NIM : E041201058
b. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Siswa masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini
terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata matematika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain dalam Ujian Nasional.
2. Tidak dilakukannnya pembelajaran yang mengacu pada Tujuan Pembelajaran Matematika
sebagaimana telah digariskan dalam Permendiknas, yaitu: meningkatkan kemampuan
bernalar, berpikir logis dan kreatif, serta pemecahan masalah.
3. Kebanyakan siswa belajar sesuai dengan instruksi guru dan tidak difasilitasi untuk
mencapai tujuan pembelajaran matematika.
c. Pembatasan Masalah
Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah, maka perlu dilakukan pembatasan sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkait dengan
tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan Permendiknas.
2. Penelitian melibatkan guru Sekolah Dasar (SD) se-gugus di Kecamatan Purworejo
Kabupaten Purworejo.
3. Penelitian dilakukan pada Tahun Ajaran 2012/2013.
d. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD dalam
mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang berkaitan dengan
penalaran?
2. Bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD dalam
mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang berkaitan dengan
pemecahan masalah?
3. Bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD dalam
mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang berkaitan dengan
komunikasi?
4. Bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD dalam
mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang berkaitan dengan
pendekatan kontekstual?
e. Fungsi Penelitian
Fungsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD
dalam mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun2006 yang berkait dengan
penalaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD
dalam mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun2006 yang berkait dengan
pemecahan masalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD
dalam mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun2006 yang berkait dengan
komunikasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman dan kesulitan guru matematika SD
dalam mengimplementasikan Permendiknas nomor 22 tahun2006 yang berkait dengan
pendekatan kontekstual.
f. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk lebih memberikan pemahaman kepada para guru Sekolah Dasarmengenai tujuan
pembelajaran Matematika berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006.
2. Membantu Guru untuk dapat mengimplementasikan tujuan pembelajaran matematika
dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
KAJIAN TEORI
a. Tujuan Pembelajaran
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Visi dan tujuan dari dokumen The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM),
yaitu Princples and Standards for School Mathematics, semua siswa harus mendapatkan
kesempatan untuk mempelajari, mengapresiasi, dan menerapkan skill-skil, konsep-konsep,
dan prinsip-prinsip matematika baikdidalam ataupun diluar sekolah (Wahyudin, 2008:4).
Standar NCTM (Van deWalle, 2008:4) sebagai standar utama dalam pembelajaran
matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran
(reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Kelima standar tersebut
mempunyai peranan penting dalam kurikulum matematika.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang
mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak
tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat
model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan
masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep
matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media
lainnya.
b. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran matematika dengan pendekatan kotekstual atau realistic memberikan
peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam
menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan
oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan
guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut secara matematis formal melalui
matematisasi horisontal dan vertikal.
Ada istilah kontekstual dan juga ada istilah realistik. Pada pembelajaran matematika istilah
kontekstual dikenal sebagai pendekatan Contextual Teachingand Learning atau yang lebih
dikenal dengan pendekatan CTL dan realistic dikenal sebagai pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Menurut pandangan konstruktivistik bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari
proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan
tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang dimiliki seseorang. Skemata itu tersusun
dengan upaya dari individu siswa yang telah bergantung kepada skemata yang telah dimiliki
seseorang (Ernest dalam Hudoyo,1998: 4-5).