Anda di halaman 1dari 65

hellosehat.

com

Gula untuk Diabetes, Mana yang Aman dan Sehat?


Ditulis oleh Ajeng Quamila Diperbarui 04/01/2021Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri
20-26 minutes

Panduan Menjalani 30 Hari Diet Bebas Gula

Konsumsi gula berlebih tak hanya dapat memicu obesitas, namun juga meningkatkan kolesterol dan tekanan
darah, hingga risiko kanker, diabetes, dan penyakit jantung. Bahkan, dr. Joel Fuhrman, penulis The End of
Dieting, dilansir dari Daily Burn menandaskan bahwa mengonsumsi terlalu banyak gula harus dianggap
sama berbahayanya dengan merokok. Untuk memerangi berbagai risiko mengerikan ini sedini mungkin,
Anda dapat mulai berkomitmen untuk menjalani diet bebas gula. Simak artikel ini untuk cari tahu caranya.

Berapa batas maksimal konsumsi gula per hari?


Batas konsumsi gula harian di atas kertas yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
per orang adalah 50 gram, atau setara dengan 5-9 sendok teh per hari. Jika ditakar pakai angka, ini mungkin
sudah terlihat “kemanisan”. Tapi pada kenyataannya, jumlah asupan rata-rata bisa berkali-kali lipat lebih dari
itu.
Jumlah asupan gula orang Indonesia nyatanya mencapai 15 sendok teh per hari — bahkan mungkin lebih.
Orang Amerika pada umumnya bisa mengonsumsi begitu banyak makanan bergula, apapun bentuknya, yang
setara dengan 22 sendok teh gula. Jumlah ini tiga kali lipat melebihi dari apa yang direkomendasikan oleh
American Heart Association.

Diet bebas gula bukan berarti stop makan gula, hanya harus sangat
dibatasi
Secara umum, diet bebas gula tak serta merta meniadakan asupan gula sama sekali. Bagaimanapun juga, gula
tetaplah dibutuhkan oleh tubuh untuk menyuplai energi. Pola diet ini lebih kepada membatasi asupan gula
harian Anda hingga seminimal mungkin.

Gula yang dimaksud di sini adalah asupan gula tambahan dari makanan pencuci mulut, minuman manis,
makanan olahan dan camilan ringan, hingga gula buatan pengganti gula biasa. Asupan gula alami, baik itu
dari buah atau sayuran masih diperhitungkan — namun tetap diawasi juga jumlahnya.

Ketika menjalani diet bebas gula, pria tidak boleh mengonsumsi gula tambahan lebih dari 9 sdt per hari,
sementara wanita harus membatasi asupannya supaya tak melebihi 6 sendok teh setiap hari.

Panduan menjalani 30 hari diet bebas gula


Diet bebas gula yang Anda jalani sedisiplin mungkin akan membantu Anda mengendalikan asupan gula
harian, dan bahkan bukannya tidak mungkin pada akhirnya ini akan menjadi bagian dari gaya hidup sehat
yang permanen. Begini langkah-langkahnya:

3 hari pertama

Kadang, nasehat “membatasi secukupnya” dirasa tidak cukup gamblang bagi kebanyakan orang.
“Secukupnya, seberapa?” Lagipula, panduan yang ambigu ini dinilai tidak efektif untuk orang-orang yang
sudah terlanjur kecanduan gula. Untuk itu, Brooke Alpert, dietitian berlisensi asal New York menekankan
agar Anda langsung saja menyingkirkan setiap makanan bergula dari menu makanan Anda selama 3
hari pertama.

Ini termasuk tidak boleh makan buah, sayuran bertepung (misalnya jagung, ubi, singkong), susu dan produk
turunannya, gandum, juga alkohol. Pada dasarnya Anda hanya mengonsumsi protein, sayuran, dan lemak
sehat. Misalnya, sarapan tiga buah telur, makan siang 300 gram daging ayam/ikan/tahu dengan salad sayuran
rebus, lalu makan malam dengan menu mirip makan siang (300 gram protein) dengan pilihan sayur yang
lebih mengenyangkan, seperti kale, brokoli, atau bayam. Camilan untuk sepanjang hari termasuk 100 gram
kacang, dan minum hanya boleh tiga pilihan berikut: air putih, teh tawar, dan kopi hitam pahit.

Hari keempat sampai ketujuh

Setelah sukses 3 hari, Anda boleh menambahkan apel. Begitu Anda mulai terbebas dari asupan gula berlebih,
apel dan bawang bombay sekalipun akan terasa semanis lolipop.

Dimulai di hari keempat sampai ketujuh, Anda bisa menambahkan satu buah apel atau produk susu,
seperti yogurt atau keju, setiap hari. Namun pilihan produk susu ini haruslah yang tinggi lemak (full-fat)
dan tanpa pemanis (unsweetened). Lemak, serat, dan protein memperlambat penyerapan gula, sehingga jika
Anda memilih susu yang rendah lemak, tubuh Anda jadi menyerap gula lebih cepat.
Anda juga bisa menambahkan beberapa sayuran yang mengandung gula tinggi, seperti wortel dan kacang
polong, serta juga biskuit berserat tinggi.

Minggu ke-2

Selama minggu kedua, Anda bisa menambahkan satu porsi buah beri yang kaya akan antioksidan dan ekstra
satu porsi susu. Anda juga bisa menambahkan kembali sayuran berkarbohidrat, seperti jagung, ubi jalar, dan
labu oranye.

Di minggu ini, Anda boleh saja mengonsumsi makanan gandum utuh (whole wheat) untuk makan malam.
Untuk camilan, pilih salad buah segar yang rendah gula tanpa tambahan dressing atau pemanis lainnya. Buah
mengandung banyak serat dan antioksidan, yang membantu Anda menurunkan berat badan dan merasa
kenyang lebih lama.

Minggu ke-3

Untuk minggu ketiga, Anda bisa menambahkan biji-bijian seperti jelai (barley), quinoa, dan oatmeal, dan
bahkan beberapa buah lagi termasuk anggur dan jeruk manis. Jika Anda mau, tak apa untuk minum segelas
anggur merah dan satu ons dark chocolate murni setiap hari selama seminggu ini.

Minggu ke-4

Minggu terakhir diet bebas gula prinsipnya sama dengan tahap pemeliharaan. Anda sepatutnya menjaga pola
makan sehat yang sudah dibangun dari hari pertama dan terus berkomitmen untuk melanjutkannya.

Selama minggu keempat, Anda bisa menikmati dua porsi karbohidrat setiap hari, misalnya nasi dan roti.
Anda boleh mengudap roti lapis di minggu ini. Tapi balas juga dengan biskuit tinggi serat.

Melampiaskan ngidam boleh, tapi ada syaratnya


Untuk ke depannya setelah sukses berkomitmen menjalani 30 hari diet bebas gula, Anda boleh saja
melampiaskan ngidam. Tapi batasi hanya sepotong cake atau satu scoop es krim jika hasrat “makan makanan
manis” tak lagi terbendung.

Setelah menjalani berminggu-minggu tanpa kehadiran gula tambahan dalam menu makan Anda, indera
perasa akan mengatur ulang “sistem”nya sehingga Anda tak lagi peka terhadap rasa manis dari gula
tambahan dan buatan, sehingga justru mengembangkan selera untuk gula asli yang lebih sehat dari makanan
segar. Ini sebabnya sesekali memanjakan diri untuk makanan manis tak akan menggagalkan usaha Anda
kembali dari nol.

Setelah hari ke-30 diet bebas gula, semua jenis buah-buahan boleh Anda konsumsi seperti biasa.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Mana yang Lebih Bahaya: Kebanyakan Gula Atau Kebanyakan


Garam?
Anda mungkin sudah sering dengar kalau kebanyakan makanan yang manis atau asin berbahaya buat
kesehatan. Baik gula dan garam masing-masing memang punya risikonya sendiri bagi tubuh Anda. Namun,
di antara keduanya, sebenarnya mana yang lebih parah? Apakah kebanyakan gula atau kebanyakan garam?
Tenang, berikut ini adalah pertimbangan dari para ahli yang harus dicatat baik-baik.

Kenapa tubuh kita perlu gula dan garam?


Gula dibutuhkan manusia sebagai sumber karbohidrat sederhana. Karbohidrat diperlukan untuk
menghasilkan kalori (energi). Energi sendiri digunakan untuk menjalankan bermacam-macam tugas.
Misalnya fungsi kognitif otak, fungsi sistem pencernaan, dan fungsi gerak tubuh.

Sementara itu, zat mineral bernama natrium yang terkandung dalam garam dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan cairan tubuh.

Mana yang lebih membahayakan, kebanyakan gula atau garam?


Pada dasarnya, kelebihan asupan apa pun tak baik buat kesehatan Anda. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk
mencari tahu perbandingan bahaya antara pola makan kebanyakan gula dan kebanyakan garam.

Bahaya kebanyakan garam

Kekhawatiran terbesar para ahli gizi dan tenaga kesehatan seputar bahaya kebanyakan garam adalah risiko
tekanan darah tinggi (hipertensi). Ini karena dalam tubuh Anda natrium dalam garam bertugas untuk
menahan cairan dalam tubuh. Kalau Anda kebanyakan garam, makin banyak pula cairan yang menumpuk
atau terjebak di pembuluh darah, ginjal, jantung, serta otak. Akibatnya, Anda bisa mengalami hipertensi.
Hipertensi dapat meningkatkan risiko komplikasi yang fatal seperti serangan jantung, gagal jantung, dan
stroke.

Kebanyakan gula ternyata lebih bahaya

Bahaya dari kebanyakan konsumsi gula jauh lebih rumit daripada garam. Kalau kebanyakan garam
meningkatkan risiko Anda kena penyakit jantung, kebanyakan gula efeknya bisa menjalar ke mana-mana.

Gula berlebihan akan disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Maka, dalam jangka pendek mengonsumsi
gula kebanyakan membuat Anda cepat gemuk. Namun, kebanyakan makan gula juga bisa meningkatkan
risiko hipertensi, obesitas, diabetes, stroke, penyakit jantung, dan kanker. Ini karena kadar gula berlebih bisa
menyebabkan peradangan serta penuaan sel-sel dalam tubuh.

Seperti dijelaskan oleh ahli gizi dari Pennsylvania State University, Dr. Mike Roussell, kebanyakan gula
lebih bahaya daripada kebanyakan garam karena ternyata keduanya saling berkaitan.

Kalau Anda kebanyakan gula, tubuh akan memproduksi hormon insulin untuk mencerna gula. Padahal,
hormon insulin akan meningkatkan fungsi natrium untuk menahan cairan di ginjal. Hal ini tentu mengarah
pada akibat yang sama seperti kebanyakan makan garam, yaitu risiko hipertensi.

Kuncinya adalah pola makan seimbang


Meskipun kebanyakan gula ternyata lebih berbahaya daripada kelebihan garam, bukan berarti Anda tak boleh
mengonsumsi keduanya sama sekali. Pasalnya, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, tubuh Anda tetap
memerlukan gula dan garam dalam batas wajar.

Menurut anjuran dari Kementerian Kesehatan, sebaiknya remaja dan orang dewasa membatasi konsumsi gula
sebanyak 5-9 sendok teh sehari. Untuk asupan garam, batasi sampai satu sendok teh dalam sehari.

Anda juga sebaiknya menghindari konsumsi makanan atau camilan dalam kemasan. Pasalnya, makanan
kemasan lebih tinggi akan kandungan gula dan garam daripada makanan yang Anda olah sendiri.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

9 Makanan yang Tanpa Disadari Mengandung Gula


Anda mungkin pernah merasakan lapar pada jam-jam tanggung. Makanan selingan bisa membantu
mengganjal perut pada momen seperti ini. namun, beberapa makanan selingan yang umum dikonsumsi
sebenarnya tinggi kandungan gula.

Makanan sehari-hari yang banyak mengandung gula


Makanan sehari-hari yang kaya kandungan gula tidak selalu memiliki rasa yang manis. Beberapa jenis
makanan mungkin saja “menyamar” sebagai makanan rendah kalori, rendah lemak, atau bahkan diklaim
sebagai makanan sehat.

Gula memang memberikan energi bagi tubuh untuk beraktivitas. Akan tetapi, pola makan tinggi gula dalam
jangka panjang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Di bawah ini beberapa contoh makanan tinggi gula
yang mungkin sering Anda konsumsi.

1. Yogurt rasa buah

Yogurt hampir selalu ada dalam daftar makanan yang menyehatkan. Produk susu ini kaya akan vitamin,
mineral, dan probiotik yang baik bagi pencernaan. Sayangnya, kebanyakan produk yogurt kemasan tinggi
kandungan gula.

Untuk menyiasati hal ini, hindari yogurt dengan rasa buah-buahan. Pilihlah yogurt tawar (plain), full fat, atau
Greek yogurt. Jika Anda ingin menambah cita rasanya, masukkan potongan kiwi, jeruk, stroberi, atau buah-
buahan lain yang Anda sukai.

2. Saus botolan

Saus tomat dan sambal serta produk sejenisnya dalam kemasan botolan ternyata membuat makanan jadi
tinggi gula. Produsen makanan biasanya menambahkan gula untuk mengurangi rasa asam dari tomat dan
membuat produk jadi tahan lama.

Selain itu, saus botolan umumnya juga tinggi kandungan garam dan bahan tambahan pangan. Walaupun
membuat makanan terasa nikmat, kebiasaan makan dengan saus botolan dapat meningkatkan risiko
hipertensi, stroke, dan penyakit jantung.

3. Salad dressing

Salad memang terbuat dari bahan-bahan yang menyehatkan, tapi lain ceritanya apabila Anda menambahkan
dressing yang banyak mengandung gula. Biasanya, kandungan gula yang tinggi ini berasal dari salad
dressing instan dalam kemasan.

Tidak hanya itu, asupan gula tambahan dapat berasal dari mayones atau parutan keju yang berlebihan.
Supaya salad buatan Anda tetap menyehatkan, cobalah beralih menggunakan minyak wijen, mustard, atau
perasan lemon sebagai dressing.

4. Selai

Meski terbuat dari bahan alami berupa buah-buahan, selai sebenarnya termasuk makanan tinggi gula. Seperti
pada saus botolan, produsen selai menambahkan gula untuk menghasilkan rasa yang diharapkan dan
membuat produk jadi lebih tahan lama.

Tentu tak ada salahnya bila Anda sesekali ingin mengonsumsi selai. Namun, alangkah lebih baik bila Anda
membuat selai dengan bahan-bahan sendiri. Selai buatan sendiri tentu tidak mengandung banyak gula,
apalagi pengawet dan zat aditif lainnya.

5. Minuman ringan
Fakta bahwa minuman ringan tinggi kandungan gula mungkin tidak lagi mengejutkan. Kandungan gula
dalam soft drink diperkirakan dapat mencapai 39 – 99 gram. Jumlah ini bahkan jauh melebihi batas asupan
gula per hari yang disarankan.

Konsumsi minuman ringan dalam jangka panjang telah terbukti dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah
kesehatan. Dampak yang mungkin terjadi antara lain obesitas, penyakit diabetes, penyakit jantung, dan
menurunnya kepadatan tulang.

