Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BALEENDAH
Jl. Raya Banjaran Km 11,5 Baleendah Kab.Bandung Tlp :022-5942106
Kode Pos 40375 Email :pkmbaleendah_bandungkab@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS BALEENDAH
Nomor : P/440/ 263.A /SK/II/2019/PKM-BE

TENTANG
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan


dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu,
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas
Baleendah dapat terlakasana dengan baik, perlu adanya tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Puskesmas
Baleendah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud
pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk tim Penceghan dan
pengendalian Infeksi.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan masyarakat;
3. Permenkes 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien
4. Permenkes 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Kepala Puskesmas Baleendah tentang Tim
Pencegahan dan Pencegahan Puskesmas Baleendah;
Kedua : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas tercantum
dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga : Penatalaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi
Puskesmas tercantum dalam lampiran keputusan;
Keempat : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan dilakukan
perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Baleendah

Pada tanggal : 16 Februari 2019

KEPALA PUSKESMAS BALEENDAH,

WIJI HARTONO
NIP 19730512 201001 1 012

Ditetapkan di : Baleendah

Pada tanggal : Januari 2019

KEPALA PUSKESMAS BALEENDAH,

LAMPIRAN 1 : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


NOMOR : P/440/ 263.A /SK/II/2019/PKM-BE
TENTANG : TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS BALEENDAH
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

KEPALA
PUSKESMAS

IPCD
(dr. Yeni Anita W)

IPCN
Siti Subagja Noer S.
S. Kep., Ners

IPCLN

Pelayanan Umum Pelayanan Gigi KIA/ KB Laboratorium


(Mema Garsari., SKM) (Mamiek Sri., AMG) (Si
(Tintin Retnawati., A.Md.Keb) (Nurmila.,Amd. Ak)
A. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan tangan
- Bekerja sama dengan bagian penunjang dalam pengadaan botol dan braket
untuk tempat handrub, sabun cair handwash, handuk pengering dan tempat
handuk kotor.
- Bekerjasama dengan bagian humas dalam pengadaan poster, leaflet dan
stiker Kebersihan Tangan.
- Bekerja sama dengan bagian farmasi untuk produksi handrub dengan
formula yang direkomendasikan oleh WHO.
- Tim PPI melakukan kampanye Kebersihan Tangan untuk semua masyarakat
Puskesmas.
2. Pemenuhan kebutuhan APD di semua ruang pelayanan perawatan pasien dan
sosialisasi cara memakai dan menggunakan serta indikasi penggunaannya
- Bekerja sama dengan bagian umumdan farmasi dalam pengadaan APD
- Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunaan APD untuk semua perawat
sampai tenaga cleaning service.
- Tim PPI mas membuat poster indikasi penggunaan APD.
3. Sosialisasi perawatan peralatan pasien dengan mengetahui cara pembersihan
alat non kritikal, semi kritikal dan kritikal.
- PPI mengadakan sosialisasi cara dekontaminasi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan cara-cara desinfeksi dan sterilisasi untuk semua alat
non kritikal, semi kritikal dan kritikal kepada Tim PPI.
4. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis tajam/
non tajam dan limbah non medis di semua ruang pelayanan perawatan pasien.
- Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk pengadaan
tempat sampah medis dan umum di seluruh area Puskesmas
- Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk pengadaan
safetybox di seluruh area pelayanan perawatan pasien di Puskesmas.
5. Pemenuhan pengelolaan linen dengan pemisahan jalur linen kotor dan bersih,
pengadaan troli linen kotor dan bersih.
- Bekerja sama dengan bagian penunjang untuk membuat jalur terpisah antara
jalur linen kotor dan linen bersih
- Bekerja sama dengan bagian bendahara barang/ Laundry untuk pengadaan
troli linen kotor dan linen bersih.
- Bekerja sama dengan bagian bendahara barang untuk memisahkan antara
ruang laundry linen kotor dan linen bersih
6. Pelaksanaan program kesehatan karyawan
- Bekerja sama dengan Tim K3 dalam melaksanakan pemeriksaan secara
berkala karyawan Puskesmas, terutama karyawan yang bekerja dengan
resiko.
- Bekerja sama dengan tim K3 dalam penanganan kasus paca pajanan
7. Penataan penempatan pasien di ruang isolasi
- Bekerja sama dengan Tim KLB untuk menata penempatan pasien di ruang
isolasi sesuai kriteria kewaspadaan transmisi droplet ataupun airborne.
8. Sosialisasi dan pemenuhan poster etika batuk
- Bekerja sama dengan bagian promkes dalam pemenuhan poster Etika batuk.
9. Sosialisasi prosedur penyuntikan yang aman dengan no recapping.
Tim PPI bersama bagian keperawatan melakukan sosialisasi cara penyuntikan
yang aman dengan one hand dan no recapping kepada seluruh tenaga
keperawatan dan tenaga non perawat dalam melakukan tindakan penyuntikan.
10. Pemenuhan kebutuhan cairan desinfektan, dekontaminasi, dan cara sterilisasi.
- Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan dalam pengadaan
Spill kit untuk semua area pelayanan perawatan pasien.
11. Surveilans oleh seluruh Tim PPI.
12. Pemenuhan sarana pencegahan infeksi di Puskesmas
- Bekerja sama dengan bagian farmasi dalam pengadaan laminar flow untuk
mixing obat intra vena.
- Bekerja sama dengan bagian unit setralisasi untuk pengadaan sterilisasi
suhu rendah.
B. PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Pencegahan dan Pengendalian infeksi menjadi bagian penting dalam upaya


