Indonesia memiliki luas perairan diperkirakan mencapai 11 juta hektar atau 2/3
bagian dari negara ini adalah laut sebagai kawasan yang dapat memberikan harapan
bagi masyarakat pesisir khususnya bagi pengembangan komoditas unggulan nasional,
salah satunya lewat budidaya rumput laut.
1
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA
2
BAB III
SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi
kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu.
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu
harian yang kecil dan substrat batu karang mati.
PERSYARATAN BUDIDAYA
Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :
- Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu
karang
- Kedalaman air pada surut terendah 1 - 30 cm.
- Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai.
- Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit.
- Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih.
- Suhu air berkisar 27 - 28oC, salinitas berkisar 30 - 37 ppt dan pH 6,5 - 8,5.
TEKNIK BUDIDAYA
Metode Budidaya
Beberapa metode budidaya rumput laut jenis ini adalah :
• Metode Lepas Dasar
digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga
memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.
• Metode Rakit Apung
dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak,
sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu.
• Metode Long Line
, menggunakan tali panjang 50 - 100 m yang dibentangkan, dan pada kedua
ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 m diberi pelampung
utama terbuat dari drum plastik.
3
Proses Pengikatan dan Peletakkan Rumput Laut
Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri :
• Bercabang banyak dan rimbun
• Tidak terdapat bercak
• Tidak terkelupas
• Warna cerah
• Umur 25 - 35 hari
• Sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan.
Pada saat pengangkutan bibit tetap terendam didalam air laut dengan
menggunakan kotak styrofoam atau karton berlapis plastik.lalu Bibit disusun berlapis
dan berselang-seling antara pangkal tallus dan ujung tallus dan antara lapisan dibatasi
dengan kain yang sudah dibasahi air laut. Hindari bibit agar tidak terkena minyak,
kehujanan maupun kekeringan. selanjutnya Bibit diikat dengan tali raffia pada tali
penggantung.
Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang
telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm didasar
perairan. Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung
bawahnya. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok
yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris Polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun
jarak ideal antara tali rentang sekitar 20 - 25 cm.
4
- Hama lain rumput lain yang harus diwaspadai antara lain larva bulu babi, teripang,
ikan-ikan herbivora seperti baronang.
Nilai Ekonomis
Rumput laut Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan, sehingga memiliki nilai ekspor yang
sangat baik. Kadar keraginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 - 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.
5
Kegunaan Produk Rumput Laut Dalam Industri Pangan dan Non Pangan
6
BAB IV
ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN
4.3. Kemitraan
Di tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Pedoman
Umum Pola Kemitraan. Essensial dari Pedoman umum tersebut adalah sebagai panduan
bagi selurh pelaku usaha / stakeholders di bidang pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan tentang kemitraan yang dapat diterapkan dengan saling berbagi dalam hal
biaya, resiko dan manfaat dengan menggabungkan kompetensi yang dimiliki masing-
7
masing berazaskan kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat, saling
menguntungkan.
8
BAB V
ESTIMASI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM LONG LINE,
SELUAS 1 HEKTAR PER MUSIM TANAM (1 SIKLUS)
5.1. Investasi
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Tali rentang PE 4 mm 10 kg 40.000 400.000
2 Tali PE 6 mm 10 kg 40.000 400.000
3 Tali Jangkar PE 10 mm 50 kg 40.000 2.000.000
4 Patok (Pipa cor) 64 bh 200.000 12.800.000
5 Styrofoam bulat diameter 50 cm 16 bh 200.000 3.200.000
6 Botol aqua 500 ml 1000 bh 1.000 1.000.000
7 Perahu dayung (untuk 2 org) 1 bh 1.500.000 1.500.000
8 Timbangan gantung 1 bh 500.000 500.000
9 Peralatan kerja 1 pkt 500.000 500.000
10 Para-para penjemuran 1 unit 1.500.000 1.500.000
23.800.000
5.3. Pendapatan
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Panen Bibit 5600 kg 2.500 14.000.000
2 Panen Kering (Produksi) 6400 kg 15.000 96.000.000
Hasil Panen 110.000.000
9
3 Biaya Produksi 32.067.500
Laba Usaha 77.932.500
10
PENGEMBANGAN
PRODUKSI
REFINE KARAGINAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu Botani, rumput laut (seaweeds) masuk kategori macro algae,
tanaman sederhana yang tumbuh di air bergaram dan lingkungan laut. Oleh Yang
Maha Pencipta, manusia di dunia dianugrahi lebih dari 7000 species rumput laut
yang tersebar baik di perairan tropis maupun subtropis. Secara garis besar, rumput
laut dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu rumput hijau (Chlorophyta) yang biasanya
hidup di laut dangkal; rumput laut coklat (Phaeuphyta) biasanya hidup di laut sedang;
dan rumput laut merah (Rhodophyla) yang tumbuh di laut dalam.
