Anda di halaman 1dari 16

p-ISSN 2541-4984 | e-ISSN 2541-5417

REFLEKSI HUKUM Volume 3 Nomor 1, Oktober 2018, Halaman 81-96


DOI: https://doi.org/10.24246/jrh.2018.v3.i1.p81-96
Jurnal Ilmu Hukum Open access at: http://ejournal.uksw.edu/refleksihukum
Penerbit: Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN


DALAM PENYALURAN KREDIT
(Studi Kasus di Bank BRI Cabang Semarang)

Willy Putra dan Haryati Widjaja


Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara
Korespondensi: haryatiwijaya16@gmail.com

Abstrak
Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit merupakan hal yang paling penting
karena bank merupakan salah satu faktor penting dalam menggerakan roda perekonomian
Indonesia. Bunga dalam pemberian kredit merupakan pendapatan yang paling besar, sehingga
dengan meningkatnya pemberian kredit, maka roda perekonomian Indonesia akan terus melaju
ke arah yang lebih positif hingga terciptanya kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang
tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Salah dalam memberikan kredit, maka akan berdampak pada kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu waspada dan berhati-hati dalam pemberian
kredit dengan menerapkan prinsip 4P dan 5C, namun pada prakteknya masih banyak bank
yang belum menerapkan prinsip kehati-hatian secara baik seperti yang terjadi pada Bank BRI
di Semarang. Hal tersebut terjadi karena pihak bank tidak melakukan pengecekkan terhadap
objek jaminan yang dijaminkan.
Kata Kunci: Prinsip; Kehati-hatian; Bank; BRI.

Abstract
The implementation of prudential principle in credit is the most important thing to do since bank
is one of the influencing factors in Indonesia’s economic wheel motion. Interest of credit is the
biggest income, pointing out that giving credit increasingly will influence positively the
Indonesia’s economic wheel motion to create a society welfare as stated in Paragraph four of
Preamble of the Indonesian Constitution. A wrong process in granting credit will affect the society
welfare. In hence, bank should be more careful when it gives credit and it is strongly
recommended to use 4P and 5C principle. Unfortunately, there are so many banks which do not
implement the prudential principle perfectly yet in practice. For instance, a case of BRI branch
Semarang that happened awhile ago because BRI did not check the collateral objects.
Keywords: Principle; Prudential; Bank; BRI.
82 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

PENDAHULUAN dan agent of trust.2 Karena memiliki


fungsi yang penting itulah maka
Setiap Negara yang dibentuk dan lembaga perbankan merupakan salah
didirikan pasti mempunyai tujuan, satu pilar utama bagi pembangunan
tujuan Negara Kesatuan Republik ekonomi nasional.
Indonesia (NKRI) dapat dilihat dalam Kegiatan perbankan seperti pembe-
Pembukaan Undang-undang Dasar rian kredit di Indonesia merupakan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satu kegiatan yang utama
(selanjutnya disebut dengan UUD NRI sehingga pendapatan dari kredit berupa
tahun 1945) alinea keempat yang bunga merupakan pendapatan yang
berbunyi: paling besar dibandingkan dengan
“Kemudian daripada itu untuk pendapatan dari jasa-jasa diluar bunga
membentuk suatu Pemerintahan Negara kredit yang biasa disebut fee based
Indonesia yang melindungi segenap income, oleh karena itu dalam
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah penyaluran kredit harus dilakukan
darah Indonesia dan untuk memajukan dengan prinsip kehati-hatian melalui
kesejahteraan umum, mencerdaskan
analisa yang akurat dan mendalam,
kehidupan bangsa dan ikut melaksana-
penyaluran yang tepat, pengawasan dan
kan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan
pemantauan yang baik, perjanjian yang
keadilan sosial.”1 sah dan memenuhi syarat hukum,
pengikatan jaminan yang kuat dan
Salah satu tujuan NKRI yang dokumentasi perkreditan yang teratur
terdapat dalam alinea keempat tersebut dan lengkap.3 Berdasarkan Undang-
adalah memajukan kesejahteraan Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
umum yang mana salah satu cara perubahan atas Undang-Undang Nomor
untuk memajukan kesejahteraan 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
umum ialah melalui pembangunan di (selanjutnya disebut dengan UU
bidang perekonomian. Bahwa dalam Perbankan) Kredit memiliki pengertian
bidang perekonomian, Perbankan sebagai berikut:
Indonesia mempunyai fungsi penting
dalam pembangunan ekonomi. Selain “Penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berda-
fungsi utamanya sebagai intermediary,
sarkan persetujuan atau kesepakatan
yang mempertemukan pemilik dana
pinjam meminjam antara bank dengan
(surplus of fund) dengan pengguna dana pihak lain yang mewajibkan pihak
(lack of fund), perbankan mempunyai peminjam melunasi utangnya setelah
peran strategis dalam mendorong jangka waktu tertentu dengan
perekonomian Indonesia, yaitu sebagai pemberian bunga.” 4

agent of development, agent of services

1 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4.
2 Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, ‘Telaah Yuridis Terhadap Implementasi Prinsip Kehati-hatian
Bank dalam Aktivitas Perbankan Indonesia’ (2017) 2 De Laga Lata 75, 90.
3 Nurwahjuni dan Abd Shomat, ‘Four Eyes Principles dalam Pengelolaan Risiko Kredit Pada Bank’ (2017)
31 Jurnal Yuridika 273, 275.
4 Pasal 10 ayat 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 83

