Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis

diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ASKEB Nifas

Dosen Pengampu : Rusdiarti, M.Gz

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Adinia Selsa Setiawan (200550001)
2. Fahmidia Zumala Dewi A. (200550004)
3. Sella Anggraini Septia Wulandari (200550013)

YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

AKADEMI KEBIDANAN JEMBER

Tahun Ajaran 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Berjudul :

Asuhan Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ASKEB Nifas

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Istifadatul Ilmiyah, M.Keb Rusdiarti M.Gz

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis”. Dalam penyusunan makalah ini,
kami ngucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Rusmijati, M.M selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember


2. Istifadatul Ilmiyah, M.Keb selaku dosen pembimbing mata kuliah Askeb
Nifas
3. Rusdiaerti, M.Gz selaku dosen PJMK mata kuliah Askeb Nifas
Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis”.

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusuna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritk dan saran yang membangun dari dosen
pembimbing dan PJMK mata kuliah ASKEB Nifas untuk menyempurkan
makalah ini.

Jember, 13 November 2021

Tim Penyusun,

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian diuresis.................................................................................................................3
2.2 Peran Diuretik Osmotik.........................................................................................................4
2.3 Cara kerja diuretik osmotik....................................................................................................4
2.4 Contoh golongan obat ini manitol, urea, gliserin, isosorbid..................................................4
2.5 Asuhannya kebidanan diuresis...............................................................................................6
BAB III KASUS....................................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diuresis adalah Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi
selama masa hamil adalah diaphoresis luas, terutama pada malam hari, selama 2-3
hari pertama setelah melahirkan. ( Ganong, W. F. 2017).

Diuresis postpartum yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya


peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume
darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan
cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum.
Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut
kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of
pregnancy). ( Ganong, W. F. 2017).

Diuresis berdapampak pada peningkatan volume urin. Adanya diuresis


osmotik (akibat peningkatan glukosa darah atau hiperglikemik). Sehingga dampaknya
diuresis akan mengakibatkan kondisi dehidrasi, shock.

Angka kejadian diuresis dalam perawatan di dunia adalah sebesar 3-4%,


sementara di Indonesia sebesar 11,2% berdasarkan Indonesian Registry of Heart
Failure. Resistensi diuretik didefinisikan sebagai respon diuresis kurang dari 1400ml
dalam 24jam pertama setelah pemberian 40mg furosemide intravena (atau setara).
Hasil: Resistensi diuretik terjadi pada 68% pasien. Prediktor independen terhadap
terjadinya resistensi diuretik yang diperoleh dari analisa regresi logistik multivariat
adalah: riwayat DM (p = 0.013), riwayat penggunaan diuretik loop iv > 6 hari (p =
0.002), dosis diuretik loop oral > 80mg/hari (p = 0.006), FEVKi ≤ 49% (p = 0.002),
BUN ≥ 21 mg/dL (p < 0.001) dan klorida serum < 98mmol/L (p < 0.001). Sebagai
tambahan, sebuah sistem skoring telah dibuat berdasarkan model akhir tersebut.
Kesimpulan: Kejadian resistensi diuretik dapat diprediksi berdasarkan karakteristik
pasien, parameter klinis dan laboratorium. Sistem skoring baru dapat memprediksi

1
kejadian resistensi diuretik pada pasien gagal jantung dekompensasi akut yang
menjalani rawat inap.

Penaganan diuresis dapat menggunakan obat diuretik tiazid dan Diuretik


Potassium-sparing. Diuretik tiazid Obat jenis ini adalah obat yang paling sering
diresepkan oleh dokter. Obat jenis ini paling sering digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi. Obat-obatan jenis ini tidak hanya mengurangi cairan dalam
tubuh saja tapi juga menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks. Diuretik
Potassium-sparing obat diuretik jenis ini dapat mengurangi jumlah cairan yang
menumpuk dalam tubuh tanpa menghilangkan kalium, dan zat gizi penting.
(Guyton.2018)

Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada pasien massa post partum pada
saat pasien mengalami diuresis karena diuresis mengakibatkan kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan
sekitar 2,5 kg selama masa postpartum. (Sulfianti,dkk.2021)