meningkatkan mutu pelayanan medis dan asuhan keperawatan di Puskesmas yang
berfokus pada keselamatan pasien, petugas dan lingkungan puskesmas. Kinerja PPI
dicapai melalui keterlibatan aktif semua petugas Puskesmas, mulai dari jajaran
manajemen, dokter, perawat, paramedis, pekarya, petugas kebersihan, sampai dengan
petugas parkir dan satpam maupun seluruh masyarakat di puskesmas seperti
pengunjung, mitra kerja puskesmas (Bank, asuransi, rekanan penyedia barang, dll).

Kegiatan PPI harus dilakukan secara tepat di semua bagian/area di Puskesmas,


mencakup seluruh masyarakat puskesmas dengan menggunakan prosedur dan petunjuk
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Puskesmas. Upaya pokok PPI mendasarkan pada
upaya memutus rantai penularan infeksi berfokus pada Kewaspadaan Standar (Standart
Precautions) yang merupakan gabungan Kewaspadaan Universal (Universal
Precautions) dan BSI (Body Substance Isolation), serta Kewaspadaan Isolasi
berdasarkan transmisi penyakit.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi puskesmas dirancang untuk memutus rantai
penularan penyakit infeksi menuju perlindungan pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat.

Komponen Kewaspadaan Standar :

1. Kebersihan tangan

2. Alat pelindung diri (APD) : sarung tangan, masker, gogle/kacamata pelindung, face
shield (pelindung wajah), gaun, topi, pelindung kaki

3. Pengelolaan peralatan perawatan pasien termasuk pemisahan alat yang bersih dan
alat yang kotor, alat yang memerlukan sterilisasi

4. Pengendalian lingkungan

5. Penatalaksanaan linen

6. Pengelolaan limbah dan benda tajam

7. Penempatan pasien

8. Higiene respirasi/etika batuk

9. Praktik menyuntik yang aman

10. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan


C. PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN/INSTRUMEN PASCA PAKAI

Pengelolaan alat kesehatan/instrumen pasca pakai secara benar, tepat, efektif


dan efisien merupakan hal yang sangat penting dan harus dimengerti /dipahami oleh
seluruh staf kesehatan pada setiap tingkat, mulai dan petugas pelayanan kesehatan
sampai ke petugas pembePuskesmasihan dan pemeliharaan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas. Proses pencegahan terjadinya
infeksi silang (cross contamination) dari alat/instrumen, setelah digunakan dengan
melakukan dekontaminasi. Berdasarkan kemungkinan terjadinya infeksi, Dr.
E.H.Spaulding mengelompokkan alat/instrumen pasca pakai menjadi 3 kelompok
yaitu :