Beberapa rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis
yang penting adalah rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea, rumput laut penghasil karaginan
(Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, Eucheuma
striatum, rumput laut penghasil algin, yaitu Sargassum, Macrocystis, dan Lessonia
1
CH2OH CH2
O3SO
Struktur kappa (?)
Karaginan
OH OH
CH2OH CH2
O3SO
Struktur lota
Karaginan
OH O3SO3
CH2OH CH2OSO3
HO
H (30%)
O OSO3
SO3 (70%)
2
BAB II
ANALISA PASAR
II.1 Produk
3
II.2 Permintaan dan Penawaran
Pasar karagenan di dunia setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat
pemanfaatan Karaginan untuk berbagai kebutuhan industri makanan, minuman,
farmasi dan industri lainnya mencapai 33.000 ton dengan kebutuhan bahan baku
karaginofit sekitar 165.000 ton. Terutama untuk jenis Eucheuma sp. Sementara
produksi Eucheuma sp dunia hanya mencapai 149.000 ton sehingga masih terdapat
kekurangan 16.000 ton. Produksi Eucheuma sp, dunia dapat di lihat pada tabel
dibawah ini.
4
( BACK TO NATURE ). Kecenderungan sudah terlihat dari meningkatnya ekspor
bahan baku rumput laut ke berbagai negara untuk di olah menjadi produk siap pakai
seperti dalam tabel di atas. Pada tahun 2008-2010 prediksi pasar dunia produk
olahan rumput laut meningkat sekitar 10 % setiap tahun untuk Karaginan semirefine
(SRC), agar dan alginat untuk industri (industrial grade). Sementara alginat untuk
makanan ( food grade) sebesar 7,5% dan Karaginan refine (RC) sebesar 5%.
Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada setiap tahun
produksi olahan rumput laut meningkat dengan signifikan, yang menyebabkan
permintaan produk olahan rumput laut meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri.
5
2. Jawa Timur
PT Centram Surabaya
PT Seamatec Surabaya
PT Surya Indo Algas Surabaya
PT Amarta Carrageenan Surabaya
PT Algalindo Surabaya
PT Agarin Murni Malang
3. Jawa Tengah
PT Michellindo Pekalongan
4. NTB/NTT
PT Phoenix Mas Lombok Barat
5. Jawa Barat / Banten
PT Galic Arta Bahari Bekasi
PT Gumindo Perkasa Ind Banten
6. Bali
PT Dharma Nirmala Sakti Klungkung
Sumber Tim rumput Laut BPPT
BAB III
UNIT PRODUKSI
III.1 Lokasi
Penentuan lokasi proyek sangat menentukan terhadap perkembangan
perusahaan karena harus di pilih daerah yang benar-benar cocok dengan jenis
usaha nantinya, adapun hal-hal yang harus di perhatikan antara laian :
1. Posisi Geografis, kondisi dan kecocokan lahan.
2. Kemudahan mendapatkan bahan baku. Dan bahan pembantu lainnya
3. Mengingat industri pengolahan rumput laut ini pengeringannya sudah
menggunakan alat pengering (dryer), akan tetapi untuk menjaga kelancaran
produksi maka bantuan sinar matahari pun sangat membantu dalam proses
6
pengeringan oleh karena itu di pilih daerah dengan tingkat intensitas sinar
matahari yang tinggi.
4. Ketersediaan sumber air yang tinggi, karena usaha ini memerlukan air dalam
jumlah yang besar.
5. Akses jalan yang lancar atau mudah di jangkau
6. Status lahan
7. Lokasi yang memperhitungkan aspek Analisis dampak lingkungan baik dalam
lingkungan alam atau pun dalam lingkungan sosial.
