Anda di halaman 1dari 36

PROYEK PROPOSAL

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT


DI KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR,
PROVINSI MALUKU

KELOMPOK TANI TANEMPAR


TAHUN 2021
BUDIDAYA
RUMPUT LAUT
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia memiliki luas perairan diperkirakan mencapai 11 juta hektar atau 2/3
bagian dari negara ini adalah laut sebagai kawasan yang dapat memberikan harapan
bagi masyarakat pesisir khususnya bagi pengembangan komoditas unggulan nasional,
salah satunya lewat budidaya rumput laut.

Rumput laut menjadi komoditas perdagangan internasional karena telah


diekspor ke beberapa negara dan memiliki nilai ekonomi dan prospek cukup cerah.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha budidaya yang paling mudah untuk
dilakukan. Beberapa keluarga masyarakat pesisir pantai dapat melakukan budidaya
rumput laut di sekitar perairan mereka. Terlebih lagi pada mayoritas daerah pesisir
Kawasan Timur Indonesia khususnya di Maluku, pada perairan yang berada di luar jalur
transportasi umum dan tradisional. Keadaan ini sangat memungkinkan untuk melakukan
budidaya rumput laut. Dengan persyaratan kondisi oceanografi pada kisaran yang
normal, kecepatan arus dan gelombang serta tinggi pasang surut dan konsentrasi
kandungan unsur hara perairan yang normal, memungkinkan pengembangan usaha ini
terus dilakukan. Saat ini pola budidaya rumput laut yang diterapkan masyarakat pesisir
umumnya telah beralih dari sistem rakit ke sistem long line yang lebih memberikan
harapan peningkatan produksi yang lebih besar.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan masyarakat Indonesia antara lain:


Euchema dan Gracilaria. Kedua jenis ini dikembangkan menjadi beberapa jenis
produk, yang bermanfaat sebagai bahan pengental dan pemadat, misalnya untuk
pembuatan bir, susu, pasta gigi, cream, dessert gels, dan lain sebagainya. Selain itu
secara garis besar, produk turunan rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 5P, yaitu
Pangan, Pakan, Pupuk, Produk Kosmetik, dan Produk Farmasi (KKP, 2016). Sejumlah
penelitian juga menyebutkan bahwa rumput laut dapat digunakan sebagai bahan dasar
dalam pembuatan bahan bakar atau biofuel (Wiratmaja et al, 2011). Inilah yang
mengakibatkan tingginya permintaan komoditas rumput laut cukup baik dari pasar lokal
hingga ekspor. Keadaan ini yang mendorong penduduk pesisir pantai untuk melakukan
pengembangan budidaya rumput laut.

1
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA

Rumput laut Eucheuma di Indonesia biasanyanya tumbuh di perairan yang


mempunyai rataan terumbuh karang. Rumput laut melekat pada substrat karang mati
atau kulit kerang ataupun batu gamping di daerah intertidal dan subtidal. Rumput laut
tumbuh tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Sebaran Eucheuma dapat dilihat
pada tabel dan peta di bawah ini.
Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia (Atmadja, 2014)
Jenis Rumput Laut Sebaran Perairan
Eucheuma Spinosum Kep. Riau, Selat Sunda, Kep. Seribu (Jawa Barat),
Sumbawa (NTB), Ngele-Ngele, Sanana (NTT),
Wakatobi dan Muna (Sulawesi Tenggara), Kep. Banggai
dan Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah),
Seram Timur, Kep. Kei (Maluku), Kep. Aru (Maluku)
dan Kep. Tanimbar (Maluku)
Eucheuma edule Kep. Seribu (Jawa Barat), Bali, Seram Timur (Maluku),
P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Wakatobi dan P.
Muna (Sulawesi Tenggara), Tolimau, Kep. Kei
(Maluku).
Eucheuma serra Bali
Eucheuma cottonii Kep. Banggai, Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi
Tengah), P. Seram Timur, Selat Alas Sumbawa, Kep.
Kei (Maluku), Kep. Aru (Maluku) dan Kep. Tanimbar
(Maluku).
Eucheuma crissum Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kep. Aru (Maluku
Tenggara)
Eucheuma Amoldhii Bali, Seram Timur (Maluku)
Eucheuma leewenii Nusa Kambangan (Jawa Tengah)
Eucheuma crustaeforme Kep. Sangir (Sulawesi Utara)
Eucheuma horizontal P. Selayar (Sulawesi Selatan)
Eucheuma adhaerens P. Ternate (Maluku Utara)
Eucheuma vermiculare Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma dichotomum Kep. Seribu (DKI Jakarta), Kep. Kei, Elat (Maluku)
Eucheuma cervicome Seram Timur (Maluku)
Eucheuma striatum Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma simplex Seram Timur (Maluku)
Eucheuma Spp. Seram Timur (Maluku)
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

2
BAB III
SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi
kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu.
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu
harian yang kecil dan substrat batu karang mati.

PERSYARATAN BUDIDAYA
Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :
- Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu
karang
- Kedalaman air pada surut terendah 1 - 30 cm.
- Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai.
- Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit.
- Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih.
- Suhu air berkisar 27 - 28oC, salinitas berkisar 30 - 37 ppt dan pH 6,5 - 8,5.

TEKNIK BUDIDAYA
Metode Budidaya
Beberapa metode budidaya rumput laut jenis ini adalah :
• Metode Lepas Dasar
digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga
memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.
• Metode Rakit Apung
dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak,
sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu.
• Metode Long Line
, menggunakan tali panjang 50 - 100 m yang dibentangkan, dan pada kedua
ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 m diberi pelampung
utama terbuat dari drum plastik.

3
Proses Pengikatan dan Peletakkan Rumput Laut
Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri :
• Bercabang banyak dan rimbun
• Tidak terdapat bercak
• Tidak terkelupas
• Warna cerah
• Umur 25 - 35 hari
• Sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan.