6. Granola

Granola sering diklaim sebagai makanan menyehatkan yang rendah lemak. Padahal, makanan ini sebenarnya
tinggi gula dan kalori. Satu batang granola seberat 100 gram bahkan bisa mengandung hingga 400 – 500
kalori dan 7 sendok teh gula.

Bahan baku granola, yakni oat, sebenarnya rendah kalori dan mengandung berbagai zat gizi. Akan tetapi,
penambahan pemanis buatan, buah kering, dan bahan lainnya dalam proses pembuatan granola menjadikan
produk ini tidak lagi menyehatkan.

7. Kopi dengan topping

Kopi hitam sebenarnya termasuk minuman rendah gula dan kalori. Namun, kandungan gula pada minuman
ini biasanya menjadi tinggi akibat penambahan susu atau topping berupa whipped cream, sirup, atau cokelat.

Rata-rata, satu sajian kopi ukuran sedang di kedai kopi dapat mengandung hingga 45 gram gula. Jumlah ini
setara dengan 11 sendok teh gula, jauh melebihi batas asupan gula harian yang disarankan untuk orang
dewasa.

8. Aneka kue

Donat, kue tar, kue kering, hingga berbagai macam kue basah tradisional juga termasuk dalam kelompok
makanan tinggi gula. Selain gula pasir, kandungan gula dapat berasal dari tepung terigu, mentega, dan bahan-
bahan lain yang memperkaya cita rasa kue.

Meskipun rasanya nikmat, konsumsi kue yang berlebihan tentu dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Salah
satu dampak utamanya ialah obesitas, tapi bukan tidak mungkin kebiasaan ini meningkatkan risiko masalah
kesehatan lain yang lebih serius.

9. Puding dan es krim

Puding dan es krim merupakan favorit bagi para pencinta makanan manis. Sayangnya, rasa manis yang
nikmat ini berasal dari bahan-bahan yang tinggi gula. Kandungan gula tersebut mungkin berasal dari gula
pasir, sirup, atau bahan pemanis lainnya.

Anda boleh saja menikmati puding atau eskrim sebagai makanan penutup. Namun, tetap batasi konsumsinya
agar tidak melebihi satu sajian dalam sekali makan. Hal ini dapat membantu menurunkan risiko kesehatan
akibat konsumsi gula yang berlebihan.

Ada banyak sekali makanan tinggi gula di sekitar. Anda bisa menemukannya dalam makanan “sehat”,
penambah rasa seperti saus, hingga topping makanan atau minuman yang sekilas tampak tidak mengandung
banyak bahan.
Anda tentu masih boleh mengonsumsi berbagai makanan tinggi gula. Hanya saja, tetap batasi jumlahnya agar
tidak berlebihan. Padukan dengan bahan makanan yang sehat seperti sayuran dan buah-buahan agar asupan
gizi Anda tetap seimbang.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Adakah Pengganti Gula yang Lebih Sehat untuk Penderita


Diabetes?

Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul seputar diabetes melitus adalah masih bolehkah saya
makan makanan manis? Gula kerap dianggap sebagai penyebab dari diabetes lantaran penyakit ini juga
dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Banyak pengidap diabetes yang beralih menggunakan
pemanis buatan atau bahkan madu dan gula aren sebagai pengganti gula untuk diabetes. Namun, mana
sebenarnya yang paling aman dan sehat untuk menggantikan gula putih?

Asupan gula harian untuk diabetes


Membatasi asupan gula setiap harinya sebenarnya perlu dilakukan oleh semua orang, bukan hanya untuk
penderita diabetes.

Gula yang dimaksud adalah segala jenis pemanis yang merupakan karbohidrat sederhana, seperti sukrosa,
fruktosa, glukosa. Gula putih atau gula pasir termasuk ke dalam kelompok sukrosa.
Menurut Diabetes UK, asupan maksimal gula per hari untuk penderita diabetes adalah kurang dari 30 gram
atau sekitar 7 sendok makan.

Asupan gula ini bukan hanya berasal dari gula yang terdapat dalam pemanis, melainkan juga semua makanan
yang mengandung karbohidrat sederhana.

Sebagai perbandingan, 1 bungkus biskuit cokelat setidaknya mengandung 1 sendok gula.

Namun, World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 juga merekomendasikan untuk mengurangi
konsumsi gula harian maksimal sampai 6 sendok makan per hari.

Hal ini bisa diterapkan baik untuk penderita diabetes maupun anak-anak dan orang dewasa yang sehat.

Pemanis buatan sebagai pengganti gula diabetes

Pemanis buatan diproses sedemikian rupa dengan manipulasi kimia sehingga memiliki kadar kalori sangat
rendah atau bahkan nol kalori.

Hal tersebut membuat pemanis buatan diyakini tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah seperti
halnya gula.

karena itu, pemanis buatan kerap dianjurkan dipakai sebagai pengganti gula untuk diabetes.

Namun, berbeda jenis produk pemanis buatan, berbeda pula efeknya bagi metabolisme gula darah.

Ini dia beberapa pemanis buatan yang umum beredar di pasaran untuk menjadi pengganti gula bagi orang
diabetes.
1. Sukralosa

Sukralosa adalah jenis pemanis buatan yang rasanya bisa 600 kali lebih manis dari gula biasa.

Namun, kandungan sukralosa yang digunakan sebagai pemanis telah disesuaikan kadar kemanisannya.

Jika sama manisnya dengan gula alami, tentu kandungan pemanis buatan ini jauh lebih sedikit sehingga
kalorinya jauh lebih rendah.

2. Sakarin

Sakarin adalah pelopor pemanis buatan yang sudah mulai dipasarkan sejak satu abad lalu. Pemanis buatan ini
rasanya 300-500 kali lebih manis dari gula alami.

Banyak penelitian terbaru yang mengungkapkan bahwa mengonsumsi sakarin bisa menimbulkan efek
samping, yaitu kelebihan berat badan.

Namun, sejauh ini penggunaan sakarin dalam takaran yang wajar masih diperbolehkan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.

3. Stevia

Stevia adalah pendatang baru dalam kelompok pengganti gula untuk diabetes.

Pemanis buatan ini diekstrak dari bahan alami, yakni tanaman stevia yang tumbuh di negara-negara beriklim
tropis dan subtropis.

Pemanis buatan ini termasuk yang paling populer digunakan, tak heran jika Anda bisa menemukan berbagai
produk pemanis dari stevia.

Pemanis stevia bebas kalori sehingga dipercaya dapat membantu mencegah penambahan berat badan.

4. Aspartam

Pemanis buatan aspartam mengandung kalori sangat rendah dengan rasanya yang 200 kali lebih manis dari
gula biasa.

Akan tetapi, BPOM mengingatkan orang yang mengidap atau berisiko diabetes tidak mengonsumsi aspartam
secara berlebihan.

Anda sebaiknya tetap menjaga konsumsi pemanis buatan dalam jumlah yang terbatas, yaitu 50 miligram per
kilogram berat badan Anda.

Artinya, jika berat badan Anda ada di angka 50 kilogram, dalam sehari Anda tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi lebih dari 2.500 miligram atau 2,5 gram aspartam.

5. Asesulfam kalium

Salah satu jenis pemanis buatan pengganti gula untuk diabetes yang sering ditambahkan dalam produk
makanan dan minuman kemasan adalah asesulfam kalium atau asesulfam-k.
Menurut anjuran BPOM, Anda sebaiknya tidak mengonsumsi asesulfam-k lebih dari 15 miligram per
kilogram berat badan.

Jika berat badan Anda 50 kilogram, hindari konsumsi pemanis buatan ini lebih dari 750 miligram per hari.

Bolehkah madu dan gula aren jadi pengganti gula untuk diabetes?

Gula putih atau gula pasir sering kali dianggap berbahaya bagi kesehatan penderita diabetes.

Itu sebabnya, beberapa penderita diabetes banyak yang mencoba mencari alternatif alami lainnya, seperti
gula aren dan madu untuk mengganti gula pasir.

Gula pasir termasuk ke dalam jenis karbohidrat sederhana. Sayangnya, pemanis alami, seperti gula merah,
gula aren, dan madu juga termasuk ke dalam karbohidrat sederhana.

Karbohidrat sederhana memiliki indeks glikemik (GI) tinggi, sehingga lebih cepat diproses menjadi glukosa
dalam darah.

Akibatnya, kadar gula darah cenderung lebih cepat naik (hiperglikemia) setelah mengonsumsi berbagai
pemanis alami ini.

Dengan kata lain, gula merah dan gula aren, serta madu tidak lebih baik untuk digunakan sebagai pengganti
gula bagi penderita diabetes.

Memang, madu memiliki indeks glikemik yang lebih rendah (61) dibandingkan gula pasir dengan nilai 65
sebagai indeks glikemiknya.
Namun, keduanya memiliki kemampuan yang mirip untuk menaikkan gula darah dengan cepat.

15 Pilihan Makanan dan Minuman untuk Diabetes, Plus Menunya!

Kuncing terpenting mengatur asupan karbohidrat


Sekalipun berlabel “alami”, pemanis seperti madu termasuk ke dalam karbohidrat sederhana, yang dapat
dengan cepat meningkatkan gula darah.

Mengonsumsinya berlebihan juga dapat memicu penumpukan lemak.

Padahal, penumpukan lemak menjadi salah satu faktor pemicu resistensi insulin, yang menjadi penyebab
utama diabetes tipe 2.

Anda boleh saja mengganti gula untuk diabetes dengan pemanis buatan. Namun, Anda tetap harus
mengonsumsinya sesuai anjuran.

Sebenarnya, yang terpenting dalam menjaga kadar gula darah pada pengobatan diabetes, baik diabetes tipe 1
maupun tipe 2 bukan masalah pembatasan gula atau pemanis alami lainnya.

Menurut National Institute of Diabetes, masalah utama pengendalian diabetes justru terletak pada kelebihan
asupan karbohidrat harian.

Karbohidrat nantinya akan diubah menjadi glukosa dengan bantuan hormon insulin. Proses inilah yang bisa
memengaruhi kadar gula darah.

Karbohidrat sendiri, tak hanya berasal dari gula.

Cara mengatur asupan karbohidrat untuk penderita diabetes adalah menghitung jumlah karbohidrat dalam
menu makanan sehari-hari.

Berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa batasan yang ideal untuk konsumsi
gula harian Anda.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
9 Hal yang Terjadi di Tubuh Kalau Berhenti
Makan Gula
  

Gula rasanya sudah tak bisa lepas dari menu makanan sehari-hari. Entah itu lewat berbagai menu
makanan manis yang lezat (hello, chocolate cupcake!) atau malah dari makanan yang tak terasa manis
seperti saus kemasan dan sup cepat saji dalam kemasan (yes ladies, makanan "asin" tersebut biasanya
mengandung gula yang tinggi). Padahal, mengonsumsi terlalu banyak gula bisa menyebabkan
berbagai dampak negatif, mulai dari suasana hati yang naik turun hingga meningkatkan risiko
penyakit, mulai dari tekanan darah tinggi sampai diabetes.

Tak heran kalau kini banyak yang mulai mengurangi konsumsi gula, bahkan ada juga yang berhenti
sama sekali. Tapi, sebenarnya apa sih yang bakal terjadi pada tubuh kalau kamu berhenti
mengonsumsi gula? Ahli nutrisi Jenna Hope membeberkan kalau setidaknya ada 9 hal yang akan
terjadi pada tubuh kamu.

1. Kulit kamu kemungkinan jadi lebih sehat

Ketika mengonsumsi gula, tubuh akan melepaskan insulin yang mana kalau kata Jenna, "Dapat
menyebabkan inflamasi yang dapat menimbulkan kerusakan kolagen serta membuat kulit jadi tak
elastis." Tidak hanya itu, saat ada terlalu banyak gula dalam tubuh, fungsi kolagen pun akan
terganggu. Efeknya, kamu lebih berisiko terkena gangguan kulit serta lebih mudah keriput. Hiii...
Semua itu tak akan terjadi kalau kamu menjaga asupan gula.

2. Kamu tidak akan mudah capek

"Makanan yang banyak mengandung gula punya indeks glikemik yang tingi," tutur Jenna. Ketika
Indeks Glikemik (IG) tinggi, tubuh akan melepaskan darah dalam kecepatan yang tinggi pula,
sehingga "menyebabkan lonjakan pada gula darah," kata Jenna. Ini membuat energi tubuh kamu bak
roller coaster, cepat naik tapi cepat turun. Sebab, insulin dengan segera akan membawa gula menjauh
dari darah dan masuk ke sel.

Gula darah yang rendah ini membuat kamu mengalami kekurangan energi. Akibatnya, tak butuh
waktu yang lama buat kamu untuk ngidam makanan punya kadar gula tinggi lagi. Yup, gula memang
bikin level energi tubuh kamu tidak stabil. Makanya gula bukanlah opsi yang tepat untuk
"menyuntikkan" energi ke tubuh. Lebih baik konsumsi snack yang tinggi protein dan lemak sehat
supaya gula darah lebih terkontrol dan energi pun terjaga.

3. Berat badan mungkin turun

Memang tidak selalu terjadi, tetapi berat badan yang turun seringkali bisa menjadi efek samping
ketika kamy secara signifikan mengurangi asupan gula Tahukah kamu kalau ternyata gula berisi
kalori "kosong" dan ini dapat memancing hormon Ghrelin a.k.a hormon lapar kamu? "Ini dapat
menstimulasi rasa lapar, membuat kamu lebih mudah untuk makan berlebih lalu memilih makanan
yang tak dapat memuaskan rasa lapar tersebut dalam waktu yang lama," tutur Jenna. 
Tak hanya itu, saat mengonsumsi gula kamu tanpa sadar telah menambah asupan kalori dalam tubuh.
Kalau kamu minum 3 cangkir teh dengan dua gula itu setara akan menambah kalori hingga 92kkal.
"Tanpa disadari itu berjumlah sekitar 5% dari total asupan energi yang dibutuhkan," kata Jenna. Nah,
dengan mengurangi jumlah konsumsi gula, kamu akan terhindar dari kalori "kosong" juga cenderung
tidak over-eating. Dua hal yang sangat berpotensi bikin angka timbangan melonjak. 

4. Tidur jadi lebih nyenyak

"Jumlah gula yang tinggi dapat menunda pelepasan melatonin di otak, yang mana penting untuk
mengontrol tidur," ujar Jenna. Sedangkan, kurang tidur sendiri dapat meningkatkan kebutuhkan tubuh
terhadap gula. "Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan keseimbangan
glukosa darah terganggu, ini merangsang keinginan kamu untuk mengonsumsi lebih banyak gula." Ini
seperti siklus jahat yang tidak pernah berakhir, darling!

5. Kamu tidak mudah ngidam

Sama seperti rasa mudah lelah, ngidam makanan manis sebenarnya bisa terjadi karena kadar gula
darah kamu tidak terkendali, di mana gula darah meningkat dan menurun secara drastis dalam waktu
yang cepat. "Gula darah rendah akan mendorong kamu untuk segera meningkatkan glukosa, dan
akibatnya kamu cenderung lebih ingin mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi," kata Jenna.
Ketika gula darah stabil, kamu tidak akan mudah tergoda akan makanan tinggi gula yang sebenarnya
tak sehat. 

