Anda di halaman 1dari 8

Makalah Kasus Pemicu 3

Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Kemitraan, Advokasi,


Pelayanan Kebidanan Berbasis Masyarakat
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat
Dosen Pembimbing : Nunik H,M.Keb

Disusun Oleh :

1. Nanda Kartika Sari (200550010)


2. Novia Shinta Putri (200550011)
3. Ratira Wadya Paramita R (200550012)
4. Sella Anggraeni Septia W (200550013)
5. Syafitri Diah Utami (200550014)
6. Ulfatul Aliyah (200550015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER
2021
1. PENGERTIAN Advokasi
1. Advokasi berasal dari kata advocate, yang berarti pembelaan, atau anjuran terhadap
suatu masalah atau kasus.
2. WHO (1989) WHO : “advocacy is a combination on individual and social action design
to gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support for
particular health goal or programme (WHO,1989).
3. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

2. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Analisis : Analisis Masalah , Analisis Khalayak/Sasaran , Analisis Program
2. Strategi : Penetapan Tujuan , Pemilihan bentuk Aksi ,Perumusan Isi Pesan , Pemilihan
Media, Pengaturan Daya
3. Mobilisasi : Penggunaan media massa, Peningkatan peran jejaring, Pengangkatan issu
(memblow up)
4. Tindakan Aksi : Makin banyak yang “terlibat”, makin baik , Tindakan “bersama” ,
Dilakukan terus menerus dan konsisten

PESAN ADVOKASI
BISSWTS
B = Bahasa
I = Ide / isi pesan
S = Subyek / sasaran
S = Sumber pesan yang dipercaya sasaran advokasi
W = waktu penyampaian pesan advokasi
T = tempat melakukan advokasi
S = saluran komunikasi pesan
ISI PESAN ADVOKASI
SEEA
S : STATEMENT / pernyataan sederhana
E : EVIDENCE / bukti /fakta-faktanya
E : EKXAMPLE / contoh dg cerita /analogi
A : ACTION / tindakan aksi
5. Evaluasi Aspek yang dievaluasi: Penetapan Sasaran , Perumusan Tujuan , Perumusan
Isi Pesan , Pemilihan Saluran , Peran jejaring , Pencapaian hasil
6. Kesinambungan : Perubahan perilaku perlu waktu panjang , Advokasi bukan
“komunikasi tunggal”, Isi pesan perlu diperluas dan diperdalam , Tujuan semakin
dirinci dan diperjelas
3. Pengertian dan Konsep Kemitraan

Kemitraan (partnership), dilihat dari perspektif etimologis berasal dari kata mitra (partner).
Partner dapat diartikan”pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon”. Sedangkan partnership
diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian. Bertolak dari sini maka kemitraan
dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang
membentuk satu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau
tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

4. PRINSIP-PRINSIP KEMITRAAN

Wujud nyata kemitraan dapat disepakati sebagai sebuah konsep kerjasama dimana dalam
operasionalisasinya tidak terdapat hubungan yang bersifat sub-ordinasi, namun hubungan
yang setara bagi semua “parties”. Sehingga dalam konsepsinya kemitraan memiliki prinsip
yang harus menjadi kesepahaman diantara yang bermitra dan harus ditegakkan dalam
pelaksanaannya, meliputi:

1. Prinsip kesamaan (visi, misi, dan tujuan)


2. Prinsip kebersamaan (gotong royong)
a. Niat untuk kerjasama
b. Tidak berusaha menjatuhkan satu sama lain
c. Tidak saling menyalahkan jika ada suatu hal
d. Kerjasama saling menguntungkan
3. Prinsip keseimbangan
a. Ada beban tugas yang dipikul
b. Masing-masing pihak memiliki tugas yang seimbang
4. Prinsip keadilan dan keterbukaan (transparancy)
Kedua belah pihak yang bermitra harus saling terbuka dalam melaksanakan
programnya:
a. Adil dalam pembagian keuntungan
b. Tidak mengutamakan kepentingan individu, tetapi
c. kepentingan bersama.
d. Antara satu dengan yang lain saling membantu jika ada
e. kesulitan.
5. Prinsip manfaat
a. Masing-masing pihak merasakan manfaat dari kemitraan tersebut.
b. Dengan kemitraan diharapkan pengetahuan, keterampilan dan penghasilan
dapat meningkat.
6. Prinsip keberlanjutan Dengan kemitraan diharapkan dapat menjamin keberlangsungan
program, sehingga dapat terus berjalan hingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Tujuan terjadinya suatu kemitraan

untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang
bermitra, saling menutupi, saling menambah, dan saling menguntungkan (mutualisme).
Sedangkan manfaat dari melakukan kemitraan atau kerjasama yang sudah dilakukan oleh dua
(2) orang atau lebih adalah sebagai berikut:

1 Memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang bermitra.


2 Meningkatkan mutu dan keberlanjutan mulai dari penyedia input, proses hingga out put
yang dihasilkan
3 Memberikan manfaat sosial
4 Mendukung keberlangsungan progra
5 Mengembangkan kelembagaan pihak yang bermitra.