Maka dari latar belakang tersebut kami membuat makalah berjudul Asuhan
Kebidanan Masa Nifas dengan Diuresis

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asuhan kebidanan dengan kasus diuresis ?
2. Bagaimana peran diuretik osmotik ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan ibu nifas dengan kasus
diuresis?
4. Bagaimana contoh golongan obat ini manitol, urea, gliserin, isosorbid ?
5. Bagaimna manfaat laporan pendahuluan untuk pasien institusi dan lahan praktek?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan kebidanan dengan kasus diuresis.
2. Untuk mengetahui peran diuretik osmotik.
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan ibu nifas dengan kasus diuresis?
4. Untuk mengetahui contoh golongan obat ini manitol, urea, gliserin, isosorbid
5. Dapat di manfaatkan untuk pasien institusi dan lahan praktek

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian diuresis


Diuresis postpartum Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu membuang
kelebihan cairan yang tertimbun dijaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme
untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil adalah diaphoresis luas,
terutama pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis
postpartum yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya peningkatan
tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat
kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan
metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of pregnancy). (
Ganong, W. F. 2017).

Pengertian diuresis Osmotik adalah peningkatan laju buang air kecil yang
disebabkan oleh adanya zat-zat tertentu dalam tabung kecil dari ginjal.Ekskresi terjadi
ketika zat-zat seperti glukosa memasuki tubulus ginjal dan tidak dapat diserap
kembali (karena keadaan patologis atau sifat alami zat tersebut). Zat-zat tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam tubulus, menyebabkan retensi
air di dalam lumen, dan dengan demikian mengurangi reabsorpsi air, meningkatkan
keluaran urin (yaitu diuresis). Efek yang sama dapat dilihat dalam terapi seperti
manitol , yang digunakan untuk meningkatkan produksi urin dan mengurangi volume
cairan ekstraseluler. (Ganong, W. F. 2017)

Zat dalam sirkulasi juga dapat meningkatkan jumlah cairan yang bersirkulasi dengan
meningkatkan osmolaritas darah. Ini memiliki efek menarik air dari ruang interstitial ,

3
membuat lebih banyak air tersedia dalam darah dan menyebabkan ginjal
mengompensasi dengan mengeluarkannya sebagai urin. Dalam hipotensi , seringkali
koloid digunakan secara intravena untuk meningkatkan volume sirkulasi dalam diri
mereka, tetapi karena mereka mengerahkan sejumlah tekanan osmotik, maka air juga
dipindahkan, selanjutnya meningkatkan volume sirkulasi.Saat tekanan darah
meningkat, ginjal membuang kelebihan cairan sebagai urin. Natrium , klorida , dan
kalium diekskresikan dalam diuresis osmotik, yang berasal dari diabetes mellitus
(DM). Diuresis osmotik menyebabkan dehidrasi dari poliuria dan polidipsia klasik
(haus berlebihan) yang berhubungan dengan DM.

2.2 Peran Diuretik Osmotik


Diuretik osmotik memiliki peran untuk meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan
dalam tubulus ginjal, dengan Na, Cl, K, air yang mengalami eksresi. Suatu zat dapat
bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat : (Elpinaria
Girsang.2020)

1) Di filtrasi secara bebas oleh glomerulus

2) Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

3) Secara farmakologis merupakan zat yang inert

4) Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik

2.3 Cara kerja diuretik osmotik


1. Tubuli proksimal terjadi penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya
osmotiknya
2. Ansa Henle terjadi penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas
daerah medula menurun
3. Ductus koligentis terjadi penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya
papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain.

2.4 Contoh golongan obat ini manitol, urea, gliserin, isosorbid.


Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak
mengalami metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli
bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Substansi yang tidak di metabolisme,
difiltrasi bebas di glomerulus dan tidak direabsorpsi dalam jumlah yang signifikan di

4
tubulus ginjal. Untuk terapi edema yg resisten, edema serebral, keracunan barbiturat,
salisilat, karbontetraklorida, bromida dan imipramin, peningkatan TIK dan TIO,
profilaksis sblm & sesudah prostatektomi, cegah gagal ginjal pada reaksi transfusi.
Mannitol sebabkan hipotensi, dehidrasi, hilangnya elektrolit, asidosis dan
tromboplebitis, sakit kepala, mual, muntah.

