A. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di puskesmas plus
mandiangin mengenai pencegahan penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA).
B. Indikator Keberhasilan
Saudara – saudara diharapakan mampu memahami tentang : Bahayanya
Infeksi Saluran Pernapasan Bagi kesehatan Tubuh untuk semua kalangan
usia.
C. Waktu
Waktu yang dapat saudara gunakan untuk memahami video ini yaitu 1x45
menit
D. Materi
1. DefenisiInfeksi saluran pernafasan Akut
Penyakit ISPA merupakan penyakit utama yang menjadi
penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Berdasarkan
keadaan tersebut, ada kaitan erat dengan berbagai kondisi yang
melatarbelakangi terjadinya penyakit ISPA, salah satunya yaitu
kondisi lingkungan baik polusi di dalam rumah dan di luar rumah
berupa asap maupun debu.Infeksi saluran pernafasan adalah suatu
keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring)
mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur
saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasad renik atau bakteri, virus. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran nafas mulai hidung
alveoli termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tengah pleura).
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang
banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada
tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya
infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi
kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteribakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus
influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan
adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah.
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan
dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.
5. Faktor Resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas
orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan,
sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu
rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di
masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya,
sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang
penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah
atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal
dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan
memperbanyakminum air putih, olah raga yang teratur serta
istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat
mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Bahan bangunan
Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting
disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai
tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh
dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-
benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai
yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
gangguan pernapasan.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003):
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau
pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas
(vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke
atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang
melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan
mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa
menyerap racun dan logam berat.
Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi
pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga
bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga
dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan
bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap
adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen,
benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA.
E. Ringkasan
1. Kejadian ISPA tergolong tinggi ditemukan pada wilayah puskesmas
plus mandiangin
2. ISPA bisa menyerang dari usia balita hingga lansia
3. ISPA secara biologis disebabkan oleh pathogen, namun perilaku
merokok juga menjadi faktor resiko yang menyebabkan seseorang
lebih mudah terkena ISPA
F. Akitivitas masyarakat
Saudara – saudara diminta untuk menjawab pertanyaan berikut sesuai
dengan pengetahuan dan pemahaman setelah melihat :
1. Apa pengertian dari ISPA ?
2. Apa faktor penyebab dari terjadinya ISPA pada masyarakat ?
3. Bagaimana cara pencegahan ISPA?
4. Bagaimana cara pengobatan ISPA ?
G. Lembar Evaluasi
1. Apa yang saudara pahami setelah membaca materi tentang faktor
penyebab terjadinya ISPA
2. Bagaimana cara pencegahan terjadinya ISPA
3. Bagaimana cara pengobatan ISPA
H. Lembar Refleksi
Pilihlah salah satu kolom dibawah ini dengan memberikan tanda ceklis
salah satu emoticon yang tersedia, yang mana pilihan tersebut gambaran
suasana diri masyarakat setelah memperhatikan video edukasi.
BAGIAN 2
SINUSITIS
A. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di puskesmas plus
mandiangin mengenai pencegahan penyakit Sinusitis.
B. Indikator Keberhasilan
Saudara – saudara diharapakan mampu memahami tentang : hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya Sinusitis
C. Waktu
Waktu yang dapat saudara gunakan untuk memahami video ini yaitu 1x45
menit
D. Materi
1. Materi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa
atau selaput lender sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat
menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya.
(Efiaty,2007 dalam Nurarif,2015).
Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang
disebabkan oleh kuman atau virus. Sinusitis adalah suatu keradangan
yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang
terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari
rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga
pertukaran udara di daerah hidung.
Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada
tulang-tulang diwajah. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a. Sinus Frontal, terletak di dahi
b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping
hidung
c. Sinus Ethmoid, terletak dipangkal hidung
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang
mata
2. Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
a. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang
berlangsung selama 3 minggu.Macam-macam sinusitis akut :
sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal
akut, dan sinus sphenoid akut.
b. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang
berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
3. Etiologi
Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender
yang dialirkan kedalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan
kebelakang, kearah tenggorokan untuk ditelan kesaluran pencernaan.
Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari
sinus kerongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara
garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam yaitu :
a. Faktor local
Semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan
terjadinya sumbatan ; antara lain infeksi, alergi, kelainan
anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutasn dan gangguan
pada mukosili (rambut halus pada selaput lendir).
b. Faktor sistemik
Keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis;
antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS)
penggunaan obat-obatan yang dapat mengakibatkan sumbatan
hidung.
Beberapa kuman yang sering ditemukan pada pasien
sinusitis,
1. Sinusitis akut dan sinusitis berulang :
a. Streptococcus pneumonia
b. Moraxella catarrhalis
c. Haemophilus influenza
d. Staphylococcus aureus
2. Sinusitis kronis :
a. Staphylococcus aureus
b. Streptococcus pneumonia
c. Haemophilus influenza
d. Pseudomonas aeruginosa
e. Peptostreptococcus Sp
f. Aspergilus Sp
4. Patofisiologi
Proses terjadinya sinusitis diawali oleh adanya oklusi atau
penyumbatan ostium sinus yang akan menghambat ventilasi dan
drainase sinus sehingga terjadi penumpukan sekret dan
mengakibatkan penurunan oksigenisasi serta tekanan udara di rongga
sinus. Penurunan oksigenisasi sinus akan menyuburkan pertumbuhan
bakteri anaerob.Tekanan dalam rongga sinus yang menurun pada akan
menimbulkan rasa nyeri di daerah sinus yang terkena sinusitis. Karena
ventilasi terganggu, PH dalam sinus akan menurun dan hal ini akan
menyebabkan silia menjadi hipoaktif dan mukus yang diproduksi
menjadi lebih kental. Bila sumbatan berlanjut akan terjadi hipoksia
dan retensi mukus yang merupakan kondisi ideal untuk tumbuhnya
kuman patogen. Infeksi dan toksin bakteri selanjutnya akan
mengganggu fungsi mukosa karena menimbulkan inflamasi pada
lamina propia dan mukosa menjadi bertambah tebal yang kemudian
memperberat terjadinya oklusi, sehingga terjadi semacam lingkaran
setan.
Sinus grup anterior lebih sering terkena sinusitis karena di
meatus media terdapat celah-celah sempit yang mudah mengalami
penyumbatan, daerah tersebut disebut komplek osteomeatal yung
terdiri dari resesus frontal, infundibulumdan bulaetmoid. Permukaan
mukosa di daerah osteomeatal komplek berdekatan satu sama lain,
bila terjadi edema maka mukosa yang berhadapan pada daerah sempit
ini akan menempel erat atau kontak sesamanya sehingga silia tidak
dapat bergerak dan mukus tidak dapat dialirkan dan pada saat yang
bersamaan dapat terjadi edeme serta oklusi ostium sinus grup anterior
yang merupakan awal dari proses terjadinya sinusitis. Khusus untuk
sinus maksilaris dasarnya berbatasan dengan akar gigi premolar I
sampai molar III atas dan bila terjadi infeksi pada gigi tersebut dapat
menyebar ke sinus maksila dan biasanya unilateral.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis secara umum :
a. Tersumbat
b. Nyeri didaerah sinus
c. Sakit kepala
d. Hiposmia/anosmia
e. Halitosis
Berdasarkan klasifikasinya
a) Sinusitis akut
1) Gejala subjektif
Terdapat gejala sistemik yaitu demam dan rasa lesu;
gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-
kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring.
Hidung tersumbat, gangguan penciuman, rasa nyeri di
daerah sinus yang terkena, kadang-kadang dirasakan di
tempat lain karena nyeri alih.
Pada sinusitis maksila nyeri di bawah kelopak mata dan
kadang-kadang menybar ke alveolus, sehingga terasa nyeri
di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga.
Pada sinusitis etmoid rasa nyeri dirasakan di pangkal
hidung , kantus medius, bola mata atau di belakangnya, dan
nyeri bertambah bila mata digerakan. Nyeri alih dirasakan
di pelipis.
Pada sinusitis frontal rasanyeri terlokalisir di dahi atau
dirasakan di seluruh kepala. Pada sinusitis sfenoid rasa
nyeri di verteks, oksipital, di belakang bola mata dan di
daerah mastoid. Gejala pada sinusitis akut biasanya
didahului pilek yang tidak sembuh dalam waktu lebih dari 5
– 7 hari. Bisa juga disertai batuk terutama pada malam hari.
