Makalah Berjudul :
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis”. Dalam penyusunan makalah ini,
kami ngucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
Tim Penyusun,
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penaganan diuresis dapat menggunakan obat diuretik tiazid dan Diuretik
Potassium-sparing. Diuretik tiazid Obat jenis ini adalah obat yang paling sering
diresepkan oleh dokter. Obat jenis ini paling sering digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi. Obat-obatan jenis ini tidak hanya mengurangi cairan dalam
tubuh saja tapi juga menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks. Diuretik
Potassium-sparing obat diuretik jenis ini dapat mengurangi jumlah cairan yang
menumpuk dalam tubuh tanpa menghilangkan kalium, dan zat gizi penting.
(Guyton.2018)
Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada pasien massa post partum pada
saat pasien mengalami diuresis karena diuresis mengakibatkan kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan
sekitar 2,5 kg selama masa postpartum. (Sulfianti,dkk.2021)
Maka dari latar belakang tersebut kami membuat makalah berjudul Asuhan
Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan kebidanan dengan kasus diuresis.
2. Untuk mengetahui peran diuretik osmotik.
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan ibu nifas dengan kasus diuresis?
4. Untuk mengetahui contoh golongan obat ini manitol, urea, gliserin, isosorbid
5. Dapat di manfaatkan untuk pasien institusi dan lahan praktek
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian diuresis Osmotik adalah peningkatan laju buang air kecil yang
disebabkan oleh adanya zat-zat tertentu dalam tabung kecil dari ginjal.Ekskresi terjadi
ketika zat-zat seperti glukosa memasuki tubulus ginjal dan tidak dapat diserap
kembali (karena keadaan patologis atau sifat alami zat tersebut). Zat-zat tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam tubulus, menyebabkan retensi
air di dalam lumen, dan dengan demikian mengurangi reabsorpsi air, meningkatkan
keluaran urin (yaitu diuresis). Efek yang sama dapat dilihat dalam terapi seperti
manitol , yang digunakan untuk meningkatkan produksi urin dan mengurangi volume
cairan ekstraseluler. (Ganong, W. F. 2017)
Zat dalam sirkulasi juga dapat meningkatkan jumlah cairan yang bersirkulasi dengan
meningkatkan osmolaritas darah. Ini memiliki efek menarik air dari ruang interstitial ,
membuat lebih banyak air tersedia dalam darah dan menyebabkan ginjal
mengompensasi dengan mengeluarkannya sebagai urin. Dalam hipotensi , seringkali
koloid digunakan secara intravena untuk meningkatkan volume sirkulasi dalam diri
3
mereka, tetapi karena mereka mengerahkan sejumlah tekanan osmotik, maka air juga
dipindahkan, selanjutnya meningkatkan volume sirkulasi.Saat tekanan darah
meningkat, ginjal membuang kelebihan cairan sebagai urin. Natrium , klorida , dan
kalium diekskresikan dalam diuresis osmotik, yang berasal dari diabetes mellitus
(DM). Diuresis osmotik menyebabkan dehidrasi dari poliuria dan polidipsia klasik
(haus berlebihan) yang berhubungan dengan DM.
4
Mannitol sebabkan hipotensi, dehidrasi, hilangnya elektrolit, asidosis dan
tromboplebitis, sakit kepala, mual, muntah.
Manitol harus diberikan secara IV, jadi obat ini tidak praktis untuk pengobatan udem
kronik. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, kerana volume
darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah gagal.
1. Efek Nonterapi
Manitol di distribusikan ke cairan ekstra sel, oleh karena itu pemberian larutan
manitol hipertonis yang berlebihan akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler, sehingga secara tidak diharapkan akan terjadi penambahan jumlah
cairan ekstraseluler.
Urea,suatu kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalan air. Merupakan
agen diuretik osmotik, disaring bebas pada glomerulus dan direabsorpsi terbatas pada
tubulus renalis. Sediaan intravena mengandung urea sampai 30% dalam dekstrose 5%
(iso-osmotik) sebab larutan urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan
bedah saraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/kgBB. Sebagai diuretik,
urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol, karena hampir 50%
senyawa urea ini akan direabsorbsi oleh tubuli ginjal. Efek samping lainya antara lain
aritmia, hemolisis, dan rentan perdarahan.