6. Pencernaan lebih lancar

Mereka yang mengonsumsi gula dalam jumlah banyak cenderung mengonsumsi lemak jenuh dan
makanan yang rendah serat dalam jumlah banyak pula. Ketika memutuskan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi gula dalam menu makanan sehari-hari, kamu biasanya akan lebih
sering makan buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Alias, makanan yang baik buat usus dan
sistem pencernaan.

"Makanan ini berkontribusi terhadap fungsi usus yang sehat karena membantu meningkatkan jumlah
mikrobiota sehat di usus. Pada akhirnya, ini membantu menghilangkan racun yang tidak diinginkan
dan membuat kamu lebih sering buang air besar," tutur Jenna.

7. Kesehatan mental membaik

Siapa sangka ternyata kesehatan mental kamu dipengaruhi jumlah gula yang dikonsumsi? Menurut
Jenna, konsumsi gula tinggi dapat meningkatkan risiko depresi, rasa cemas, dan masalah kesehatan
mental lainnya.

Dan, hubungan antara gula dan rasa cemas sangat jelas, tuturnya. "Meskipun mengonsumsi gula tidak
selalu jadi penyebab rasa cemas, tapi efek roller coaster gula yang membuat gula darah serta
pelepasan adrenalin dan insulin tidak teratur dapat memancing rasa cemas pada mereka yang telah
mengalaminya. Penting untuk dicatat kalau mengubah pola makan tidak akan menyembuhkan rasa
cemas tersebut, tetapi dapat membantu mengurangi beberapa gejala yang terkait dengannya."

8. Suasana hati meningkat

Suasana hati kamu dipengaruhi oleh hormon, dan gula "menguasai" hormon apa saja yang akan
dilepaskan tubuh. Jenna menjelaskan, "Gula telah terbukti menekan hormon yang disebut BDNF,
hormon yang diperlukan untuk menghasilkan neuron baru. Seseorang yang rentan dengan low
mood memiliki BDNF yang lebih rendah. Melihat hal ini, gula dapat membuat kamu lebih mudah
mengalami suasana hati rendah bahkan depresi." Mengurangi konsumsi gula berarti kadar BDNF
kamu akan kembali normal. Hasilnya, suasana hati kamu pun akan meningkat. 

9. Fungsi liver membaik

"Konsumsi gula yang berlebih (terutama dalam bentuk fruktosa) serta minuman ringan dengan
pemanis sangat terkait dengan penyakit lever non-alkoholik," kata Jenna. "Kelebihan fruktosa yang
dikonsumsi tidak dapat dicerna lever tanpa glukosa, sehingga fruktosa akan disimpan di sekitar
hati." Yup, mengurangi asupan gula dapat membantu menurunkan risiko terkena penyakit lever,
yaitu non alcoholic fatty liver.

Hmmm, bagaimana ladies? Melihat berbagai manfaat baiknya, apakah kamu akan mulai mengurangi
konsumsi gula?
10 Hal Yang Terjadi di Tubuh Jika Berhenti
Makan Karbo
Beberapa tahun belakang ini, karbohidrat sepertinya memiliki citra buruk buat mereka yang ingin
menurunkan berat badan. Padahal, kenyatannya grup makanan yang satu ini memiliki peran penting
untuk menjaga kesehatan tubuh. Karena well... Dia adalah pemasok energi buat Anda.

Namun, dengan banyaknya tips diet yang menganjurkan Anda untuk tidak mengonsumsi karbohidrat,
Cosmo tahu Anda pasti ingin tahu apa manfaat yang sebenarnya dari hal ini. Nah, untuk menjawab
rasa penasaran Anda, ini adalah 10 hal yang akan terjadi pada tubuh ketika berhenti mengonsumsi
karbo.

1. Berat badan bisa turun

Pola makan yang mengonsumsi makanan bersodium tinggi, seperti karbohidrat sederhana, memaksa
tubuh untuk menyimpan lebih banyak air di dalam juga di antara sel-sel yang dibutuhkan tubuh.
Menurut Frida Harju-Westman, in-house nutritionist di aplikasi kesehatan Lifesum, jumlah air ini
bisa mencapai 4-10 kilogram tergantung dengan pola makan Anda. "Saat tidak mengonsumsi karbo,
tubuh akan 'mengeluarkan' air ini dan itulah mengapa berat badan jadi turun."

2. Tapi, bisa juga berat badan bertambah

Berat badan turun adalah efek jangka pendek dari tidak mengonsumsi karbohidrat. Karena, menurut
Firda, berat badan pada akhirnya akan naik lagi. "Ini umumnya terjadi pada mereka yang mengganti
karbohidrat dengan makanan lemak tinggi, seperti kacang, alpukat, dan keju," katanya.

Perlu diingat adalah makanan dengan lemak tinggi memiliki kalori yang lebih padat dibandingkan
karbohidrat. Jadi, pastikan mengonsumsinya dengan jumlah porsi sedang.

3. Anda mungkin akan mengalami masalah sembelit

Untuk mendapatkan nutrisi yang seimbang, diet rendah karbohidrat biasanya menganjurkan Anda
mengganti karbohidrat dengan protein dan lemak. Ini membuat asupan serat pada tubuh berkurang.
"Kondisi ini dapat mengakibatkan sembelit," ujar Frida. So, kalaupun mau mengurangi karbohidrat
pastikan kalau asupan serat tetap cukup agar tidak mengalami masalah yang satu ini.

4. Anda akan merasa lebih mudah capek

"Tubuh menyimpan karbo dalam belum glikogen, yang mudah diserap ke dalam aliran darah dan
merupakan sumber energi buat otak Anda," kata Frida. Ini berarti kalau Anda mengurangi konsumsi
karbo, tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan hal ini bikin Anda lebih mudah merasa
capek.

5. Napas Anda bisa jadi bau

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika tidak mengonsumsi karbo, tubuh akan mengeluarkan
air dan hal ini bisa bikin mulut kering. Hal yang kerap terjadi ketika mulut kering adalah napas
mengeluarkan bau yang tak sedap.
Bukan cuma itu, ketika tidak mengonsumsi karbo, tubuh mengalami kondisi yang disebut dengan
ketosis. Pada kondisi ini, tubuh akan membakar lemak alih-alih karbohidrat untuk mendapatkan
energi. Ketosis bisa membuat napas berbau seperti bau buah, malah dalam kasus ekstrem, bau
penghapus cat kuku. Yikes!

6. Anda jadi tidak mudah lapar

Dengan syarat, Anda mengganti karbohidrat dengan makanan yang sehat dan kaya akan nutrisi.
Mengganti karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, roti gandum, dan
oatmeal juga akan memberikan efek yang sama.

7. Risiko diabetes mungkin menurun

Makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana memiliki kadar sodium yang tinggi dan membuat
tubuh memproduksi lebih banyak insulin guna menyeimbangkan gula darah. Kalau sering
mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi, pankreas akan memproduksi insulin lebih banyak
daripada yang dibutuhkan tubuh sehingga Anda lebih berisiko terkena diabetes tipe 2. Otomatis
ketika mengurangi konsumsi karbohidrat, risiko terjangkit penyakit tersebut pun akan berkurang.

8. Anda akan ngidam gula

Karena karbohidrat sederhana memiliki kandungan gula tambahan yang tinggi, mengurangi konsumsi
karbohidrat bikin Anda jadi ngidam gula alias makanan yang manis. "Gula sangatlah adiktif dan sulit
untuk berhenti mengonsumsinya," kata Frida. Namun, kalau bisa menahan godaan, lama-kelamaan
Anda akan lebih memilih makan apel kok dibandingkan chocolate chip cookie.

9. Anda akan mengalami gelaja yang mirip flu

Frida mengatakan, "Mungkin salah satu efek yang paling sering dialami ketika mengurangi konsumsi
karbo adalah timbul gejala yang mirip flu, contohnya sakit kepala, mual, dan mudah lelah. Hal ini
sangat normal dan bisa dikurangi atau disembuhkan dengan memastikan tubuh tidak dehidrasi."

Jadi, pastikan untuk minum air paling tidak delapan gelas per hari. Hanya saja, apabila gejala tak
kunjung hilang dalam 2-4 hari, Anda mungkin harus mengganti pola makan.

10. Rambut Anda mungkin rontok

Terdengar menyeramkan, tapi Frida meyakinkan kalau ini kondisi ini normal terjadi ketika
melakukan perubahan pola makan. "Kerontokan rambut terutama umum terjadi ketika membatasi
konsumsi gula dan karbo. Biasanya terjadi selama tiga bulan setelah memulai pola makan yang baru,"
tuturnya. Kabar baiknya, kondisi ini semetara dan tak terlalu terlihat. So, no need to worry. 

Meski diet rendah karbo memiliki beberapa manfaat yang baik untuk tubuh, Cosmo menyarakan
Anda untuk tetap memperhatikan nutrisi bagi tubuh. Jika ingin melakukan perubahan pola makan,
lakukanlah riset yang mendalam dan akan lebih baik kalau berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli
nutrisi. Karena, pada akhirnya yang terpenting bukanlah berapa angka yang muncul ketika
menimbang berat badan, tapi apakah pola makan yang Anda pilih seimbang sehingga dapat menjaga
kesehatan tubuh.
9 Hal yang Terjadi di Tubuh Kalau Kamu Diet
Cepat
Diet cepat bukan hal yang baru lagi di dunia kesehatan. Tak menutup kemungkinan kamu mungkin
pernah melakukannya. Terlebih kalau sudah musim liburan atau... Musim undangan pernikahan. Ini
adalah momen di mana kamu berharap tubuh kamu bak supermodel Kendall Jenner atau Gigi Hadid.

Diet cepat mungkin membantu kamu menurunkan berat badan untuk trip satu minggu di destinasi
impian atau membuat kamu terlihat wah saat memakai baju bridesmaid nikahan sahabat. Akan tetapi,
"Hasil dari diet tersebut sering kali berumur pendek dan pada akhirya berdampak negatif pada tubuh
dan pikiran kamu," kata Dr Julianne Barry, General Practitioner di London Doctors Clinic pada
Cosmopolitan UK.

Memang sih diet cepat terlihat seperti jalan pintas yang menggiurkan. Namun, menurut Dr Julianne
apa yang sebenarnya terjadi di tubuh saat diet cepat tak seindah yang dibayangkan. Melihat 9 hal
yang sebenarnya terjadi pada tubuh kalau kamu melakukan diet cepat ini sepertinya bakal membuat
kamu berpikir ulang untuk mencobanya:

1. Menurunkan tingkat metabolisme tubuh

Metabolisme yang tinggi adalah kunci untuk menurunkan berat badan, tapi diet cepat justru membuat
tingkat metabolisme tubuh menurun. "Kerusakan otot akan jauh lebih besar ketika melakukan diet
ekstrem, jika dibandingkan dengan diet jangka panjang yang stabil. Hal ini akan mengurangi tingkat
metabolisme tubuh, yang lalu memengaruhi jumlah kalori yang dibakar dan pada akhirnya membuat
berat badan meningkat di kemudian hari," tutur Dr Julliane. Yikes!

2. Dapat memperlemah sistem imun tubuh

Ketika melakukan diet cepat, kamu cenderung mengurangi konsumsi makanan tertentu yang
sebenarnya memiliki kandungan mineral dan vitamin yang penting buat tubuh. Hal ini berisiko
melemahkan sistem imun tubuh kamu. Dan, seperti yang telah diketahui, sistem imun yang rendah
membuat kamu lebih rentan terhadap penyakit. Tentu saja jadi hal yang paling dihindari ketika
berlibur, menghadiri pernikahan, atau acara penting lainnya.

Misalnya saja, ketika kamu sama sekali tidak mengonsumsi makanan berlemak, kamu tidak
mendapatkan asupan vitamin yang larut bersama lemak contohnya vitamin A, D, E, dan K. Padahal,
"Vitamin ini penting bagi sistem kekebalan tubuh kamu, sehingga kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan masalah di masa depan," kata Dr Julianne.

3. Tubuh akan memproduksi keton

"Saat kamu memilih untuk menjalani pola makan yang rendah karbohidrat, tubuh akan memecah
asam lemak untuk menghasilkan keton," kata Dr Julianne. Kamu mungkin pernah mendengar keton
jika pernah membaca tentang diet keto. Tentu, hal tersebut bisa membuat berat badan kamu turun
beberapa kilogram, tapi hal ini punya efek samping yang tidak main-main. Mulai dari mual, bau
mulut, hingga masalah hati dan ginjal.
4. Menyebabkan dehidrasi

Pernah bertanya-tanya mengapa beberapa tipe diet, seperti juicing atau diet jus, dapat menurunkan
berat badan dengan cepat? Ini karena tipe diet tersebut menghilangkan berat air pada tubuh. Meski
dapat membuat berat badan turun secara kilat, hal ini tidak ideal untuk penurunan berat badan jangka
panjang.

Penyimpanan glikogen, yang menjadi sumber energi pengikat air, berkurang lebih cepat daripada sel-
sel lemak yang melepaskan air. "Sehingga, ketika kamu mulai makan lagi, tubuh akan mengisi
kembali glikogen dan simpanan air. Yang lalu diikuti dengan berat badan yang bertambah," kata Dr
Julianne. Tak hanya itu dehidrasi juga bikin kamu merasa pusing dan mual. Ugh, no!

5. Dapat memicu penyakit jantung

Diet cepat memang punya manfaat positif, seperti contohnya, menurunkan tekanan darah, kolesterol,
dan level gula darah. Akan tetapi, metode ini juga berpotensi menimbulkan efek buruk ke jantung.
Hal yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar lemak pada jatung saat melakukan diet. "Siapa pun
yang punya masalah jantung harus berdiskusi dengan dokter sebelum memulai diet karena risiko yang
dapat timbul," ujar Dr Julianne.

6. Bisa merusak rambut dan kulit

Berpikir kalau diet cepat dapat serta-merta membuat kamu terlihat lebih menarik? Think again,
ladies. Sebab, metode diet ini punya efek yang serius pada rambut dan kulit kamu. "Saat melakukan
diet cepat, tubuh tak menyerap banyak asupan vitamin dan nutrisi yang vital," kata Dr Julianne. Dan,
akibatnya, hal ini dapat berpengaruh pada penampilan fisik kamu.

"Kondisi kekurangan nutrisi ini dapat terlihat di rambut kamu, membuatnya terlihat kusam dan rontok
yang umumnya jadi tanda kekurangan vitamin yang tepat. Demikian pula kulit kamu yang jadi kering
dan, tak menutup kemungkinan pula, timbul jerawat," tuturnya. Hiii...

7. Dapat mengganggu pencernaan

Diet cepat juga bisa menimbulkan masalah pada sistem pencernaan kamu. Ketika kamu tak
mendapatkan nutrisi yang tepat, siklus buang air besar kamu pun jadi tak teratur. Dr Julianne
menyarankan kamu untuk mengintip "hasil" setiap kali mampir ke kamar mandi. "Jika terlalu encer
atau kemu mengalami sembelit, itu adalah tanda kalau kamu harus mengubah pola makan," katanya.