2) Gejala obyektif
Pada sinusitis akut tampak pembengkakan di daerah
muka. Pada sinusitis maksila pembengkakan di pipi dan
kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi di dahi
dan kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang ada
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior mukosa konka tampak hiperemis
dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan
sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di
meatus medius, sedangkan pada sinusitia etmoid posterior
dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus
superior. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di
nasofaring (post nasal drip).
Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan
menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan radiologik posisi
waters, PA dan lateral. Akan tampak perselubungan atau
penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level)
pada sinus yang sakit.
3) Pemeriksaan mikrobiologik
Pada pemeriksaan mikrobiologik dari sekret di rongga
hidungterutama dari meatus media atau superior ditemukan
bakteri flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti
pneumococcus, Streptococcus, Stafilococcus dan
hemophilus influenza.
b) Sinusitis kronik
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam beberapa
aspek, umumnya sukar sembuh dengan pengobatan
medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor
predisposisinya.
1) Gejala subjektif
Gejala subjektif bervariasi, dari ringan sampai berat :
a. Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung
dan nasofaring
b. Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman di tenggorokan
c. Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu, oleh
karena tersumbatnya tuba Eustachius
d. Nyeri kepala
e. Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui
duktus naso- lakrimalis
f. Gejala saluran napas berupa batuk, dan kadang-kadang
terdapat komplikasi di paru, berupa bronkitis atau
bronkiektasis atau asma bronkial, sehingga terjadi
penyakit sinobronkitis
g. Gejala di saluran cerna, oleh karena mucopus yang
tertelan. Dapt terjadi gastroenteritis.
h. Kadang-kadang gejala sangat ringan, hanya terdapat
sekret di nasofaring yang menggangu pasien. Sekret di
nasofaring (post nasal drip) yang terus menerus akan
mengakibatkan batuk kronik.
i. Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya pada pagi
hari, dan akan berkurang atau menghilang setelah siang
hari.
2) Gejala objektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak
seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan
muka. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret
kental purulen dari meatus medius atau meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di
nasofaring atau turun ke tenggorok.
3) Pemeriksaan mikrobiologik
Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-
macam mikroba, yaitu kumam aerob dan kuman anaerob.
Pemeriksaan penunjang berupa trasluminasi untuk sinus
maksila dan sinus frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi
sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan
histologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan
sinoskopi, pemeriksaan meatus medius dan meatus superior
dengan menggunakan naso-endoskopi dan pemeriksaan CT
Scan.
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Rinoskopi anterior :
Mukosa merah
Mukosa bengkak
Mukopus di meatus medius
b) Rinoskopi postorior
Mukopus nasofaring
c) CT Scan : Konka bulosa bilateral, hipertropi konka
nasalis
d) Transiluminasi : kesuraman pada sisi yang sakit
e) X Foto sinus paranasalis
Kesuraman
Gambaran “airfluidlevel”
Penebalan mukosa
5) Penatalaksanaan
a. Sinusitis akut
(1) Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa
antibiotik selama 10-14 hari. Beberapa antibiotik
yang direkomendasikan untuk sinusitis akut
adalah Amoxicillin, Amoxicillin-clavulanate,
cefpodoxime proxetil dan cefuroxim,
Trimethoprim-sulfamethoxazole, clarithromycin
dan Azithomycin.
Jika obat-obatan garis depan tersebut di atas
mengalami kegagalan dan kurang memberikan
respon dalam waktu 72 jam pada terapi awal,
maka pemberian antibiotik dengan spektrum
lebih luas bisa dipertimbangkan. Ini termasuk
fluoroquinolone generasi lebih baru, gatifloxacin,
moxifloxacin dan lefofloxaci.
Selain antibiotik dapat diberikan
decongestan untuk memperlancar drainase sinus,
analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri dan
mukolitik untuk mengurangi kekentalan mukus.