Manitol harus diberikan secara IV, jadi obat ini tidak praktis untuk pengobatan udem
kronik. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, kerana volume
darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah gagal.

1. Efek Nonterapi

Manitol di distribusikan ke cairan ekstra sel, oleh karena itu pemberian larutan
manitol hipertonis yang berlebihan akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler, sehingga secara tidak diharapkan akan terjadi penambahan jumlah
cairan ekstraseluler.

2. Sediaan Dan Posologi

Manitol,untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan volume antara


50-1000ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g yang diberikan
dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga
diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan oliguria
hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB yang diberikan melalui infus
selama 3-5 menit. Bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang
dari 30ml per jam dalam 2-3 jam, maka status pasien harus di evaluasi kembali
sebelum pengobatan dilanjutkan.

Urea,suatu kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalan air. Merupakan
agen diuretik osmotik, disaring bebas pada glomerulus dan direabsorpsi terbatas pada
tubulus renalis. Sediaan intravena mengandung urea sampai 30% dalam dekstrose 5%
(iso-osmotik) sebab larutan urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan
bedah saraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/kgBB. Sebagai diuretik,
urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol, karena hampir 50%
senyawa urea ini akan direabsorbsi oleh tubuli ginjal. Efek samping lainya antara lain
aritmia, hemolisis, dan rentan perdarahan.

5
Gliserin,diberkan per oral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan
menurunkan tekanan intraokuler. Dipakai untuk menurunkan edema serebral dan
menurunkan TIO pada operasi mata. Gliserin digunakan pada cairan infus 10 %
gliserin dalam larutan dekstrosa 5 %. Gliserin 10 % menjadi larutan hiperosmolalitas
saat diberikan intra vena, menyebabkan hiperosmolalitas darah dan disusul urin. Dosis
biasanya 1-1,5 g/KgBB dengan konsentrasi larutan oral 50-75 %. Efek maksimal
terlihat 1 jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.

Isosorbid,diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya
juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada gliserin,
tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/kgBB, dan dapat
diberikan 2-4 kali sehari. (Elly Dwi.2018)

2.5 Asuhannya kebidanan diuresis


1. menjelaskan pada ibu bahwa diuresis pasca post partum adalah suatu hal yang
fisiologis
2. Memberi tahu ibu untuk membersihkan alat vital cebok dari depan ke belakang
3. Anjurkan ibu menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
4. Anjurkan ibu untuk minum air 8 liter sehari
5. Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut agar tidak lembab

6
BAB III KASUS

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.S P11001 Post Partum Hari ke 3 di PMB Bidan
Putri

No. Register : 1150527689


Hari/ Tanggal : Senin / 02 Desember 2021
Pengkajian
Jam : 08.00 WIB
Tempat : PMB Bidan Putri
Pengkaji : Bidan Putri

SUBJEKTIF
A. Biodata/Identitas
Nama Ibu :Ny. Sarini Nama suami :Tn. Wahyu
Umur : 23 Umur :25
Agama :Islam Agama :Islam
Suku/ Bangsa :Jawa Suku/ Bangsa :Jawa
Pendidikan :D4 Kebidanan Pendidikan :S2
Pekerjaan :Bidan Pekerjaan :Mentri Kesehatan
Penghasilan :Rp. 5.000.000 Penghasilan :Rp. 8.000.000
Alamat :Jl. Kis mangusarkoro no Alamat : Jl. Kis mangusarkoro no
102 A, Jember 102 A, Jember
No. Telp. :0881037311 No. Telp :08810373112

Keterangan :
Nama : Untuk identifikasi / mengenal penderita
Umur : Untuk menentukan prognosa kehamilan kalau umur klien terlalu lanjut /
muda maka persalinan lebih banyak resiko
Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang digunakan dan bahasa apa yang
dipakai sehingga memudahkan dalam memberikan asuhan terutama dalam
memberikan konseling
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianutnya dalam rangka memudahkan
dalam memberikan asuhan
Pendidikan : Untuk mengetahui bagaimana/ sejauh mana pengetahuan suami
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan suami, sehingga memudahkan
menghubungi suami/ keluarga
No. telp : Untuk memudahkan menghubungi klien/ keluarga klien