Pada saat pengangkutan bibit tetap terendam didalam air laut dengan
menggunakan kotak styrofoam atau karton berlapis plastik.lalu Bibit disusun berlapis
dan berselang-seling antara pangkal tallus dan ujung tallus dan antara lapisan dibatasi
dengan kain yang sudah dibasahi air laut. Hindari bibit agar tidak terkena minyak,
kehujanan maupun kekeringan. selanjutnya Bibit diikat dengan tali raffia pada tali
penggantung.
Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang
telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm didasar
perairan. Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung
bawahnya. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok
yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris Polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun
jarak ideal antara tali rentang sekitar 20 - 25 cm.

Perawatan dan Pemeliharaan


Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan selama masa pemeliharaan adalah
sebagai berikut :
-  Bersihkan tallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel, sehingga tidak
menghalangi tanaman dari sinar matahari.
-  Bersihkan tali penggantung dari sampah atau tumbuhan liar.
-  Periksa keutuhan tali gantungan, perbaiki jika ada yang putus atau kencangkan jika
tali agak kendor atau ganti dengan tali yang baru.
-  Periksa tanaman dari gangguan penyakit.

4
-  Hama lain rumput lain yang harus diwaspadai antara lain larva bulu babi, teripang,
ikan-ikan herbivora seperti baronang.

Pemanenan dan Pengeringan


Waktu pemanenan tergantung dari tujuannya. Untuk mendapatkan bibit,
pemanenan dilakukan pada umur 25 - 35 hari, dan untuk produksi dengan kualitas
tinggi yang kandungan keraginannya banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari.
Pemanenan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman beserta tali
penggantungnya. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong
tali.

Setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dengan menjemur.


Rumput laut dijemur dengan menggantungkan atau diletakkan pada para-para sehingga
tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya. Sambil penjemuran dilakukan
pembersihan dari kotoran dengan mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah
dan lainnya. Jika cuaca cerah, penjemuran cukup 3 - 4 hari yang ditandai dengan warna
ungu keputihan dilapisi kristal garam.

Nilai Ekonomis
Rumput laut Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan, sehingga memiliki nilai ekspor yang
sangat baik. Kadar keraginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 - 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.

5
Kegunaan Produk Rumput Laut Dalam Industri Pangan dan Non Pangan

Industrial Grade Farmasi Grade Food Grade


1. Karet sintetis 1. Bahan pembuat gigi 1. Minuman ringan
2. Bahan campuran kertas 2. Pelembab 2. Produk coklat
3. Komp. Textile 3. Tablet 3. Makanan beku
4. Pakan ternak 4. Shampoo 4. Ice cream
5. Finishing kulit 5. Shaving cream 5. Pudding
6. Bahan cat 6. Pasta gigi 6. Tepung roti
7. Pengeboran 7. Lotion 7. Kerupuk
8. Ragam produk inovatif 8. Pengental sirup
9. Produk jamu
10. Saus tomat
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

6
BAB IV
ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN

4.1. Aspek Hukum


Dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut ada beberapa aspek hukum
yang perlu diperhatikan seperti penentuan lokasi budidaya, daya dukung perairan yang
berkaitan dengan jumlah unit usaha serta pengembangan kawasan dan kelembagaan.
Secara umum hal-hal tersebuts udah tertuang pada Pedoman Umum Budidaya Rumput
Laut.

4.2. Perizinan Usaha


Perizinan usaha budidaya rumput laut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
31. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.
02/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan, berikut ini adalah criteria
pembudidaya rumput laut yang tidak diwajibkan memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP),
yaitu:
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar tidak
lebih dari 8 (delapan) unit (1 unit berukuran 100 x 5 m2).
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung tidak
lebih dari 20 (dua puluh) unit (1 unit = 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2).
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode long line tidak lebih
dari 2 (dua) unit (1 unit berukuran 1 ha).
*) Walaupun tidak wajib untuk memiliki IUP tetap wajib untuk mencatatkan usahanya
tersebut pada pihak yang membidangi kelautan dan perikanan, missal Dinas Perikanan
setempat.

4.3. Kemitraan
Di tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Pedoman
Umum Pola Kemitraan. Essensial dari Pedoman umum tersebut adalah sebagai panduan
bagi selurh pelaku usaha / stakeholders di bidang pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan tentang kemitraan yang dapat diterapkan dengan saling berbagi dalam hal
biaya, resiko dan manfaat dengan menggabungkan kompetensi yang dimiliki masing-

7
masing berazaskan kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat, saling
menguntungkan.

4.4. Landasan Hukum


a. UU No. 31/2004 tentang Perikanan;
b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
d. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa “Kerjasama
Kemitraan antara Industri Besar dan Menengah dengan Industri Kecil”;
e. UU No. 1/1987 tentang Kamar Dagang dan Industri Pasal 3; Pasal 7; Butir D, E
dan F;
f. UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian;
g. UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
h. PP No. 44/1997 tentang Kemitraan
i. PP No. 32/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
j. Kepres No. 99 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha
Besar dengan Syarat Kemitraan.
k. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

8
BAB V
ESTIMASI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM LONG LINE,
SELUAS 1 HEKTAR PER MUSIM TANAM (1 SIKLUS)

5.1. Investasi
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Tali rentang PE 4 mm 10 kg 40.000 400.000
2 Tali PE 6 mm 10 kg 40.000 400.000
3 Tali Jangkar PE 10 mm 50 kg 40.000 2.000.000
4 Patok (Pipa cor) 64 bh 200.000 12.800.000
5 Styrofoam bulat diameter 50 cm 16 bh 200.000 3.200.000
6 Botol aqua 500 ml 1000 bh 1.000 1.000.000
7 Perahu dayung (untuk 2 org) 1 bh 1.500.000 1.500.000
8 Timbangan gantung 1 bh 500.000 500.000
9 Peralatan kerja 1 pkt 500.000 500.000
10 Para-para penjemuran 1 unit 1.500.000 1.500.000
        23.800.000

5.2. Biaya Produksi


Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Biaya Penanaman 9 OH 100.000 900.000
2 Biaya pemasangan konstruksi 3 OH 200.000 600.000
3 Biaya pemanenan 9 OH 100.000 900.000
pake
4 Biaya Transportasi 1 t 1.000.000 1.000.000
640
5 Bibit 0 kg 2.500 16.000.000
6 Tali PE 1 mm 208 ball 60.000 12.480.000
7 Penyusutan Inventaris 0,15   1.250.000 187.500
        32.067.500