Mengingat bahwa pemberian kredit puluh) juta Rupiah dengan jaminan


merupakan kegiatan yang utama dari Sertipikat Hak Milik Nomor 02456
perbankan yang merupakan salah satu (selanjutnya disebut dengan SHM
sumber pendapatan yang paling besar 02456) yang dibantu dengan Mundhi
dibandingkan dengan jasa-jasa di luar Mahardini alias Kistina Arumsari yang
bunga kredit, maka sebelum memberi- mengaku sebagai istri sah dari Denny
kan kredit kepada nasabah atau debitur Yusmana. Kemudian setelah Pihak
atau pemohon kredit, pihak bank/ Bank bertanya kepada Muhhamad
kreditur perlu melakukan analisa Romadhon alias Denny Yusmana
terlebih dahulu. Bentuk analisa yang mengenai usaha yang dijalankan,
dilakukan oleh bank terkait dengan Muhhamad Romadhon alias Denny
pemberian kredit yaitu dengan Yusmana mengatakan menjalankan
menggunakan formula 4P dan 5C. usaha percetakan undangan, dan tanpa
Apabila nasabah atau debitur atau melakukan pengecekan terhadap objek
pemohon kredit telah memenuhi 4P dan jaminan Pihak BRI Semarang melaku-
5C tersebut barulah dapat dikatakan kan pencairan Kredit pada tanggal 19
layak untuk dikabulkan permohonan Desember 2016.5
fasilitas kreditnya. Namun dalam Berdasarkan uraian kasus dan latar
prakteknya, banyak dijumpai bank- belakang tersebut di atas, penulis
bank yang belum menerapkan prinsip merasa tertarik untuk meneliti menge-
kehati-hatian dalam memberikan nai bagaimana penerapan prinsip
fasilitas kredit meskipun telah kehati-hatian dalam pemberian kredit di
ditentukan bahwa sebelum fasilitas bank yang kemudian penulis juga akan
kredit diberikan kepada debitur, bank melakukan perbandingan pemberian
harus melakukan analisa terhadap kredit dengan beberapa bank lain yang
calon debitur dengan menggunakan ada di Indonesia.
formula 4P dan 5C terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan metode
Salah satu kasus bank yang lalai dalam penelitian yang bersifat normatif.
menerapkan prinsip kehati-hatian Penelitian hukum normatif adalah
adalah kasus Bank BRI cabang suatu proses untuk menemukan suatu
Semarang. aturan hukum, prinsip-prinsip hukum
Kasus ini bermula dari Teguh yang maupun doktrin-doktrin hukum, untuk
mempunyai rencana untuk mengajukan menjawab permasalahan hukum yang
kredit dengan menggunakan KTP Palsu dihadapi.6 Bahan hukum yang
dan Jaminan Palsu, kemudian Teguh digunakan oleh penulis adalah bahan
menyuruh Muhhamad Romadhon alias hukum primer dan bahan hukum
Denny Yusmana untuk melakukan sekunder. Pengumpulan bahan hukum
7

pengajuan kredit di Bank BRI Cabang sekunder dilakukan dengan studi ke-
Semarang Barat sebesar 40 (empat pustakaan, yang dikumpulkan dengan

5 Muhamad Romadhon alias Denny Yusmana, Nomor 318/Pid.B/2017, Pengadilan Negeri


Semarang, 13 Juni 2017.
6 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum dan Empiris (Pustaka Pelajar 2010) 34.
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi (Prenamedia Group 2014) 181.
84 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

membaca, mempelajari, serta mengi- yang akan diterimanya pada masa


dentifikasi, dan mengklasifikasi bahan yang akan datang;
tersebut hingga diperoleh bahan yang c. Degree of Risk, yaitu tingkat risiko
relevan dengan permasalahan yang yang akan dihadapi sebagai akibat
dibahas. Penelitian hukum ini dari adanya jangka waktu yang
menggunakan pendekatan kasus (case memisahkan antara pemberian
approach). prestasi dengan kontra prestasi
yang akan diterima dikemudian
PEMBAHASAN hari. Semakin lama kredit diberikan
berarti semakin tinggi pula tingkat
Prinsip Kehati-hatian dalam risikonya.
Pemberian Kredit d. Prestasi atau obyek kredit tidak saja
diberikan dalam bentuk uang tetapi
Sebelum membahas mengenai
juga dalam bentuk barang atau
prinsip kehati-hatian, penulis akan
jasa. Namun karena kehidupan
menjelaskan terlebih dahulu mengenai
ekonomi modern sekarang ini
pengertian kredit itu sendiri. Istilah
didasarkan kepada uang, maka
kredit disebutkan pada pasal 1 angka
transaksi-transaksi kredit dalam
11 UU Perbankan. Kredit adalah
bentuk uanglah yang lazim dalam
penyediaan uang atau tagihan yang
praktek perkreditan.
dapat dipersamakan dengan itu,
Unsur terpenting dalam suatu
berdasarkan persetujuan atau kesepa-
pemberian kredit adalah kepercayaan.
katan pinjam-meminjam antara bank
Untuk memperoleh kepercayaan harus-
dan pihak lain yang mewajibkan pihak
lah sampai pada suatu keyakinan
peminjam untuk melunasi utangnya
sejauh mana konsep penilaian kredit
setelah jangka waktu tertentu dengan
dapat terpenuhi dengan baik.
pemberian bunga.8
Menurut Halle, jika seorang bankir
Dari pengertian tersebut, dapat
memberikan pinjaman kepada pero-
terlihat ada beberapa unsur mengenai
rangan atau perusahaan, bankir
kredit, antara lain:9
tersebut membutuhkan penilaian dalam
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari
bentuk analisis kredit untuk membantu
si pemberian kredit bahwa prestasi
menentukan risiko yang ada atau yang
yang diberikannya baik dalam
mungkin terjadi dari pinjaman yang
bentuk uang, barang atau jasa akan
diberikan, untuk itu analisis kredit
benar-benar diterimanya kembali
amat penting, karena berguna untuk:10
dalam jangka waktu tertentu
a. Menentukan risiko yang akan
dimasa yang akan datang;
dihadapi oleh bank dalam membe-
b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa
rikan kredit kepada seseorang atau
yang memisahkan antara pembe-
badan usaha;
rian prestasi dengan kontra prestasi