5
gliserin dalam larutan dekstrosa 5 %. Gliserin 10 % menjadi larutan hiperosmolalitas
saat diberikan intra vena, menyebabkan hiperosmolalitas darah dan disusul urin. Dosis
biasanya 1-1,5 g/KgBB dengan konsentrasi larutan oral 50-75 %. Efek maksimal
terlihat 1 jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Isosorbid,diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya
juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada gliserin,
tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/kgBB, dan dapat
diberikan 2-4 kali sehari. (Elly Dwi.2018)
6
BAB III KASUS
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.S P11001 Post Partum Hari ke 3 di PMB Bidan
Putri
SUBJEKTIF
A. Biodata/Identitas
Nama Ibu :Ny. Sarini Nama suami :Tn. Wahyu
Umur : 23 Umur :25
Agama :Islam Agama :Islam
Suku/ Bangsa :Jawa Suku/ Bangsa :Jawa
Pendidikan :D4 Kebidanan Pendidikan :S2
Pekerjaan :Bidan Pekerjaan :Mentri Kesehatan
Penghasilan :Rp. 5.000.000 Penghasilan :Rp. 8.000.000
Alamat :Jl. Kis mangusarkoro no Alamat : Jl. Kis mangusarkoro no
102 A, Jember 102 A, Jember
No. Telp. :0881037311 No. Telp :08810373112
Keterangan :
Nama : Untuk identifikasi / mengenal penderita
Umur : Untuk menentukan prognosa kehamilan kalau umur klien terlalu lanjut /
muda maka persalinan lebih banyak resiko
Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang digunakan dan bahasa apa yang
dipakai sehingga memudahkan dalam memberikan asuhan terutama dalam
memberikan konseling
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianutnya dalam rangka memudahkan
dalam memberikan asuhan
Pendidikan: Untuk mengetahui bagaimana/ sejauh mana pengetahuan suami
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan suami, sehingga memudahkan
menghubungi suami/ keluarga
7
No. telp : Untuk memudahkan menghubungi klien/ keluarga klien
Anak B Peny
Ke- Pen B Kea U ulit
Peny Peny Tem Peny Lak Je La
Usia Jenis olo JK L daa m
ulit ulit pat ulit tasi nis ma
ng ah n ur
ir
Ha
mil
ini
Keterangan :
1. Pembagian dalam usia kehamilan:
a. Abortus : Usia kehamilan < 20 minggu/berat janin < 500 gr
b. Preterm : Usia kehamilan ≥ 20 minggu dan ≤ 37 minggu
c. Aterm : Usia kehamilan 38-42 mgu
d. Postmatur / serotinus/ postdate : Usia kehamilan diatas 42 mgu
(Sarwono, 2005)
2. Macam Penyulit Kehamilan
a. Hiperemesis gravidarum
b. Pre eklamsi-Eklamsi
c. Kehamilan Ektopik
d. Perdarahan antepartum
e. Gemelli
f. Kelainan dalam lama kehamilan (abortus, imatur, prematur, postdate )
g. Kelainan dalam placenta & selaput janin (misal : mola hidatidosa, dll )
8
4. Macam Penyulit Nifas
a. Infeksi nifas
b. Kelainan pada mammae
c. Subinvolusi uterus
d. Trombosis
e. Emboli
6. Macam-macam KB
a. Suntik
b. Pil
c. AKDR
d. Implant
e. Dll
D. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Bayi
a) Hari/Tanggal/Jam lahir :Selasa / 30 November 2021
b) Jenis persalinan : Spontan
c) Penyulit *) : Tidak ada
d) BB / PB :2600 kg
2. Plasenta
a. Jenis : spontan
b. Lengkap : ya
c. Penyulit : tidak ada
3. Laserasi
Ada/tidak :
Penjahitan : tidak
4. Obat yang didapat :Vitamin A, Vitamin C, Kalsium Asam Folat
E. Riwayat Kesehatan
Jantung Ginjal Asma TBC
Hepatitis Diabetes Melitus Hipertensi
Riwayat operasi ataupun rawat inap di Rumah Sakit
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Jantung Ginjal Asma TBC Hepatitis
Diabetes Melitus Hipertensi Gemeli
9
Keterangan
Tanda Gejala Penyakit Sistemik
1. Jantung : Bila ditandai dengan mudah lelah, jantung berdebar, sesak napas, angina
pectoris, pembesaran vena jugularis, oedema, tangan berkeringat,
hepatomegali, takikardi, kardiomegali.