B. Alasan Kunjungan/ Keluhan

7
Ibu mengatakan sering berkeringat dan sering buang air kecil hingga bolak balik ke
kamar mandi.

C. Riwayat Obstetri (Jika saat ini nifas anak kedua/ lebih)


ANAK
KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS KB

Anak B Peny
Ke- Pen B Kea U ulit
Peny Peny Tem Peny Lak Je La
Usia Jenis olo JK L daa m
ulit ulit pat ulit tasi nis ma
ng ah n ur
ir

Ha
mil
ini

Keterangan :
1. Pembagian dalam usia kehamilan:
a.Abortus : Usia kehamilan < 20 minggu/berat janin < 500 gr
b.Preterm : Usia kehamilan ≥ 20 minggu dan ≤ 37 minggu
c.Aterm : Usia kehamilan 38-42 mgu
d.Postmatur / serotinus/ postdate : Usia kehamilan diatas 42 mgu
(Sarwono, 2005)
2. Macam Penyulit Kehamilan
a.Hiperemesis gravidarum
b.Pre eklamsi-Eklamsi
c.Kehamilan Ektopik
d.Perdarahan antepartum
e.Gemelli
f. Kelainan dalam lama kehamilan (abortus, imatur, prematur, postdate )
g.Kelainan dalam placenta & selaput janin (misal : mola hidatidosa, dll )

3. Macam Penyulit Persalinan


a.Distosia kelainan tenaga, letak dan bentuk janin, panggul, traktus genitalis
b.Gangguan Kala III (perdarahan postpartum, retensio placenta )
c.Syok
4. Macam Penyulit Nifas
a.Infeksi nifas
b.Kelainan pada mammae

8
c.Subinvolusi uterus
d.Trombosis
e.Emboli

5. Keadaan Normal Bayi Baru Lahir


a.BB = 2,5- 4 kg

6. Macam-macam KB
a.Suntik
b.Pil
c.AKDR
d.Implant
e.Dll
D. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Bayi
a) Hari/Tanggal/Jam lahir :Selasa / 30 November 2021
b) Jenis persalinan : Spontan
c) Penyulit *) : Tidak ada
d) BB / PB :2600 kg
2. Plasenta
a. Jenis : spontan
b. Lengkap : ya
c. Penyulit : tidak ada
3. Laserasi
Ada/tidak :
Penjahitan : tidak
4. Obat yang didapat :Vitamin A, Vitamin C, Kalsium Asam Folat

E. Riwayat Kesehatan
Jantung Ginjal Asma TBC
Hepatitis Diabetes Melitus Hipertensi
Riwayat operasi ataupun rawat inap di Rumah Sakit
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Jantung Ginjal Asma TBC Hepatitis
Diabetes Melitus Hipertensi Gemeli

Keterangan
Tanda Gejala Penyakit Sistemik

9
1. Jantung : Bila ditandai dengan mudah lelah, jantung berdebar, sesak
napas, angina pectoris, pembesaran vena jugularis, oedema, tangan
berkeringat, hepatomegali, takikardi, kardiomegali.
2. Ginjal : Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat,
lidah kering, poliuria, hipertensi, proteinuria, nokturia.
3. Asma : Bila ditandai dengan napas pendek, berbunyi (wheezing),
batuk-batuk (tersering pada malam hari), napas atau dada tertekan.
4. TBC : Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda filtrat
(redup, bronkial, ronki basah), tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum
5. Hepatitis :Bila terdapat anoreksia, mual muntah ,febris, hepatomegali,
ikterus.
6. Diabetes Millitus : Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada penderita
diabetes mellitus yaitu poliuria, polidipsi, poliphagi
7. Hipertensi : tekanan darah diatas 160/90 mmHg  lihat penapisan