8 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (PT Gramedia Pustaka Utama 2003)
236-237.
9 Thomas Suyatno, Et al., Dasar-dasar Perkreditan (PT Gramedia Pustaka Utama 2003) 14.
10 Halle, R.H., Credit Analys A Complete Guide (Jhon Wiley and Sons Inc. 1983) 53.
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 85

b. Mengantisipasi pelunasan kredit b. Capacity, kemampuan calon


tersebut karena bank telah menge- nasabah debitur untuk mengelola
tahui kemampuan melalui analisis kegiatan usahanya dan mampu
cashflow usaha debitur; melihat prospektif masa depan.
c. Mengetahui jenis kredit, jumlah c. Capital, dalam hal ini bank harus
kredit dan jangka waktu kredit yang terlebih dahulu melakukan peneli-
dibutuhkan oleh usaha debitur; tian terhadap modal yang dimiliki
d. Mengetahui kemampuan dan oleh pemohon kredit.
kemauan debitur untuk melunasi d. Collateral, jaminan untuk perse-
kreditnya. tujuan pemberian kredit yang
Oleh karena sangat pentingnya merupakan sarana pengaman (back
suatu analisis terhadap pemberian up) atas risiko yang mungkin terjadi
kredit maka terdapat suatu prinsip yang atas wanprestasinya nasabah di
digunakan untuk analisis kredit yaitu kemudian hari.
prinsip kehati-hatian, prinsip kehati- e. Condition of Economy, kondisi
hatian adalah satu prinsip yang ekonomi secara umum dan kondisi
menegaskan bahwa bank dalam sektor usaha pemohon kredit perlu
menjalankan kegiatan usaha baik memperoleh perhatian dari bank
dalam penghimpunan terutama dalam untuk memperkecil risiko yang
penyaluran dana kepada masyarakat mungkin terjadi yang diakibatkan
harus sangat berhati-hati. Tujuan oleh kondisi ekonomi tersebut.12
dilakukannya prinsip kehati-hatian Penilaian terhadap collateral dapat
agar bank selalu dalam keadaan sehat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu:
menjalankan usahanya dengan baik 1. Segi ekonomis, yaitu mengenai nilai
dan mematuhi ketentuan dan norma ekonomis dari benda yang diagun-
hukum yang berlaku di dunia kan; dan
perbankan. 11 Prinsip kehati-hatian 2. Segi yuridis, yaitu menilai apakah
terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 29 aset atau benda yang dijadikan
ayat (2) UU Perbankan. agunan memenuhi syarat-syarat
Sebelum bank memberikan kredit, yuridis;
bank harus melakukan penelitian dan Selain 5C, ada juga formula 4P yang
penilaian terlebih dahulu terhadap digunakan dalam sebelum dilakukan
calon nasabah atau debitur. Dalam pemberian kredit kepada nasabah,
melakukan penelitian terhadap calon formula 4P tersebut terdiri dari:
nasabah, bank menerapkan 5C, yang a. Purpose, penilaian mengenai sasar-
terdiri dari: an dan tujuan pemberian kredit;
a. Character, berkaitan dengan sifat, b. Payment, sumber dan jadwal waktu
watak, dan mora dari si pemohon pembayaran kredit;
kredit.

11 Dutisa Monica Podung, ‘Kredit Macet dan Penerapan Prinsip Kehatihatian Dalam Perbankan’ (2016)
3 Lex Crimen 49, 50.
12 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Prenamedia Group 2011) 63-64.
86 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

c. Purpose, penilaian mengenai sasar- dengan PBI No.14/27/PBI/2012


an dan tujuan pemberian kredit; mengenai Penerapan Program Anti
d. Payment, sumber dan jadwal waktu Pencucian Uang dan Pencegahan
pembayaran kredit; Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.
e. Protection, mengatasi risiko apabila PBI ini terkait dengan upaya
usaha debitur gagal; pencegahan tindak pidana pencucian
f. Perspective, analisis kondisi perusa- uang dan pencegahan pendanaan
haan dan perspective mendatang.13 terorisme dengan menggunakan
fasilitas dan produk perbankan.
Prinsip Know Your Customer sebagai Hal yang harus diperhatikan adalah
Pelaksanaan dari Prinsip Kehati- dengan digantinya istilah Know Your
hatian Customer menjadi Customer Due
Prinsip mengenal nasabah merupa- Dilligence (CDD) yang artinya adalah
kan prinsip yang diterapkan untuk kegiatan berupa identifikasi, verifikasi,
mengetahui identitas nasabah, meman- dan pemantauan yang dilakukan bank
tau kegiatan transaksi nasabah untuk memastikan bahwa transaksi
termasuk pelaporan transaksi yang tersebut sesuai dengan profil calon
mencurigakan.14 Nindyo Pramono nasabah, Walk In Customer (WIC), atau
mengatakan bahwa: nasabah.16 Selain istilah tersebut ada
“kurang tepat jika prinsip yang lepas juga istilah Enhanced Due Diligence
dari prinsip kehati-hatian karena prinsip (EDD) yang artinya adalah tinda-
mengenal nasabah (Know Your kan CDD lebih mendalam yang
Customer Principle) lebih tepat dilakukan bank pada saat berhubungan
merupakan pelaksanaan dari prinsip dengan calon nasabah, WIC, atau
kehati-hatian.”15 nasabah yang tergolong berisiko tinggi,
Prinsip Know Your Cusstomer telah termasuk politically exposed person,
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia terhadap kemungkinan pencucian uang
(PBI). Pada tanggal 18 Juni 2001 BI dan pendanaan terorisme.17
telah mengeluarkan PBI No.3/10/ Seperti yang telah dijelaskan
PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip sebelumnya bahwa dalam Prinsip
Mengenal Nasabah (Know Your Mengenal Nasabah salah satunya terdiri
Customer Principles) yang mana telah dari prosedur manajemen risiko.
diubah dengan PBI No. 5/21/PBI/2003 Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Peraturan
yang mana kembali dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.
penyempur-naan dengan adanya PBI 18/POJK.03/2016 Tentang Penerapan
No.11/28/PBI/2009 yang telah diubah Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Manajemen Risiko adalah serangkaian