5.3. Pendapatan
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Panen Bibit 5600 kg 2.500 14.000.000
2 Panen Kering (Produksi) 6400 kg 15.000 96.000.000
  Hasil Panen     110.000.000

9
3 Biaya Produksi     32.067.500
  Laba Usaha     77.932.500

5.4. Kelayakan Usaha

1. R/C Ratio 3.43


2. Payback period 0.71
3. Return of Investment (ROI) 227
4. B/C 2.43

10
PENGEMBANGAN
PRODUKSI
REFINE KARAGINAN
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam ilmu Botani, rumput laut (seaweeds) masuk kategori macro algae,
tanaman sederhana yang tumbuh di air bergaram dan lingkungan laut. Oleh Yang
Maha Pencipta, manusia di dunia dianugrahi lebih dari 7000 species rumput laut
yang tersebar baik di perairan tropis maupun subtropis. Secara garis besar, rumput
laut dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu rumput hijau (Chlorophyta) yang biasanya
hidup di laut dangkal; rumput laut coklat (Phaeuphyta) biasanya hidup di laut sedang;
dan rumput laut merah (Rhodophyla) yang tumbuh di laut dalam.

Beberapa rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis
yang penting adalah rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea, rumput laut penghasil karaginan
(Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, Eucheuma
striatum, rumput laut penghasil algin, yaitu Sargassum, Macrocystis, dan Lessonia

Karaginan, telah dikenal sejak abad 19 dan semula dikembangkan dari


rumput laut merah kecil Irish Moss yang biasa tumbuh di perairan dingin. Industri
karaginan berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai jenis rumput laut lain
yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis
dengan biaya relatif murah. Volume pasar sckitar 15.000-20.000 ton / tahun dengan
penyebaran Eropa (35 %), Asia Pasifik (25 %), Amerika Utara (25 %) dan Amerika
Selatan (15 %). Penggunaan karaginan mayoritas untuk indusrri makanan dan
kosmtika.

Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida


rantai panjang yang diektraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofi, seperti
Eucheuma sp, Chondrus s, Hypnea sp dan Gigartina sp. Polisakarida tersebut
disusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4)
3,6 anhidrogalaktosa secara bergantian, baik mengandung ester sulfat atau tanpa
sulfat.

1
CH2OH CH2

O3SO
Struktur kappa (?)
Karaginan

OH OH

CH2OH CH2

O3SO

Struktur lota
Karaginan

OH O3SO3

CH2OH CH2OSO3

HO

Struktur lamda (a)


Karaginan

H (30%)
O OSO3
SO3 (70%)

Didasarkan pada stereotype struktur molekul dan posisi ion sulfatnya,


karaginan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu iotakaraginan, kappa-karaginan dan
lamda-karaginan. Ketiganya berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap protein.
Kappa-karaginan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iotakaraginan
membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah di bentuk. Selain itu masing-masing
karaginan juga di hasilkan oleh jenis rumput laut yang berbeda. Kelarutan karaginan
di dalam air di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya temperatur, kehadiran
senyawa organik lainnya, garam yang larut dalam air serta tipe karaginan itu sendiri.
Hal yang paling penting mengontrol daya larut dalam air yaitu hidrophilicity dari
molekul yang merupakan group ester sulfat dan unit galaktopiranusil dari karaginan.

Derajat kekentalan karaginan di poengaruhi oleh konsentrasi temperatur dan


molekul lain yang larut dalam campuran tersebut, kekentalan larutan karaginan akan
berkurang dengan cepat, siring meningkatnya temperatur. Kekentalan karaginan
dalam membentuk gel ( menjedal) dibedakan dari yang kuat sampai rapuh (britle)
dengan tipe yang lembut dan elastis. Tekstur tersebut tergantung dari jenis
karaginan, konsentrasi, keberadaan ion-ion lain, keberadaan larutan lain dan
senyawa hidrokoloid yang tidak membentuk gel. Apabila dalam larutan terdapat ion
potasium, gel kappa-karaginan cenderung lebih rapuh di bandingkan iota karaginan
disebabkan oleh keberadaan 2 sulfat pada polimernya.

2
BAB II
ANALISA PASAR

II.1 Produk

Fungsi utama dari Karaginan adalah sebagai bahan pemantap, penstabil,


pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Karaginan
pada industri makanan digunakan untuk meningkatkan viskositas sup, saus, juga
fruit jelly sebagai bahan pengental (thickening agent) dan penstabil alami, memberi
kehalusan dan keseimbangan es krim dan keju, permen, pada industri crackers,
wafer, kue dan jenis biskuit lainnya untuk mendapatkan tekstur yang renyah perlu
ditambahkan Karaginan untuk menghasilkan biskuit rendah kalori untuk program
diet, yang formulanya perlu ditambahkan dengan agar-agar . Karaginan juga
digunakan sebagai penjernih pada berbagai industri minuman seperti bir, anggur,
kopi dan sebagai penstabil pada minuman cokelat. Dalam dunia kesehatan, seperti
pada Perang Dunia II, Karaginan digunakan untuk membersihkan luka. Hal ini
karena Karaginan mempunyai komponen yang dapat menghentikan pendarahan,
menggumpalkan darah, sehingga luka mudah untuk dibersihkan. Karaginan juga
mempunyai efek laksatif yaitu sebagai obat pencahar.

Pada bidang farmasi, Karaginan di manfaatkan dengan sangat luas karena


dapat berfungsi sebagai suspending agent, emulsifer, stabilizerfilm former, binder,
coating agent, thickener, gelling agent, sineresis inhibitor, christalization inhibitor,
encapsulating agent, flocculating agen, protective coloid. Salah satu sifat di gunakan
untuk pembuatan kapsul obat dan vitamin, campuran obat pencahar, pasta gigi,
kosmetika (bahan baku sabun, lipstik, salep, lotion, dan krim), makanan ternak,
campuran keramik, campuran cat, pembuatan kertas serta banyak lagi untuk
pemanfaatan yang lainnya.