Bila ada rinitis alergi dapat diberikan
antihistamin. Pemberian kortikosteroid tidak
direomendasikan pada sinusitis akut.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut
jarang diperlukan, kecuali bila ada komplikasi ke
orbita atau intrakranial; atau ada nyeri yang hebat
karena ada sekret yang tertahan oleh sumbatan.
b) Sinusitis kronik
Terapi medis harus melibatkan antibiotik dengan spektrum
luas, dan steroid itranasal topikal untuk mengobati komponen
inflamasi yang kuat dari penyakit ini. Antibiotik yang menjadi
pilihan diantaranya amoxicillin-clavulanate, Clindamycin,
Cefpodoksime proxetil, cefuroxime, gativloxacin, moxifloxacin, dan
levofloxacin. Juga diberikan dekongestan, mukolitik dan antihistamin
bila ada rinitis alergi dan dapat juga dibantu dengan diatermi. Berbeda
dengan sinusitis akut yang biasanya segera senbuh dengan pengobatan
yang tepat, penyakit sinusitis kronis atau sinusitis akut berulang sering
kali sulit disembuhkan dengan pengobatan konservatif biasa.
Dahulu, bila pengobatan konservatif gagal, dilakukan operasi
radikal pada sinus yang terkena antara lain etmoidektomi intra nasal,
yang merupakan operasi yang berbahaya karena dilakukan secara
membuta, dan banyak komplikasi berbahaya karena sinus etmoid
terletak di midfasial yang berhubungan dengan struktur-struktur
penting seperti orbita, otak, sinus kavernosus dan kelenjar hipofisis.
Berdasarkan penemuan baru dari Messerklinger mengenai
patofisiologi sinusitis disertai bantuan pemeriksaan radiologi canggih
yaitu CT scan, maka teknik operasi lama ditinggalkan dan
dikembangkan teknik baru yaitu Bedah Sinus Endoskopi Fungsional
(BSEF) atau lebih dikenal dengan Fungsional Endoscopic Sinus
urgery (FESS).
Prinsip BSEF ialah membuka dan membersihkan KOM ini
sehingga nantinya tidak ada lagi hambatan ventilasi dan drainase.
Keuntungan BSEF ialah tindakan ini biasanya sudah cukup untuk
menyembuhkan kelainan sinus yang berat-berat sehingga tidak perlu
tindakan radikal.
c) Pembedahan
a. Pada sinus maksila
Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan
larutan garam fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya memasukkan
kapas yang telah diteteskan xilokain dan adrenalin ke daerah meatus
inferior. Setelah 5 menit, kapas dikeluarkan, lalu dengan trokar ditusuk di
bawah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas luar mata. Setelah
tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus, maka jarum trokar
dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di dalam sinus maksila.
Pipa itu dihubungkan dengan semprit yang berisi larutan garam fisiologis,
atau dengan balon yang khusus untuk pencucian sinus itu.
Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk membuka
mulut. Air cucian sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung di tempat
bengkok.
Tindakan ini diulang 3 hari kemudian. Karena sudah ada lubang fungsi,
maka untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi tindakan
seperti ini dapat menimbulkan kemungkinan trokar menembus melewati
sinus ke jaringan lunak pipi,dasar mata tertusuk karena arah penusukan
salah, emboli udara karena setelah menyemprot dengan air disemprotkan
udara dengan maksud mengeluarkan seluruh cairn yang telah dimasukkan
serta perdarahan karena konka inferior tertusuk. Lubang fungsi ini dapat
diperbesar, dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan
memakai alat, yaitu busi. Tindakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di
kamar bedah, dengan pasien yang diberi anastesi.
b. Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid
Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah
dengan pasien ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Kedalam
hidung diteteskan HCL efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus menyebut “kek-
kek” supaya HCL efedrin yang diteteskan tidak masuk ke dalam mulut,
tetapi ke dalam rongga yang terletak dibawah ( yaitu sinus paranasal, oleh
karena kepala diletakkan ebih rendah dari badan). Ke dalam lubang hidung
dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan dengan alat pengisap untuk
menampung ingus yang terisap dari sinus. Pada pipa gelas itu dibuat lubang
yang dapat ditutup dan dibuka dengan ujung jari jempol. Pada waktu
lubang ditutup maka akan terisap ingus dari sinus. Pada waktu meneteskan
HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup. Tindakan pencucian menurut cara ini
dilakukan 2 kali seminggu.
BAGIAN 3
TONSILITIS
1. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di puskesmas plus
mandiangin mengenai pencegahan penyakit Tonsilitis (Amandel).