8. Mudah merasa lemas

Meski diet cepat dapat menurunkan berat badan, kondisi ini sebenarnya terjadi berasal dari
pengurangan glikogen dan penyimpanan air di dalam tubuh. Hal ini membuat kamu jadi kehilangan
energi. Belum lagi dengan kondisi kekurangan vitamin dan mineral yang membuat tubuh tidak bisa
memproduksi energi. Dan, bisa ditebak kalau ujung-ujungnya kamu merasa lesu dan lelah sepanjang
hari.

9. Bikin kamu mudah tersinggung

No kidding, diet cepat bisa bikin kamu jadi si grummpy yang selalu dalam mode tengkar. Dr Julianne
mengatakan kalau diet ini dapat memicu pelepasan kortikosteron dari otak, hormon yang membuat
kamu jadi rentan terhadap stres, lekas marah, bahkan depresi. Tak hanya itu kamu juga jadi sulit
konsentrasi dan rentan mengalami sulit tidur. Yang mana keduanya bisa membuat kamu kelelahan.
Alternatif Diet Cepat

Alih-alih menempatkan diri kamu di bawah tekanan dan bahaya dari diet cepat, Dr Julianne
menyarankan untuk mencoba diet yang berlangsung lebih lama dengan target penurunan berat badan
yang lebih realistis.

Dengan perubahan gaya hidup secara jangka panjang, akan lebih mungkin buat kamu untuk
mendapatkan hasil yang bertahan untuk waktu yang lama pula. Tubuh pun tak hanya lebih toned dan
lean tapi juga sehat tanpa ada risiko harus menjalankan pola makan yang tidak seimbang dan tak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Berikut adalah 11 hal yang disarankan Dr Julianne untuk memperbaiki kesehatan tubuh kamu:

1. Kurangi konsumsi alkohol.


2. Kurangi konsumsi makanan manis dan makanan berporses.
3. Masukkan protein tanpa lemak di dalam menu makanan.
4. Pilih pola makan yang kaya akan buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
5. Kurangi tingkat stres.
6. Hindari makanan yang mengandung lemak trans tapi tetap konsumsi makanan yang punya
lemak sehat
7. Perbanyak konsumsi serat.
8. Rutin melakukan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan metabolisme kamu. Pst, hal ini juga
bisa menjaga kesehatan mental kamu.
9. Cobalah menemukan olahraga yang bisa kamu minati dan jadikan hal tersebut sebagai
rutinitas sehari-hari. Latihan angkat beban dapat membentuk otot dan membakar lebih banyak
kalori.
10. Targetkan untuk melakukan olahraga dengan intensitas sedang sebanyak 150 menit per
minggu, akan lebih baik kalau ditambah dengan latihan ketahanan otot.
11. Cobalah untuk berjalan kaki hingga 10.000 langkah setiap hari.
hellosehat.com

Seberapa Bahaya Minuman Energi Itu? | Hello


Sehat
Ditulis oleh Novi Sulistia Wati Diperbarui 23/08/2021Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri
50-64 minutes

Begini Trik Mudah untuk Mengurangi Konsumsi Gula

Makanan dan minuman manis selalu menggoda “iman”. Jangan heran jika banyak orang yang kesulitan
untuk menghindari, atau bahkan sekadar mengurangi gula, meskipun mereka tahu bahwa konsumsi gula
berlebih tidak baik untuk kesehatan.

Apakah benar-benar harus mengurangi gula?


Badan kesehatan dunia WHO menyebutkan bahwa batas asupan gula per hari untuk orang dewasa yakni
tidak lebih dari 50 gram atau setara 12 sendok teh gula per orang.

Rekomendasi tersebut belum mencakup gula yang dijumpai secara alami pada susu, buah, atau sayuran.
Konsumsi gula berlebih dapat mempengaruhi kesehatan Anda, seperti meningkatkan risiko terjadinya
penyakit diabetes atau obesitas.

Gula bukan untuk dihindari, tapi untuk dibatasi; karena tanpa gula, pusat susunan saraf tidak bisa bekerja
secara optimal. Akibatnya, Anda akan sulit berkonsentrasi dan mengalami kelelahan.
Diet atau pola makan bebas gula yang baik yaitu dengan membatasi ”gula tambahan” seminimal mungkin.
Namun, itu tetap mendapatkan gula alami, seperti yang ditemukan dalam roti, sayuran, buah, produk susu,
dan kacang-kacangan.

The Food and Drugs Administration (FDA) menyatakan bahwa konsumsi gula tambahan secara berlebih
dapat menyulitkan tubuh untuk mencerna makanan berserat, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh.

Tips mengurangi gula dalam konsumsi sehari-hari


Jika Anda ingin mengurangi gula, atau bahkan ingin mencoba hidup bebas gula, di bawah ini beberapa tips
yang dapat Anda terapkan.

1. Perhatikan label makanan

FDA mengatakan bahwa adanya keterangan mengenai gula tambahan pada label makanan dapat membantu
meningkatkan kesadaran konsumen mengenai jumlah gula tambahan yang terkandung pada produk makanan
tertentu.

Sebaiknya, jika Anda sudah mengetahui batas asupan gula per hari, Anda perlu memperhatikan kandungan
gula pada produk makanan yang Anda beli, terutama kandungan gula tambahannya.

Saat Anda membaca label produk makanan tersebut, Anda harus lebih jeli karena sering kali kata gula ditulis
dengan istilah lain, seperti gula tebu, sirup gula, gula pasir, madu, dekstrosa, fruktosa, sukrosa, atau kata
apapun yang berakhiran dengan “-osa”.

2. Beli makanan atau minuman tanpa pemanis tambahan

Hal sederhana untuk memulai hidup bebas gula adalah dengan membeli makanan atau minuman tanpa
pemanis tambahan, seperti susu kedelai dan oatmeal.

3. Kombinasikan gula dengan protein, lemak sehat, dan serat

Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan gula darah dalam tubuh yang akan menurun dengan cepat.
Tentunya kadar gula darah ini akan segera menurun pula sehingga akan membuat Anda segera lapar.

Untuk menghindari hal tersebut, Anda perlu mengombinasikan gula dengan protein, lemak sehat, dan serat
pada makanan Anda. Kombinasi tersebut dapat memperlambat pelepasan gula darah ke dalam tubuh Anda
dan membuat Anda kenyang lebih lama.

4. Tambahkan lebih banyak rasa

Hal yang membuat Anda sulit menghindari gula adalah rasa manis yang dihasilkannya; sehingga salah satu
cara untuk mengurangi gula adalah dengan menambahkan lebih banyak rasa pada makanan atau minuman
yang Anda konsumsi.

Anda dapat menggunakan bubuk kakao, vanila, atau rempah-rempah seperti pala, jahe, dan kayu manis.

Sebuah studi dalam Journal of Medicinal Food menyebutkan bahwa rempah-rempah telah terbukti secara
alami dalam mengatur gula darah yang membantu mengendalikan nafsu makan Anda.
5. Tak perlu tinggalkan cake dan es krim favorit Anda

Siapa bilang mengurangi gula artinya tak boleh lagi makan makanan dan minuman manis favorit?

Tidak ada salahnya jika Anda ingin menikmati makanan favorit Anda, seperti donat, es krim, brownies,
permen, dan cokelat. Hanya saja, Anda perlu membatasinya dan tidak mengonsumsi terlalu sering maupun
terlalu banyak.

Jika takut semakin sulit menahan godaan, Anda dapat menjadikan hari tertentu sebagai hari khusus alias hari
Anda dapat menikmati makanan atau minuman tertentu yang tidak dapat Anda nikmati pada hari lain.
Misalnya, sekali tiap akhir pekan.

6. Jadikan mengurangi gula sebuah kebiasaan

Meskipun sulit, namun Anda perlu melakukannya untuk menjaga kesehatan Anda. Kurangi gula secara
perlahan, jangan mendadak. Asal dilakukan konsisten, sedikit demi sedikit Anda dapat terbiasa hidup rendah
gula.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Berapa Batas Gula, Garam, dan Lemak yang Boleh Dikonsumsi Per
Hari?
Dewasa ini, Anda mungkin sudah banyak menjumpai orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan
atau memiliki penyakit tertentu. Ternyata banyak penyakit tidak menular berakar dari kebiasaan makan yang
tidak sehat, contohnya konsumsi asupan gula, garam, dan lemak (GGL) melebihi anjuran.

Pentingnya mengikuti anjuran konsumsi GGL

Asupan gula, garam, dan lemak yang berlebihan bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.

Dampak utama dari kebiasaan makan ini antara lain obesitas serta Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti
tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan kanker.

Bila Anda mengonsumsi gula secara berlebihan, tubuh akan mengubah kelebihan gula menjadi jaringan
lemak.

Hal ini lambat laun dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas, dua faktor yang meningkatkan
risiko penyakit diabetes tipe 2. Begitu pun jika Anda banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak.

Lemak yang tidak sehat bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat. Kondisi ini bisa memicu pembentukan
plak kolesterol pada pembuluh darah yang berujung menyebabkan penyakit jantung.

Efek asupan garam yang berlebihan pun tidak kalah besar. Pola makan tinggi garam membuat Anda rentan
mengalami tekanan darah tinggi.

Dengan adanya obesitas dan penumpukan plak, Anda berisiko lebih tinggi untuk mengalami stroke dan gagal
jantung.
Anjuran konsumsi GGL berguna agar Anda mengetahui batas asupan gula, garam, dan lemak dalam sehari.
Dengan begitu, Anda dapat mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan tersebut.

Anjuran konsumsi gula, garam, dan lemak


Berikut anjuran mengenai asupan gula, garam, dan lemak per hari menurut Permenkes Nomor 30 Tahun
2013.

1. Gula

Gula merupakan salah satu bentuk karbohidrat yang secara alamiah terkandung dalam banyak makanan.

Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi utama. Sayangnya, banyak orang tak sadar bahwa ia
mengonsumsi gula secara berlebihan.

Gula tidak hanya berasal dari gula pasir atau makanan manis yang Anda konsumsi sehari-hari.

Ada banyak sekali jenis makanan dengan gula tambahan yang turut mendukung kelebihan konsumsi gula
harian Anda.

Padahal, Anda hanya membutuhkan gula kurang dari 10% dari total asupan energi atau setara dengan 50
gram gula per hari (jika kebutuhan energi Anda 2000 kalori per hari).

Angka asupan gula harian tersebut setara dengan takaran sesuai umur berikut.

 Anak usia 1-3 tahun: 2-5 sendok teh


 Anak usia 4-6 tahun: 2,5-6 sendok teh
 Anak usia 7 – 12 tahun: 4-8 sendok teh
 Remaja lebih dari 13 tahun dan dewasa: 5-9 sendok teh
 Lansia (50 tahun ke atas): 4-8 sendok teh

2. Garam
Gula, garam, dan lemak merupakan tiga unsur yang tidak terpisahkan dari makanan sehari-hari.

Setiap memasak pun Anda pasti menambahkan garam untuk memperkaya cita rasa. Namun, sudahkah Anda
menggunakan takaran garam yang tepat?

Garam merupakan salah satu sumber natrium. Tubuh Anda memerlukan natrium untuk menjalankan berbagai
fungsinya, misalnya menjaga keseimbangan cairan.

Akan tetapi, kelebihan natrium dapat meningkatkan tekanan darah yang berdampak pada jantung.

Maka dari itu, Anda perlu membatasi konsumsi garam sebanyak 5 gram per hari (2000 miligram natrium)
atau setara dengan 1 sendok teh per hari untuk orang dewasa.

Sementara untuk anak, kebutuhan garam per harinya lebih sedikit dari orang dewasa.

3. Lemak

Lemak memiliki banyak fungsi, antara lain menjadi sumber energi, membentuk hormon, membantu
penyerapan vitamin, dan mendukung fungsi otak.

Kandungan lemak dalam makanan juga memberikan rasa lezat yang menggugah nafsu makan.

Namun, sesuai dengan anjuran konsumsi GGL, asupan lemak harian Anda sebaiknya tidak lebih dari 30%
asupan energi total.

Ini setara dengan 67 gram lemak per hari (jika kebutuhan kalori 2000 kkal per hari) atau 5-6 sendok makan
minyak per hari.
Guna mempermudah masyarakat Indonesia dalam membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, Kemenkes
RI mengeluarkan rekomendasi yang dikenal sebagai G4G1L5.

G4G1L5 merupakan batasan konsumsi gula sebanyak 4 sendok makan per hari, garam sebanyak 1 sendok teh
per hari, dan lemak sebanyak 5 sendok makan per hari.

Anjuran G4G1L5 bertujuan untuk mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM) pada orang dewasa.

Cara mudah mengurangi asupan gula, garam, dan lemak

Berikut beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi asupan gula, garam, dan lemak dari
makanan sehari-hari.

 Memilih potongan daging rendah lemak atau menghilangkan lemak dari daging yang akan Anda
masak.
 Menggunakan pilihan minyak yang lebih sehat untuk memasak.
 Memasak dengan cara merebus, mengukus, atau menumis.
 Mengurangi konsumsi makanan mengandung lemak trans dan lemak jenuh.
 Tidak meletakkan garam di meja makan.
 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
 Menggunakan garam, kecap, kecap asin, dan sejenisnya secukupnya.
 Memilih makanan kemasan dengan kandungan natrium yang lebih rendah.
 Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan.

Konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan.
Oleh sebab itu, batasi asupannya agar Anda bisa tetap menikmati lezatnya makanan tanpa khawatir akan
risiko penyakit yang tidak diharapkan.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Apa Bahaya Gula Rafinasi dan Kenapa Dilarang Pemerintah?

Siapa yang tidak suka rasa manis dari gula? Tampaknya, hampir sebagian besar orang menyukai gula meski
dalam takaran yang berbeda-beda. Gula memang bisa membuat rasa makanan dan minuman menjadi lebih
nikmat. Inilah yang menyebabkan gula tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, begitu pun dengan gula
rafinasi.

Sayangnya, jenis gula yang satu ini dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit kronis
lainnya. Sebenarnya apa itu gula rafinasi? Simak ulasannya berikut ini.

Apa itu gula rafinasi?


Gula rafinasi adalah gula yang telah melalui proses pengolahan dan pemurnian dari gula kristal.

Awalnya, produsen mengambil sari batang tebu, lalu menyaringnya dengan kapur sirih untuk menghilangkan
kotoran yang berasal dari proses pemanenan.

Sari tebu kemudian direbus hingga membentuk gula kristal (granulated sugar).

Proses pengolahan ini menghasilkan gula mentah mengandung sukrosa yang belum dapat dikonsumsi.
Produsen juga masih harus memisahkan kristal gula dari sirupnya.

Setelah kristal gula dan sirup gula terpisah, produsen akan mengolah kristal gula lebih lanjut untuk
menghilangkan warnanya dan zat lain yang bukan gula.