2. Ginjal : Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat, lidah kering,
poliuria, hipertensi, proteinuria, nokturia.
3. Asma : Bila ditandai dengan napas pendek, berbunyi (wheezing), batuk-batuk
(tersering pada malam hari), napas atau dada tertekan.
4. TBC : Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda filtrat (redup, bronkial,
ronki basah), tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum
5. Hepatitis :Bila terdapat anoreksia, mual muntah ,febris, hepatomegali, ikterus.
6. Diabetes Millitus : Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada penderita
diabetes mellitus yaitu poliuria, polidipsi, poliphagi
7. Hipertensi : tekanan darah diatas 160/90 mmHg lihat penapisan
10
POLA SETELAH MELAHIRKAN
KEBIASAAN YANG
MEMPENGARUHI Tidak ada
KESEHATAN (Jika ada)
Untuk PP awal >2-24 jam PP: yg dikaji adalah data kegiatan terakhir
Untuk PP > 24 jam : sesuai pola kehidupan dlm sehari hari
OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaaan emosional : Ibu tampak stabil
4. Antropometri,
a. BB saat ini : 70 kg
b. TTV
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 0C
Nadi : 90 kali/menit. (reguler/ ireguler)
RR : 20 kali/menit.
Keterangan:
1. Keadaan Umum : Lemah, Cukup, Baik
Pemeriksaan fisiK harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang
mencakup: (1) Kesan keadaan sakit, termasuk face dan posisi pasien; (2) Kesadaran;
(3) Kesan status gizi. Penilaian KU adalah sesuai observasi bidan pada saat pertama
kali bertemu klien. Parameter untuk menilai KU klien baik atau tidak baik adalah
11
postur tubuh, cara berjalan, emosi ibu, kecemasan, kemarahan, malnutrisi, anemi.
Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam
keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah pasien dalam
keadaan yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap.
2. Kesadaran
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Tingkatan kesadaran dinyatakan
sebagai berikut :
1). Composmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat
terhadap semua stimulus yang diberikan.
Cirinya : bangun, respon terhadap rangsang sesuai, orientasi thd waktu, tempat,
orang sesuai
2). Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya ia akan memberi respons yang adekuat bila diberikan stimulus.
Cirinya : sering tidur,mudah dibangunkan, respon sesuai
3). Somnolen : Yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien
tampak mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif terhadap stimulus ringan,
tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras, kemudian
tertidur lagi.
Cirinya : bangun jika ditepuk-tepuk, respon sesuai, kembali tidur
4). Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai
disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga
sering terjadi halusinasi.
Cirinya : respon hanya pada rangsang nyeri, jika menginginkan sesuatu menarik-
narik jari atau mendorong tangan, tidak benar-benar bangun saat di beri rangsang
5). Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang,
tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks pupil
terhada cahaya masih positif (Semi Koma).
Cirinya : respon hanya pada rangsang nyeri, menampilkan gerakan refleks seperti
decerebrasi, decortisasi
6). Koma : Pasien tudak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah.
Cirinya : tidak ada respon, lengan atau tungkai bawah flaccid
B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak pucat , ada cloasma gravidanum, tidak ada oedem
2. Mata : konjungtiva merah muda , sklera. putih
3. Mulut/ Gigi/ Lidah*) : Terdapat Karies gigi
4. Leher*) : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, kelenjar
limfe
5. Dada : Aspirasi dan Exspirasi Normal, Tidak ada suara nafas
tambahan.