6. Langkah Melakukan Kemitraan


A. Tahapan Melakukan Kemitraan
Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Tahap Identifikasi Intern Lembaga.
a. Lembaga mengidentifikasikan komponen-komponen yang belum dimiliki
untuk penyelenggaraan program yang akan menjadi kebutuhan program.
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu lembaga menilai komponen apa
yang harus ada pada penyelenggara program tersebut. Apabila ada kebutuhan
yang belum terpenuhi, maka itulah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
pelaksanaan program.
b. Merumuskan aspek yang perlu dimitrakan. Dari hasil identifikasi, langkah
selanjutnya menyusun prioritas kebutuhan. Berdasarkan data hasil identifikasi
akan diketahui komponen-komponen mana yang akan dimitrakan terlebih
dahulu berdasarkan tahapan kegiatan pelaksanaan program. Selanjutnya
menyusun kriteriakriteria hasil identifikasi lembaga dengan menentukan
aspek-aspek yang akan dibutuhkan untuk penyelenggaraan program.
Kebutuhan tersebut akan menjadi aspek yang akan dimitrakan dengan lembaga
lain, dan selanjutnya menentukan kriteria calon mitra. Setelah diketahui
komponen-komponen yang akan dimitrakan, langkah selanjutnya mencari
lembaga calon mitra yang sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang telah
ditentukan.
2. Tahap Sosialisasi Pada tahap ini pihak-pihak yang akan mengadakan
kemitraan/kerjasama harus melakukan sosialisasi/pengenalan program-program
yang akan diluncurkan terlebih dahulu kepada mitra. Tanpa pengenalan program
terlebih dahulu, mitra belum tentu bisa menerima. Jadi sosialisasi merupakan kunci
dalam membangun suatu kemitraan dalam pelaksanaan suatu program.
3. Tahap Perencanaan Sebelum program dilaksanakan, terlebih dahulu harus
dilakukan perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaan nanti tidak terjadi
penyimpanganpenyimpangan, karena perencanaan merupakan unsur yang
esensial. Perencanaan itu sendiri adalah merupakan suatu proses mempersiapkan
seperangkat putusan bagi perbuatan di masa datang. Unsur-unsur yang muncul
dalam suatu perencanaan adalah:
a. Penetapan tujuan dan maksud
b. Perkiraan lingkungan, yang meliputi sumber-sumber dan hambatan-
hambatan terhadap tujuan dan maksud yang ingin dicapai.
c. Penentuan pendekatan yang akan mencapai tujuan-tujuan dan maksud-
maksud itu

Dalam tahap perencanaan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan-kegiatan dari kedua


belah pihak yang bermitra, yaitu:
a. Pengumpulan data
Pada kegiatan ini kedua belah pihak bersama-sama mencari data sebagai
sasaran terhadap suatu program yang akan diluncurkan.
b. Pengolahan data
Pada tahap ini, setelah data terkumpul maka harus diolah dan dicermati terlebih
dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman dari kedua belah pihak.
c. Analisis data Kegiatan analisis data ini adalah kegiatan yang lebih bersifat
penetapan/putusan perencanaan, sehingga akan dapat diketahui tentang validitas
dan ketepatan perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan.
4. Tahap Kesepakatan dan kesepahaman Pada tahapan ini, setelah perencanaan betul-
betul matang kedua belah pihak bisa saling menerima program yang akan
dilaksanakan. Untuk memperkuat dan melegalkan suatu kerjasama dalam
pelaksanaan program, maka perlu adanya kesepahaman dalam kesepakatan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya akad kerjasama dari kedua belah pihak.
Akad kerjasama ini di dalamnya memuat tentang aturanaturan yang harus dipahami,
dimengerti dan dipatuhi oleh kedua belah pihak, baik itu yang menyangkut aturan
dana, penyelenggara, pengelola, waktu pelaksanaan, peran dan tanggung jawab
kedua belah pihak, sampai pada pemanfaatan hasil keluaran. Dengan adanya akad
kerjasama ini dimungkinkan tidak akan terjadi kesalahpahaman (trouble)
dikemudian hari oleh kedua belah pihak, karena sebelum terjadinya
penandatanganan akad kerjsama sudah ada kesepakatan dan kesepahaman tentang
peran dan tanggungjawab dari masing-masing pihak.
a. Pelaksanaan Pada tahapan ini (pelaksanaan) unsur-unsur atau elemen-elemen
yang terkait harus menunjukkan tingkat kepeduliannya terhadap program yang
telah disepakati bersama, sehingga program dapat terlaksana sesuai dengan
harapan yang diinginkan.
b. Monitoring dan Evaluasi Tahapan inilah yang merupakan tahapan akan diketahui
apakah program yang dilaksanakan menemui kegagalanan atau keberhasilan.
Dikatakan gagal apabila program yang dilaksanakan kurang begitu menyentuh
pada nilai atau tatanan kehidupan masyarakat dan dikatakan berhasil apabila
program itu bisa membawa manfaat, khususnya dalam peningkatan taraf
hidupnya.

7. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa
mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-
an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang
berkembang belakangan. Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan
masyarakat, Ife (1995) menyatakan bahwa “empowerment is a process of helping
disadvantaged groups and individual to compete more effectively with other interests,
by helping them to learn and use in lobbying, using the media, engaging in political
action, understanding how to ‘work the system,’ and so on” (Ife, 1995). Definisi
tersebut mengartikan konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya
memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam
suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan
tugasnya sebaik mungkin.

8. HASIL DISKUSI TOPIK 2

1. Apakah penanganan wabah tersebut akan berhasil dengan pembebasan biaya


perawatan atau pengobatan bagi pasien DBD dan Diare?

TIDAK BERHASIL, karena pembebasan biaya perawatan atau pengobatan bagi


pasien DBD dan Diare, biasanya akan terjadi perbedaan penanganan dengan
pasienyang membayar terdapat perbedaan pada obat sesuai harga, Departemen
Kesehatan dan Seluruh Jajarannya harus melakukan pendidikan kesehatan untuk
mencegah terjadinya wabah DBD dan Diare.

2. Apakah pengasapan dan perawatan pasien menyelesaikan wabah tersebut?

TIDAK, karena pengasapan hannya mengurangi sebagianpopulasi nyamuk dan


pengasapan tidak dapat mengurangi virus diare seharusnya Departemen Kesehatan
dari seluruh Jajarannya memberikan pendidikan kesehatan misalnya, PNBS

3. Jelaskan tindakan yang paling tepat harus dilakukan oleh masing-masing pihak ?

1. Langkah pertama yang dilakukan,


tenaga kesehatan (bidan) meminta persetujuan kepada dokter wilayah puskesmas
agar diadakannya pembinaan PHBS, penanganan DBD dan diare, lalu dokter akan
menindaklanjuti permintaan tersebut kepada dinas kesehatan. Dinas Kesehatan
akan meminta kepada penentu kebijakan (bupati) untuk membuat
peraturan/UU/intruksi mengenai pembinaan PHBS, penanganan DBD, dan diare
untuk menghindari masyarakat terkena wabah DBD dan diare kembali dan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih sehat.
2. Kemudian bupati menerbitkan peraturan/UU/intruksi dan disebar melalui camat,
3. Kecamatan akan memerintahkan kepala desa untuk melaksanakan
peraturan/UU/intruksi yang telah diturunkan oleh bupati. Kepala desa meminta
bantuan kepada RT/RW,
4. Lalu RW dibantu RT untuk menyampaikan atau mendata masyarakat disekitar.
Setelah mendapatkan data masyarakat disekitar, nakes akan memberikan
pembinaan atau pelatihan kepada masyarakat mengenai tindakan yang benar, dan
hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Selama pelatihan masyarakat akan
mendapatkan sertifikat, kemudian sertifikat itu dapat menjadi alat bukti jika
masyarakat telah melakukan pembinaan PHBS, penanganan DBD, dan diare.
Kemudian kader akan dibimbing oleh tenaga terlatih untuk mendapatkan dasar
kegiatan posyandu yang diadakan. Selanjutnya nakes akan meminta bantuan
kepada kader untuk mendata sasaran (ibu hamil, bayi/balita dan anak pra sekolah).
4. Bagaimana peran advokasi kesehatan dalam hal ini?
PERAN ADVOKASI
Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat terkait mencegah
terjadinya wabah DBD dan Diare
 Advokasi apakah yang perlu diberikan?
Dalam menerapkan PNBS dan melaksanakan gotong royong dama 1 minggu sekali
apabila melanggar akan dikenai sanksi berupa denda uang dan bersih-bersih selama
1 minggu.
 Siapa sajakah yang sebaiknya mengambil prakarsa untuk memulai advokasi?
Kepala keluarga, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, departemen kesehatan dan
seluruh jajarannya.

Anda mungkin juga menyukai