Anda di halaman 1dari 15

HANDOUT

GIZI SEIMBANG PADA BALITA

1. Prinsip Gizi Bagi Balita


Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Pada masa ini otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti
belajar berjalan dan berbicara lebih lancar.

Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan


fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible
(tidak dapat pulih).

Ada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada
usia dewasa sampai lanjut.

Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk


mencegah kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging,
sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu di
blender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyai gigi dapat
belajar mengunyah.

Kecukupan gizi:

Golongan umum: 1-3 tahun → BB 12 kg, TB 89 cm, Energi 1220 Kkal,


Protein 23 gram

4-6 tahun → BB 18 kg, TB 108 cm, Energi 1720 Kkal, Protein 32 gram

Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan


pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi
setiap kilogram berat badannya. Anak balita justru merupakan kelompok umur
yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Bila mengalami gizi buruk
balita maka perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan berpengaruh kepada
kehidupannya di usia sekolah dan pra sekolah.

Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan


balita yang bertujuan sebagai berikut:

1. Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara kesehatan


dan memulihkannya jika sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas,
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotorik.
2. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan
menentukan makanan yang diperlukan.

Adapun Prinsip Gizi Seimbang bagi balita :

a)      Air

Bayi yang menyusu pada ibunya masukkan air rata-rata:

Kebutuhan (ml/kg BB/hari)

I 175-200

II 150-175

III 130-140

IV 120-140

b)      Energi

Menurut FAO/WHO 1971

Umur Kebutuhan Energi (Kal/kg BB/hari)

3 bulan 120

3-5 bulan 115

6-8 bulan 110

9-11 bulan 105


Diatas 1 tahun 112

1-3 tahun 101

4-6 tahun 91

c)      Protein

Umur Kebutuhan Protein (g/kg BB/hari)

6-11 bulan 3,5-2,0

1-3 tahun 2,5-2,0

4-6 Tahun 3,0

d)     Lemak

Pada masa bayi dan balita lemak masih dianggap tidak perlu dalam jumlah
banyak kecuali asam lemak essensial (asam lenoleat dan arakidonat). Lemak yang
mengandung asam lemak essensial bila kurang dari 0,1 % akan mengakibatkan
gangguan seperti kulit bersisik, rambut mudah rontok dan hambatan pertumbuhan.
Maka dianjurkan sekurang-kurangnya 1% kalori yang berasal dari asam lenoleat.

e)      Karbohidrat

Rekuiremen karbohidrat belum diketahui dengan pasti. Bayi yang menyusu pada
ibunya mendapat 40 % kalori dari laktosa. Pada usia yang tua kalori dan hidrat
arang bertambah jika bayi telah diberikan makanan lain terutama yang
mengandung banyak tepung misalnya bubur susu dan nasi tim.

f)       Vitamin dan mineral

Ca Fe Vit A Vit B1 Vit Vit Vit C Vit


B12 B6 D
6-11 0,6 8 gr 1200 mg 0,4 mg 0,5 mg 6 mg 25 mg 400
bln gr unit

1-3 0,5 8 gr 1500 mg 0,5 mg 0,7 mg 8 mg 30 mg


th gr

4-6 0,5 10 1800 mg 0,6 mg 0,9 mg 9 mg 40 mg


th gr gr

1. Gizi Seimbang Bagi Balita

Seorang anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan normal.
Secara fisik, anak sehat dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan
yang teratur dan proporsional. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh
gizi yang terserap didalam tubuh. Sehat tampak aktif, gesit dan gembira serta
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kesehatan seorang balita sangat
dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Meskipun kekurangan gizi
bukan merupakan hal baik bagi balita, bukan berarti apabila seorang balita
diberikan asupan gizi secara berlebih (misalnya memberikan berbagai pil vitamin)
akan membuat tubuhnya menjadi kebal terhadap berbagai penyakit. Tubuh balita
justru akan mengalami kehilangan kemampuan untuk ’membentengi’ tubuh,
sehingga mempermudah masuknya penyakit.