3
II.2 Permintaan dan Penawaran
Pasar karagenan di dunia setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat
pemanfaatan Karaginan untuk berbagai kebutuhan industri makanan, minuman,
farmasi dan industri lainnya mencapai 33.000 ton dengan kebutuhan bahan baku
karaginofit sekitar 165.000 ton. Terutama untuk jenis Eucheuma sp. Sementara
produksi Eucheuma sp dunia hanya mencapai 149.000 ton sehingga masih terdapat
kekurangan 16.000 ton. Produksi Eucheuma sp, dunia dapat di lihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel Produksi Eucheuma sp di Dunia ( Ton Kering)


Eucheuma sp Produksi Persentase
Indonesia 25.000 16,7
Filippina 115.000 77,2
Tanzania (zanzibar) 8.000 5,4
Lainnya 1.000 0,7
Total 149.000 100
Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm (dalam McHugh D J 2003)

Tabel Karaginan menurut pemanfaatannya di Dunia (2001)


Aplikasi Volume (Ton) Persentase
Dairy 11.000 33
Meat and poultry 5.000 15
Water gels 5.000 15
PES food grade 8.000 25
Pasta gigi 2.000 6
Lainnya 2.000 6
Total 33.000 100
Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm

Kebutuhan Eucheuma sp di dalam negeri dan eksport pada tahun 2005


sebesar 50.000 ton, sedangkan produksinya baru mencapai 32.000 ton. Dengan
demikian masih terdapat kekurangan 18.000 ton yang belum dipenuhi dengan
pegembangan budi daya jenis tersebut.

Prediksi pasar dunia dalam kurun waktu 3 tahun kedepan (2008-2010),


kebutuhan produk olahan rumput laut di prediksi terus meningkat, seiring dengan
kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke produk-produk hasil alam

4
( BACK TO NATURE ). Kecenderungan sudah terlihat dari meningkatnya ekspor
bahan baku rumput laut ke berbagai negara untuk di olah menjadi produk siap pakai
seperti dalam tabel di atas. Pada tahun 2008-2010 prediksi pasar dunia produk
olahan rumput laut meningkat sekitar 10 % setiap tahun untuk Karaginan semirefine
(SRC), agar dan alginat untuk industri (industrial grade). Sementara alginat untuk
makanan ( food grade) sebesar 7,5% dan Karaginan refine (RC) sebesar 5%.

Tabel prediksi pasar dunia Produk Olahan Rumput laut ( Ton)

Jenis Produk 2008 2009 2010


Karaginan (RC) 28.850 30.285 31.800
Karaginan (SRC) 40.355 44.390 48.830
Agar 14.970 16.470 18.120
Alginat (Food Grade) 12.400 13.330 14.330
Alginat ( Industrial Grade) 25.090 27.600 30.360
Sumber : Jana T Anggodiredja TIM RL BPPT

Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada setiap tahun
produksi olahan rumput laut meningkat dengan signifikan, yang menyebabkan
permintaan produk olahan rumput laut meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri.

II.3 Persaingan Usaha


Industri pengolahan rumput laut kian berkembang seiring dengan
berkembangnya produk turunan dari rumput laut dan permintaan pasar yang
menjanjikan baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa perusahaan yang
bergerak dalm pengolahan rumput laut menjadi Karaginan adalah sebagai berikut :

Nama Perusahaan / Industri Lokasi


1. Sulawesi
PT. Bantimurung Indah Kab Maros
CV Cahaya Cemerlang Makassar
PT Giwang Citra Laut Takalar

5
2. Jawa Timur
PT Centram Surabaya
PT Seamatec Surabaya
PT Surya Indo Algas Surabaya
PT Amarta Carrageenan Surabaya
PT Algalindo Surabaya
PT Agarin Murni Malang
3. Jawa Tengah
PT Michellindo Pekalongan
4. NTB/NTT
PT Phoenix Mas Lombok Barat
5. Jawa Barat / Banten
PT Galic Arta Bahari Bekasi
PT Gumindo Perkasa Ind Banten
6. Bali
PT Dharma Nirmala Sakti Klungkung
Sumber Tim rumput Laut BPPT

BAB III
UNIT PRODUKSI

III.1 Lokasi
Penentuan lokasi proyek sangat menentukan terhadap perkembangan
perusahaan karena harus di pilih daerah yang benar-benar cocok dengan jenis
usaha nantinya, adapun hal-hal yang harus di perhatikan antara laian :
1. Posisi Geografis, kondisi dan kecocokan lahan.
2. Kemudahan mendapatkan bahan baku. Dan bahan pembantu lainnya
3. Mengingat industri pengolahan rumput laut ini pengeringannya sudah
menggunakan alat pengering (dryer), akan tetapi untuk menjaga kelancaran
produksi maka bantuan sinar matahari pun sangat membantu dalam proses

6
pengeringan oleh karena itu di pilih daerah dengan tingkat intensitas sinar
matahari yang tinggi.
4. Ketersediaan sumber air yang tinggi, karena usaha ini memerlukan air dalam
jumlah yang besar.
5. Akses jalan yang lancar atau mudah di jangkau
6. Status lahan
7. Lokasi yang memperhitungkan aspek Analisis dampak lingkungan baik dalam
lingkungan alam atau pun dalam lingkungan sosial.
8. Ketersediaan SDM yang mencukupi dalam arti memiliki pengetahuan danj
keahlian ( keterampilan).