2. Indikator Keberhasilan
Saudara – saudara diharapakan mampu memahami tentang : hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya Tonsilitis (Amandel)
3. Waktu
Waktu yang dapat saudara gunakan untuk memahami video ini yaitu 1x45
menit
4. Materi
1. Defenisi Tonsilitis
Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi pada semua umur,
namun lebih sering terjadi pada anak. Faktor yang menjadi penyebab
utama hal tersebut adalah ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat
terapi yang adekuat.4,5 Tonsilitis lebih umum pada anak-anak usia 5-15
tahun dengan prevalensi tonsillitis bakterial 15-30% pada anak dengan
gangguan tenggorokan dan 5-15% pada dewasa dengan gangguan
tenggorokan(Nadhila, 2016).
3. Etiologi
Karena proses radang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh
detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar
limfa dengan submandibular (Soepardi, et al., 2012).
5. Manifestasi Klinis
A. Tonsilitis akut
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang
disertai rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan
pada kasus berat dapat meolak untuk minum atau makan melalui
mulut. Penderita mengalami malaise, suhu tinggi, dan nafasnya
bau (Adams, et al., 2012).
2. Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda
yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu
menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa
nyeri disendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga
karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf N.glosofaringeus
(N.IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis
dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh
membran semu. Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri
tekan. (otalgia).
Gambar 1 Tonsilitis Eksaserbasi Akut
Sumber: Wikipedia.com
B. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis difteri
a. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan
suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.
b. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan
dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat erat
pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada
perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar
limfa leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga
leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut juga
Burgemeester's.
Gambar 2 Tonsilitis Difteri
Sumber: alomedika.com
2. Tonsilitis Septik
C. Tonsilitis Kronik
1. Diagnosis
Diagnosis Banding
2. Penatalaksanaan
A. Tonsilitis Akut
1. Tonsillitis viral
Pada umumnya, penderita dcngan tclnsilitis akut serta de nram
sebaiknya lirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet
ringan(Adams, et al., 2012). Analgesik, dan antivirus diberikan
jika gejala berat(Rusmarjono & Soepardi, 2016).
2. Tonsillitis bakterial
B. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsillitis difteri
C. Tonsilitis Kronis
1. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di puskesmas plus
mandiangin mengenai pencegahan penyakit Laringitis.
2. Indikator Keberhasilan
Saudara – saudara diharapakan mampu memahami tentang : hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya Laringitis
3. Waktu
Waktu yang dapat saudara gunakan untuk memahami video ini yaitu 1x45
menit
4. Materi
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus
dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya
disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus
influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2. Anatomi
Gambar 1. Laring
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan
beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. 5 Komponen
utama pada struktur laring adalahk artilago tiroid yang berbentuk seperti
perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan
bentuk huruf U dan terdapat pada leher depan serta lewat mulut pada
dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum
tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu
kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada
kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat
penuh.Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago
aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing
kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus
vokalis anterior dan prosessus muskularislateralis.
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian
membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan
permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Untuk lebih
jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi laring pada gambar 2.
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang
berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang
kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dankuneiformis.
4. Etiologi
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas
seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain
adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcuspneumoniae.
3. Trauma
4. Bahankimia
6. Alergi
5. Patofisiologi
6. Gejala Klinis
7. Diagnosis
Diagnosa Banding
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
8. Penatalaksanaan
Terapi :
2. Istirahat
COMMON COLD
1. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di puskesmas plus
mandiangin mengenai pencegahan penyakit common cold (Flu)
2. Indikator Keberhasilan
Saudara – saudara diharapakan mampu memahami tentang : hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya common cold (Flu)
3. Waktu
Waktu yang dapat saudara gunakan untuk memahami video ini yaitu 1x45
menit
4. Materi
1. Definisi
Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus
dan saluran udara yang besar. Common cold dikenal juga dengan
istilah"pilek"
Anak dan bayi sering terjadi common cold dibandingkan orang
dewasa. Bayi lebih rentan terkena common cold dibandingkan anak yang
lebih besar. Dalam 1 tahun bayi bisa terkena common cold hingga 7 kali atau
bahkan lebih.penyebabnya adalah bayi lebih mudah tertular oleh saudaranya
atau orang dewasa di sekitarnya selain itu daya tahan tubuh bayi relatif lebih
rendah. oleh karena itu,penting untuk mencegah penularan ke bayi dan anak
ketika ada orang dewasa di sekitarnya sedang sakit.