13 Warman Djohan, Kredit Bank Alternatif Pembiayaan Dan Pengajuannya (PT. Mutiara Sumber Widya
2000) 108.
14 Asep Rozali, ‘Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Dalam Praktik Perbankan’ (2011) 24
Jurnal Wawasan Hukum 304, 307.
15 Ibid., 30.
16 Pasal 1 ayat 7 PBI No.14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.
17 Vide Pasal 1 ayat 8 PBI No.14/27/PBI/2012.
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 87

metodologi dan prosedur yang diguna- suatu keputusan stratejik serta


kan untuk mengidentifikasi, mengukur, kegagalan dalam mengantisipasi
memantau, dan mengendalikan risiko perubahan lingkungan bisnis.24
yang timbul dari seluruh kegiatan g. Risiko kepatuhan, risiko akibat
usaha bank.18 bank tidak mematuhi dan/atau
Prosedur manajemen risiko diatur tidak melaksanakan peraturan
dalam PBI No. 5/8/2003 tentang perundang-undangan dan keten-
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank tuan.25
Umum, yang terdiri dari: h. Risiko reputasi, risiko akibat
a. Risiko kredit, risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
kegagalan debitur dalam memenuhi stakeholder yang bersumber dari
kewajiban melunasi kredit pada persepsi negatif terhadap bank.26
bank.19 Dalam melakukan penerapan
b. Risiko pasar, risiko kerugian pada Prinsip KYC bank memiliki kewajiban
posisi neraca serta pencatatan pokok yaitu:
tagihan dan kewajiban di luar a. Menetapkan kebijakan penerimaan
neraca yang timbul akibat nasabah;
pergerakan harga pasar.20 b. Menetapkan kebijakan dan
c. Risiko likuiditas, Risiko akibat prosedur dalam mengidentifikasi
ketidakmampuan Bank untuk nasabah;
memenuhi kewajiban yang jatuh c. Menetapkan kebijakan dan
tempo dari sumber pendanaan arus prosedur pemantauan terhadap
kas dan/atau dari aset likuid rekening dan transaksi nasabah;
berkualitas.21 d. Menetapkan kebijakan dan prose-
d. Risiko operasional, Risiko akibat dur manajemen risiko.
tidak berfungsinya proses internal, Nasabah sendiri dibagi ke dalam 4
kesalahan manusia, kegagalan golongan yang memiliki keperluan
sistem, dan/atau adanya kejadian- dokumennya masing-masing:
kejadian eksternal yang mempe- a. Nasabah perorangan
ngaruhi operasional bank.22 Dokumen yang diperlukan meliputi:
e. Risiko hukum, risiko akibat identitas nasabah (nama, alamat
tuntutan hukum dan/atau domisili, tempat dan tanggal lahir,
kelemahan aspek yuridis. 23 kewarganegaraan); keterangan
f. Risiko stratejik, risiko akibat mengenai pekerjaan, specimen tan-
ketidaktepatan dalam pengambilan da tangan dan keterangan sumber

18 Pasal 1 ayat 3 POJK No.18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
19 Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko I: Mengindentifikasi Risiko Pasar, Operasional, dan Kredit
Bank (Gramedia Pustakan Utama 2015) 67.
20 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Perbankan Syariah,(Graha Ilmu 2012) 111.
21 Vide Pasal 1 ayat (6) POJK No.18/POJK.03/2016.
22 Vide Pasal 1 ayat (7) POJK No.18/POJK.03/2016.
23 Vide Pasal 1 ayat (9) POJK No.18/POJK.03/2016.
24 Vide Pasal 1 ayat (11) POJK No.18/POJK.03/2016.
25 Vide Pasal 1 ayat (8) POJK No.18/POJK.03/2016.
26 Vide Pasal 1 ayat (10) POJK No.18/POJK.03/2016.
88 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

dana dan penggunaan dana. Adapun prosedur pemberian dan


b. Nasabah Perusahaan penilaian kredit oleh dunia perbankan
Dokumen yang dibutuhkan adalah secara umum Menurut Kasmir:27
akta pendirian/anggaran dasar, izin a. Pengajuan Berkas
usaha, struktur manajemen Pengajuan proposal kredit berisi
perusahaan, dokumen identitas antara lain, latar belakang, maksud
pengurus yang mewakili perusaha- dan tujuan, besarnya kredit dan
an, nama, specimen tanda tangan, jangka waktu, cara pengembalian
kuasa yang ditunjuk untuk kredit dan jaminan kredit. Lampiran
melakukan hubungan usaha proposalnya berupa, akta notaris,
dengan bank, NPWP, Keterangan surat keterangan usaha, NPWP,
sumber dana dan tujuannya. neraca dan laporan rugi laba 3
c. Nasabah Kelembagaan tahun terakhir, bukti diri dari
Merupakan lembaga pemerintah, pimpinan perusahaan, foto copy
lembaga internasional, dan sertipikat jaminan, foto copy ktp,
perwakilan asing yang dibutuhkan dan surat nikah.
hanya nama, specimen tanda b. Penyelidikan bekas pinjaman
tangan, surat penunjukan bagi yang Tujuannya, untuk mengetahui
berwenang mewakili. apakah berkas pinjaman yang
d. Nasabah Bank diajukan sudah lengkap sesuai
Yang dibutuhkan akta pendirian/ dengan persyaratan dan sudah
anggaran dasar bank, izin usaha, benar atau belum Jika menurut
nama, specimen tandatangan, surat pihak perbankan belum lengkap
kuasa melakukan hubungan usaha atau cukup maka nasabah diminta
dengan bank. untuk segera melengkapinya.
Berdasarkan uraian yang telah c. Wawancara I
disampaikan mengenai prinsip kehati- Merupakan Penyelidikan kepada
hatian yang digunakan dalam calon peminjam dengan langsung
pemberian kredit, maka dalam kasus berhadapan dengan calon
bank BRI Semarang, pihak bank tidak peminjam.
menerapkan prinsip kehati-hatian e. On The Spot
dengan baik, hal tersebut dapat dilihat Merupakan kegiatan pemeriksaan
dari pihak bank yang tidak melakukan ke lapangan dengan meninjau
pengecekkan terhadap sertifikat tanah berbagai obyek yang akan dijadikan
yang diagunkan pada saat pengajuan usaha atau jaminan.
kredit dan kemudian berdasarkan f. Wawancara II
sertipikat palsu yang dijaminkan pihak Merupakan kegiatan perbaikan
bank BRI mencairkan kredit yang berkas, jika mungkin ada
diajukan oleh Muhhamad Romadhon kekurangan pada saat setelah
alias Denny Yusmana. dilakukan on the spot di lapangan.