III.2 Status & Kondisi Tanah

Luas dan kondisi tanah tidak dapat di perhitungkan dengan terinci, mengingat
ini adalah sebagai usulan proyek pendirian maka luas tanah disesuaikan dengan
luas bangunan serta sarana dan prasarana lainnya, yang pada akhirnya luas tanah
mencukupi untuk pembangunan proyek dan perluasan ke depan.
Sebagai bahan acuan maka untuk proyek ini memerlukan lahan ± 2 Ha
dengan harga pembelian di perkirakan ± Rp 100.000,-
2 2
2 x 10.000 M = 20.000 M ---------20.000 x Rp 100.000,- = Rp 2.000.000.000,-

III.3 Status & Kondisi Bangunan


Estimasi Biaya
Uraian Bangunan Ukuran
(Rp)
2
Bangunan Utama, Kantor, dan kontruksi 1000 M 2.355.000.000
2
pabrik ( Rp 2.355.000 per M )
Bak Penampungan Air Bersih 5x4x3= 23.550.000
2 3
( Rp 392.500 per M ) 60 M
2
Bak Limbah & Pengolahan Limbah 400 M 314.000.000
Sumur Bor 8 L/detik 2 Buah 471.000.000
Jumlah 5.163.550.000

III.4 Peralatan
Kapasitas Produksi selama satu bulan sebanyak 30 Ton RC

7
HARGA JUMLAH
NO URAIAN KEBUTUHAN JUMLAH SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
1 Boiler 3 ton 1 1.256.000.000 1.256.000.000
2 Boiler 6 Ton 1 2.041.000.000 2.041.000.000
3 Tangki Proses 6 157.000.000 942.000.000
4 Tangki Penampungan Agar-agar Kotor 1 94.200.000 94.200.000
10,000 L
5 Tangki Penampungan Agar-agar Bersih 1 78.500.000 78.500.000
8,000 L
6 Tangki Penampungan NaOH / KOH 2 94.200.000 188.400.000
10,000 L
7 Filter Press 2 157.000.000 314.000.000
8 PHE 1 235.500.000 235.500.000
9 Pompa Piston 4 314.000.000 1.256.000.000
10 Tangki Penampungan H2SO4 (Carbon 1 94.200.000 94.200.000
Steel ) 10,000 L
11 Hoise Crane 2 Ton 1 31.400.000 31.400.000
12 Hoise Crane 1 Ton 1 23.550.000 23.550.000
13 Hydrolic Press 2 78.500.000 157.000.000
14 Cruisell Mill 1 39.250.000 39.250.000
15 Disk Mill / Hammer Mill 2 78.500.000 157.000.000
16 Ayakan 1 31.400.000 31.400.000
17 Mixer Tepung 1 15.700.000 15.700.000
18 Dryer Rotary 2 235.500.000 471.000.000
19 Pompa Kimia H2SO4 1 11.775.000 11.775.000
  Pompa Agar-agar bersih 1 15.700.000 15.700.000
  Pompa Air Bersih 1 11.775.000 11.775.000
  Pompa NaOH / KOH 1 11.775.000 11.775.000
  Pompa Sumur 1 78.500.000 78.500.000
20 Genset 150 KVA 1 392.500.000 392.500.000
21 PLN 150 KVA      
22 Sumur Bor Minimal 8 L / detik 1 235.500.000 235.500.000
23 Agitator 6 47.100.000 282.600.000
24 Blower 2   39.250.000
25 Elektrical     274.750.000
26 Piping Installation     314.000.000
27 Peralatan Lab     11.775.000
28 Peralatan Kantor     31.400.000
29 Biaya Lain-lain     157.000.000
  JUMLAH 9.294.400.000

III.5 Bahan Baku

8
Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah, dan
panjang pantai mencapai 81.000 km, merupakan peluang potensi budidaya laut yang
sangat besar untuk dikembangkan. Potensi budidaya laut diperkirakan mencapai
luas 24,5 juta ha, dan 1.110.900 ha diantaranya merupakan areal yang potensial
untuk budidaya rumput laut. Luas efektif perairan untuk pengembangan budidaya
rumput laut diperkirakan mencapai 222.180 ha (20% dari luas areal potensial), yang
mana jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum,
Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Freddy Numberi saat melakukan panen raya rumput laut di Kabupaten
Yapen Waropen, Propinsi Papua (14/09/07).

Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton,
dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka
yang cukup signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, yakni
933,000 ton untuk sasaran tahun 2005, dan 1.120.000 ton sasaran pada tahun 2006.
Dalam program revitalisasi perikanan budidaya sasaran produksi rumput laut pada
tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000 ton.

Secara umum kandungan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh jenis
rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur panennya. Untuk memperoleh mutu
karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu
(Suryaningrum et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas
karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari,
sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen yang berumur 60 hari. Eucheuma
cottonii mengandung kadar abu 19,92 %, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 %
dan karbohidrat 68,48 %

Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan
manusia. Dari bangun pagi sampai mau tidur, manusia memerlukan produk dari
rumput laut, yakni dari produk makanan, pasta gigi, kosmetik, obat-obatan, bahkan
sampai produk industri besar lainnya.

III.6 Proses Produksi


Proses produksi Karaginan ada tiga tipe yaitu kappa Karaginan, iota
Karaginan dan lamda Karaginan yang dibedakan oleh jumlah dan posisi ester sulfat

9
dan kandungan dari 3,6 anhidro galaktosa. Produk-produk kappa, iota mapun lamda
Karaginan dipetoleh dari bahan baku yang berbeda dengan metode produksi yang
berbeda pula. Indonesia tidak mempunyai bahan baku untuk pembuatan lamda
Karaginan.
Tabel beberapa teknologi pe ngolahan Karaginan dari Eucheuma sp
Tahap Jenis/Tipe Bentuk
Bahan Baku Metode
Produksi Karaginan Produk
E Spinosum Refine Iota-karaginan Metode Alkohol Powder
         
    Metode Alkohol Powder
  Refine Kappa-Karaginan    
    Metode Pressing Powder
         
E Cottonii        
        Chip
    Food Grade Alkali Panas  
    Kappa Karaginan   Powder
         
  Semi Refine      
         
        Chip
    Industrial Grade Alkali Panas  
    Kappa Karaginan   Powder

Proses Produksi karaginan murni (refine carageenan/RC)


Untuk mendapatkan Karaginan murni dilakukan dengan mengektrasi
Karaginan dari rumput laut. Ada dua metode proses produksi yaitu metode alkohol
(alcohol metode) dan metode tekan (pressing metode).
a. Metode Alkohol ( alcohol method)
Metode ini dapat digunakan untuk memproduksi Karaginan dari Eucheuma
spinosum yang menghasilkan iota-Karaginan dan Eucheuma cottonii yang
menghasilkan kappa Karaginan. Alir proses produksi dengan metode alkohol
sebagai berikut :
1) Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam
dan jenis-jenis rumput lainnya.
2) Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali
0
dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90 C selama 2 jam,
untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk
Eucheuma cottonii gunakan KOH.