G. Pola kegiatan sehari – hari


POLA SETELAH MELAHIRKAN
Makan:
Frekuensi 7 x/ hari
Jumlah :7 piring
Jenis :Nasi, Sop Bayam, Tempe, Ayam Goreng,
NUTRISI
Buah- Buahan
Minum:
Frekuensi :14 x/ hari
Jumlah :.14 Gelas
Jenis :Air putih
BAB
Frekuensi:1
Konsistensi:Lembek
ELIMINASI Warna: Kuning
BAK
Frekuensi: 15I
Warna: Kuning
AKTIVITAS Menggendong bayi, Menyusui
ISTIRAHAT/ TIDUR Lama: 8 jam
SEKSUALITAS*)
Frekuensi: 0 x/ minggu
Mandi: 2 x/hari
PERSONAL HYGIENE Sikat gigi: 3 x/hari
Tempat: Kamar Mandi
Frekuensi 12 x/hari (atau tiap 2 jam atau ketika bayi
MENYUSUI menagis boleh di susui)

10
POLA SETELAH MELAHIRKAN
KEBIASAAN YANG
MEMPENGARUHI Tidak ada
KESEHATAN (Jika ada)

Untuk PP awal >2-24 jam PP: yg dikaji adalah data kegiatan terakhir
Untuk PP > 24 jam : sesuai pola kehidupan dlm sehari hari

H. Riwayat Psikososial, spiritual, dan budaya*)


1. Respon ibu dan keluarga terhadap bayinya
Keluarga sangat mendukung kehamilan ibu dan kehadiran bayi karena ini merupakan
anak pertama yang kehadirannya sangat di nanti.
2. Riwayat pernikahan
a. Usia pertama kali menikah: 22 tahun
b. Pernikahan Ke – 1 tahun
c. Lama menikah : 1 tahun
3. Status pernikahan: menikah
4. Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga : Suami
5. Dukungan keluarga : Sangat Mendukung
6. Kepercayaan & adat istiadat = Tidak Ada

I. Rencana KB = Suntik 3 Bulan

OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaaan emosional : Ibu tampak stabil
4. Antropometri,
a. BB saat ini : 70 kg
b. TTV
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 0C
Nadi : 90 kali/menit. (reguler/ ireguler)
RR : 20 kali/menit.

Keterangan:
1. Keadaan Umum : Lemah, Cukup, Baik
Pemeriksaan fisiK harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang
mencakup: (1) Kesan keadaan sakit, termasuk face dan posisi pasien; (2) Kesadaran;
(3) Kesan status gizi. Penilaian KU adalah sesuai observasi bidan pada saat pertama
kali bertemu klien. Parameter untuk menilai KU klien baik atau tidak baik adalah

11
postur tubuh, cara berjalan, emosi ibu, kecemasan, kemarahan, malnutrisi, anemi.
Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam
keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah pasien dalam
keadaan yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap.
2. Kesadaran
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Tingkatan kesadaran dinyatakan
sebagai berikut :
1). Composmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat
terhadap semua stimulus yang diberikan.
Cirinya : bangun, respon terhadap rangsang sesuai, orientasi thd waktu, tempat,
orang sesuai
2). Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya ia akan memberi respons yang adekuat bila diberikan stimulus.
Cirinya : sering tidur,mudah dibangunkan, respon sesuai
3). Somnolen : Yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien
tampak mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif terhadap stimulus ringan,
tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras, kemudian
tertidur lagi.
Cirinya : bangun jika ditepuk-tepuk, respon sesuai, kembali tidur
4). Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai
disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga
sering terjadi halusinasi.
Cirinya : respon hanya pada rangsang nyeri, jika menginginkan sesuatu menarik-
narik jari atau mendorong tangan, tidak benar-benar bangun saat di beri rangsang
5). Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang,
tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks pupil
terhada cahaya masih positif (Semi Koma).
Cirinya : respon hanya pada rangsang nyeri, menampilkan gerakan refleks seperti
decerebrasi, decortisasi
6). Koma : Pasien tudak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah.
Cirinya : tidak ada respon, lengan atau tungkai bawah flaccid

B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak pucat , ada cloasma gravidanum, tidak ada oedem
2. Mata : konjungtiva merah muda , sklera. putih
3. Mulut/ Gigi/ Lidah*) : Terdapat Karies gigi
4. Leher*) : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, kelenjar
limfe
5. Dada : Aspirasi dan Exspirasi Normal, Tidak ada suara nafas
tambahan.