Mereka lalu memisahkan lagi kristal gula dari cairan yang tersisa melalui proses sentrifugasi. Proses ini
menghasilkan kristal gula yang bersih dan sirup kental berwarna kecokelatan yang disebut molasses (gula
tetes).

Kristal gula kemudian melewati proses pengolahan lebih lanjut hingga menghasilkan gula rafinasi yang
berwarna putih bersih.

Produk akhir ini digunakan dalam berbagai industri karena lebih murni dan mempunyai penampilan yang
lebih bersih dari gula mentah.

Anda dapat menemukan gula ini dalam berbagai produk makanan kemasan, minuman ringan, selai, kue, dan
saus.

Konsumsi gula rafinasi dilarang pemerintah


Menurut SK Menperindag No.527/MPT/KET/9/2004, gula rafinasi hanya diperuntukkan bagi industri
sebagai bahan baku atau zat tambahan dalam proses produksi.

Produsen juga dilarang menjual gula rafinasi kepada distributor, pedagang eceran, dan konsumen. Pasalnya,
produk ini berpotensi menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Sebagai contoh, penelitian pada The American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa konsumsi
gula rafinasi dalam jumlah besar berkaitan dengan obesitas dan diabetes tipe 2.

Konsumsi gula ini juga mengakibatkan penuaan pada kulit melalui proses alami glikasi.

Glikasi merupakan proses ketika molekul gula memasuki aliran darah dan menutup molekul protein pada
kulit. Lama-kelamaan, kulit menjadi gelap dan kusam.

Banyaknya dampak negatif gula rafinasi bagi kesehatan menjadi alasan kuat mengapa proses penjualan
produk ini amat dibatasi.

Setiap industri dan perusahaan yang menerima produk ini pun harus memberikan laporan distribusi kepada
pihak terkait.

Dampak konsumsi gula rafinasi bagi kesehatan


Tidak jauh berbeda dengan jenis gula lainnya, konsumsi gula rafinasi yang berlebihan juga bisa memberikan
dampak sebagai berikut.

1. Mempercepat penambahan berat badan

Sebagian besar makanan dan minuman manis dalam kemasan biasanya juga tinggi kalori.

Sekalipun Anda tidak makan banyak, berbagai produk tinggi gula ini akan tetap menyumbangkan kalori
dalam jumlah besar ke dalam tubuh Anda.

Jika jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang terbakar, tubuh harus menyimpan kelebihan kalori ini
dalam bentuk lemak.

Hasilnya, jaringan lemak Anda pun bertambah sehingga berat badan naik dengan cepat.
2. Hipoglikemia

Selain meningkatkan kadar gula darah, konsumsi gula rafinasi juga bisa menyebabkan hipoglikemia alias
rendahnya kadar gula darah.

Ini lantaran ketika Anda mengonsumsi gula, pankreas akan melepaskan insulin untuk menjaga gula darah
tetap stabil.

Hormon insulin bekerja dengan mengubah gula dari makanan menjadi glukosa sebagai energi.

Pada kondisi hipoglikemia, kadar gula darah yang amat rendah membuat Anda mengalami gejala berupa rasa
lapar, kulit pucat, gemetar, dan badan lemas.

3. Kekurangan vitamin dan mineral

Tubuh Anda perlu lebih banyak vitamin B kompleks, kalsium, serta magnesium untuk mengolah gula
rafinasi dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

Saat Anda mengonsumsi gula ini, persediaan berbagai zat mikro tersebut akan ikut terkuras.

Dalam jangka panjang, kekurangan vitamin B kompleks dapat mengganggu fungsi saraf dan proses
pembentukan energi.

Sementara itu, kekurangan kalsium dan magnesium dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan artritis
(radang sendi).

4. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

Konsumsi makanan tinggi gula rafinasi atau pemanis tambahan dapat menyebabkan obesitas.

Saat Anda mengalami obesitas, Anda lebih rentan terhadap resistensi insulin. Ini merupakan kondisi ketika
sel tubuh tidak mampu merespons insulin dengan baik.

Tubuh pun kehilangan kemampuannya untuk menjaga kadar gula darah dalam rentang yang normal.

Lambat laun, kondisi ini dapat berujung menyebabkan penyakit diabetes tipe 2. Anda pun akan berisiko lebih
tinggi untuk mengalami berbagai komplikasinya.

5. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Sebuah penelitian pada 2014 dalam jurnal JAMA Internal Medicine menemukan kaitan konsumsi gula
dengan risiko penyakit jantung.

Pada penelitian tersebut, orang yang mendapatkan 17 – 18% asupan kalori dari gula berisiko 38% lebih besar
untuk mengalami kematian akibat penyakit jantung.

Konsumsi gula berlebih, khususnya gula rafinasi, dapat meningkatkan tekanan darah dan peradangan kronis
dalam tubuh.

Ditambah dengan tingginya risiko obesitas, semua ini menjadi faktor-faktor yang membuat Anda lebih rentan
mengalami penyakit jantung.
Gula rafinasi merupakan salah satu komoditas yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Anda mungkin tak sadar telah menemukannya dalam berbagai makanan dan minuman sehari-hari. Meski
begitu, Anda tetap bisa membatasi asupannya.

Mulailah dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Perbanyak pula asupan makanan
alami dan kaya akan zat gizi.

Saat ngidam makanan manis, Anda pun bisa menggunakan pemanis alami pengganti gula.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Sugars defined. (2014). Retrieved 15 September 2021, from https://www.canr.msu.edu/news/sugars_defined

The sweet danger of sugar – Harvard Health. (2017). Retrieved 15 September 2021, from
https://www.health.harvard.edu/heart-health/the-sweet-danger-of-sugar

Sugar and diabetes. (2021). Retrieved 15 September 2021, from https://www.diabetes.org.uk/guide-to-


diabetes/enjoy-food/eating-with-diabetes/food-groups/sugar-and-diabetes

Reactive hypoglycemia: What causes it?. (2021). Retrieved 15 September 2021, from
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/expert-answers/reactive-hypoglycemia/faq-
20057778

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 527/MPP/Kep/9/2004 tentang
Ketentuan Impor Gula. (2004). Retrieved 15 September 2021, from
http://jdih.kemendag.go.id/peraturan/download/1473/2

Malik, V., Pan, A., Willett, W., & Hu, F. (2013). Sugar-sweetened beverages and weight gain in children and
adults: a systematic review and meta-analysis. The American Journal Of Clinical Nutrition, 98(4), 1084-
1102. doi: 10.3945/ajcn.113.058362

Hu, F. (2010). Are refined carbohydrates worse than saturated fat?. The American Journal Of Clinical
Nutrition, 91(6), 1541-1542. doi: 10.3945/ajcn.2010.29622

Yang, Q., Zhang, Z., Gregg, E., Flanders, W., Merritt, R., & Hu, F. (2014). Added Sugar Intake and
Cardiovascular Diseases Mortality Among US Adults. JAMA Internal Medicine, 174(4), 516. doi:
10.1001/jamainternmed.2013.13563

Artikel Selanjutnya

7 Bahaya Akibat Kebanyakan Makan Makanan Manis


Berbagai macam makanan manis seperti permen, es krim, hingga cokelat menjadi favorit yang sering diincar
kala suntuk. Namun, konsumsi gula banyak menimbulkan masalah kesehatan. Simak apa saja bahaya di balik
makanan manis di sini.

Bahaya konsumsi makanan manis berlebihan


Tidak ada yang salah dengan mengonsumsi makanan manis. Meski tidak seburuk lemak jenuh, garam, atau
kalori, Anda tetap perlu membatasi asupan gula.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan rekomendasi asupan gula per hari yakni 10% dari
total energi (200 kkal). Angka ini setara dengan 4 sendok makan per hari (50 gram/orang/hari).

Pembatasan tersebut dilakukan karena ada bahaya yang tidak boleh Anda anggap sepele di balik manisnya
rasa gula. Berikut ini beberapa bahaya dari konsumsi makanan manis yang berlebihan.

1. Obesitas

Salah satu alasan mengapa konsumsi makanan manis perlu dibatasi yakni dapat meningkatkan risiko kondisi
obesitas.

Begini, kadar gula yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan risiko resistensi leptin. Leptin
merupakan protein yang dibuat dalam sel lemak, beredar di aliran darah, dan diedarkan ke otak.

Protein ini juga hormon penanda bahwa Anda sedang lapar atau kenyang. Sedangkan, resistensi leptin
membuat Anda tidak berhenti makan karena otak tidak merasa kenyang meski sudah banyak makan.

Akibatnya, Anda akan terus makan yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan hingga risiko
obesitas. Namun, para ahli masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana gula
memengaruhi obesitas.

2. Diabetes tipe 2
Selain obesitas, bahaya lain yang mengintai para penggemar makanan manis yaitu diabetes, khususnya
penyakit diabetes tipe 2.

Gula memang tidak secara menyebabkan diabetes tipe 2, tetapi penyakit ini lebih mungkin dialami ketika
Anda memiliki berat badan berlebih.

Umumnya, berat badan akan bertambah ketika tubuh mendapatkan lebih banyak kalori ketimbang yang
dibutuhkan. Sementara itu, mengandung banyak kalori.

Artinya, terlalu banyak gula bisa menambah berat badan yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Namun, makanan manis tidak mungkin menjadi satu-satunya faktor yang dapat mengembangkan penyakit
ini.

3. Penyakit jantung

Menurut penelitian yang dimuat dalam JAMA Internal Medicine, orang yang mengonsumsi gula 17 – 21%
dari total kalori dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Temuan ini dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi gula 8% dari total kalori. Ada dua kemungkinan
yang menyebabkan kondisi ini.

Pertama, minum minuman manis dapat meningkatkan tekanan darah dan diet tinggi gula juga bisa
merangsang hati membuang lebih banyak lemak ke aliran darah. Kedua faktor ini diketahui dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung.

Meski begitu, alasan utama mengapa gula bisa menyebabkan penyakit jantung masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.

4. Perut kembung

Tahukah Anda bahwa perut kembung bisa disebabkan oleh makanan manis, alias gula?

Melansir International Foundation for Gastrointestinal Disorders, kebanyakan makanan dengan karbohidrat
tinggi bisa menyebabkan timbulnya gas di dalam perut. Lalu, gula merupakan salah satu jenis karbohidrat.

Selain itu, ada beberapa jenis gula tertentu yang dapat menghasilkan gas dibandingkan lainnya, yakni:

 fruktosa,
 laktosa,
 raffinose, dan
 sorbitol.

Keempat gula di atas cenderung memproduksi gas, bahkan pada sistem pencernaan yang sehat. Terlebih
ketika Anda mengalami penyakit tertentu yang membuat makanan sulit dicerna, sehingga bisa memicu perut
kembung.

5. Masalah jerawat

Sejumlah makanan dapat meningkatkan peradangan tubuh dan sangat mungkin memicu kemunculan jerawat
hingga memperparah kondisi yang ada.
Sebagai contoh, susu dan makanan manis bisa meningkatkan kadar insulin. Hal ini bisa mengubah hormon
lain yang dapat memengaruhi kondisi kulit.

Sayangnya, penelitian lanjut masih dibutuhkan. Pasalnya, ada kemungkinan orang yang mengalami masalah
jerawat dan menggemari makanan manis tinggal di lingkungan yang kotor.

Artinya, ada banyak faktor pendukung yang mungkin menyebabkan jerawat muncul selain bahaya dari
makanan manis.

6. Kerusakan gigi

Sudah bukan rahasia umum lagi bila konsumsi terlalu banyak gula bisa mengakibatkan kerusakan gigi.

Bagaimana tidak, gula pada makanan dan minuman menjadi penyebab utama perkembangan karies gigi (gigi
berlubang).

Hal ini dikarenakan bakteri dalam plak memanfaatkan gula sebagai energi dan melepaskan asam sebagai
produk limbah. Kondisi ini dapat melarutkan email gigi secara bertahap yang dapat menyebabkan karies gigi.

7. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu bahaya makanan manis yang merupakan hasil dari penyakit
lainnya.

Sebagai contoh, obesitas akibat konsumsi gula berlebihan melonjakkan kadar glukosa dalam darah. Seiring
waktu, hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner.

Kondisi ini pun bisa mengembangkan tekanan darah tinggi yang menjadi faktor risiko utama dari serangan
jantung dan stroke.

Meski mekanisme gula terhadap tekanan darah tinggi belum diketahui, tidak ada salahnya membatasi
makanan manis agar terhindar dari berbagai penyakit.

Tips mengurangi makanan manis


Bahaya dari makanan manis memang tidak terasa langsung. Namun, membiarkan makanan tinggi gula
merusak tubuh Anda tentu tidak baik bagi tubuh.

Itu sebabnya, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi makanan manis, seperti:

 selalu baca label informasi gizi produk yang dibeli,


 pilih buah yang segar atau beku sebagai camilan,
 ganti gula dengan rempah lainnya, seperti jahe, kayu manis, atau pala,
 hentikan konsumsi minuman soda dan ganti dengan air biasa, dan
 batasi penggunaan gula putih, coklat, sirup, atau madu sebagai pemanis.

Bila Anda mempunyai pertanyaan lebih la

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Berapa anjuran konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per harinya?. (n.d). P2PTM Kemenkes RI. Retrieved 22
April 2021, from http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/page/15/berapa-anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya 

Tips for Cutting Down on Sugar. (2018). American Heart Association. Retrieved 22 April 2021, from
https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/sugar/tips-for-cutting-down-on-sugar 

Ndumele, C.E. (n.d). Obesity, Sugar and Heart Health. John Hopkins. Retrieved 22 April 2021, from
https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/obesity-sugar-and-heart-health

Sugar and diabetes. (n.d). Diabetes UK. Retrieved 22 April 2021, from https://www.diabetes.org.uk/guide-to-
diabetes/enjoy-food/eating-with-diabetes/food-groups/sugar-and-diabetes 

Corliss, J. (2014). Eating too much added sugar increases the risk of dying with heart disease. Harvard
Health. Retrieved 22 April 2021, from https://www.health.harvard.edu/blog/eating-too-much-added-sugar-
increases-the-risk-of-dying-with-heart-disease-201402067021 

Yang, Q., Zhang, Z., Gregg, E., Flanders, W., Merritt, R., & Hu, F. (2014). Added Sugar Intake and
Cardiovascular Diseases Mortality Among US Adults. JAMA Internal Medicine, 174(4), 516. doi:
10.1001/jamainternmed.2013.13563. Retrieved 22 April 2021. 

Foods that May Cause Gas. (n.d). International Foundation for Functional Gastrointestinal Disorders.
Retrieved 22 April 2021, from https://iffgd.org/gi-disorders/symptoms-causes/intestinal-gas/foods-that-may-
cause-gas/ 

Shmerling, R.H. (2020). Does diet really matter when it comes to adult acne? Harvard Health. Retrieved 22
April 2021, from https://www.health.harvard.edu/blog/does-diet-really-matter-when-it-comes-to-adult-acne-
2020081920726 

Can cutting sugar lower blood pressure in 10 days?. (n.d). British Heart Foundation. Retrieved 22 April 2021,
from https://www.bhf.org.uk/informationsupport/heart-matters-magazine/news/behind-the-headlines/sugar-
and-blood-pressure

Artikel Selanjutnya

4 Cara Mengurangi Minuman Manis untuk Tubuh yang Lebih


Sehat
Minuman manis dapat dijumpai di berbagai tempat, mulai dari restoran, swalayan, bahkan lemari es rumah
Anda. Karena rasanya yang lezat dan menyegarkan, jenis minuman ini menjadi favorit banyak orang.
Namun, konsumsi minuman manis secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, lho.