27 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (PT RajaGrafindo Persada 2018) 100.


PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 89

g. Keputusan Kredit (ii) KTP Pengurus;


Keputusan kredit dalam hal ini (iii) NPWP badan hukum dan
adalah menentukan apakah direksi yang mewakili pada
kredit akan diberikan atau saat tanda tangan;
ditolak, jika diterima, maka akan (iv) Laporan neraca keuangan;
dipersiapkan administrasinya. b. Tim analis kredit melakukan analisa
h. Penandatangan akad kredit/ terhadap:
perjanjian lainnya 1. Data debitur;
Kegiatan ini merupakan 2. Jaminan yang diberikan
kelanjutan dari diputuskannya (mengenai kepemilikkan, status
kredit, maka sebelum kredit hak atas tanah);
dicairkan maka terlebih dahulu 3. Taksiran jaminan yang diajukan
calon nasabah menandatangani sesuai dengan plafond kredit
akad kredit. yang diajukan atau tidak;
i. Realisasi Kredit Apabila dinilai tidak berisiko,
Diberikan setelah penandatanga- maka oleh tim analisa kredit akan
nan surat-surat yang diperlukan memberikan memo kepada legal.
dengan membuka rekening giro Apabila legal telah mengecek
atau tabungan di bank yang kebenaran jaminan yang diberikan,
bersangkutan. dan kebenaran identitas debitur,
j. Penyaluran/penarikan maka akan dilakukan pengikatan
Pencairan atau pengambilan jaminan dan pembuatan perjanjian
uang dari rekening sebagai kredit, antara debitur dengan bank
realisasi dari pemberian kredit. selaku kreditur.
Proses pengajuan pada kredit yang Proses pengajuan kredit yang kedua
diberikan oleh bank BCA28 adalah adalah pada bank Bukopin yang
sebagai berikut: dijelaskan sebagai berikut29
a. Nasabah mengajukan permohonan a. Analys Officer Sales (AOS) akan
kredit ke bank BCA disertai dengan memasukan data identitas Debitor
dokumen pendukung yang meliputi: ke dalam Internal Control System
1. Nasabah perorangan: Application System (ICS);
(i) Identitas diri (apabila sudah b. Credit Investigator (CI) memeriksa
menikah diminta buku nikah Sistem Informasi Debitur (SID) BI,
dan identitas pasangan) apabila memenuhi kualifikasi debi-
(ii) Kartu Keluarga tur maka akan diproses kepada
(iii) NPWP tahapan selanjutnya dengan
(iv) Jaminan laporan kepada Direktur Keuangan.
2. Nasabah Badan Hukum: Apabila setuju dengan laporan
(i) Akta pendirian, SK pengesa- tersebut maka AOS akan
han dari Menkumham; memasukan data Debitur ke dalam

28 Hasil wawancara dengan Clara selaku staff analis kredit BCA, dilakukan pada hari Rabu 27 Februari
2019, Pukul 10.00 WIB.
29 Bukopin, ‘Ketentuan Prosedur Kredit Komersial’ (SE No. 186/DIR/XII/2017).
90 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

permohonan; j. Proses Pemberian Kredit akan


c. CI akan melakukan pemeriksaan dilakukan di Bagian Dukungan
transaksi, pemeriksaan perusahaan Kredit.
dan individu, terutama terkait Sedangkan proses pengajuan
dengan plafon credit, penjaminan kredit pada bank Panin30 akan
aset, dan akan memberikan dijelaskan sebagai berikut:
pendapat akan penilaian terhadap a. pemohon mengajukan permohonan
obyek yang dijaminkan; kredit ke bank Panin yang
d. Legal akan membuat analisa kemudian setelah berkas diajukan
hukum, analisa kontrak, dan batas tim AO akan melakukan proses
maksimum pemberian kredit; review data, terkait dengan jaminan
e. Analys Officer (AO) akan melakukan yang diagunkan, misalnya tanah,
evaluasi dan analisis kredit dari maka AO akan melakukan
kelayakan pemohon, AO akan b. Selanjutnya akan dilakukan taksasi
mengajukan proposal, perhitungan terhadap jaminan dan diperiksa
kebutuhan kredit, neraca keuangan oleh BI;
dan kelayakan kredit. AO juga akan c. Selanjutnya akan dilakukan taksasi
memberikan analisis terhadap terhadap jaminan dan diperiksa
risiko kredit. Apabila dibutuhkan oleh BI;
AO juga dapat melakukan validasi d. Setelah dilakukan pengecekkan dan
data yang diberikan oleh AOS; semua data yang diberikan sudah
f. Divisi Pemenuhan dan Manajemen tervalidasi, maka AO akan membuat
Risiko akan memberikan pendapat memo rencana kredit yang berisi
terhadap pemenuhan dan limit kredit yang diberikan kepada
manajemen Risiko; komite kredit.
g. AO akan membuat draft perjanjian e. Apabila disetujui, maka akan
kredit, apabila dapat diproses lebih dibuatkan offering letter, sedangkan
lanjut maka akan di diskusikan apabila tidak disetujui komite
dengan sekretaris bagian komite kredit, maka akan dibuatkan surat
pemberian kredit, yang mana penolakan terhadap fasilitas kredit
nantinya akan menghasilkan yang dimohonkan.
keputusan apakah kredit tersebut f. Setelah pemohon kredit setuju
disetujui atau ditolak yang nantinya dengan nilai fasilitas kredit yang
akan berbentuk Surat Penegasan diberikan, maka selanjutnya akan
Seputar Kredit (SPPK). dibuatkan instruksi pengikatan
h. AOS akan memberikan SPPK agar segera dibuatkannya
tersebut kepada debitor untuk di perjanjian kredit dan pengikatan
tandatangani; jaminan.
i. AOS dan Legal akan melakukan g. Setelah adanya perjanjian kredit
Pengikatan Kredit dengan Debitur; dan pengikatan jaminan, bagian
hukum akan menerbitkan legal