NO. TINGKAT RISIKO PENGELOLAAN ALAT


1. Risiko Tinggi (critical) adalah alat Sterilisasi atau menggunakan
yang digunakan menembus kulit alat steril sekali pakai
atau rongga tubuh atau pembuluh (disposable)
darah
2. Risiko sedang (semi critical) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
adalah alat yang digunakan pada
mukosa atau kulit yang tidak utuh
3. Risiko rendah (non critical) Disinfeksi tingkat rendah atau
adalah alat yang digunakan pada cuci bersih
kulit yang utuh/ pada permukaan
kulit

Dekontaminasi adalah proses untuk menghilangkan kotoran, komponen organik


dan mikroorganisme patogen dan alat kesehatan/instrumen sehingga aman untuk
pengelolaan selanjutnya. Proses dekontaminasi meliputi perendaman,pembersihan,
pencucian, disinfeksi, dan sterilisasi.

Alat kesehatan/instrumen pasca pakai setelah digunakan untuk tindakan medis dan
atau tindakan keperawatan harus segera dilakukan perendaman dan pencucian
dengan menggunakan larutan disinfektan yang sesuai (jenis, konsentrasi dan lama
perendaman), kemudian bilas dengan air mengalir dan keringkan.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebutt harus menggunakan APD (alat pelindung


diri) sesuai ketentuan. Tujuan dari proses tersebut adalah :

- Sebagai pemutus mata rantai infeksi


- Meminimalkan dan mengisolasi potensi kontaminasi
- Merupakan langkah awal (first step) universal precaution yang perlu dilaksanakan
- Dikerjakan pada setiap tahapan kegiatan pelayanan sterilisasi
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari benda/alat kesehatan, kecuali terhadap endospora bakteri,
dengan sistem panas (termal) atau kimia.

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat dilakukan apabila alat/instrumen dengan


kategori semi kritikal, segera digunakan dan tidak memungkinkan bila dilakukan
sterilisasi. DTT dapat dilakukan dengan cara panas, yaitu dengan direbus selama 20
menit atau dengan larutan kimia/disinfektan yang sesuai.
Disinfektan adalah bahan/zat kimia yang digunakan untuk menghambat/membunuh
virus dan mikroorganisme patogen. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan
pada permukaan kulit dan membran mukosa. Disinfektan dan antiseptik yang
digunakan di Puskesmas disediakan oleh gudang obat.

Berdasarkan daya hambat/bunuh terhadap mikroorganisme, disinfektan


dikelompokkan yaitu:

NO. KLAS KETERANGAN


1. HLD (High Level Disinfektan yang berpotensi
Disinfectan) menghancurkan / membunuh semua
bakteri bentuk vegetatif; myco-bacteria,
jamur; virus ukuran kecil dan sedang, lipid
dan non lipid, kecuali sejumlah spora
bakteri.
Contoh : Glutaraldehide 2% pH 7,5-8,5;
H2O2 6%; Formaldehide 8% dalam alkohol
70%;
2. ILD (Intermediate Disinfektan yang berpotensi
Level Disinfectan ) menghancurkan / membunuh semua
bakteri bentuk vegetatif; mycobacteria,
jamur; virus ukuran kecil. sedang, lipid dan
non lipid, tetapi tidak sensitif terhadap spora
bakteri.
Contoh : Alkohol 76%-90% ; Chlorine;
Formaldehide 4-8% dalam air
3. LLD (Low Level Disinfektan yang berpotensi
Disinfectan) menghancurkan / membunuh semua
bakteri bentuk vegetatif; beberapa jamur;
virus (lipid) seperti Hepatitis B; C dan HIV,
tetapi tidak sensitif untuk mycobacteria atau
spora bakteri.
Contoh : Formaldehide konsetrasi <4%
dalam air, disinfektan golongan amonium
kwartenair.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas/potensi disinfektan adalah:

1. Konsentrasi disinfektan; lama paparan/perendaman; suhu, pH (tingkat keasaman


atau kebasaan)

2. Tipe dan jumlah mikroorganisme (misal : Mycobacterium tuberculose relatif lebih


tahan dibanding dengan mikroorganisme vegetatif)

3. Tingkat kebersihan alat/instrumen; pembersihan yang kurang adekuat


menyebabkan masih adanya kontaminan/materi organik. Interaksi antara
kontaminan organik (bio-burden) dengan zat aktif dapat menurunkan aktivitas
disinfektan.

4. Tingkat kesadahan air (hardness water), adanya kandungan yang mineral tinggi
seperti kalsium atau magnesium dapat berinteraksi dengan zat aktif disinfektan
sehingga menurunkan aktivitasnya.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme
(bakteri, virus, fungi, parasit) dan benda/alat kesehatan, termasuk endospora bakteri
melalui cara fisika atau kimia. Tujuan adanya Sterilisasi Sentral di Puskesmas
adalah:

1. Menurunkan angka kejadian infeksi


2. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
3. Efisiensi investasi, instalasi dan pemeliharaan serta penggunaan sumber daya
(SDM, peralatan, sarana prasarana lain).

Metode sterilisasi :

Ada beberapa metode sterilisasi yang digunakan di Puskesmas yaitu:

1. Sterilisasi panas tinggi dengan tekanan (uap dengan tekanan/autoclave)

2. Sterilisasi panas kering

3. Kukus rebus menggunakan dandang (DTT)

4. Sterilisasi dengan bahan/larutan kimia (larutan glutaraldehide 2%; atau dengan


larutan hydrogen peroksida 6%); dilakukan apabila sterilisasi dengan panas
tinggi (autoclave steam) dan atau panas rendah dengan gas tidak dapat
dilakukan.

Metode sterilisasi yang rutin dilaksanakan adalah sterilisasi uap (sterilisasi uap
prevakum) untuk alat kesehatan/instrumen/bahan yang tahan panas (termostabil)
dan sterilisasi suhu rendah dengan gas Ethylen Oxide untuk alat kesehatan/bahan
yang bersifat termolabil.

Jenis alat kesehatan / instrumen dan program-metode stelisasi :

SPESIFIKASI METODE STERILISASI


1. Alat/Instrumen tahan Sterilisasi Uap (Autoclave Steam):
panas (termostabil)
Suhu (T) 134°C; P 3000 mBara
selama 5 menit; Total proses
pre-post = ± 60 menit (logam;
linen; kapas; kassa)

2. Alat/Instrumen tidak tahan Sterilisasi dengan cairan


panas (termo- labil) glutaraldehid 2% selama 1 jam

Tahapan pengelolaan alat kesehatan/instrumen pasca pakai:

Untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang optimal (efektif dan efisien) dan terjaga
mutunya sampai dengan digunakan maka proses pengelolaan alat
kesehatan/instrumen pasca pakai harus dilakukan secara benar dan tepat, aman
bagi pasien petugas serta lingkungan, yaitu :

1. Petugas yang akan melaksanakan kegiatan/proses dekontaminasi harus


menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.

2. Pre-cleaning dan pencucian:

a. Alat kesehatan/instrumen pasca pakai setelah digunakan untuk tindakan


medis dan atau tindakan keperawatan harus segera dilakukan perendaman
dengan larutan Anioszyme DD1 5 ml dalam 1 liter air selama 5 menit.
b. Bersihakan/cuci alat/instrumen yang direndam, bila perlu dengan disikat.

c. Bilas dengan air mengalir sampai bersih, dan keringkan

d. Apabila alat/instrumen pasca pakai segera digunakan, untuk alat/instrumen


dengan :

- Kategori semi critical dilakukan DTT dengan:

• Direndam dengan larutan kimia/disinfektan (glutaraldehide 2%


selama 15 menit.