Apa itu minuman manis?


Minuman manis merujuk pada produk minuman yang diberi tambahan gula atau pemanis lainnya seperti
sirup jagung, sukrosa, konsentrat jus buah, dan masih banyak lagi.

Berbagai minuman yang termasuk dalam istilah ini di antaranya adalah air karbonasi (soda), tonik, jus buah
kemasan, serta minuman berenergi.

Minuman tersebut bisa Anda jumpai dengan mudah di berbagai tempat. Disertai dengan promosinya yang
kian mengencang di televisi maupun sosial media, tak heran bila banyak orang yang tergiur untuk membeli.
Memang, minuman manis memiliki rasa yang lezat dan menyegarkan. Sayangnya, minuman ini tidak
menghilangkan haus. Tubuh Anda justru mendapatkan kalori dan gula ekstra tanpa nutrisi bermanfaat.

Banyak minum minuman manis bikin gemuk


Bila Anda sudah mengurangi asupan makanan tetapi berat badan tak kunjung turun, coba perhatikan lagi
minuman apa yang Anda konsumsi. Bisa jadi, Anda terlalu banyak minum minuman manis.

Minuman ini tentu mengandung banyak gula. Pada satu kaleng minuman air berkarbonasi misalnya,
kandungan gulanya bisa mencapai 7 hingga 10 sendok teh.

Gula akan menambah asupan kalori ke tubuh tanpa Anda sadari. Terlebih lagi, minuman ini tidak akan
membuat Anda merasa kenyang meski kandungan gulanya hampir sama dengan makanan padat.

Ini bisa terjadi sebab gula fukrtosa yang biasanya ada dalam minuman tidak merangsang pusat kenyang di
otak seperti jika Anda mengonsumsi makanan padat yang mengandung glukosa.

Di otak terdapat pusat kenyang yang dapat mengatur asupan kalori Anda. Jika Anda sudah makan banyak
kemudian Anda merasa kenyang, seharusnya Anda tidak makan lagi sesudahnya atau Anda akan makan lebih
sedikit di lain waktu.

Lain halnya ketika Anda minum minuman manis. Cairan berjalan lebih cepat melalui saluran usus, sehingga
memengaruhi hormon dan sinyal kenyang yang diterima tubuh.

Kalori yang didapatkan tubuh dari minuman tidak dapat memberi rasa kenyang yang kuat, tidak bisa
mengurangi rasa lapar, dan tidak dapat membuat Anda makan lebih sedikit.

Karena belum kenyang, Anda pun jadi makan lebih banyak lagi, tanpa sadar bahkan telah melebihi batasan
maksimal kalori yang harus dikonsumsi.

Cara mengurangi konsumsi minuman manis


Berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi konsumsi minuman bergula tinggi:

1. Biasakan minum air putih

Saat Anda menginginkan minuman manis, cobalah menggantinya dengan air putih. Membiasakan diri untuk
minum air putih memang tidak mudah, tetapi Anda bisa memulainya dengan cara berikut:

 Menyediakan segelas air putih di meja kerja, sebelah tempat tidur, serta tempat lainnya yang
diperlukan.
 Membawa botol minum saat bepergian.
 Menambahkan irisan buah bagi Anda yang tidak begitu menyukai rasa air putih.

2. Mengurangi konsumsinya secara perlahan

Bagi Anda yang terbiasa minum yang manis, cara mengurangi konsumsinya perlu dilakukan secara perlahan.
Awali dengan mengurangi jumlah gula yang digunakan saat membuat minuman, misalnya dari 1 sendok
makan menjadi 1 sendok teh.
Batasi pula konsumsi minuman manis dalam kemasan. Jika terbiasa mengonsumsinya setiap hari, cobalah
menguranginya menjadi tiga kali seminggu. Terus kurangi hingga Anda semakin jarang mengonsumsinya.

3. Memilih minuman manis yang lebih menyehatkan

Contoh minuman manis yang banyak dikonsumsi adalah soda, minuman berenergi, sports drink, sari buah,
teh, dan jus kemasan. Semua minuman ini tinggi akan gula sehingga tidak menyehatkan bagi tubuh jika
terus-menerus diminum.

Namun, bukan berarti Anda tidak bisa menikmati minuman ini sama sekali. Anda bisa tetap mengonsumsi
minuman ini asalkan mengganti jenisnya.

Minuman lain yang tak kalah nikmat di antaranya cokelat panas, smoothie buah dan sayur, jus buah tanpa
gula, serta susu kedelai. Semua jenis minuman tersebut memiliki rasa manis, tapi tetap menyehatkan.

4. Mencermati informasi nilai gizi dan komposisi minuman

Cara ini cukup efektif bagi Anda yang ingin mengurangi konsumsi minuman dalam kemasan. Penyebabnya
tak lain karena Anda harus mencermati kandungan gula yang terdapat dalam suatu produk minuman.

Gula yang terdapat dalam minuman manis kemasan bisa berupa sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa,
dekstrosa, sirup jagung, serta konsentrat sari buah. Jadi, jangan hanya terfokus pada glukosa, tapi perhatikan
pula nama lain gula dan jumlahnya secara keseluruhan.

Batas konsumsi gula dalam sehari adalah 50 gram. Jika suatu minuman manis mengandung 27 gram gula,
jumlah tersebut telah melebihi 50 persen kebutuhan gula harian.
Cara apa pun yang Anda lakukan untuk mengurangi kebiasaan minum yang manis perlu dilakukan secara
bertahap. Pasalnya, mengubah pola makan ataupun kebiasaan mengonsumsi minuman ini bukanlah hal yang
mudah.

Meski demikian, hal ini tidaklah mustahil. Kuncinya adalah mendisiplinkan diri, komitmen, dan kesabaran.
Jadikan kesehatan Anda di masa yang akan datang sebagai motivasi untuk memilih minuman yang lebih
menyehatkan.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Sparkling Water, Air Putih, dan Soda: Apa Bedanya, Sih?


Sparkling water adalah minuman yang banyak ditawarkan di restoran atau kafe. Banyak orang bertanya-
tanya, sebenarnya apa efeknya kalau minum sparkling water ini? Apakah sparkling water bagus untuk
kesehatan atau justru sebaliknya? Simak di bawah ini.

Sparkling water adalah air berkarbonasi

Sparkling water adalah variasi air minum yang merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Pada dasarnya, sparkling water adalah air yang secara alami berkarbonasi, gelembungnya
berasal dari mata air asli atau dari sumur dengan karbonasi alami.

Akan tetapi, beberapa produsen memang ada yang mengarbonasi lebih lagi dengan menambahkan karbon
dioksida di dalamnya, dengan begitu air akan lebih berbuih. Sedangkan air soda (soft drink) masih
ditambahkan lagi dengan zat seperti natrium bikarbonat, perasa, atau garam supaya cita rasanya lebih nikmat.

Jadi apakah sparking water ini menyehatkan? Nah, ini tergantung dengan jenis sparkling water yang Anda
pilih. Ada berbagai jenis sparkling water yang dikeluarkan oleh produsen minuman. Tentunya jenis-jenis itu
berbeda tambahan serta kandungannya.

Sparkling water yang paling menyehatkan adalah jenis sparkling mineral water. Ada juga sparkling water
yang memiliki rasa dan aroma, yang ini tentunya lebih tidak menyehatkan.

Apakah sparkling water baik untuk kesehatan?


Dilansir dari laman Healthline, pada dasarnya saat ini tidak ada bukti bahwa air berkarbonasi atau sparkling
water adalah minuman yang berbahaya bagi tubuh. Sparkling water yang dibuat tanpa tambahan gula dan
perasa termasuk minuman yang bebas kalori dan cenderung aman untuk menjaga berat badan. Menariknya,
sparkling water memiliki manfaat lain untuk tubuh.

Menurut American Council on Exercise, dilansir dari laman Verywell Health, air biasa yang diberikan
gelembung ini bisa diminum kapan saja. Jika Anda menyukainya silahkan saja bisa menjadi pilihan bersama
air putih yang biasa Anda minum.

CDC, badan pencegahan dan pengendalian penyakit di Amerika Serikat menganjurkan sparkling water murni
(tanpa tambahan apa pun) sebagai pengganti minuman seperti soft drink atau minuman tinggi kalori lainnya.

Jika Anda ingin memilih sparkling water, tentu boleh saja tetapi harus lebih berhati-hati membaca nilai
gizinya. Sebab, Anda harus bisa bedakan sparkling water yang memang diisi dengan pemanis serta bahan
tambahan lainnya dengan sparkling water yang benar-benar diisi oleh karbondioksida saja.

Apa saja manfaat sparkling water?


Meningkatkan kemampuan menelan

Suatu penelitian menunjukan bahwa sparkling water dapat meningkatkan kemampuan menelan orang
dewasa. Dalam sebuah penelitian, 16 orang yang sehat diminta untuk berulang kali menelan cairan yang
berbeda. Saat minum sparkling water, terdapat bukti bahwa ini menstimulasi kerja saraf yang bertanggung
jawab untuk menelan sehingga kemampuan menelan lebih baik.

Meningkatkan rasa kenyang

Sparkling water adalah jenis minuman yang dapat menunda lapar, lebih dari air biasa. Sparkling water dapat
membantu makanan menetap lebih lama di perut, sehingga orang merasa perutnya masih terasa penuh alias
kenyang.

Maka itu, sparkling water tanpa gula bisa dijadikan alternatif untuk orang yang ingin menekan nafsu makan
atau mengurangi porsi makannya.

Membantu mengatasi sembelit

Satu penelitian terkontrol melibatkan dan memeriksa 21 orang dengan masalah pencernaan yang kronis.
Setelah 15 hari diberikan minuman sparkling water, terdapat perbaikan yang cukup berarti pada kondisi
pencernaan mereka.

Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan dalam 2 minggu, dengan melibatkan 40 orang lansia yang
menderita stroke, menunjukan frekuensi gerakan usus rata-rata 2 kali lipat lebih aktif pada kelompok yang
minum sparkling water dibandingkan yang minum air biasa. Para peserta penelitian melaporkan juga bahwa
gejala sembelit yang muncul jadi lebih ringan.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Manfaat dan Risiko Air Soda (Air Berkarbonasi) untuk Kesehatan

Minuman bersoda atau juga dikenal sebagai air karbonasi, adalah air yang “disuntikkan” dengan gas karbon
dioksida. Tambahan karbondioksida inilah yang membuat adanya gelembung-gelembung khas pada air soda.
Anda mungkin beranggapan bahwa gelembung dalam air berkarbonasi ini tidak memberi efek pada tubuh.
Namun, ternyata gelembung-gelembung ini bisa memberikan pengaruh untuk kesehatan Anda, lho.
Apa saja efek air berkarbonasi pada tubuh?
Karbon dioksida yang sengaja “disuntikkan” dalam minuman rupanya dapat membawa efek baik maupun
buruk bagi tubuh. Apa saja?

Manfaat minuman bersoda

Begitu lidah Anda mengenai air berkarbonasi, Anda mungkin sudah bisa merasakan sensasinya. Sensasi ini
mungkin menyenangkan bagi beberapa orang. Asam yang terkandung dalam air berkarbonasi dapat
merangsang reseptor saraf di mulut Anda.

Beberapa penelitian menunjukkan hal ini dapat meningkatkan kemampuan menelan Anda. Walaupun
memiliki ph yang asam, namun nyatanya minuman bersoda tidak sampai memengaruhi ph tubuh Anda.

Air berkarbonasi juga mungkin dapat membantu Anda yang sedang mempunyai masalah sembelit. Beberapa
orang mungkin mempunyai pencernaan yang lebih lancar setelah minum air berkarbonasi. Hal ini pun telah
dibuktikan oleh beberapa penelitian.

Meskipun bersifat asam, air berkarbonasi mungkin juga dapat membantu Anda dalam meredakan nyeri ulu
hati karena meningkatnya asam lambung tanpa adanya gangguan organ lambung (functional dyspepsia). Hal
ini karena air berkarbonasi dapat meningkatkan aktivitas lambung.

Namun, perlu dicatat bahwa hal ini hanya efektif jika Anda mengonsumsi air berkarbonasi tanpa tambahan
kalori dari gula.

Sayangnya, air berkarbonasi yang sering Anda temui adalah dalam bentuk minuman bersoda, di mana sudah
ditambahkan dengan berbagai macam rasa dan gula dalam jumlah tinggi. Justru, minuman bersoda ini dapat
menyebabkan kenaikan berat badan.

Bahaya air berkarbonasi pada kesehatan gigi

Efek air berkarbonasi lainnya adalah pada gigi. Air berkarbonasi sering dikaitkan dengan kerusakan gigi. Hal
ini karena ph-nya yang asam membuat lapisan email pada gigi bisa terkikis. Tapi, hal ini belum tentu benar.

Air berkarbonasi yang ditambahkan gula, seperti pada minuman bersoda, memang dapat menyebabkan
kerusakan gigi, menurut beberapa penelitian. Namun, air berkarbonasi tanpa tambahan gula justru tidak
terbukti dapat merusak gigi.

Asam dan gula yang terkandung pada minuman bersoda tampaknya memainkan peran penting pada
kerusakan gigi. Kombinasi keduanya dapat menyebabkan lapisan email gigi menjadi terkikis. Jadi, pilihlah
air berkarbonasi yang tidak mengandung gula jika Anda ingin menjaga kesehatan gigi Anda.

Benarkah minuman bersoda bikin tulang keropos?


Selama ini mungkin Anda sering mendengar bahwa air berkarbonasi dapat menyebabkan Namun, ternyata ini
cuma mitos. Air berkarbonasi tidak berpengaruh pada kesehatan tulang. Yang berpengaruh pada tulang
keropos sebenarnya adalah cola.

Anda mungkin pernah mendengar kabar bahwa konsumsi air karbonasi bisa menyebabkan tulang keropos.
Faktanya, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Memang, terdapat teori bahwa asam fosfat yang digunakan untuk meningkatkan rasa pada beberapa
minuman bersoda dapat mengganggu penyerapan kalsium. Sehingga, hal ini mengakibatkan hilangnya
kalsium dari tulang.

Namun, belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan bahwa asupan fosfat tinggi dapat menjadi
penyebab langsung pengeroposan tulang.

Di sisi lain, minuman seperti cola kerap dikaitkan dengan angka kepadatan mineral tulang yang lebih rendah.
Hal ini mungkin terjadi sebab cola mengandung kafein yang tinggi. Kafein diketahui dapat menurunkan
jumlah kalsium yang disimpan tubuh Anda.