12
Payudara :
a. Simetris : ya
b. Kebersihan : bersih
c. Putting : menonjol kanan dan kiri
d. Colostrum/ASI : ada
e. Nyeri : tidak ada kanan dan kiri
f. Masa : ada payudara kanan kiri
g. Warna : Mengkilap kanan dan kiri
h. Konsistensi : Asi dapat keluar

Keterangan:

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabakan payudara bengkak, dijelaskan dalam
tabel berikut :
Gejala dan tanda Gejala dan tanda Diagnosis
selalu ada Kadang-kadang ada Kemungkinan

 Buah dada nyeri dan  Buah dada bengkak


bengkak  Kedua buah dada Bendungan ASI
 3 – 5 hari terkena
 Payudara nyeri dan  Bendungan lalu
bengkak infeksi Mastitis
 Merah, meradang  Umumnya hanya satu
 3 – 4 minggu nifas sisa
 Bengkak dan
 Payudara bengkak Abses mamae
fluktuasi
 Merah dan radang
 Keluar nanah
Abses bergaung, seroma
 Luka, keluar cairan /  Eritema ringan di luar
darah insisi atau hematoma

6. Abdomen :
a. Bekas SC/luka op.:tidak ada

b. Fundus uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus

Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr


7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat – simfisis 500 gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gr
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gr
56 hari (8 minggu) Normal 30 gr

c. Kontraksi uterus : baik

13
d. Kandung kencing : kosong
e. Diastasisrekti*) : 5 jari

7. Genetalia
a. Kebersihan : bersih
b. Varises : Tidak Ada
c. Pengeluaran lochea : berwarna merah dan hitam; Berbau Anyir

Catatan:
warna, bau, jumlah
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai
berikut :
1) Lochea rubra (kruenta)
1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam; Terdiri dari sel desidus, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, sisa darah.
2) Lochea sanginolenta
sampai 7 hari; berwarna putih bercampur merah
3) Lochea serosa
sampai 14 hari; Berwarna kekuningan
4) Lochea alba
Setelah hari ke-14; Berwarna putih
d. Luka perineum : yang perlu dikaji adalah keadaan dari luka (bersih/kotor),
penyumbuhan luka, nyeri, terdapat pus/ tidak, kemerahan atau tidak

8. Ekstrimitas
a. Varises : Tidak ada kaki kanan kiri
b. Odema : Tidak ada kaki kanan kiri
c. Homan sign : (- ) kaki kanan kiri

C. Pemeriksaan Penunjang *) sesuai indikasi

ANALISA

Diagnosa:
P11001 Post Partum Hari ke 3 dengan Banyak Keringat dan Sering Kencing

Diagnosa Masalah Potensial : Infeksi.Syo,Dehidrasi

Keterangan *) dituliskan jika ada temuan

PENATALAKSANAAN

14
1. Penatalaksanaan disesuaikan dengan kasus yang ada
2. Meliputi tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
3. Penulisan jam disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tatalaksanan yang
bersangkutan
4. Menggunakan kalimat aktif; ditulis dalam bentuk kolom
5. Setiap penatalaksanaan dicantumkan evaluasi/ hasil

Masalah Tindakan Segera


Diuresis 1. Tes urine atau urinalisis untuk
mendeteksi keberadaan sel darah putih
di daam urine yang bisa menjadi tanda
infeksi.
2. Melakukan rujukan ke dokter obgyn
jika terdapat gejala infeksi berat.
3. Melakukan rujukan jika pasien
dehidrasi berat

Masalah Perencanaan
Diuresis 4. Pengetahuan tentang diuresis adalah
suatu hal yang fisiologis
5. Pengetahuan cara membersihkan alat
vital yang benar
6. Pengetahuan tentang memakai
pakaian yang bisa menyerap keringat
dan nyaman di pakai karna ibu banyak
mengeluarkan keringat
7. Pengetahuan minum air 14 gelas
sehari dengan menggunakan gelas
belimbing
8. Pengetahuan untuk sering mengganti
pembalut agar tidak lembab

