Anda di halaman 1dari 3

1.

Pasal 346 KUHP = Tindak pidana pengguguran yang datang dari inisiatif wanita yang
mengandung. Pasal 346 KUHP berbunyi:
“Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.”
Pasal 346 KUHP merupakan delik pokok dalam artian merupakan penguguran dalam
bentuk pokok. Subjek hukum pada Pasal 346 KUHP hanya perempuan/wanita hamil
(mencakup seorang ibu) yang sengaja menggugurkan janin sang ibu, baik seizin maupun
tanpa seizin (kandungan sama dengan rahim yaitu tempat janin dibesarkan) dan unsur
pentingnya adalah keadaan bayi atau janin hidup dengan syarat sebelum 40 hari karena UU
tidak mengenal anggapan bahwa anak yang berada dalam keadaan hidup atau mempunyai
kemungkinan untuk tetap hidup. Penguguran janin diatur dalam KUHP karena janin
merupakan sesuatu yang bernyawa sebagai cikal bakal manusia. Pengguguran kandungan
menjadi tindak pidana setelah dapat dibuktikan bahwa janin dalam kandungan itu masih
hidup;1Unsur “Dengan sengaja” yang diatur pada Pasal 346 KUHP merupakan unsur
kesalahan dalam tindak pidana. Unsur “Dengan sengaja” harus ditujukan pada 4 macam
perbuatan yang terdapat pada Pasal 346 KUHP, yaitu menggugurkan, mematikan, menyuruh
menggugurkan, dan menyuruh mematikan suatu kandungan. “Dengan sengaja” berarti
menghendaki gugurnya janin dengan berbagai cara. Contoh : Minum obat, pergi ke dokter.
Namun, terdapat pengecualian yang diatur dalam PP No. 61 tahun 2014 tentang
Kesehatan, penguguran dapat dilakukan jika:
1. Terdapat indikasi kedaruratan medis diatur dalam Pasal 31 yang menjelaskan :
 Apabila kehamilan mengancam nyawa dan kesehatan ibu tersebut  Termasuk
menderita penyakit genetik, cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyebabkan bayi tersebut sulit untuk hidup diluar kandungan—kesulitan
di kemudian hari dengan alasan karena sudah lebih jelas keberadaan ibu jika
dibandingkan dengan keberadaan bayinya dengan wajib ada pemeriksaan beberapa
dokter yang menyatakan harus dilakukan pengguguran;
2. Kehamilan yang diakibatkan oleh perkosaan. Namun, jika umur janin telah lebih
dari 40 hari seorang ibu tetap dikenakan hukuman pidana dengan Pasal 346 KUHP;
 Pasal ini merupakan delik material, yaitu selesainya suatu delik tidak dilihat dari
dengan dipenuhinya suatu rumusan dalam perundang-undangan melainkan akibat dari
perbuatan ini sudah nampak, yaitu matinya orang lain;
 Dolus dalam pasal ini merupakan Dolus Impetus, yaitu suatu bentuk kesengajaan yang
dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu, yaitu kesengajaan pembunuhan yang
tidak direncanakan. Dengan matinya janin dalam kandungan;
 Pasal ini merupakan penyimpangan delneming (turut serta melakukan) yang diatur
oleh Pasal 55 ayat (1) dan Pasal 56 ayat (1) KUHP namun dirumuskan tidak hanya
dalam satu pasal melainkan dalam beberapa pasal, yaitu pasal 346, 347, 348, dan 349
KUHP;
 Syarat dikatakan sebagai pengguguran yang dikemukakan oleh Hoge Raad Belanda
dalam Pasal 384 KUHP adalah sebagai berikut:

1
Marlisa Frisilia Saada. Tindakan Aborsi yang Dilakukan Seseorang yang Belum Menikah Menurut KUHP.
Vol. VI. No 6 (2017). hlm.48.
1. Mengakibatkan kematian janin;
2. Memisahkan janin dari ibu atau rahim ibu sebelum waktunya;
3. Pada waktu melakukan pengguguran janin, janin berada dalam keadaan hidup;
4. Peraturan perundang-undangan tidak mempersoalkan apakah janin itu tumbuh sempurna
atau tidak;
5. Pada saat pemisahan janin dari ibu atau rahim ibu, janin tersebut tidak harus mati.