8. Ketersediaan SDM yang mencukupi dalam arti memiliki pengetahuan danj
keahlian ( keterampilan).
Luas dan kondisi tanah tidak dapat di perhitungkan dengan terinci, mengingat
ini adalah sebagai usulan proyek pendirian maka luas tanah disesuaikan dengan
luas bangunan serta sarana dan prasarana lainnya, yang pada akhirnya luas tanah
mencukupi untuk pembangunan proyek dan perluasan ke depan.
Sebagai bahan acuan maka untuk proyek ini memerlukan lahan ± 2 Ha
dengan harga pembelian di perkirakan ± Rp 100.000,-
2 2
2 x 10.000 M = 20.000 M ---------20.000 x Rp 100.000,- = Rp 2.000.000.000,-
III.4 Peralatan
Kapasitas Produksi selama satu bulan sebanyak 30 Ton RC
7
HARGA JUMLAH
NO URAIAN KEBUTUHAN JUMLAH SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
1 Boiler 3 ton 1 1.256.000.000 1.256.000.000
2 Boiler 6 Ton 1 2.041.000.000 2.041.000.000
3 Tangki Proses 6 157.000.000 942.000.000
4 Tangki Penampungan Agar-agar Kotor 1 94.200.000 94.200.000
10,000 L
5 Tangki Penampungan Agar-agar Bersih 1 78.500.000 78.500.000
8,000 L
6 Tangki Penampungan NaOH / KOH 2 94.200.000 188.400.000
10,000 L
7 Filter Press 2 157.000.000 314.000.000
8 PHE 1 235.500.000 235.500.000
9 Pompa Piston 4 314.000.000 1.256.000.000
10 Tangki Penampungan H2SO4 (Carbon 1 94.200.000 94.200.000
Steel ) 10,000 L
11 Hoise Crane 2 Ton 1 31.400.000 31.400.000
12 Hoise Crane 1 Ton 1 23.550.000 23.550.000
13 Hydrolic Press 2 78.500.000 157.000.000
14 Cruisell Mill 1 39.250.000 39.250.000
15 Disk Mill / Hammer Mill 2 78.500.000 157.000.000
16 Ayakan 1 31.400.000 31.400.000
17 Mixer Tepung 1 15.700.000 15.700.000
18 Dryer Rotary 2 235.500.000 471.000.000
19 Pompa Kimia H2SO4 1 11.775.000 11.775.000
Pompa Agar-agar bersih 1 15.700.000 15.700.000
Pompa Air Bersih 1 11.775.000 11.775.000
Pompa NaOH / KOH 1 11.775.000 11.775.000
Pompa Sumur 1 78.500.000 78.500.000
20 Genset 150 KVA 1 392.500.000 392.500.000
21 PLN 150 KVA
22 Sumur Bor Minimal 8 L / detik 1 235.500.000 235.500.000
23 Agitator 6 47.100.000 282.600.000
24 Blower 2 39.250.000
25 Elektrical 274.750.000
26 Piping Installation 314.000.000
27 Peralatan Lab 11.775.000
28 Peralatan Kantor 31.400.000
29 Biaya Lain-lain 157.000.000
JUMLAH 9.294.400.000
8
Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah, dan
panjang pantai mencapai 81.000 km, merupakan peluang potensi budidaya laut yang
sangat besar untuk dikembangkan. Potensi budidaya laut diperkirakan mencapai
luas 24,5 juta ha, dan 1.110.900 ha diantaranya merupakan areal yang potensial
untuk budidaya rumput laut. Luas efektif perairan untuk pengembangan budidaya
rumput laut diperkirakan mencapai 222.180 ha (20% dari luas areal potensial), yang
mana jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum,
Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Freddy Numberi saat melakukan panen raya rumput laut di Kabupaten
Yapen Waropen, Propinsi Papua (14/09/07).
Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton,
dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka
yang cukup signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, yakni
933,000 ton untuk sasaran tahun 2005, dan 1.120.000 ton sasaran pada tahun 2006.
Dalam program revitalisasi perikanan budidaya sasaran produksi rumput laut pada
tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000 ton.