Sejak masa kanak-kanak, otak manusia sudah mempunyai dendrit yang


berfungsi untuk mengantarkan rangsangan. Lebih banyak dendrit yang terbentuk
dalam otak berarti lebih banyak sinapsis yang berkempuan dalam belajar. Jika
pada puncak pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup maka jumlah
sinapsis yang terbentuk akan berkurang sehingga mengakibatkan fungsi
mentalnya berkurang seperti: daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak
usia dua sampai tiga tahun mulai mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus,
seperti seng dan vitamin A.

2. Tujuan Gizi Bagi Balita


a) Memberitahukan bahwa gizi sangat penting bagi kesehatan tubuh.
b) Memberikan pada ibu dan calon ibu untuk berhati-hati dalam pemilihan
makanan untuk sang buah hati.
c) Memberitahukan pada masyarakat bahwa gizi merupakan suatu
kebutuhan yang mendesak bagi tubuh sehingga perlu dipenuhi agar tubuh
menjadi sehat.
d) Menjelaskan berbagai faktor fisiologis yang mempengaruhi keadaan gizi
anak balita.
e) Menyebutkan kebutuhan berbagai zat gizi terhadap perkembangan
berbagai organ tubuh anak balita.
f) Menjelaskan faktor di masyarakat yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi anak balita.
g) Menjelaskan pengaruh faktor sosioekonomi orangtua pada keadaan gizi
anak balita.
h) Menjelaskan pengaruh faktor pendidikan orangtua pada keadaan gizi
anak balita.
i) Menyebutkan masalah perkembangan tubuh pada anak balita.

2. Cara Mengelola Makanan Bagi Balita

Pemberian makanan pada balita, sebagaimana halnya kelompok usia lain


yang lebih tua, harus memenuhi kebutuhan balita itu, yang meliputi kebutuhan
kalori serta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi 5 komponen dasar, yakni
hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin (termasuk air dalam jumlah
yang cukup). Kesemua zat gizi ini memiliki fungsi masing-masing, serta harus
terdapat secara bersamaan pada suatu waktu.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan


makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima
oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan
keluarga.
Pemberntukan pola makanan perlu diterapkan sesuai pola makanan
keluarga. Peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan
yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau dan mampu
menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orang tua dan orang-orang disekelilingnya dalam
keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya dengan apa yang diberikan pada
jam diantara makanan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun pemberian
yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu
nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-
arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,
pizza dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1.   Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.

2.   Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi,
siang, dan malam).

3.  Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktifitas anak pada usia balita.

Ciri-ciri gizi buruk :

a) Kurus, rambut kemerahan.


b) Perut kadang-kadang buncit.
c) Wajah konfase (cekung) untuk monkey fase (keriput).
d) Cengeng.
e) Kurang respons.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Makanan Bagi Balita

Faktor-faktornya dipengaruhi oleh:


1. Umur
2. Berat badan
3. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan)
4. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan
5. Kebiasaan makan, kesukaan, dan ketidaksukaan, akseptabilitas terhadap
jenis makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang dilberikan
6. Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
7. Kapan saan yang tepat pemberian makanan