Akan tetapi, lagi-lagi, selama asupan kalsium Anda cukup, minuman bersoda seperti cola tidak akan
mmemberikan efek yang merugikan untuk tulang. Meski demikian, Anda tetap harus membatasi asupan cola
atau minuman bersoda lainnya yang tinggi kafein.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Spritzler, Franziska. (2016). Carbonated (Sparkling) Water: Good or Bad?. [online] Authority Nutrition.
Available at: https://authoritynutrition.com/carbonated-water-good-or-bad/ [Accessed 21 Jul. 2017].

Healthline. (2015). Is Carbonated Water Bad for You?. [online] Available at:
http://www.healthline.com/health/food-nutrition/is-carbonated-water-bad-for-you#2 [Accessed 21 Jul. 2017].

Cuomo R. (2002). Effects of Carbonated Water on Functional Dyspepsia. [online] Pubmed. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12352219 [Accessed 23. Jul. 2017]

Brown CJ. (2007) The Erosive Potential of Flavoured Sparkling Water Drinks. [online] Pubmed. Available
at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17263857 [Accessed 23 Jul. 2017]

Tucker KL. (2006) Colas, but not other Carbonated Beverages, are Associated with Low Bone Mineral
Density in Older Women: The Framingham Osteoporosis Study.. [online] Pubmed. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17023723 [Accessed 23 Jul. 2017]

By the Way, Doctor: Does Caebonated Water Harm Bones? (2019). Harvard Health. Retrieved 7 July 2021,
from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/does-carbonated-water-harm-bones

Are Carbonated Sodas Bad for Your Bones? (2015). Osteoporosis Canada. Retrieved 7 July 2021, from
https://www.osteoporosis.ca/wp-content/uploads/2015-09-23-COPING-FINAL.pdf

Artikel Selanjutnya

Awas, Sering Minum Minuman Bersoda Ternyata Bikin Cepat Tua


Mengonsumsi minuman bersoda mungkin sudah menjadi tren atau mungkin gaya hidup sebagian orang. Di
siang hari yang sedang panas memang paling enak minum-minuman dingin dan manis, seperti minuman
bersoda. Namun hati-hati, terlalu sering mengonsumsi minuman manis bersoda dapat membawa dampak
buruk untuk Anda.

Selain karena dapat menyebabkan obesitas atau kegemukan, belakangan ini juga ditemukan bahwa minuman
bersoda dapat menyebabkan Anda menjadi cepat tua. Bagaimana bisa?

Minuman bersoda menyebabkan cepat tua


Sebuah penelitian dari University of California-San Francisco (UCSF) telah menemukan bahwa rutin minum
minuman manis bersoda dapat mempercepat penuaan dari sel kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh menjadi
lebih rentan terhadap penyakit kronis.

Menurut Prof. Elissa Epel, peneliti dari penelitian tersebut, mengonsumsi minuman manis bersoda secara
rutin dapat memengaruhi perkembangan penyakit. Minuman manis bersoda tidak hanya dapat menyebabkan
kurangnya kontrol metabolik gula dalam tubuh, tetapi juga dapat mempercepat penuaan sel-sel dalam
jaringan tubuh.

Bagaimana bisa minuman bersoda menyebabkan cepat tua?


Hal ini berkaitan dengan panjang telomer. Telomer dapat menjadi penanda penuaan sel. Telomer merupakan
urutan DNA yang berulang yang menutupi ujung kromosom agar tidak berjuntai. Hal ini berfungsi untuk
melindungi DNA dari kerusakan. Telomer ini akan menjadi lebih pendek setiap kali sel membelah. Namun,
jika telomer terlalu pendek, maka sel bisa berhenti membelah dan mati. Sehingga, panjang telomer dapat
menggambarkan atau bahkan menentukan usia biologis sel.

Penelitian sebelumnya juga telah menghubungkan panjang telomer dalam sel darah putih dengan usia. Selain
itu, telomer yang pendek juga dapat dihubungkan dengan kerusakan jaringan, pembengkakan, dan resistensi
insulin, disertai dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung koroner dan diabetes yang berhubungan
dengan penuaan.

Penelitian dari UCSF membuktikan bahwa partisipan yang mengonsumsi minuman bersoda dalam jumlah
banyak cenderung memiliki telomer yang lebih pendek. Para peneliti membandingkan panjang telomer (yang
dilihat dari sampel darah) dan konsumsi minuman manis bersoda pada setiap partisipan dalam penelitian
tersebut, dan hasilnya ada perbedaan. Penelitian yang melibatkan 5309 orang usia 20-65 tahun ini juga
menghitung bahwa konsumsi minuman bersoda sebanyak kurang lebih 600 ml setiap hari berhubungan
dengan penambahan usia biologis sekitar 4,6 tahun.

Epel menambahkan bahwa walaupun penelitian tersebut hanya melibatkan orang dewasa, namun hasil
penelitian ini juga dapat menggambarkan konsumsi minuman bersoda terkait pemendekan telomer pada
anak-anak. Penelitian ini dilakukan tanpa memandang usia, ras, pendapatan serta tingkat pendidikan.
Lagipula, pemendekan telomer terjadi sebelum penyakit muncul. Jadi, tubuh Anda membutuhkan banyak
waktu sampai bisa memunculkan penyakit, yang mungkin Anda mulai memicu penyakit tersebut sejak kecil.

Kesimpulan
Penelitian dari UCSF ini menambah temuan tentang dampak dari konsumsi banyak minuman bersoda, selain
dapat menyebabkan obesitas, sindrom metabolik, diabetes, dan penyakit jantung. Minuman bersoda menjadi
salah satu hal yang dapat memperpendek panjang telomer Anda, sehingga bisa membuat sel-sel dalam tubuh
menjadi lebih cepat menua.

Hal lain yang juga bisa memengaruhi panjang telomer Anda adalah merokok, diet, ras, jenis kelamin, dan
kecepatan sel darah dalam membelah. Artinya, dengan menerapkan pola hidup sehat, dengan diet gizi
seimbang, olahraga teratur, mengelola stres, dan tidak merokok, maka Anda dapat mempertahankan panjang
telomer Anda, sehingga membuka peluang lebih besar untuk hidup lebih lama.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Leung, C., Laraia, B., Needham, B., Rehkopf, D., Adler, N., Lin, J., Blackburn, E. and Epel, E. (2014). Soda
and Cell Aging: Associations Between Sugar-Sweetened Beverage Consumption and Leukocyte Telomere
Length in Healthy Adults From the National Health and Nutrition Examination Surveys. American Journal
of Public Health, 104(12), pp.2425-2431. [online] Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4229419/ [Accessed 3 May 2017].

McIntosh, J. (2014). Sugary soda drinks linked to cell aging. [online] Medical News Today. Available at:
http://www.medicalnewstoday.com/articles/283994.php [Accessed 3 May 2017].

Norris, J. (2014). Sugared Soda Consumption, Cell Aging Associated in New Study. [online] UC San
Francisco. Available at: https://www.ucsf.edu/news/2014/10/119431/sugared-soda-consumption-cell-aging-
associated-new-study [Accessed 3 May 2017].

Landhuis, E. (2014). Can soft drinks speed aging?. [online] Science News for Students. Available at:
https://www.sciencenewsforstudents.org/article/can-soft-drinks-speed-aging [Accessed 3 May 2017].
Artikel Selanjutnya

Ragam Minuman Pengganjal Perut yang Bisa Bikin Kenyang

Apakah Anda tipe orang yang cepat lapar padahal sudah makan? Atau Anda sering merasa lapar sebelum
waktunya makan? Hati-hati, bisa jadi rasa lapar tersebut adalah lapar palsu. Salah satu cara ampuh untuk
mengusir lapar palsu adalah dengan menenggak minuman yang mengenyangkan. Eits, tapi bukan sembarang
minuman. Ada enam jenis minuman sehat yang bisa menunda lapar selain air putih. Apa saja pilihannya?
Simak daftarnya di bawah ini.

Pilihan minuman yang mengenyangkan dan sehat


Ketika lapar menyerang, dua gelas air putih bisa jadi minuman yang mengenyangkan perut dan menunda
lapar. Namun, tak cuma air putih saja yang bisa menyelamatkan Anda dari lapar palsu. Inilah enam jenis
minuman yang mengenyangkan tapi tetap sehat buat tubuh.

1. Susu sapi rendah lemak

Bila rasa lapar muncul, Anda bisa minum susu sapi rendah lemak. Sebuah penelitian dalam American Journal
of Clinical Nutrition menyebutkan bahwa kandungan laktosa dan protein dalam susu sapi bisa menekan nafsu
makan Anda.

Selain rendah akan lemak, susu rendah lemak merupakan pilihan yang baik karena mengandung berbagai
macam mikronutrien yang dibutuhkan tubuh. Meski demikian, susu rendah lemak kalori yang tinggi sehingga
sebaiknya Anda tidak minum susu secara berlebihan. Selain itu, susu yang diminum secara berlebihan dapat
meningkatkan risiko kanker ovarium akibat tingginya kadar galaktosa dalam tubuh dan juga meningkatkan
risiko kanker prostat tingginya konsumsi kalsium.

2. Susu kacang

Bagi Anda yang mengidap intoleransi laktosa, pilih susu yang terbuat dari kacang seperti susu almond dan
susu kedelai. Susu kacang yang bebas laktosa juga lebih sehat karena tidak mengandung lemak jenuh
layaknya susu sapi. Susu kacang justru kaya akan protein dan serat yang mengenyangkan.

3. Jus buah dan sayur

Untuk menunda lapar, jus dari buah dan sayur bisa jadi pilihan yang bijak. Pasalnya, lapar akan hilang jika
tubuh sudah mendapatkan beragam jenis nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan serat. Nutrisi-nutrisi
penting tersebut banyak ditemukan dalam buah dan sayur. Maka, kalau Anda sedang buru-buru dan tidak
sempat makan, minum jus buah dan sayur bisa mengenyangkan perut serta menunda lapar.

Namun, usahakan untuk tidak menambah gula atau pemanis ke dalam jus buah dan sayur Anda. Kalau ingin
jus Anda terasa lebih manis, tambahkan saja madu atau bubuk kayu manis.

4. Smoothies

Smoothies adalah salah satu minuman yang mengenyangkan dan kaya nutrisi. Berbeda dengan jus buah dan
sayur, bahan utama smoothies adalah yogurt. Untuk membuat smoothies yang mengenyangkan, campurkan
yogurt rendah lemak tanpa rasa dengan buah dan sayur kesukaan Anda. Tekstur smoothies yang kaya dan
padat akan menipu sistem pencernaan Anda seolah Anda habis makan berat.

5. Minuman dark chocolate

Minuman dark chocolate yang terasa pahit di lidah bisa membantu menekan nafsu makan. Selain itu, cokelat
juga bisa menekan produksi hormon ghrelin yang membuat Anda merasa lapar. Sebagai tambahan, dark
chocolate juga kaya akan serat, mineral, antioksidan, dan nutrisi penting lainnya.

6. Teh hijau

Minum teh hijau saat lapar ternyata cukup mengenyangkan. Mirip seperti minuman dark chocolate, teh hijau
juga mampu menekan hormon yang membangkitkan nafsu makan Anda. Sebuah penelitian dalam Journal of
the American College of Nutrition pada 2010 membuktikan bahwa minum teh hijau sebelum makan bisa
membuat Anda cukup kenyang. Anda pun tidak akan makan berlebihan meskipun perut terasa lapar.
Bolehkah cuma minum tanpa makan seharian?
Ingat, berbagai minuman yang mengenyangkan di atas bukanlah pengganti makanan. Tubuh Anda tetap
memerlukan nutrisi lengkap yang hanya bisa diperoleh dari makanan bergizi seimbang. Minum saja tidak
akan memenuhi kebutuhan protein, kalori, vitamin, mineral, serat, dan zat gizi lainnya dalam sehari. Anda
justru berisiko mengalami gangguan pencernaan kalau tidak makan seharian.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Artikel Selanjutnya

Bahaya Konsumsi Minuman Energi Secara Berlebihan


Produk minuman energi kini makin marak. Minuman ini populer di kalangan orang dewasa bahkan anak-
anak di bawah umur. Kebanyakan orang mengonsumsinya karena ingin menambah energi. Namun, ada
bahaya di balik minuman energi.

Minuman energi adalah minuman yang memiliki fungsi khusus yakni meningkatkan stamina, tingkat
kewaspadaan dan konsentrasi, serta performa fisik.

Minuman ini mengandung bahan-bahan yang dapat bersifat sebagai stimulan seperti kafein, taurin, gula,
vitamin, serta glukuronolakton.

Untuk memperkuat rasa, ada beberapa produk yang juga ditambahkan dengan soda. Minuman energi dapat
Anda temui dalam bentuk botol, kaleng, maupun berupa bubuk dalam kemasan sachet yang dapat diseduh.

Mengapa minuman energi bahaya?


Minuman berenergi aman bila Anda meminumnya sesekali dan pada saat-saat tertentu. Sayangnya, banyak
orang yang cenderung memaksakan diri untuk terus beraktivitas meski tubuh sudah lelah.

Hal tersebut membuat mereka terus minum agar tubuh tetap “bangun” dan melanjutkan aktivitas. Padahal,
minuman energi kebanyakan mengandung bahan stimulan yang terlalu tinggi, bahkan kadarnya melebihi
yang diperlukan tubuh.

Jika diminum terlalu sering atau lebih dari satu kemasan per hari, minuman ini dapat menimbulkan gangguan
konsentrasi, ketidakseimbangan nutrisi, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan bagi tubuh.

Ironisnya, komposisi paling berbahaya dari minuman jenis ini merupakan bahan “pemberi energi” dalam
minuman berenergi itu sendiri, yaitu kafein dan gula.

Kafein yaitu sumber “pemberi energi” utama di samping bahan stimulan lainnya yang juga terkandung di
dalam jenis minuman ini. Setelah konsumsi beberapa waktu, sebagian orang akan ketergantungan karena
menerima kadar kafein cukup banyak.

Batas kafein yang dapat dikonsumsi orang dewasa yaitu sekitar 400 miligram (mg) per hari. Pada minuman
berenergi, kafein yang terkandung yakni sekitar 70 – 200 mg. Jumlah ini bisa bertambah dari bahan lainnya
seperti guarana dalam minuman energi.

Jika seseorang juga meminum sumber kafein lainnya seperti kopi, ia dapat mengalami overdosis kafein yang
efeknya berbahaya bagi jantung.

Sementara itu, gula merupakan sumber dari bahan utama energi bagi tubuh (glukosa). Biasanya minuman
berenergi mengandung glukosa yang sangat tinggi, bahkan melebihi kebutuhan yang sebenarnya.

Konsumsi glukosa yang tinggi dari minuman energi tanpa diimbangi dengan aktivitas akan memicu bahaya
kegemukan dan peningkatan kadar glukosa (gula) darah.

Bahaya kesehatan dari konsumsi minuman berenergi


Di bawah ini sejumlah bahaya kesehatan yang akan timbul dari terlalu banyak konsumsi minuman energi.

1. Gangguan pada jantung

Hal ini mungkin dialami oleh mereka yang memiliki gangguan pada jantung. Efek pada jantung disebabkan
oleh konsumsi kafein berlebih yang menyebabkan aritmia, bahkan sebelum seseorang mengalami gangguan
kesehatan pada jantung.