Secara umum kandungan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh jenis
rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur panennya. Untuk memperoleh mutu
karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu
(Suryaningrum et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas
karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari,
sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen yang berumur 60 hari. Eucheuma
cottonii mengandung kadar abu 19,92 %, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 %
dan karbohidrat 68,48 %
Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan
manusia. Dari bangun pagi sampai mau tidur, manusia memerlukan produk dari
rumput laut, yakni dari produk makanan, pasta gigi, kosmetik, obat-obatan, bahkan
sampai produk industri besar lainnya.
9
dan kandungan dari 3,6 anhidro galaktosa. Produk-produk kappa, iota mapun lamda
Karaginan dipetoleh dari bahan baku yang berbeda dengan metode produksi yang
berbeda pula. Indonesia tidak mempunyai bahan baku untuk pembuatan lamda
Karaginan.
Tabel beberapa teknologi pe ngolahan Karaginan dari Eucheuma sp
Tahap Jenis/Tipe Bentuk
Bahan Baku Metode
Produksi Karaginan Produk
E Spinosum Refine Iota-karaginan Metode Alkohol Powder
Metode Alkohol Powder
Refine Kappa-Karaginan
Metode Pressing Powder
E Cottonii
Chip
Food Grade Alkali Panas
Kappa Karaginan Powder
Semi Refine
Chip
Industrial Grade Alkali Panas
Kappa Karaginan Powder
10
3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.
4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
0
temperatur pemanasan sekitar 90 C selama 18 jam untuk Eucheuma
cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam
6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.
7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.
8) Penambahan alkohol : alkohol yang digunakan dalam industri
Karaginan adalah etanol ( di labolatorium biasanya di gunakan
isopropanol). Tambahkan etanol secara perlahan-lahan pada filtrat, sambil
di aduk sampai terbentuk serat Karaginan yang terpisah dengan
cairannya.
9) Pengeringan dan pembuatan tepung (grinding) : keringkan serat
0
Karaginan dalam alat pengering dalam suhu 60 C selama 15-20 jam,
kemudian buat tepung dengan mesin grinding
10) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya
11) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.
Biaya produksi untuk metode ini sangat tinggi sehingga saat ini jarang
digunakan dalam industri kecuali untuk produski iota-Karaginan
b. Metode Tekan (pressing method)
Metode ini hanya digunakan untuk produski kapa-karaginan dengan bahan
baku Eucheuma cottonii, metode ini sama dengan metode alkohol dia atas
11
hanya berbeda teknik dalam pemisahan Karaginan dari larutan sol, alur
prosesnya adalah sebagai berikut :
1) Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam
dan jenis-jenis rumput lainnya.
2) Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali
0
dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90 C selama 2 jam,
untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk
Eucheuma cottonii gunakan KOH.
3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.
4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
0
temperatur pemanasan sekitar 90 C selama 18 jam untuk Eucheuma
cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam
6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.
7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.
8) Penjedalan : tambahkan larutan KCL, dengan konsentrasi tertentu
pada filtrat larutan sol, kemudian aduk, tuangkan larutan kedalam
cetakan/loyang, diamkan pada suhu kamar samapai menjedal membentuk
gel. Proses penjedalan dapat pula di lakukan dalam ruang
pendingin/freezer selama 12 jam. Pada industri besar digunakan conveyor
( ban berjalan) pendingin samapai menjedal. Selain itu bisa juga
mengunakan tabung pendingin yang ditekan secara sistem hidrolik.
9) Prose tekan : keluarkan air dari gel Karaginan dengan cara tekan
(press). Caranya susun gel secara berlapis-lapis, masing-masing di batasi
dengan kain saring, lalu tekan dengan beban selama 12-14 jam sehingga
12
diperoleh bentuk lembaran Karaginan. Dalam skala indsutri, pengepresan
menggunakan alat yang disebut hydroextractor.
10) Pengeringan : untuk memudahkan pengeringan, potong-potong
lembaran Karaginan ( memerluas permukaan ) kemudian keringkan
0
dengan alat pengering pada temperatur 60 C sampai kering. Biasanya
lembaran Karaginan di bentuk dalam menjadi pelet, lalu di masukan
kedalam mesin pengering tertutup untuk mengurangi kontak langsung
dengan udara terbuka.
11) Pembuatan tepung : lembaran Karaginan yang sudah kering di
jadikan menjadi tepung melalui proses grinding
12) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya
13) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.