10
3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.
4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
0
temperatur pemanasan sekitar 90 C selama 18 jam untuk Eucheuma
cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam
6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.
7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.
8) Penambahan alkohol : alkohol yang digunakan dalam industri
Karaginan adalah etanol ( di labolatorium biasanya di gunakan
isopropanol). Tambahkan etanol secara perlahan-lahan pada filtrat, sambil
di aduk sampai terbentuk serat Karaginan yang terpisah dengan
cairannya.
9) Pengeringan dan pembuatan tepung (grinding) : keringkan serat
0
Karaginan dalam alat pengering dalam suhu 60 C selama 15-20 jam,
kemudian buat tepung dengan mesin grinding
10) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya
11) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.
Biaya produksi untuk metode ini sangat tinggi sehingga saat ini jarang
digunakan dalam industri kecuali untuk produski iota-Karaginan
b. Metode Tekan (pressing method)
Metode ini hanya digunakan untuk produski kapa-karaginan dengan bahan
baku Eucheuma cottonii, metode ini sama dengan metode alkohol dia atas

11
hanya berbeda teknik dalam pemisahan Karaginan dari larutan sol, alur
prosesnya adalah sebagai berikut :
1) Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam
dan jenis-jenis rumput lainnya.
2) Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali
0
dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90 C selama 2 jam,
untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk
Eucheuma cottonii gunakan KOH.
3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami
perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau
agitasi.
4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan
0
temperatur pemanasan sekitar 90 C selama 18 jam untuk Eucheuma
cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi
sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.
5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite)
ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas,
kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam
6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas
menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental)
dapat terpisah dari residu/ ampas padat.
7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada
cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.
8) Penjedalan : tambahkan larutan KCL, dengan konsentrasi tertentu
pada filtrat larutan sol, kemudian aduk, tuangkan larutan kedalam
cetakan/loyang, diamkan pada suhu kamar samapai menjedal membentuk
gel. Proses penjedalan dapat pula di lakukan dalam ruang
pendingin/freezer selama 12 jam. Pada industri besar digunakan conveyor
( ban berjalan) pendingin samapai menjedal. Selain itu bisa juga
mengunakan tabung pendingin yang ditekan secara sistem hidrolik.
9) Prose tekan : keluarkan air dari gel Karaginan dengan cara tekan
(press). Caranya susun gel secara berlapis-lapis, masing-masing di batasi
dengan kain saring, lalu tekan dengan beban selama 12-14 jam sehingga

12
diperoleh bentuk lembaran Karaginan. Dalam skala indsutri, pengepresan
menggunakan alat yang disebut hydroextractor.
10) Pengeringan : untuk memudahkan pengeringan, potong-potong
lembaran Karaginan ( memerluas permukaan ) kemudian keringkan
0
dengan alat pengering pada temperatur 60 C sampai kering. Biasanya
lembaran Karaginan di bentuk dalam menjadi pelet, lalu di masukan
kedalam mesin pengering tertutup untuk mengurangi kontak langsung
dengan udara terbuka.
11) Pembuatan tepung : lembaran Karaginan yang sudah kering di
jadikan menjadi tepung melalui proses grinding
12) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan
lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya
13) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong
plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.

BAB IV
ASPEK USAHA

Produk jadi pengolahan numput laut banyak di gunakan untuk bahan baku
pada indsutri-industri seperti makanan, minuman, farmasi ataupun kecantikan.
Industri di atas berpotensi akan terus meningkat karena produk tersebut
merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat, maka industri ini akan terus meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk.
Potensi eksport karaginan dunia pun akan semakin meningkat siring :
1. Berkembangnya industri daging dan dairy khusus pada pasar amerika serikat.

13
2. Konsumsi Karaginan Jepang diperkirakan akan terus meningkat sekitar 11%
pertahun dengan pengikatan import sekitar 8% pertahun (BPPT)
3. Berkembangnya industri Pangan, Farmasi dan kosmetik dunia
Potensi penyerapan Karaginan nasional masih besar mengingat konsumsi
Karaginan pada industri pemakai di indonesia masih ada yang melakukan impor (
sumber Riset Corinthian), sehingga peluang berkembangnya usaha pengolahan
rumput laut menjadi Karaginan berpeluang untuk melakukan substitusi impor
Karaginan nasional
Potensi penyerapan Karaginan pada negara tujuan eksport seperti china
melalui hongkong masih sangat besar mengingat penduduk negara tersebut adalah
yang terbesar di dunia,dan Karaginan banyak di serap oleh industri makanan jadinya
seperti jelly dan daging olahan.

V.1 Resiko Usaha


Setiap bidang usaha yang dijalankan pasti memiliki resiko usaha yang
dipengaruhi baik dari faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
pendapatan laba perusahaan, resiko-resiko usaha itu antara lain:
1. Resiko pasokan bahan baku dan perdagangan.
Perusahaan memperoleh bahan baku utama berupa rumput laut hasil
kelautan dari para pengumpul dan petani yang sangat di pengaruhi oleh
hasil penan petani serta persaingan dengan pembeli lainnya baik domestik
maupun internasional. Keterbatasan penyediaan bahan baku rumput
karena para petani rumput lebih menyukai menjual rumput kering untuk di
eksport karena dengan daya beli yang tinggi.
2. Resiko persaingan.
Persaingan yang di hadapi perusahaan dengan para pesaing dari dalam
maupun dari luar negeri mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar dan
menurunnya harga jual barang dagangan perusahaan yang pada
gilirannya juga akan mengurangi pendapatan perusahaan.
3. Resiko fluktuasi harga bahan baku dan barang dagangan.
Sebagian bahan baku dan barang dagangan perusahaan merupakan
produk internasional dengan harga berfluktuatif yang dipengaruhi oleh
tingkat penawaran dan permintaan dipasar domestik dan internasional,

14
kualitas hasil panen dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang
terkait dengan transaksi barang dagangan.
4 Resiko kerusakan dalam proses pengolahan yang berakibat penurunan
mutu barang jadi
5 Resiko bahan baku dan barang dagangan yang tidak memenuhi
standar.
Perusahaan akan mengalami kerugian bila bahan baku dan barang
dagangan yang dibelinya tidak memenuhi standar mutu seperti : Rumput
laut yang jelek sehingga kadar tepungnya yang sedikit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hasil produksi perusahaan. Semua hasil
produk jadi dan barang dagangan perusahaan memiliki harga jual yang
tergantung dengan mutu / kualitas.

