Atut juga sukses menyebar di Banten.
dan menempatkan keluarga dan kerabatnya
dalam jabatan-jabatan partai politik, asosiasi Saran
bisnis, organisasi kemasyarakatan, Beberapa saran penting untuk
organisasi sosial, dan organisai kepemudaan direkomendasikan terkait studi tentang
di Provinsi Banten. gejala proliferasi dinasti politik di Banten ini
Keberhasilan Ratu Atut dalam adalah sebagai berikut:
mengkonsolidasikdan dan memperluas Pertama, untuk mengurangi
jejaring kuasa dinastinya didukung oleh dan/atau menghambat proses perluasan
berbagai strategi politik yang dilakukannya praktik dinasti di daerah suatu ikhtiar
terutama sejak ia menjabat guebrnur. komprehensif yang lebih serius, sistematik
Beberapa startegi itu antara lain merawat dan tentu saja legal penting dilakukan, baik
loyalitas para pendukungnya melalui melalui perangkat peraturan perundangan
berbagai bentuk pemberian fasilitas bantuan maupun melalui proses edukasi politik
hibah, proyek dll; melakukan kontrol penuh masyarakat yang diharapkan dapat
terhadap birokrasi melalui proses rekruitmen menumbuhkan kesadaran publik perihal
dan mutasi para pejabat di lingkungan potensi buruk dampak praktik dinasti dalam
Pemprov Banten; menguasai asosiasi- kehidupan sosial-politik di daerah. Selain
asosiasi bisnis, organisasi-organisasi sosial itu, kontrol dan perimbangan oleh
dan pendidikan, organisasi olahraga dan masyarakat sipil terhadap kekuasaan
kepemudaan; mengkooptasi elemen-elemen pemerintahan daerah juga perlu ditingkatkan
masyarakat sipil lainnya seperti partai dengan memperkuat peran-peran dan
politik, ormas, asosiasi pendidikan, LSM, partisipasi masyarakat sipil dalam kerangka
pers, kampus, pesantren, dll dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
memberikan kucuran dana (hibah APBD Kedua, upaya mengurangi dan/atau
maupun dana pribadi) untuk kegiatan dan menghambat proses merebaknya
operasional pimpinan/pengurus dan kebangkitan dinasti politik dan gejala
organisasinya, termasuk membiayai proliferasinya di daerah juga perlu dilakukan
perjalanan ibadah haji dan umroh para pada sisi hulu proses pilkada, dengan antara
ulama dan tokoh masyarakat Banten; dan lain memperkuat pelembagaan partai-partai
membeli suara para pemilih pada setiap politik di daerah serta meningkatkan
pelaksanaan pemilu maupun pemilukada integritas para elitnya sedemikian rupa
melalui timses dan jejaring yang sehingga tidak mudah terjebak dalam
pusaran politik transaksional dengan para

118
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 2 (2) (2017) 100-120

pemilik modal (local strongmen, local Politik di Aras Lokal. Jurnal Sosiologi
bossis) yang selama ini praktis Masyarakat, 18 (2).
Eisenstadt, S. N., & Roniger, L. (1984).
mengendalikan proses kandidasi dan
Patrons, clients and friends:
perhelatan pilkada untuk kepentingan Interpersonal relations and the
keluarga dan kelompok oligarkhnya sendiri. structure of trust in society.
Cambridge University Press.
Ketiga, untuk memetakan lebih
Hamid, A. (2015). Observation of Democratic
tajam dan komprehensif terkait gejala Decentralization in Indonesia during
proliferasi dinasti ini, suatu penelitian lebih 2009–2014: Political Dynasty in
Banten Province and Populism in
lanjut penting dilakukan, terutama dalam
Jakarta Province (Doctoral
rangka mendeteksi dan memetakan berbagai dissertation, School of Global Studies
dampak negatif dari praktik dinasti dan Doshisha University Observation of
proliferasinya di berbagai daerah. Dalam Democratic Decentralization in
Indonesia during 2009–2014: Political
kaitan ini, penulis sendiri sedang terus Dynasty in Banten Province and
melakukan riset di Banten terkait dampak Populism in Jakarta Province A
buruk praktik dinasti terhadap Dissertation Submitted in Partial
Fulfillment of the Requirements of the
perkembangan demokrasi dan merebaknya
Doctoral Degree at the Graduate
praktik-praktik korupsi di daerah. School of Global Studies, Doshisha
University).
Hamid, A. H. A. (2013). Memetakan Aktor
Daftar Pustaka
Politik Lokal Banten Pasca Orde
Agustinus, L. (2010). Dinasti Politik pasca- Baru: Studi Kasus Kiai dan Jawara di
otonomi Orde Baru: Pengalaman Banten. POLITIKA: Jurnal Ilmu
Banten. Prisma, 29 (3), 102-116. Politik, 1 (2), 32-45.
Agustino, L. (2014). Politik Lokal dan Haryanto. (2009). Elit Politik Lokal dalam
Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. Perubahan Sistem Politik. JSP Jurnal
Alhumami, Amich, 2016, dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 13 (2).
www.akbarfaizal.com, diakses Irawan, Ade dkk., (2016). Dinasti Banten,
tanggal 2 Maret 2017. Keruntuhan dan Kebangkitannya
Asako, Y., Iida, T., Matsubayashi, T., & Kembali. Malang: Intrans Publishing
Ueda, M. (2015). Dynastic politicians: Ismanto, Gandung, 2013, dalam
Theory and evidence from Japan. www.kompas.com, diakses tanggal 14
Japanese Journal of Political Science, Maret 2017.
16 (1), 5-32. Jurnal Konstelasi, Analisis Berkala
Dal Bó, E., Dal Bó, P., & Snyder, J. (2009). Perhimpunan Pendidikan Demokrasi
Political dynasties. The Review of (P2D), Nomor 21 April
Economic Studies, 76 (1), 115-142. 2011.Kenawes, Y. C. (2015). The rise
Djafar, M. (2008). Demokratisasi, DPRD, dan of political dynasties in a democratic
Penguatan Politik Lokal. Jurnal society. Dalam www. isrsf. org.
Poelitik, 1 (1). Majalah Gatra, No.52 Tahun XIX, 31
Djati, W. R. (2013). Revivalisme Kekuatan Oktober-6 November 2013.
Familisme dalam Demokrasi: Dinasti

119
Agus Sutisna/ Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah

Majalah Hukum TIRO, Edisi 62/September


2011.
Marijan, K. (2010). Sistem politik Indonesia:
konsolidasi demokrasi pasca-Orde
Baru. Kencana Prenada Media Group.
Masaaki, O., & Hamid, A. (2008). Jawara in
Power, 1999—2007. Indonesia, (86),
109-138.
van Klinken, G. A., & Nordholt, H. S. (2008).
Politik lokal di Indonesia.
Querubin, P. (2010). Family and politics:
Dynastic persistence in the
Philippines. Unpublished manuscript,
MIT.
Sidel, J. T. (1999). Capital, coercion, and
crime: Bossism in the Philippines.
Stanford University Press.
Sugiyono. (2008) Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta.
Thompson, M. R. (2012). Asia's Hybrid
Dynasties. Asian Affairs, 43(2), 204-
220.
Zuhro, Siti, 2017, dalam www.beritasatu.com,
diakses tanggal 12 Januari 2017.

120

Anda mungkin juga menyukai