30 Paninbank, ‘Materi Pelatihan Kredit Bank Panin’ (Paninbank 2013).


PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 91

closing memo untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan dibuatkannya


diserahkan kepada bagian control legal memo kepada tim legal bahwa data
exposure. Setelah closing memo diri serta jaminan yang diagunkan
diterima, akan dilakukan memang sudah sesuai datanya dan
pengecekkan dan apabila semua kemudian dari legal memo yang
telah memenuhi standar akan diterbitkan tim analys kredit, pihak
diterbitkan memorandum penyedia- legal dari bank BCA akan segera
an fasilitas. menindaklanjutinya dengan dibuatkan
Berdasarkan data-data yang penulis letter dan pembuatan perjanjian kredit.
dapatkan dari 3 (tiga) bank sebagai Sehingga untuk proses persetujuan
pembanding dalam proses penyaluran kredit yang diberikan oleh BCA
kredit, penulis berpandangan bahwa sangatlah tidak mudah karena melalui
terhadap proses penyaluran kredit yang proses yang rumit dan sangat teliti.
dilakukan oleh BCA, BCA merupakan Sedangkan terhadap pemberian
salah satu bank yang menerapkan KYC, fasilitas kredit di bank Panin, juga
karena terhadap data diri pemohon, sudah menerapkan prinsip KYC dengan
dilakukan penilaian terhadap nasabah baik, hal tersebut dapat dilihat dari
dan pengecekan terkait jaminan yang adanya review data dan pengecekan
dijadikan sebagai agunan maupun data agunan secara on the spot yang
diri oleh tim analys kredit. Dalam hal dilakukan oleh AO. Kemudian adanya
pemohon adalah perseorangan, maka proses BI Checking oleh tim informasi
tim analis akan melakukan dan administrasi, yang kemudian
pengecekkan mulai dari kartu identitas, apabila semuanya telah di approve,
NPWP, bahkan sampai dengan maka akan dilakukan pengecekkan
spesimen tanda tangan yang diberikan antara agunan yang dijaminkan dengan
dicocokan dengan tanda tangan di KTP, fasilitas kredit yang diajukan.
sedangkan dalam hal pemohon Proses persetujuan kredit fasilitas
merupakan badan hukum, maka bank kredit pada bank Bukopin juga sudah
BCA akan melakukan pengecekkan menerapkan KYC, hal tersebut dapat
terkait dengan jenis usaha, direktur dan dilihat dari proses kredit yang panjang
komisaris yang menjabat agar dan cukup lama, yang dimulai dari AO
memastikan bahwa pengurus yang memasukan data ke dalam ICS, yang
bersangkutan masih berwenang pada kemudian akan diperiksa oleh (CI)
saat penandatanganan perjanjian kredit dalam sistem informasi debitur BI
yang kemudian sebagai bentuk setelah itu CI akan melakukan
pengecekan bank BCA akan meminta pemeriksaan transaksi, pemeriksaan
akta pendirian dan akta perubahan perusahaan dan individu, terutama
terakhir disertai dengan identitas terkait dengan plafon kredit,penjaminan
pengurus perusahaan yang masih aset, dan akan memberikan pendapat
berwenang, NPWP Perusahaan, SIUP, akan penilaian terhadap obyek yang
TDP, atau yang sekarang telah diganti dijaminkan. Keseluruhan hal tersebut
dengan NIB. Kemudian setelah jelas telah menunjukan bahwa memang
dilakukannya pengecekan akan adanya penerapan KYC, namun tidak
92 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

hanya sampai disana karena bank kepercayaan dari masyarakat, bank


Bukopin memerlukan waktu untuk haruslah senantiasa berhati-hati.
meneliti lebih lanjut mengenai data Prinsip kehati-hatian dalam penya-
identitas serta agunan yang dijaminkan luran kredit merupakan hal yang pen-
yang nantinya legal akan membuat ting, karena apabila sebuah bank tidak
analisa hukum, analisa kontrak, dan dapat menerapkan prinsip kehati-
batas maksimum pemberian kredit, hatian dengan baik, maka akan
kemudian AO akan melakukan evaluasi berdampak pada kepercayaan
dan analisis kredit dari kelayakan masyarakat terhadap kinerja bank.
pemohon akan memberikan analisis Dalam UU Perbankan, lebih tepatnya di
terhadap risiko kredit kemudian Pasal 2 dikatakan bahwa perbankan
barulah AO akan membuat draft Indonesia dalam melakukan usahanya
perjanjian kredit, apabila dapat diproses berasaskan demokrasi ekonomi dengan
lebih lanjut maka akan di diskusikan menggunakan prinsip kehati-hatian.
dengan sekretaris bagian komite Sehingga sudah seharusnya bank
pemberian kredit, yang mana nantinya menerapkan prinsip kehati-hatian.
akan menghasilkan keputusan apakah Salah satu bentuk penerapan prinsip
kredit tersebut disetujui atau ditolak kehati-hatian dalam praktek dunia
yang nantinya akan berbentuk Surat perbankan adalah dengan menerapkan
Penegasan Seputar Kredit (SPPK) yang prinsip KYC yang sekarang telah
akan diberikan kepada Debitor untuk disempurnakan menjadi CDD.
ditandatangani dan setelah itu baru Berdasarkan Pasal 8 dan Penjelasannya
akan dibuatkan Pengikatan Kredit. UU Perbankan implementasi prinsip
kehati-hatian diterjemahkan sebagai
Penerapan Prinsip Kehati-hatian keyakinan bank berdasarkan analisis
dalam Penyaluran Kredit (Studi Kasus yang mendalam atas itikad baik dan
di Bank BRI Cabang Semarang) kemampuan, serta kesanggupan
Bisnis perbankan merupakan bisnis nasabah debitur untuk melunasi
yang penuh resiko, karena sebagian utangnya.32 Pasal 8 UU Perbankan
besar aktivitasnya mengandalkan dana menegaskan bahwa agunan merupakan
titipan dari masyarakat, baik dalam salah satu unsur dalam pemberian
bentuk tabungan, giro maupun kredit. Sehingga untuk meminimalkan
deposito. Bank harus meyakinkan risiko terjadinya kredit macet, pada
masyarakat jika dana yang dititipkan- umumnya bank menekankan terhadap
nya aman dan dapat membawa ketersediaan jaminan
keuntungan bagi masyarakat.31 Oleh baik jaminan pokok maupun jaminan
karena itu, untuk mendapatkan tambahan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pemberian fasilitas kredit, maka
sebelumnya mengenai peranan agunan terhadap agunan yang diberikan oleh