2. Pasal 347 KUHP = Tindak pidana pengguguran atau pembunuhan kandungan yang
dilakukan oleh orang lain tanpa persetujuan wanita yang mengandung. Pasal 347 KUHP
berbunyi:
“(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang
perempuan tidak dengan izin perempuan iu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun.
(2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya
lima belas tahun.”2
Dalam Pasal 347 KUHP, Unsur yang memberatkan, yaitu dengan adanya “Tidak
dengan izin perempuan itu”. Artinya, perempuan yang bersangkutan tidak memberikan
persetujuan atas pengguguran atau pembunuhan terhadap kandungannya yang dapat
mengakibatkan gugurnya kandungan. Subjek hukum dalam pasal ini adalah setiap orang
(suami, keluarga, orang tua, pacar). Baik yang menyuruh, memerintahkan seseorang untuk
menggugurkan kandungan ataupun yang turut serta melakukan pengangguran. Jika dalam
pengguguran dibantu dan melibatkan orang lain, seperti dokter, bidan, suster, apoteker, dukun
beranak, maka orang-orang tersebut jika tanpa seizin wanita yang mengandung dikenai Pasal
347 KUHP. Dengan demikian harus dibuktikan dengan adanya janin yang gugur. Jika tidak,
orang-orang tersebut tidak bisa dihukum. Dalam Pasal 299 KUHP termasuk klasifikasi
“Kejahatan terhadap Kesusilaan” membahas tentang pengguguran dengan memberitahukan
atau menimbulkan pengharapan dengan mengobati. Dengan harus dibuktikan bahwa
perempuan tersebut benar hamil, akan tetapi si perempuan tidak bermaksud atau tidak
meminta untuk menggugurkan kandungannya dan karena berjumpa dengan seseorang lain
timbulah niat untuk menggugurkannya. Sehingga, sebenarnya orang tersebut dianggap
bersalah dalam pasal ini, walaupun belum ada keguguran orang tersebut sudah bisa dihukum
hanya dengan si ibu ada niat atau dirawat untuk menggugurkan. Serta yang diatur dalam
Pasal 299 ayat (2) dan (3) KUHP menyatakan bahwa apabila pelaku dengan sengaja
memberitahukan atau menimbulkan harapan dengan suatu perbuatan kandungannya dapat
terganggu dan melakukan pengguguran dengan mengambil keuntungan, sebagai pekerjaan
sehari-hari, dan dilakukan oleh dokter, bidan, atau apoteker hukuman yang didapatkan pelaku
tersebut ditambahkan 1/3 dari hukumannya semula Pasal, bisa Pasal 346, 347, atau 348 dan
dikenakan pemecatan dari pekerjaannya dengan sebab. Orang tersebut dianggap sebagai
panutan dan telah melanggar sumpah yang pernah dibuat saat hendak menjalankan profesi

2
R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung Dan Hoge Raad,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
tersebut(equality before the law). Merupakan delik material yang dianggap selesai sesaat
setelah pengobatan atau perbuatan dilakukan dan telah menimbulkan harapan bahwa
kandungannya dapat digugurkan. Pasal ini merupakan delik material, yaitu selesainya suatu
delik tidak dilihat dari dengan dipenuhinya suatu rumusan dalam perundang-undangan
melainkan akibat dari perbuatan ini sudah nampak, yaitu matinya janin. Serta, diatur jika
pengguguran yang dilakukan tanpa seizin perempuan tersebut dan menyebabkan matinya
perempuan tersebut akan dikenakan sanksi Pasal 347 ayat (2) KUHP dengan unsur
memberatkan tanpa seizin perempuan yang bersangkutan dan menyebabkan matinya
perempuan tersebut. Dolus dalam pasal ini merupakan Dolus Impetus, yaitu suatu bentuk
kesengajaan yang dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu, yaitu kesengajaan
pembunuhan yang tidak direncanakan. Dengan matinya janin dalam kandungan.

Anda mungkin juga menyukai