Konsumsi minuman energi berlebih juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Salah satu studi pada
2009 menunjukkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 11% atau sekitar 10mmHg setiap
mengonsumsi minuman berenergi per hari.

Efeknya terhadap seseorang dengan riwayat atau risiko penyakit jantung yakni terkena gagal jantung yang
menyebabkan kematian.

2. Insomnia

Minuman energi bermanfaat dalam mengontrol seseorang agar tetap terjaga dan merasa segar. Namun, jika
disalahgunakan dengan konsumsi yang berlebihan, seseorang dapat tidak akan merasa mengantuk sama
sekali.

Kondisi insomnia akan menjadi efek buruk bagi kesehatan fisik dan mental terutama yang berhubungan
dengan konsentrasi otak.
3. Diabetes melitus

Penyakit diabetes melitus termasuk dampak yang sudah pasti disebabkan kadar glukosa yang sangat tinggi.
Konsumsi yang terlalu sering akan menyebabkan defisiensi insulin akibat banyak gula dalam darah.

Minuman energi sendiri sudah memiliki kadar gula yang tinggi, dan jika ditambah glukosa dari makanan
lainnya akan menambah beban kinerja pankreas dalam menghasilkan hormon insulin.

4. Ketergantungan

Kondisi ini hampir sama dengan ketergantungan kafein pada umumnya. Namun, ketergantungan pada
minuman berenergi juga dapat disebabkan stimulan lainnya sehingga tubuh memerlukan minuman berenergi
untuk melakukan pekerjaan berat.

Ketergantungan kafein dalam dosis tinggi juga akan sangat sulit dihilangkan, akibatnya orang yang
ketergantungan mungkin akan mengkonsumsi minuman berenergi kembali bahkan dalam waktu yang lama.

Jika ingin menghentikan ketergantungan dan berhenti meminum minuman berenergi, seseorang mungkin
akan mengalami sakit kepala sebagai gejala withdrawal alias “sakau”.

5. Overdosis vitamin B

Jenis minuman yang satu ini mengandung berbagai vitamin B, salah satunya niacin (vitamin B3). Vitamin B
pada umumnya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dan dapat dipenuhi tanpa minuman berenergi atau
suplemen.

Namun,keracunan akibat kelebihan vitamin (hipervitaminonsis) yang satu ini mungkin terjadi apabila
seseorang mengkonsumsi minuman berenergi lebih dari satu kemasan per hari.

Gejala yang disebabkan yaitu iritasi pada kulit, pusing, aritmia, muntah, dan diare. Tidak menutup
kemungkinan terjadi kondisi hipervitaminosis B yang menyebabkan awal dari kerusakan saraf dan liver.

Pastikan Anda tak terlalu bergantung pada minuman energi. Lebih baik lakukan hal-hal yang bisa menambah
stamina Anda secara alami seperti berolahraga, tidur pada jam-jam yang teratur.

Jangan lupa untuk selalu mmengonsumsi makanan rendah indeks glikemik dan berserat tinggi seperti sayuran
dan kacang-kacangan.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Howard, M. & Marczinski, C., 2010. Acute Effects of a Glucose Energy Drink on Behavioral Control.
Experimental and Clinical Psychopharmacology, 6, p.553.

Steinke, L., Lanfear, D., Dhanapal, V. & Kalus, J., 2009. Effect of “energy drink” consumption on
hemodynamic and electrocardiographic parameters in healthy young adults. Ann Pharmacother, p.596.

Energy Drinks. (2018). National Center for Complementary and Integrative Health. Retrieved 11 May 2021,
from https://www.nccih.nih.gov/health/energy-drinks

9 tips to boost your energy – naturally. (2020). Harvard Health Publishing. Retrieved 11 May 2021, from
https://www.health.harvard.edu/energy-and-fatigue/9-tips-to-boost-your-energy-naturally
lifestyle.kompas.com

Rasakan, Dampak pada Tubuh Saat Berhenti


Konsumsi Gula Halaman all - Kompas.com
Kompas Cyber Media
4-5 minutes

KOMPAS.com - Perdebatan mengenai jenis diet terbaik selalu menjadi perbincancangan hangat.

Misalnya, ketika para vegan meyakini menghindari produk hewani adalah metode terbaik, pelaku keto justru
berusaha mengonsumsi sebanyak apa pun lemak hewani.

Namun, ada satu hal yang mungkin disepakati oleh semua pelaku diet, yaitu untuk menghindari gula.

Berhenti mengonsumsi makanan manis cukup menantang karena gula seringkali berada pada berbagai jenis
makanan dan sajian -bahkan yang tak terduga.

Misalnya, burger sayur, saus tomat, cracker, dan lainnya.

Baca juga: Waspadai, Pola Tidur Pengaruhi Kontrol Gula Darah

Namun, jika benar-benar menghindari gula, tubuh akan mendapatkan manfaat yang hampir langsung terasa.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.


Daftarkan email

Dr. Eric Pham dari St. Joseph’s Hospital, Orange, California, misalnya, menyebutkan beberapa dampak dari
mengurangi/menghentikan konsumsi gula.

Di antaranya, tekanan gula darah yang menurun, serta tingkat lemak dan insulin yang sehat.

Reaksi tubuh terhadap gula memang berbeda-beda, tergantung pada seberapa banyak konsumsi gula
sebelumnya.

Juga terpengaruh apakah kita juga mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang cukup.

Baca juga: 5 Cara Melawan Kecanduan Garam dan Gula

Sebab, tubuh akan mengubah karbohidrat kompleks, seperti oatmeal dan sayur, menjadi gula sederhana yang
akan digunakan sebagai energi.

Namun, jika kita memangkas semua makanan dengan glikemik tinggi, apa yang akan terjadi?

Dokter bedah bariatrik dari California, Dr. Brian Quebbemann mengatakan, tiga hari pertama akan berat
untuk dijalani.

Mungkin ada rasa seperti "ngidam" makanan-makanan manis tertentu, jika terbiasa mengonsumsi makan
manis secara rutin, seperti di pagi hari dan makan malam.
Baca juga: Mari, Kurangi Asupan Gula demi Kesehatan

Hal ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan gula untuk menstimulasi otak.

Pada periode tersebut, kita mungkin akan merasa gelisah, namun sebetulnya ada banyak substansi baik dalam
tubuh.

Hormon yang meregulasi glukosa, insulin, akan turun menjadi lebih stabil. Kita mungkin akan merasa lelah
dan lesu, namun kondisi itu akan terlewati setelah beberapa hari.

Adrenalin juga akan meningkat dan membantu memecahkan glikogen atau gula yang tersimpan dalam tubuh,
sehingga bisa mudar dikeluarkan melalui aliran darah.

"Bahkan kurang dari 24 jam," kata Quebbemann.

Dalam 3-5 hari, organ hati kita akan memproduksi keton dari lemak karena tidak ada lagi glukosa sebagai
sumber utama energi.

Baca juga: Turunkan 90 Kg Berat Badan dengan Diet Keto dan CrossFit...

Lalu tubuh akan memasuki fase ketosis atau fase pembakaran lemak.

Kamu mungkin akan mengalami keram otot karena kehilangan banyak air pada fase ketosis setelah
memangkas asupan gula.

Beberapa orang bahkan mengalami flu keto disertai sakit kepala, lelah dan kram, yang akan dialami selama
sekitar seminggu.

Namun, ketika fase itu terlampaui, kita akan merasa lebih berenergi, fokus dan tenang.

Memangkas gula dan makanan tinggi glikemik adalah hal yang wajar ketika seseorang ingin menurunkan
berat badan untuk periode waktu yang pendek.

Meski begitu, para dokter masih belum yakin apakah cara tersebut baik untuk kesehatan jangka panjang.

Baca juga: 4 Diet Terbaik untuk Gula Darah yang Seimbang...

Itulah mengapa banyak dokter merekomendasikan pola makan karbohidrat kompleks sehat.

Meskipun diubah menjadi gula, substansi tersebut normal dan tetap merupakan proses yang sehat.

Faktanya, memangkas asupan gula sambil tetap mengonsumsi karbohidrat kompleks akan menjaga tingkat
insulin dalam kondisi sehat.

"Kita tidak akan merasakan sakit kepala dan akan mendapatkan energi dalam tingkatan yang konsisten," kata
dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup
Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join.
Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
hot.liputan6.com

Dampak Negatif Mengurangi Asupan Gula Bagi


Tubuh
Anugerah Ayu Sendari
6-7 minutes

Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Nutrisi dalam makanan yang Anda makan berfungsi sebagai bahan bakar bagi
tubuh, tak terkecual gula. Gula yang diserap ke dalam darah bertindak sebagai sumber bahan bakar untuk
jaringan di dalam tubuh, termasuk otak. Sementara nutrisi lain seperti protein didaur ulang untuk membantu
membentuk protein manusia yang ditemukan di setiap sel.

Pola makan buruk yang kaya akan gula rafinasi dan karbohidrat olahan dapat memengaruhi kesehatan secara
negatif, dengan konsumsi gula jangka panjang yang dikaitkan dengan penyakit seperti diabetes tipe 2.
Namun, hal semcam ini tak lantas membuat Anda menghindari gula sepenuhnya. Mengurangi konsumsi gula
dapat memiliki sejumlah efek samping pada tubuh dan kesehatan.

Seperti yang populer saat ini, diet rendah gula dan karbo begitu banyak digemari. Diet seperti ketogenik,
mengharuskan pengurangan konsumsi gula secara signifikan. Walaupun diet ini seringkali memiliki banyak
efek menguntungkan bagi tubuh, mengurangi gula sepenuhnya bisa berefek buruk bagi tubuh.

Berikut dampak negatif dari mengurangi asupan gula seperti dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber,
Sabtu(22/6/2019).
Kelelahan
Ilustraasi foto Liputan 6

Mengikuti diet yang terlalu rendah karbohidrat dan gula dapat memengaruhi tingkat energi. Banyak diet
rendah karbohidrat, seperti diet Atkins, memungkinkan konsumsi gula sehat yang sangat terbatas, seperti
gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan.

Akibatnya, mengikuti diet rendah karbohidrat dengan sedikit atau tanpa asupan gula dapat menyebabkan gula
darah rendah, atau hipoglikemia.

Gula darah rendah ini dapat menyebabkan sejumlah gejala termasuk kelelahan, sakit kepala dan kesulitan
fokus, lapor University of Maryland Medical Center. Anda dapat membantu mencegah perkembangan
hipoglikemia dengan mengikuti diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan sayuran sebagai sumber
karbohidrat dan gula yang sehat.

Keto Flu
Keto flu adalah kumpulan gejala yang dialami oleh beberapa orang ketika mereka pertama kali memulai diet
keto. Gejala-gejala ini, yang dapat terasa mirip dengan flu, disebabkan oleh tubuh beradaptasi dengan diet
baru yang terdiri dari sangat sedikit karbohidrat dan gula.

Mengurangi asupan karbohidrat memaksa tubuh untuk membakar keton untuk energi alih-alih glukosa.
Keton adalah produk sampingan dari pemecahan lemak dan menjadi sumber bahan bakar utama ketika
mengikuti diet ketogenik.

Biasanya, lemak dicadangkan sebagai sumber bahan bakar sekunder untuk digunakan ketika glukosa tidak
tersedia. Beralih ke membakar lemak untuk energi ini disebut ketosis. Ini terjadi selama keadaan tertentu,
termasuk kelaparan dan puasa.

Namun, ketosis juga dapat dicapai dengan mengadopsi diet rendah gula dan karbohidrat. Dalam diet
ketogenik, karbohidrat biasanya dikurangi hingga di bawah 50 gram per hari.

Pengurangan drastis ini bisa datang sebagai kejutan bagi tubuh dan dapat menyebabkan gejala seperti
penarikan, mirip dengan yang dialami ketika menyapih zat adiktif seperti kafein.
Sistem Pencernaan, Endokrin dan Peredaran Darah
Ilustraasi foto Liputan 6

Setelah makan, sistem pencernaan memecah karbohidrat gula dan mengubahnya menjadi glukosa. Intinya,
glukosa adalah sumber bahan bakar tubuh.

Ketika kadar gula meningkat, pankreas melepaskan hormon yang disebut insulin, yang membantu glukosa
diambil dan digunakan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Setiap kelebihan glukosa masuk ke hati untuk disimpan.

Gula darah sangat penting untuk fungsi otak, jantung, dan pencernaan yang baik. Bahkan membantu menjaga
kulit dan penglihatan tetap sehat. Kekurangan gula bisa menyebabkan sistem tersebut terganggu. Kadar gula
darah yang tidak mencukupi dapat menyebabkan detak jantung yang cepat dan jantung berdebar.

Seringkali, gula darah rendah dapat menandakan kelaparan besar. Namun, terkadang gula darah rendah dapat
membuat Anda kehilangan minat dalam makan, bahkan jika Anda lapar.

Masalah Sistem Saraf


Saraf di dalam tubuh manusia (sumber: pixabay)

Kadar gula yang rendah juga dapat menyebabkan berbagai masalah dalam sistem saraf pusat. Gejala awal
termasuk kelemahan, sakit kepala ringan, dan pusing. Sakit kepala dapat terjadi karena kekurangan glukosa,
terutama jika Anda menderita diabetes.

Anda mungkin juga merasakan tanda-tanda stres, seperti gugup, gelisah, dan mudah marah. Ketika kadar
gula darah turun di malam hari, Anda mungkin mengalami mimpi buruk, menangis saat tidur, atau gangguan
tidur lainnya.

Kurangnya koordinasi, kedinginan, kulit lembab, dan berkeringat dapat terjadi dengan gula rendah.
Kesemutan atau mati rasa di mulut adalah efek lain yang mungkin timbul. Selain itu, Anda mungkin
mengalami penglihatan kabur, sakit kepala, dan kebingungan.
Jika tidak segera diatasi, kekurangan asupan rendah yang parah bisa sangat berbahaya. Ini dapat
menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, atau kematian.

Hipoglikemia
Hipoglikemia, Ancaman untuk Penderita Diabetes

Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah turun di bawah 70 miligram per desiliter (mg / dl).
Hipoglikemia berat dapat mengancam jiwa jika seseorang tidak menerima pengobatan. Perawatan berfokus
pada mengembalikan gula darah ke tingkat yang aman.

Pada orang tanpa diabetes, hipoglikemia dapat terjadi akibat tubuh memproduksi terlalu banyak insulin
setelah makan, menyebabkan kadar gula darah turun. Ini disebut hipoglikemia reaktif. Ketika seseorang
menderita hipoglikemia, mereka mungkin merasa goyah, pusing, buyar, tidak bisa memfokuskan mata,
bingung, murung, dan lapar.

 4 Tanda Anda Sudah Terlalu Banyak Konsumsi Gula


 Dampak Buruk Konsumsi Gula Bagi Kecantikan Kulit
 Konsumsi Gula Berlebihan, 6 Hal Buruk Ini Bisa Terjadi pada Tubuh Anda

Anda mungkin juga menyukai