PENATALAKSANAAN
Hari / Tanggal : Kamis/ 02 Desember 2021

Tgl/ Penatalaksanaan paraf


Jam

08.00 Memberitahukan pada ibu bahwa diuresis adalah suatu


WIB hal yang fisiologis
E/Pasien mengerti bahwa diuresis adalah suatu hal yang
fisiologis

15
08.20 Memberitahukan ibu untuk membersihkan alat vital cebok
WIB dari depan ke belakang

E/ Pasien mengerti cara membersihkan alat vital cebok


dari depan ke belakang

08.30 Menganjurkan ibu menggunakan pakaian yang mudah


WIB menyerap keringat dan nyaman di pakai

E/ Ibu mengerti dan paham anjuran yang di berikan oleh


bidan

Menganjurkan ibu untuk minum air 14 gelas sehari


08.40 dengan menggunakan gelas belimbing
WIB
E/ / Ibu mengerti dan paham anjuran yang di berikan oleh
bidan untuk minum air 14 gelas sehari dengan ukuran
gelas belimbing

09.00 Menganjurkan ibu untuk ibu untuk sering mengganti


WIB pembalut agar tidak lembab

E/ Ibu mengerti dan paham anjuran yang di berikan oleh


bidan untuk ibu untuk sering mengganti pembalut agar
tidak lembab

Jadwal kunjungan nifas beserta asuhannya:


Waktu Kunjungan Asuhan
6 jam – 2 hari PP 1. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum
2. Pengukuran TD, S, RR, dan N
3. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi
3 - 7 hari PP 5. Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus
uteri
6. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian Asi
ekslusif
7. Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul) (KF 1 –
8 - 28 hari PP KF 2)
8. Pelayanan kontrasepsi pasca salin
9. Konseling
10. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas
dengan komplikasi
29 – 42 hari PP 11. Memberika nasihat :
a. Makan makanan yang beraneka ragam yang

16
mengandung karbohidrat, protein hewani &
nabati, sayur dan buah-buahan
b. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada
6 bulan pertama 14 gelas sehari dan pada 6
bulan kedua adalah 12 gelas sehari
c. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan
daerah kemaluan, ganti pembalut sesering
mungkin
d. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat
e. Melakukan aktifitas fisik pasca melahirkan
dengan intensitas ringan sampai sedang selama
30 menit, frekuensi 3-5 kali dalam seminggu
f. Bagi ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar maka harus menjaga kebersihan luka
bekas operasi. Latihan fisik dapat dilakukan
selama 3 bulan pasca melahirkan
g. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi
ASI saja selama 6 bulan
h. Perawatan bayi yang benar
i. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu
lama, karena akan membuat bayi stress
j. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi
sedini mungkin bersama suami dan keluarga
k. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan
untuk pelayanan KB setelah persalinan
(Buku KIA, 2020)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diuresis postpartum yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume

17
darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan
cairan. Asuhannya kebidanan diuresis menjelaskan pada ibu bahwa diuresis pasca
post partum adalah suatu hal yang fisiologis, Memberi tahu ibu untuk membersihkan
alat vital cebok dari depan ke belakang, Anjurkan ibu menggunakan pakaian yang
mudah menyerap keringat, Anjurkan ibu untuk minum air 8 liter sehari, Anjurkan ibu
untuk sering mengganti pembalut agar tidak lembab

3.2 Saran
Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada pasien massa post partum pada saat
pasien mengalami diuresis karena diuresis mengakibatkan kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar
2,5 kg selama masa postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Wahyuni,Elly Dwi.2018.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta:Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

18
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2018. Textbook of Medical Physiology. 11th
Ed.Philadelphia,PA, USA: Elsevier Saunders

Saryaman,Ratih dan Elpinaria Girsang.2020.Proses Laktasi dan Menyusui.Bogor:STIKES


Wijaya Husada Bogor.

Sulfianti,dkk.2021.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Bogor:Yayasan Kita Menulis.

oystein mathisen, morten raeder, dan fredrik kill.1980.Mechanism of osmotic diuresis.


International Society of Nephrology. Vol. 19 (1981), pp. 431-437.

19

Anda mungkin juga menyukai