6. Resiko perekonomian dan sosial politik


Krisis ekonomi yang melanda negara – negara Asia termasuk Indonesia
sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kondisi perekonomian yang tidak
menentu baik domestik maupun regional. Memburuknya kondisi ekonomi
yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat yang pada
akhirnya akan mempengaruhi perdagangan internasional sehingga
pedapatan perusaahan ikut terpengaruh. Tingginya suku bunga pada
tahun 2006 dan dampak dari kenaikan BBM pada akhir 2005 sangat
mempengaruhi kelangsungan usaha di Indonesia. Hal ini belum diambah
dengan belum stabilnya kondisi keamanan dan politik.

7. Resiko kebijakan pemerintah


Kegagalan dan mengantisipasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah
dalam rangaka otonomi daerah termasuk di bidang moneter serta fiskal
dapat mempengaruhi kegiatan dalam kinerja perusahaan.
8. Resiko kebijakan negara tujuan ekspor
Dengan adanya perubahan kebijakan fiskal pada negara tujuan ekspor
dapat mempengaruhi perolehan pendapatan laba.
9. Resiko pemogokan karyawan

15
Industri pengolahan rumput laut menjadi tepung karagenan, merupakan
perusahaan yang mengoptimalkan sumber daya manusia, sehingga
sumber daya manusia merupakan asset penting bagi perusahaan yang
dapat menghambat proses produksi, apabila terjadi pemogokan karyawan.

Adapun kendala yang dialami ketika memasuki industri ini (Entry Barrier),
adalah :
1. Membutuhkan modal kerja yang besar karena pembelian rumput secara
tunai, serta peralatan yang memadai untuk menghasilkan karaginan
dengan kualitas ekspor ( kualitas baik)
2. Butuh pengetahuan dan pengalaman untuk mempertahankan hasil
produksi yang sesuai dengan standar mutu yang baik.
3. Butuh pengalaman pada perdagangan internasional karena produk jadi
berorientasi eksport
4. Kepercayaan pengguna produk olahan / konsumen masih lebih tinggi
terhadap produk impor dari pada produk dalam negeri.
5. kontinuitas dan kualitas produksi dalam negeri belum terjamin.
6. Beberapa industri dalam negeri tidak mampu memproduksi sesuai
kapasitas permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bahan baku
yang berkualitas. Hal ini merupakan akibat dari persaingan dengan
industri pengolah di luar negeri, dengan kata lain harga ekspor bahan baku
lebih menarik bila di bandingkan dengan daya beli bahan baku dalam
negeri

V.2 Strategi Usaha


Penanggulangan kendala perusahaan yang dijelaskakan diatas, dapat kita
antisipasi dengan menggunkanan strategi usaha sebagai berikut :
1. Letak perusahaan diusahan dekat dengan sentra produsen rumput laut,
dengan maksud mampu menekan biaya produksi. Selain itu menjalin
hubungan yang khusus dengan para mitra tani penghasil rumput laut agar
terbina hubungan yang harmonis yang saling menguntungkan., dari hal di
atas di harapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuntitas bahan baku.

16
2. Memiliki SDM yang berpengalaman dalam usaha pengolahan rumput laut
karagenan dan di dukung oleh para pekerja yang terampil yang dapat
memperkecil resiko kegagalan produsksi.
3. Memiliki pengatahuan dan teknologi dalm pengolahan rumput laut yang
efektif dan efisien dengan standar mutu internasional.
4. Memiliki tim pemasaran yang tangguh yang mampu memberikan akses
perdagangan lokal maupun luar negeri dan membidik pangsa pasar yang
luas.
5. Menjaga reputasi perusahaan dengan senantiasa memenuhi permintaan
konsumen dengan tiangkat kualitas yang tinggi dan konsisten serta
menjaga distribusi barang selalu tepat waktu.
6. Membangun tim management yang tangguh, Meningkatkan kinerja industri
dalam upaya meningkatkan produksi
7. Meningkatkan dan menguatkan lembaga – lembaga penelitian dan
pengembangan ( litbang ) dalam pengembangan produk akhir.
8. Memanfaatkan Lembaga – lembaga pemerintahan daerah hingga pusat,
guna memudahkan akses birokrasi.
9. Pembentukan tim Humas untuk Ekstern maupun Intern Perusahaan, guna
untuk menampung output maupun input dari berbagai pihak.

17
BAB V
ANALISIS USAHA

Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis usaha ditingkat produksi Refine karagenan, analisis usaha pengolahan ini
meliputi : Biaya proses produksi, Analisis rugi laba, Play back period ( jangka waktu pengembalian modal ), Analisis R/C dan Break
Event Point ( BEP ). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL


PRODUKSI REFINE CARAGINAN

V.1 Biaya Proses Produksi

QUANTITY HARGA JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH


N PER I KALI 2 KALI 4 KALI
JENIS BAHAN BAKU PER KG 1 KALI PROSES 5 KALI PROSES
O PROSES PROSES PROSES
( Kg )   ( 1 SHIFT ) ( 1 SHIFT ) ( 2 SHIFT ) ( 2 SHIFT )
1 Rumput laut Cottoni 700 13.000 9.100.000 18.200.000 36.400.000 45.500.000
2 KOH Flakes 135 13.000 1.755.000 3.510.000 7.020.000 8.775.000
3 KCL Food Grade 35 18.000 630.000 1.260.000 2.520.000 3.150.000
4 Kaporite Powder 0,5 16.000 8.000 16.000 32.000 40.000
5 Filter Aid 70 8.000 560.000 1.120.000 2.240.000 2.800.000
6 Solar 250 8.000 2.000.000 4.000.000 8.000.000 10.000.000
7 Batu bara 1.500 1.000 1.500.000 3.000.000 6.000.000 7.500.000
8 Tenaga kerja 3.150.000 Global 3.150.000 3.150.000 4.700.000 4.700.000
34.256.00
JUMLAH Rp. 18.703.000 0 66.912.000 82.465.000
V.2 Estimasi Rugi / Laba