BAB IV
ASPEK USAHA
Produk jadi pengolahan numput laut banyak di gunakan untuk bahan baku
pada indsutri-industri seperti makanan, minuman, farmasi ataupun kecantikan.
Industri di atas berpotensi akan terus meningkat karena produk tersebut
merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat, maka industri ini akan terus meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk.
Potensi eksport karaginan dunia pun akan semakin meningkat siring :
1. Berkembangnya industri daging dan dairy khusus pada pasar amerika serikat.
13
2. Konsumsi Karaginan Jepang diperkirakan akan terus meningkat sekitar 11%
pertahun dengan pengikatan import sekitar 8% pertahun (BPPT)
3. Berkembangnya industri Pangan, Farmasi dan kosmetik dunia
Potensi penyerapan Karaginan nasional masih besar mengingat konsumsi
Karaginan pada industri pemakai di indonesia masih ada yang melakukan impor (
sumber Riset Corinthian), sehingga peluang berkembangnya usaha pengolahan
rumput laut menjadi Karaginan berpeluang untuk melakukan substitusi impor
Karaginan nasional
Potensi penyerapan Karaginan pada negara tujuan eksport seperti china
melalui hongkong masih sangat besar mengingat penduduk negara tersebut adalah
yang terbesar di dunia,dan Karaginan banyak di serap oleh industri makanan jadinya
seperti jelly dan daging olahan.
14
kualitas hasil panen dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang
terkait dengan transaksi barang dagangan.
4 Resiko kerusakan dalam proses pengolahan yang berakibat penurunan
mutu barang jadi
5 Resiko bahan baku dan barang dagangan yang tidak memenuhi
standar.
Perusahaan akan mengalami kerugian bila bahan baku dan barang
dagangan yang dibelinya tidak memenuhi standar mutu seperti : Rumput
laut yang jelek sehingga kadar tepungnya yang sedikit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hasil produksi perusahaan. Semua hasil
produk jadi dan barang dagangan perusahaan memiliki harga jual yang
tergantung dengan mutu / kualitas.
15
Industri pengolahan rumput laut menjadi tepung karagenan, merupakan
perusahaan yang mengoptimalkan sumber daya manusia, sehingga
sumber daya manusia merupakan asset penting bagi perusahaan yang
dapat menghambat proses produksi, apabila terjadi pemogokan karyawan.
Adapun kendala yang dialami ketika memasuki industri ini (Entry Barrier),
adalah :
1. Membutuhkan modal kerja yang besar karena pembelian rumput secara
tunai, serta peralatan yang memadai untuk menghasilkan karaginan
dengan kualitas ekspor ( kualitas baik)
2. Butuh pengetahuan dan pengalaman untuk mempertahankan hasil
produksi yang sesuai dengan standar mutu yang baik.
3. Butuh pengalaman pada perdagangan internasional karena produk jadi
berorientasi eksport
4. Kepercayaan pengguna produk olahan / konsumen masih lebih tinggi
terhadap produk impor dari pada produk dalam negeri.
5. kontinuitas dan kualitas produksi dalam negeri belum terjamin.
6. Beberapa industri dalam negeri tidak mampu memproduksi sesuai
kapasitas permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bahan baku
yang berkualitas. Hal ini merupakan akibat dari persaingan dengan
industri pengolah di luar negeri, dengan kata lain harga ekspor bahan baku
lebih menarik bila di bandingkan dengan daya beli bahan baku dalam
negeri
16
2. Memiliki SDM yang berpengalaman dalam usaha pengolahan rumput laut
karagenan dan di dukung oleh para pekerja yang terampil yang dapat
memperkecil resiko kegagalan produsksi.
3. Memiliki pengatahuan dan teknologi dalm pengolahan rumput laut yang
efektif dan efisien dengan standar mutu internasional.
4. Memiliki tim pemasaran yang tangguh yang mampu memberikan akses
perdagangan lokal maupun luar negeri dan membidik pangsa pasar yang
luas.
5. Menjaga reputasi perusahaan dengan senantiasa memenuhi permintaan
konsumen dengan tiangkat kualitas yang tinggi dan konsisten serta
menjaga distribusi barang selalu tepat waktu.