Faktor makanan balita juga disebabkan oleh gangguan atau kelainan nafsu makan:
a. Anoreksian
Anoreksian adalah keadaan nafsu makan atau sama sekali tidak ada.
Merupakan keluhan yang sering dikemukakanoleh banyak orang tua mengenai
anaknya.
Anoreksia disebabkan oleh berbagai factor, berupa penyakit organis, psikologis
atau pengaturan makanan yang kurang baik. Keluhan anoreksia tanpa penyakit
organis yang nyata lebih sering ditemukan pada tunggal, anak yang umurnya
banyak berbeda dengan kakaknya dan pada anak yang orang tuanya telah berusia
lanjut. Anoreksia yang menyertai penyakit organis akan menghilangkan bila anak
telah sembuh dari penyakit primernya.
Berbagai penyakit infeksi baik yang mendadak maupun yang menahun,
kelainan bawaan misalnya pada jantung dan saluran pencernaan serta mungkin
pula karena defisiensi gizi sendiri, misalnya defisiensi besi sering kali menjadi
penyebab anoreksia pada anak. Gangguan psikologis terdapat anak keluarga yang
sedang mengalami kesulitan rumah tangga, suasana makan yang kurang
menyenangkan, tidak pernah makan bersama dengan orang tua, dipaksa makan-
makanan yang tidak disukai. Anoreksia perlu segera mendapat perhatian karena
mungkin merupakan segala sesuatu penyakit yang harus segera diobati. Anoreksi
mungkin hanya bersifat sementara, sebagai variasi normal dalam nafsu makan
sehari-hari. Anoreksia munkin bersifat sesungguhnya, yaitu bila anak sebenarnya
masih menyukai jenis makanan yang lain. Kadang-kadang terdapat anak yang
hanya menyukai jenis makanan tertentu dan tudak bernafsu untuk mencoba
makanan baru, lebih-lebih pola makanan yang baru tersebut berbeda banyak
dalam hal warna, bentuk, konsistensi dibandingkan dengan makanan yang
disukainya.
Pengobatan terhadap anoreksia terdiri dari:
 Memperbaiki faktor pnyebabnya, baik karena gangguan organis maupun
psikolosis.
 Memperbaiki defisiensi gizi yang telah terjadi dengan pengaturan makanan
yang sesuai dan pemberian preparat vitamin.
 Obat-obat perangsang nafsu makan misalnya Cyproheptadine, Pizotifen dan
sebagainya hanya diberikan bila perlu dan jelas tidak ditemukan penyebab
yang nyata dari anoreksia tersebut.
b. Pika
Pika ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan
terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong maka, misalnya
tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat keing,
dingding tembok dan sebagainya. Terdapat golongan anak dibawah umur 3 tahun,
biasanya diatas 1 tahun, sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak
sapihan wajar bila suak memasukan benda-benda yang dipegangnya kedalam
mulutnya.
Keadaan tersebut merupakan gejqala normal, sebagai suatu tahap perkembangan
oral dalam usaha memperoleh pengalaman keputusan dan mengadakan eksporasi
dunia luar dengan jalan menggunakan mulutnya. Pada penderita pika, tingkah
laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain dengan benda-beda kotor
termasuk eksterna. Pika mungkin terdapat penderita yang menderita defisiensi
gizi, mungkin pula pada penderita retardasi mental. Tetapi pika terdiri
pengawasan yang ketat agar penderita tidak memakan benda-benda yang mungkin
berbahaya untuk kesehatannay, misalnya mengakibatkan keracunan dan infeksi.
Selain itu kepada penderita diberikan obyek yang tidak berbahaya, yang dapat
digunakan untuk menggigit, mengunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Bila
terdapat defisiensi izi, hendaknya diberikan terapi yang sesuai.
3. Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai sebab, baik kelainan usus maupun diluar
usus, tetapi mungkin pula karena makanan yang kurang cocok komposisinya.
Diare juga lebih sering ditemukan pada bayi dan balita yang minum susu botol
karena kontaminasi.
4. Kolik
Kolik ialah suatu kumpulan gejala, terutama berupa serangan paroksiamal dari
perasaan nyeri perut yang dapat disertai dengan wajah kemerahan atau kebiruan.
Kelaiana ini dapat terjadi pada masa bayai muda, biasanya dibawah 3 bulan.
Penyebabnya mungkin terlalu banyak mengandung karbohidrat, gangguan emosi
an lain-lain.
Dengn memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut diatas,
umumnya tidak akan terjadi banyak kekeliruan dalam mengatur makanan untuk
seorang bayi maupun anak balita.
2.1.4. Pengaruh Status Gizi Terhadap pertumbuhan dan
perkembangan

Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap


didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah
tersrang penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan
tubuh.

Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga


mempengaruhi kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak
terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang
secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya.

Jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi


 Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau


karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau
defisit energi dan protein.Pada umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur
yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.Hal ini disebabkan anak
Balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering
kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada
orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama
dalam hal makanan.Hal ini juga di karenakan pada umur tersebut anak mengalami
pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :

Ø  KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut
standar Harvard.
Ø  KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan
menurut standar Harvard.
Ø  KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat adan
menurut standar Harvard.

Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP
ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut
marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus,
berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut
seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang
berwarna kemerahan.

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis :


oedema atau honger oedema (HO) atau juga disebut penyakit kurang makan,
kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada
daerah kaki.

Jenis KKp atau PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu :


a. Kwarshiorkor

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak


yang kekurangan kasih sayang ibu”.Kwashiorkor adalah salah satu bentuk
malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.

Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita


Kwashiorkor yaitu :

 Gagal untuk menambah berat badan


 wajah membulat dan sembap
 Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
 Pertumbuhan linear terhenti
 Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang
membuncit).
 Diare yang tidak membaik
 Dermatitis perubahan pigmen kulit
 Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut
 Penurunan masa otot
 Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi
 Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
 Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan
berakhir dengan kematian.

Cara mengatasi kwarshiorkor

Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan


makanan bergizi secara bertahap.Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor,
maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu
dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu
biasa kembali.
b. Marasmus

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-


kering.Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih
menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi
lainnya).Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga
membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami


kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi
sumber energi” (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain.
Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi
kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KEP
lain yang disebut marasmus.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus, yaitu:

 Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan
dibawah waktu lahir.
 Wajahnya seperti orang tua
 Kulit keriput,
 pantat kosong, paha kosong,
 tangan kurus dan iga nampak jelas.

Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti
lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam
keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.

c. Marasmus-Kwashiorkor

Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada
sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai
dengan adanya odema, menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit
mongering dan kusam serta otot menjadi lemah.

d. Busung Lapar

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger
Oedeem (HO).Adalah kwarshiorkor pada orang dewasa.Busung lapar disebabkan
karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara
berturut-turut.Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang
menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

Tanda-tanda yang terjadi yaitu :

 Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas


 Badan kurus
 Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut
 Sekitar mata bengkak dan apatis
 anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

.5. Pengaruh Status Gizi Dapat Dilihat Dari Segi:


1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
memahami makanan dan memiliki makanan yang baik untuk anak balita.

2. Sosial Budaya

Ada sebagian masyarakat yang mempunyai adat istiadat tertentu terutama


tentang pemberian makanan yang boleh dan tidak boleh. Misalnya, tidak boleh
makan telur jika ada luka, karena akan menyebabkan terjadinya pembusukan pada
luka dan lain sebagainya. Seharusnya telur merupakan sumber gizi yang tnggi
kadar protein dan baik untuk penyembuhan luka.

3. Serat Makanan
Serat baik untuk kesehatan pencernaan. Anak-anak yang diberi makanan yang
berserat akan baik untuk untuk kesehatan dan pertumbuhannya.

4. Kemudahan Cerna

Nutrient dalam bahan makanan yang lazim tersedia biasanya mudah dicerna.
Persentase nutrien yang dapat diasimilasi dalam sebagian besar bahan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari cukup tinggi, misalnya untuk karbohidrat 97% dan
lemak 95%. Walaupun demikian beberapa faktor dapat dipengaruhi proses
kemudahan cerna tersebut, diantaranya cara menyimpan, mengolah dan memasak
bahan makanan, serta terdapatnya bahan senyawa lain secara bersamaan.

5. Rasa Kenyang

Selain terhadap kepuasan dan terpenuhnya rasa kenyang, pemberian makanan


harus dapat pula memenuhi persyaratan segi kesehatan. Beberapa jenis makanan
mempunyai nilai rasa kenyang yang tinggi, berarti cepat memberikan rasa
kenyang, seperti susu, telur, makanan yang berlemak. Sedangkan roti, kentang,
daging tanpa lemak, ikan, sayur buah mempunyai nilai rendah.

6. Sumber Makanan

Tersedianya makanan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin


sulit atau jauh mendapat makanan yang mengandung gizi akan semakin sulit juga
bagi seseorang untuk mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi atau
gizi yang baik.

.5. Menu Seimbang Bagi Balita


1. Karbohidrat

Seperti nasi, roti, sereal, kentang atau mie.

2. Buah dan Sayur

Seperti pisang, pepaya, jeruk, tomat, dan wortel. Jenis sayuran beragam
mengandung zat gizi yang berbeda.
3. Susu dan Produk Olahan Susu

Susu pertumbuhan, produk olahan susu seperti susu dan yoghurt. Pastikan
balita ibu mendapatkan asupan kalsium yang cukup dan konsumsi susunya.

4. Protein

Seperti ikan, susu, daging, telur, dan kacang-kacangan.

5. Lemak dan Gula

Seperti yang terdapat dalam minyak, santan, dan mentega, roti, dan kue juga
mengandung Omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.

Anda mungkin juga menyukai