12
Payudara :
a. Simetris : ya
b. Kebersihan : bersih
c. Putting : menonjol kanan dan kiri
d. Colostrum/ASI : ada
e. Nyeri : tidak ada kanan dan kiri
f. Masa : ada payudara kanan kiri
g. Warna : Mengkilap kanan dan kiri
h. Konsistensi : Asi dapat keluar
Keterangan:
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabakan payudara bengkak, dijelaskan dalam
tabel berikut :
Gejala dan tanda Gejala dan tanda Diagnosis
selalu ada Kadang-kadang ada Kemungkinan
6. Abdomen :
a. Bekas SC/luka op. :tidak ada
b. Fundus uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
13
56 hari (8 minggu) Normal 30 gr
7. Genetalia
a. Kebersihan : bersih
b. Varises : Tidak Ada
c. Pengeluaran lochea : berwarna merah dan hitam; Berbau Anyir
Catatan:
warna, bau, jumlah
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai
berikut :
1) Lochea rubra (kruenta)
1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam; Terdiri dari sel desidus, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, sisa darah.
2) Lochea sanginolenta
sampai 7 hari; berwarna putih bercampur merah
3) Lochea serosa
sampai 14 hari; Berwarna kekuningan
4) Lochea alba
Setelah hari ke-14; Berwarna putih
d. Luka perineum : yang perlu dikaji adalah keadaan dari luka (bersih/kotor),
penyumbuhan luka, nyeri, terdapat pus/ tidak, kemerahan atau tidak
8. Ekstrimitas
a. Varises : Tidak ada kaki kanan kiri
b. Odema : Tidak ada kaki kanan kiri
c. Homan sign : (- ) kaki kanan kiri
ANALISA
Diagnosa:
P11001 Post Partum Hari ke 3 dengan Banyak Keringat dan Sering Kencing
14
PENATALAKSANAAN
Masalah Perencanaan
Diuresis 4. Pengetahuan tentang diuresis adalah
suatu hal yang fisiologis
5. Pengetahuan cara membersihkan alat
vital yang benar
6. Pengetahuan tentang memakai
pakaian yang bisa menyerap keringat
dan nyaman di pakai karna ibu banyak
mengeluarkan keringat
7. Pengetahuan minum air 14 gelas
sehari dengan menggunakan gelas
belimbing
8. Pengetahuan untuk sering mengganti
pembalut agar tidak lembab
PENATALAKSANAAN
Hari / Tanggal : Kamis/ 02 Desember 2021
15
WIB hal yang fisiologis
E/Pasien mengerti bahwa diuresis adalah suatu hal yang
fisiologis
16
8 - 28 hari PP 7. Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul) (KF 1 –
KF 2)
8. Pelayanan kontrasepsi pasca salin
9. Konseling
10. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas
dengan komplikasi
29 – 42 hari PP
11. Memberika nasihat :
a. Makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani &
nabati, sayur dan buah-buahan
b. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada
6 bulan pertama 14 gelas sehari dan pada 6
bulan kedua adalah 12 gelas sehari
c. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan
daerah kemaluan, ganti pembalut sesering
mungkin
d. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat
e. Melakukan aktifitas fisik pasca melahirkan
dengan intensitas ringan sampai sedang selama
30 menit, frekuensi 3-5 kali dalam seminggu
f. Bagi ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar maka harus menjaga kebersihan luka
bekas operasi. Latihan fisik dapat dilakukan
selama 3 bulan pasca melahirkan
g. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi
ASI saja selama 6 bulan
h. Perawatan bayi yang benar
i. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu
lama, karena akan membuat bayi stress
j. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi
sedini mungkin bersama suami dan keluarga
k. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan
untuk pelayanan KB setelah persalinan
(Buku KIA, 2020)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diuresis postpartum yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume
darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan
cairan. Asuhannya kebidanan diuresis menjelaskan pada ibu bahwa diuresis pasca
post partum adalah suatu hal yang fisiologis, Memberi tahu ibu untuk membersihkan
alat vital cebok dari depan ke belakang, Anjurkan ibu menggunakan pakaian yang
mudah menyerap keringat, Anjurkan ibu untuk minum air 8 liter sehari, Anjurkan ibu
untuk sering mengganti pembalut agar tidak lembab
3.2 Saran
Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada pasien massa post partum pada saat
pasien mengalami diuresis karena diuresis mengakibatkan kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar
2,5 kg selama masa postpartum.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2018. Textbook of Medical Physiology. 11th
Ed.Philadelphia,PA, USA: Elsevier Saunders
19