- Kategori critical dilakukan sterilisasi dengan larutan kimia/disinfektan


(glutaraldehide 2% selama 1 jam) sebagai berikut :

• Tuang larutan secukupnya ke dalam wadah tertutup (alat/instrumen


dapat terendam seluruhnya).

• Lama perendaman : DTT = 15 menit; Sterilisasi 1 jam.

• Bilas dengan aquadest steril, ulangi pembilasan sebanyak 2 (dua) kali

• Keringkan/ dilap dengan lap steril

• Alat yang telah diproses harus segera digunakan

Catatan

a. Stabilitas larutan glutaraldehide 28 hari, pada suhu kamar.

b. Larutan glutaraldehide tidak boleh diencerkan pada saat akan


digunakan.

3. Setting dan pengemasan alat kesehatan/instrumen dan bahan habis pakai (BHP)

Alat/instrumen/bahan yang telah bersih dan kering disetting/ditata serta dikemas


sesuai ketentuan.

Prinsip pengemasan :

- Bahan pengemas sesuai dengan metode sterilisasi yang dipilih.

- Sterilan harus dapat diserap dengan baik dan dapat menjangkau seluruh
permukaan kemasan dan isinya.

- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka

- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan


kontaminasi Catatan : bila linen atau kertas perkamen sebagai bahan
pengemas, minimal harus rangkap 2 (dua).
. Sterilisasi

Metode sterilisasi yang dipilih, berdasarkan jenis bahan dasar


alat/instrumen/bahan yang akan disterilkan.

ALAT/INSTRUMEN/BAHAN DARI METODE STERILISASI


Logam ; linen, kassa, kapas Streilisasi uap P1 (suhu
134oC)
Sensitif terhadap panas Streilisasi dengan cairan
(termolabil) kimia glutaraldehide
Note : Sterilisasi dengan larutan kimia/disinfektan dipilih apabila tidak mungkin
dilakukan sterilisasi panas tinggi maupun sterilisasi panas rendah dan
dilaksanakan di unit pelayanan.

4. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi proses serta hasil sterilisasi harus dilakukan sesuai
ketentuan sebagai jaminan mutu/kualitas hasil sterilisasi, meliputi:

a. Monitoring proses secara visual dengan melihat kondisi post sterilisasi

b. Indikator eksternal dilakukan/diberikan pada setiap kemasan (perubahan


warna)

c. Indikator mekanik yaitu dengan mencatat kondisi suhu, waktu dan tekanan
selama proses.

d. Bowie Dick Test dilakukan setiap 1 (satu) kali sebulan sebelum mesin
autoclave dengan vakum

e. Indikator biologi, dilakukan minimal 2 (dua) minggu sekali tiap mesin


autoclave steam,

5. Penyimpanan:

Alat kesehatan/instrumen, bahan habis pakai (BHP), serta linen medis yang
telah disterilkan disimpan di ruang steril. Penyimpanan di unit pelayanan minimal
di tempat/ruang yang jauh dari lalu lintas utama atau pada kotak/almari yang
bersih dan kering serta mudah dilakukan disinfeksi.

6. Waktu kedaluarsa hasil sterilisasi:

Kadaluarsa Cara sterilisasi dengan bahan pengemas

Satu minggu Sterilisasi dengan metode panas basah


(autoclave steam)dengan pengemas kertas
perkamen rangkap 2; linen rangkap 2 atau
ditempatkan dalam tromol.

Satu bulan Sama seperti 1 minggu jika kondisi ruang


penyimpanan sesuai standar (suhu 18 0 – 220C
kelembaban 35 -75 %)

Satu 3 bulan Sterilisasi dengan metode panas basah


(autoclave steam) pengemas pouches

7. Penggunaan :
Sebelum penggunaan alat/instrumen/bahan yang disteril, pastikan bahwa :

- Kemasan dalam kondisi baik (tidak rusak, kering dan belum terbuka);

Anda mungkin juga menyukai