31 Rio Andang Sanjaya, Paramita Prananingtyas, Siti Mahmudah., ‘Prinsip Kehati-hatian Pada Pemberian
Kredit oleh Pejabat Bank (Studi Kasus Pemberian Kredit Oleh PT. BNI Tbk Kepada PT. Guna Inti Permata’
(2016) 5 Diponegoro Law Journal 5, 22.
32 Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, Op. Cit., 76.
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 93

debitur harus dilakukan pengecekkan bentuk pelaksanaan dari prinsip kehati-


guna mencegah terjadinya kredit macet hatian.
dengan jaminan yang tidak pasti. Kelalaian terjadi ketika awal proses
Namun permasalahan timbul pada saat Pengajuan kredit untuk melakukan
bank melakukan kesalahan umum. penerapan 5C, ketika penilaian terha-
Kesalahan umum yang dimaksud dap Character yang mana KTP yang
antara lain: terlambat memberikan digunakan adalah KTP palsu. Hal ini
putusan kredit, terlalu rumit memang merupakan hal yang sulit di-
prosedurnya, terlalu cepat memutus, buktikan, seperti dalam kasus ini Pihak
memutus karena tekanan, memutus BRI telah melakukan prosedur pemberi-
tanpa data yang lengkap, jumlah an kredit yang di dalam KTP yang
putusan kurang, jumlah putusan dilampirkan pada saat pengajuan
berlebihan, terlalu memanjakan pinjaman.35
nasabah, tidak memecahkan kesulitan Beberapa hari kemudian pihak BRI
nasabah.33 datang untuk melakukan survey di
Juga beberapa kesalahan yang alamat yang diberikan dan debitur
justru dilakukan oleh nasabah sendiri mengaku memiliki usaha kelontong,
seperti terlambat mengajukan kredit, cetak undangan, dan ternak ikan nila.
terlalu yakin akan kemampuannya, Kelalaian BRI disini adalah ketika BRI
kurang terbuka pada bank. Salah melakukan survey apakah melihat ada
penggunaan kredit, kurang pengalaman toko kelontong, undangan dan ternak
dalam usaha, menyimpangkan ikan nila, kemudian apakah BRI sempat
penggunaan kredit, ketidak harmonisan melakukan konfirmasi mengenai
pemilih dan masalah perburuhan.34 identitas ke tetangga sekitar dan
Kesalahan yang dilakukan oleh menurut pengakuan BRI pada saat
nasabah memang seharusnya tidak pengajuan awal memang identitas yang
dapat ditolelir, mengingat apabila telah muncul sesuai namun hanya bagian
dilakukannya pemeriksaan secara detail fotonya yang tidak nampak hal ini
dan sesuai dengan prosedur yang ada seharusnya sudah dapat dicurigai
maka kelalaian dari nasabah dapat karena hal yang sulit untuk dipalsukan
ditemukan lebih awal sehingga tidak memang foto dari nasabah.
dapat diterima proses pengajuan Kemudian mengenai Collateral,
kreditnya. yaitu SHM 02456, BRI sama sekali tidak
Dalam kasus yang terjadi pada melakukan pemeriksaan terhadap
pemberian kredit oleh BRI sebagaimana jaminan yang dijaminkan tersebut pada
dijelaskan sebelumnya menunjukan saat pengajuan kredit di awal dengan
bahwa adanya kelalaian yang terjadi
dalam penerapan KYC yang merupakan

33 H. Chairil M. Noor, Manajemen Kredit Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Quantum Exprert
2013) 17.
34 Ibid.
35 Muhammad Romadhon als. Denni Yusmana bin Rozikan Nomor 318/Pid.B/2017/PN.SMG.,
Pengadilan Negeri Semarang, 13 Juni 2017.
94 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

alasan tidak punya aplikasi sistem dari kelalaian tersebut. Dengan lalainya
komputernya, padahal dapat dilakukan penerapan KYC dalam pemberian kredit
pengecekan melalui BPN namun hal ini maka tidak akan teridentifikasi apabila
tidak dilakukan dengan alasan adanya supicious transaction, memang
pinjaman di bawah Rp. 100.000.000,- dalam kasus ini nominal yang ajukan
(seratus juta Rupiah). Sehingga jelas hanya sebesar Rp. 40.000.000,- (empat
bahwa dalam kasus ini prinsip 5C puluh juta Rupiah). Namun hal
dalam pemberian kredit hanya sebuah terpenting yang perlu diingat adalah,
formalitas yang dilakukan untuk dalam peraturan yang BI tidak sebutkan
memenuhi kebutuhan administrasi bahwa penerapan KYC dilakukan
yang mana seharusnya bank berhati- apabila kredit yang diajukan harus
hati dalam memberikan Pinjaman dengan batasan nominal tertentu.
kredit. Sebelum memberikan fasilitas Bukan berarti dengan tidak
kredit BRI seharusnya melakukan disebutkannya batasan nominal
pengecekan on the spot. On the spot tertentu pihak Bank dapat
haruslah meliputi kondisi kemampuan mengabaikan untuk melakukan prinsip
debitur, kegiatan usaha debitur, dan KYC dengan baik.
karakter debitur. Tidak hanya Dengan lalainya bank tersebut
melakukannya berdasarkan foto lokasi dalam menerapkan prinsip KYC, Pasal
yang diberikan melainkan melakukan 18 PBI No. 3/10/PBI/2001 menyebut-
secara cross check secara benar-benar kan bahwa bagi pelanggaran terhadap
mengenai data yang diajukan debitur beberapa ketentuan dalam PBI tersebut
sudah benar atau belum.36 dikenakan sanksi administratif berupa
Lebih lanjut apabila mengacu pada kewajiban membayar sebesar Rp1 juta
KYC yang telah disempurnakan dan per hari keterlambatan dan setinggi-
diganti istilahnya menjadi CDD sebagai tingginya Rp30 juta. Hanya sebatas
bentuk pelaksanaan penerapan prinsip sanksi administratif berupa denda.
kehati-hatian memiliki salah satu Seharusnya aturan ini dipertegas,
prosedur yaitu prosedur manajemen misalnya memberikan sanksi berupa
risiko. Namun meskipun telah disem- pemberhentian kerja terhadap jajaran
purnakan tetap saja kelalaian kerap dari pihak Bank yang tidak
terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari melaksanakan dengan baik prinsip KYC
kasus ini yang sama sekali tidak ini sehingga menimbulkan kerugian
mencerminkan bahwa adanya mana- terhadap Bank, terutama dalam kasus
jemen risiko yang dilakukan, karena ini adalah BRI, yang mana seharusnya
pemeriksaan nasabah tidak dilakukan lebih mendalam dalam melakukan KYC
secara mendalam hanya dilakukan karena dapat menimbulkan kerugian
pemeriksaan sekedarnya. keuangan negara lebih mendalam da-
Kemudian yang menjadi lam melakukan KYC karena dapat me-
permasalahan berikutnya adalah dam- nimbulkan kerugian keuangan negara