2. Etiologi
Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular
pilek.
Berbagai virus yang menyebabkan terjadinya common cold:
1. Rhinovirus
2. Virus influenza A, B, C
3. Virus Parainfluenza
4. Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau
dibersinkan oleh penderita lewat udara,yang kemudian masuk melalui saluran
pernapasan orang yang ditularkan lalu menginfeksi pada bagian tubuh yang
pertahanannya melemah.
Common cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh
dengan sendirinya. pada suatu saat dibandingkan waktu lain.
Dalam keadaaan dingin tidak menyebabkan common cold akan tetapi
karena menghirup udara dingin tingkat produksi lendir naik secara signifikan,
dan menyebabkan beberapa lendir atau cairan keluar dari hidung anda. Ketika
udara dingin, tubuh akan memberi respon dengan meningkatkan suplai darah ke
hidung anda untuk menghangatkan area di sekitar hidung.Meningkatnya aliran
darah ke hidung ini tidak hanya membantu untuk menghangatkan udara yang
dingin, namun juga secara tidak langsung menyebabkan efek samping dimana
kelenjar yang menghasilkan lendir di hidung anda mendapatkan suplai darah
yang lebih banyak dari biasanya.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi lendir
atau cairan lebih banyak dari keadaan normal dan sebagian cairan yang
berlebihan tersebut akan meluber keluar dari hidung.
Setelah anda kembali ke lingkungan dengan udara yang hangat,
pembuluh darah kecil di hidung anda akan kembali menyempit dan kelenjar yang
menghasilkan lendir akan kembali memproduksi lendir dalam tingkat normal.
Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan resiko untuk
tertular penyakit common cold, tetapi common cold bisa tertular jika kondisi
tubuh kurang sehat sehingga rentan terhadap penyakit.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa:
1. Rasa tidak enak di hidung
2. Rasa tidak enak di tenggorokan
3. Bersin-bersin
4. Tenggorokan gatal
5. Hidung meler
6. Batuk
7. Suara serak
8. Cemas
9. Sakit kepala
10. Demam (biasanya ringan)
11. Sesak nafas
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul
pada saat terjadinya gejala.Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih
dan pada hari-hari pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu
penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau
dan jumlahnya tidak terlalu banyak.Gejala biasanya akan menghilang dalam
waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali
berlangsung sampai minggu kedua.
5. Komplikasi
Common cold di sebabkan infeksi virus. Antibiotic tidak bermanfaat
dalam pengobatan common cold. Anti biotic hanya berfungsi pada infeksi
bakteri. efektif mempercepat penyembuhan. Pemberian obat batuk pilek pada
bayi justru mempunyai resiko timbulnya efek samping obat.
Common cold dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak
memerlukan pengobatan khusus,yang lebih penting di perlukan anak dan bayi
adalah pemberian cairan atau imun lebih banyak dan pemantauan kondisi
emergensi.
Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:
1. Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
2. Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis
atau asma yang menetap
3. Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi
trakeobronkial).
4. Otitis media (infeksi telinga). Sekitar 5-15% anak yang terkena
common cold terjadi infeksi pada telinga bagian tengah.penyebabnya
adalah adanya saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan
rongga telinga.
5. Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak atau bayi dengan
factor resikao tertentu :
a. Anak berusia kurang dari 2 tahun, karena daya tahan tubuh rendah
b. Anak menderita penyakit immunodefisiensi (daya tahan tubuh
rendah)
c. Anak mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang
d. Anak menderita penyakit kronik seperti jantung
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama
lebih 10 hari atau dengan demam > 37,8°C. Pemeriksaan darah ini dilakukan
untuk melihat leukositis.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan :
1. Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat dan
nyaman, serta diusakahan agar tidak menularkan penyakitnya kepada
orang lain.
2. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus
menjalani tirah baring di rumah.
3. Minum banyak cairan guna membantu mengencerkan sekret hidung
sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
4. Untuk meringankan nyeri atau demam dapat diberikan asetaminofen
atau ibuprofen.
5. Pada penderita dengan riwayat alergi, dapat diberikan antihistamin.
6. Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu
mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada.
7. Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu
mengeluarkan sekret yang kental
8. Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan
debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak
perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan menyebabkan
penderita susah tidur. Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti
batuk
9. Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik
hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.
8. Pencegahan