6. Membangun tim management yang tangguh, Meningkatkan kinerja industri
dalam upaya meningkatkan produksi
7. Meningkatkan dan menguatkan lembaga – lembaga penelitian dan
pengembangan ( litbang ) dalam pengembangan produk akhir.
8. Memanfaatkan Lembaga – lembaga pemerintahan daerah hingga pusat,
guna memudahkan akses birokrasi.
9. Pembentukan tim Humas untuk Ekstern maupun Intern Perusahaan, guna
untuk menampung output maupun input dari berbagai pihak.
17
BAB V
ANALISIS USAHA
Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis usaha ditingkat produksi Refine karagenan, analisis usaha pengolahan ini
meliputi : Biaya proses produksi, Analisis rugi laba, Play back period ( jangka waktu pengembalian modal ), Analisis R/C dan Break
Event Point ( BEP ). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :
HARGA BIAYA
N Qty JUMLAH SELISIH HARI KERJA
KEGIATAN JUAL/kg PRODUKSI
O
(Kg) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) (25)
Satu kali proses 173.00 24.220.00 18.703.00 5.517.00 137.925.00
1. 140
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Dua kali proses 173.00 48.440.00 34.256.00 14.184.00 354.600.00
2. 280
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Empat kali proses 173.00 96.880.00 66.912.00 29.968.00 749.200.00
3. 560
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Lima kali proses 173.00 121.100.00 82.465.00 38.635.00 965.875.00
4. 700
(yield 20%) 0 0 0 0 0
B). Penjualan
Keuntungan = Rp 569.731.439,-
Jumlah Investasi
xBulan
Keuntungan
(Jumlah investasi = pembelian lahan + peralatan + Total biaya produksi selama 1
bulan)
Rp. 18.840.000.000,- x 1 Bulan = 33 Bulan ( 2 Tahun 9 bulan )
Rp 569.731.439,-
E). Analisis R/C dan BEP
Penerimaan( penjualan)
= BiayaTotal Pr oduksi
Di ketahui nilai R/C = Rp. 1.29, berarti usaha produksi tepung Karagenan
layak dan menguntungkan, karena dari setiap uang yang di keluarkan untuk
BiayaTetap
Biaya variable
1−
= Penjualan = BEP
= Rp. 128.838.439,-
1- Rp. 1.932.786.561,- = Rp. 565.080.000,-
Rp. 2.502.500.000,-
titik impas saat di peroleh pendapatan sebesar Rp. 565.080.000,- dari hasil
PENUTUP
Atmadja, W., S. (2012). Apa Rumput Laut itu sebenarnya?. Diunduh pada tanggal 12 Juli 2015 dari
http://www.coremap.or.id/print/article.php?id=264.
1. Wiratmaja, I Gede, I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, dan I Nyoman Suprapta Winaya. 2011.
Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
Cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram Vol. 5 No.1. April 2011 (75-
84).
Selama ini masyarakat pesisir Maluku mengombinasi mata pencaharian sebagai petani dan
nelayan, mengombinasikan aktivitas kultivasi pertanian di darat dan perikanan tangkap di laut
yang dikerangka oleh pola musim. Ketika kultivasi pertanian dikombinasikan dengan
budidaya rumput laut, maka terjadi benturan waktu yang kurang bersifat komplemen.
Walaupun hanya membutuhkan 40-45 hari masa tanam sampai panen, tetapi masa itu diisi
dengan jadwal kegiatan yang konsisten, dari mulai menyiapkan bibit, mengikat, mengontrol,
sampai memanen dan mengeringkan, dan selanjutnya menyiapkan bibit baru lagi. Seorang
informan mengomentari bahwa bila ia memilih untuk mengerjakan rumput laut, maka kebun-
kebunnya akan terbengkalai, sementara baginya hasil kebun merupakan keamanan pangan
utama keluarganya dan untuk cash. Mereka yang mengusahakan budidaya rumput laut
menyediakan waktu yang terbatas untuk berkebun, bahkan ada keluarga muda yang belum
pernah membuka kebun sendiri, masih mengandalkan kebun orang tua.
Soselisa, H.L., Sihasale, W.R., Soselisa, P.S., Litaay, S.Ch.H. 2011. Masyarakat Pesisir di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Indonesia,
https://www.dunia-energi.com/progam-investasi-sosial-inpex-dukung-peningkatan-produksi-rumput-
laut-maluku-tenggara-barat/