HARGA BIAYA
N Qty JUMLAH SELISIH HARI KERJA
KEGIATAN JUAL/kg PRODUKSI
O
(Kg) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) (25)
Satu kali proses 173.00 24.220.00 18.703.00 5.517.00 137.925.00
1. 140
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Dua kali proses 173.00 48.440.00 34.256.00 14.184.00 354.600.00
2. 280
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Empat kali proses 173.00 96.880.00 66.912.00 29.968.00 749.200.00
3. 560
(yield 20%) 0 0 0 0 0
Lima kali proses 173.00 121.100.00 82.465.00 38.635.00 965.875.00
4. 700
(yield 20%) 0 0 0 0 0

Keterangan : - 20% adalah nilai Yield


- Kurs Dollar = Rp 11.000 Harga Penjualan $13 USA
- Tangki proses sebanyak 6 unit dengan kapasitas tampung 700.kg rumput laut Cottoni.
V.3 Biaya Produksi

A). Total Biaya Produksi

o Modal Produksi ( 25 hari kerja ) Rp. 2.061.625.000,-

( Rp. 82.465.000,- x 25 hari )

o Biaya Tetap Rp. 128.838.439,-

Jumlah Rp. 1.932.786.561,-

B). Penjualan

5 kali proses menghasilkan tepung 700 kg (700 x 25 hari = 17.500kg)

( Jumlah tonase x harga jual )

17.500 kg x Rp. 143.000,-/ kg = Rp. 2.502.500.000,-

C). Keuntungan / Laba

 Penerimaan Penjualan = Rp. 2.502.500.000,-

 Total Biaya produksi = (Rp.1.932.786.561,-)

Keuntungan = Rp 569.731.439,-

D). Jangka Waktu Pengembalian modal ( Pay Back Period )

Jumlah Investasi
xBulan
Keuntungan
(Jumlah investasi = pembelian lahan + peralatan + Total biaya produksi selama 1
bulan)
Rp. 18.840.000.000,- x 1 Bulan = 33 Bulan ( 2 Tahun 9 bulan )
Rp 569.731.439,-
E). Analisis R/C dan BEP

1. Analisis Revenue Cost Ratio

Penerimaan( penjualan)
= BiayaTotal Pr oduksi

= Rp. 2.502.500.000,- = Rp. 1.29,


= Rp. 1.932.786.561,-

Di ketahui nilai R/C = Rp. 1.29, berarti usaha produksi tepung Karagenan

layak dan menguntungkan, karena dari setiap uang yang di keluarkan untuk

usaha sebesar Rp 1,- akan di peroleh hasil sebesar Rp. 1.29,

2. Titik Impas ( Break Even Point )

BiayaTetap
Biaya variable
1−
= Penjualan = BEP

= Rp. 128.838.439,-
1- Rp. 1.932.786.561,- = Rp. 565.080.000,-
Rp. 2.502.500.000,-

BEP dalam rupiah = Rp. 565.080.000,-

BEP dalam Kg = Rp. 565.080.000 = 3266 Kg


Rp. 173.000,-

Dari perhitungan tersebut di atas dapat di ketahui bahwa proses Produksi

karaginan tidak akan memperoleh keuntungan atau kerugian alias mencapai

titik impas saat di peroleh pendapatan sebesar Rp. 565.080.000,- dari hasil

penjualan tepung karaginan sebanyak 3266 Kg perbulan.


BAB VI

PENUTUP

Demikianlah rancangan proposal produksi Refine karagenan ini kami buat,


semoga dengan penjelasan dan penjabaran didalam proposal ini mendapatkan
sambutan yang positif dan menarik dengan dilihat dari prospek pasar yang masih
terbuka luas.dan menjanjikan, Selain itu mampu membantu mewujudkan stabilitas
ekonomi daerah dan nasional menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, W., S. (2012). Apa Rumput Laut itu sebenarnya?. Diunduh pada tanggal 12 Juli 2015 dari
http://www.coremap.or.id/print/article.php?id=264.

1. Wiratmaja, I Gede, I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, dan I Nyoman Suprapta Winaya. 2011.
Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
Cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal  Ilmiah Teknik Mesin Cakram Vol. 5 No.1. April 2011 (75-
84).

1. KKP. 2016. Rumput Laut dan Pemanfaatannya. Jakarta.

Selama ini masyarakat pesisir Maluku mengombinasi mata pencaharian sebagai petani dan
nelayan, mengombinasikan aktivitas kultivasi pertanian di darat dan perikanan tangkap di laut
yang dikerangka oleh pola musim. Ketika kultivasi pertanian dikombinasikan dengan
budidaya rumput laut, maka terjadi benturan waktu yang kurang bersifat komplemen.
Walaupun hanya membutuhkan 40-45 hari masa tanam sampai panen, tetapi masa itu diisi
dengan jadwal kegiatan yang konsisten, dari mulai menyiapkan bibit, mengikat, mengontrol,
sampai memanen dan mengeringkan, dan selanjutnya menyiapkan bibit baru lagi. Seorang
informan mengomentari bahwa bila ia memilih untuk mengerjakan rumput laut, maka kebun-
kebunnya akan terbengkalai, sementara baginya hasil kebun merupakan keamanan pangan
utama keluarganya dan untuk cash. Mereka yang mengusahakan budidaya rumput laut
menyediakan waktu yang terbatas untuk berkebun, bahkan ada keluarga muda yang belum
pernah membuka kebun sendiri, masih mengandalkan kebun orang tua.

Soselisa, H.L., Sihasale, W.R., Soselisa, P.S., Litaay, S.Ch.H. 2011. Masyarakat Pesisir di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Indonesia,

https://www.dunia-energi.com/progam-investasi-sosial-inpex-dukung-peningkatan-produksi-rumput-
laut-maluku-tenggara-barat/

Anda mungkin juga menyukai