36 Paundra Kartika MS, Budiharto, Hendro Saptono, ‘Dugaan Adanya Pelanggaran Prinsip kehati-
hatian dalam Penyaluran Kredit Fiktif (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2313/K/Pid.
Sus/2012)’ (2016) 5 Diponegoro Law Journal 6, 10.
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT 95

Memang dengan adanya sanksi Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen


yang diberikan sesuai dengan pasal 18 Risiko I: Mengindentifikasi Risiko
PBI No. 3/10/PBI/2001, sudah dapat Pasar, Operasional, dan Kredit
dikatakan telah terakomodir namun Bank (PT Gramedia Pustaka Utama
pada kenyataannya sanksi yang 2015).
diberikan sepertinya belum cukup, Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (PT
mengingat dalam perkembangannya Raja Grafindo Persada 2018).
telah diubah menjadi CDD, yang
Marzuki, Peter M., Penelitian
notabene lebih bersifat preventif
Hukum Edisi Revisi (Prenamedia
daripada proses KYC sebelumnya.
Group 2014).

PENUTUP Noor, H. Chairil M., Manajemen Kredit


Bank Umum dan Bank
Bahwa berdasarkan uraian yang Perkreditan Rakyat (Quantum
telah disampaikan, maka dapat Exprert 2013).
disimpulkan bahwa dalam prakteknya Sumar’in, Konsep Kelembagaan
masih banyak bank yang belum Perbankan Syariah (Graha Ilmu
menerapkan prinsip kehati-hatian 2012).
dalam penyaluran kredit dengan baik,
Suyatno, T., Dasar-Dasar Perkre-
hal tersebut terbukti melalui kasus BRI
ditan (PT Gramedia Pustaka Utama
cabang Semarang. BRI telah lalai dalam
2003).
menilai objek jaminan atau agunan
yang diberikan oleh debitur sehingga Usman, R., Aspek-Aspek Hukum
terjadi kasus sebagaimana yang Perbankan di Indonesia (PT
terdapat dalam putusan Nomor Gramedia Pustaka Utama 2003).
318/PN.SMG/2017.
Artikel Jurnal
DAFTAR BACAAN Abubakar, L., dan Tri H., ‘Telaah Yuridis
Terhadap Implementasi Prinsip
Buku Kehati-hatian Bank dalam Aktivitas
Djohan, W., Kredit Bank Alternatif Perbankan Indonesia’ (2017) 2 De
Pembiayaan dan Pengajuannya Laga Lata.
(PT Mutiara Sumber Widya 2000). Nurwahjuni, dan Shomat, Abd., Four
Fajar, M., dan Yulianto A., Eyes Principles dalam Pengelolaan
Dualisme Penelitian Hukum dan Penerapan Prinsip Kehati-
dan Empiris (Pustaka Pelajar 2010). hatian dalam Perbankan’ (2016) 3
Jurnal Lex Crimen.
H., Halle R., Credit Analys A
Complete Guide (Jhon Wiley and Rozali, A., ‘Prinsip Mengenal Nasabah
Sons Inc 1983). (Know Your Customer) Dalam
Praktik Perbankan’ (2011) 24 Jurnal
Hermansyah, Hukum Perbankan
Nasional Indonesia (Prenamedia
Group 2011).
96 REFLEKSI HUKUM [Vol. 3, No. 1, 2018]

Wawasan Hukum. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


Sanjaya, Rio Andang Paramita P., Siti Nomor 18/POJK.03/2016
M., ‘Prinsip Kehati-hatian Pada tentang Penerapan Manajemen
Pemberian Kredit oleh Pejabat Risiko bagi Bank Umum.
Bank (Studi Kasus Pemberian
Lain-lain
Kredit Oleh PT. BNI Tbk Kepada
PT. Guna Inti Permata)’ (2016) 5 Bukopin, ‘Ketentuan Prosedur Kredit
Diponegoro Law Journal. Komersial’ (SE No. 186/DIR/XII/
2017).
MS, Paundra Kartika B.,, Hendro S.,
‘Dugaan Adanya Pelanggaran Paninbank, ‘Materi Pelatihan Kredit
Bank Panin’ (Paninbank 2013).
Prinsip kehati-hatian dalam
Penyaluran Kredit Fiktif (Studi
Kasus Putusan Mahkamah Agung
Nomor 2313/K/Pid.Sus/ 2012)’
(2016) 5 Diponegoro Law Journal.
Podung, Dustica Monica, ‘Kredit Macet
Risiko Kredit Pada Bank (2017) 31
Jurnal Yuridika.

Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Negeri Semarang


Nomor 318/Pid.B/2017/PN.
SMG.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/10/PBI/2001Tahun 2001
tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah (Know Your
Customer Principle).
Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/27/PBI/2012 Tahun 2012
tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencega-
han Pendanaan Terorisme bagi
Bank Umum.

Anda mungkin juga menyukai