Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis dan Non Basis di
Kota Mataram
Disusun Oleh :
1
V- E Manajemen
INSTITUT KOPERASI INDONESIA
2020
2
ABSTRACT
Identification of basic sectors and sub-sectors is one of the stages in planning the expansion of strategic areas as centers of economic
growth. Therefore, Location Quotient Analysis is needed to see the extent of interest in the economic sector in a region in utilizing the basis of
its superior sector or sector. The base sector can be determined using the Location Quotient (LQ) method. The variable used to calculate the
economic base comes from the local GDP of an activity that is focused on activities within the local economic structure. Gross Domestic Product
(PDRB) is an important indicator to understand economic conditions, especially in Mataram City in a certain period, either based on current or
constant prices.
Data processing was carried out using secondary survey data based on documents from the Mataram City Central Statistics Agency and
the Mataram Province Central Statistics Agency. From 2016 to 2019, the manufacturing sector and the service sector have been stable in terms
of increasing LQ and GDP values during an analysis period. It could be that these two sectors have contributed to the increase in the GRDP of
Mataram City including all other sectors which are also the basis such as the mining and quarrying sector, the agricultural sector and others.
Keywords : sektor basis, Location Quotient, PDRB, Kota Mataram.
3
I
PENDAHULUAN
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu perangkat data ekonomi yang dapat di gunakan untuk mengevaluasi kinerja
pembangunan ekonomi suatu wilayah pada suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah. Nilai PDRB dapat merepresentasikan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sebagai salah satu contoh pada pembahasan ini, dilakukan penghitungan dan analisis terhadap PDRB
Kota Matardari tahun 2017 hingga 2019 yang mengalami peningkatan pada setiap 30 tahunnya. Peningkatan nilai PDRB Kota Mataram
mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi bagian penting yang tidak
terpisahkan dari tercapainya pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, diperlukan analisis terhadap kawasan yang menjadi andalan sektor
unggulan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Mataram. Sehingga perencanaan pembangunan ekonomi dapat direalisasikan
secara terstruktur berdasarkan potensi sektoralnya. Jika ditinjau dari nilai sektor PDRB wilayah, sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memiliki peran besar dalam peningkatan PDRB Kota Mataram. Dan sektor Pertambangan dan
Penggalian memiliki peran kecil dalam peningkatan PDRB Kota Mataram. Meskipun demikian, belum dapat dipastikan bahwa sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan basis dari Kota Mataram, karena diperlukan perbandingan
dengan wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini, Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi pembanding nilai sektor PDRB Kota Mataram.
Penghitungan nilai Location Quotient (LQ) dibutuhkan untuk mengetahui sektor basis dan non-basis yang dimiliki oleh Kota mataram .
4
II
KAJIAN TEORI
Analisis LQ (Location Quotient) yaitu suatu analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi suatu sektor-
sektor ekonomi pada suatu wilayah atau sektor-sektor apa saja yang masuk dalam sektor unggulan dan sektor non unggulan disuatu wilayah.
Sedangkan menurut McCann (2001), Location Quotient merupakan suatu usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi/ industri
dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan sejenis dalam
perekonomian nasional. Metode LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan/tenaga kerja wilayah dengan pangsa relatif
pendapatan/tenaga kerja sektor i pada tingkat nasional. Atau secara umum merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan/ tenaga
kerja pada wilayah j yang lebih rendah, dengan pangsa relatif pendapatan/tenaga kerja sektor i pada wilayah j yang lebih di atas.
vi li
vt lt
LQ i atau LQ i
Vi Li
Vt Lt
Dimana :
vi ( li ) = jumlah PDRB (tenaga kerja) sektor i pada wilayah j
vt ( lt ) adalah total PDRB (tenaga kerja) pada wilayah j
5
Vi ( Li ) adalah jumlah PDRB (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional (wilayah yang lebih atas)
Vt ( Lt ) adalah total PDRB (tenaga kerja) pada tingkat nasional (wilayah yang lebih atas)
Analisis LQ ini memiliki keunngulan dan kelemahan. Keunggulan dari analisis LQ yaitu merupakan analisis yang mudah dan cepat
digunakan sebagai alat analisis awal di suatu wilayah, yang kemudian bisa dilanjut dengan analisis yang lainnya. Sedangkan kelemahan dari
analisis LQ ini adalah karena analisis LQ ini merupakan analisis yang sederhana maka perlu adanya data yang akurat. Serta Perhitungan LQ
menggunakan tenaga kerja kurang berfluktuatif dan tidak peka terhadap kemajuan ekonomi karena tenaga kerja biasanya berubah dalam waktu
yang cukup lama (diskontinu). Berbeda bila menggunakan pendapatan (PDRB), lebih dinamis dan menggambarakan kondisi perekonomian yang
riil. Selain itu kita dapat mengukur LQ yang
menyertakan tingkat inflasi (harga berlaku) atau tidak (harga Konstan).
Menurut Arsyad (1999 :116) Teori Basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor
basis dan aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis merupakan pertumbuhan sektor tersebut yang menentukan pembangunan menyeluruh
daerah tersebut, sedangkan aktivitas sektor non basis merupakan sektor sekunder (city polowing) yang artinya tergantung perkembangan yang
terjadi dari pembangunan yang menyeluruh. Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah,
kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi
adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu
6
terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar. Lebih lanjut dalam analisis teori basis ekonomi, teori tersebut dapat digunakan untuk
menentukan sektor dan subsektor potensial di Kota mataram berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor potensial
tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Menurut teori ini suatu daerah dapat dibedakan menjadi daerah andalan
dan bukan andalan, yang selanjutnya dimodifikasi menjadi sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan sektor/subsektor ekonomi potensial.
7
III
METODE PENELITIAN
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan survei berdasarkan data sekunder. Pengumpulan data sekunder bersumber dari
dokumen yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Teknik
analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor dan sub sektor - sub sektor unggulan pada Kota Mataram
dengan analisis LQ. Input data yang digunakan pada perhitungannya adalah nilai produksi tiap sektor dan sub sektor di Kota Mataram dan
Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan nilai pendapatan sektor dan sub sektor total.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan dan menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2008). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan dengan alat analisis Location Quotient dan Shift Share.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data yang menggambarkan variabel pertumbuhan
ekonomi yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Mataram dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan tahun
2010. Data yang diambil dari tahun 2017 sampai dengan 2019 yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
Badan Pusat Statistik Kota Mataram
3.3 Metode Analisis Data
Metode Analisis Data Untuk mendapatkan pemetaan komoditas unggulan yang dominan dari yang berada di Kota Mataram , maka
diperlukan beberapa tahapan analisis. Berikut tahapan analisis yang dilakukan yaitu :
a. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kota Mataram.
b. Analisis Shift Share digunakan untuk melihat daya saing yang ada di Kota Mataram.
8
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara.
Provinsi ini beribu kota di Mataram dan memiliki 10 Kabupaten dan 2 Kota, termasuk kota Mataram. Jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat
tahun 2019 berjumlah 5.070.385 jiwa.Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15
km2. Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong merupakan kota yang mempunyai ketinggian
paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, sementara Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau
Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di
Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m. Sungai-sungai di Nusa Tenggara Barat dikelompokkan ke dalam dua wilayah sungai, yaitu Wilayah
Sungai (WS) yaitu WS Lombok dan WS Sumbawa.[10] WS Lombok terdiri atas 197 DAS dan WS Sumbawa.
Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1 °C, dan temperatur
minimum berkisar antara 20,6°- 24,5 °C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah ada bulan November. Sebagai daerah
tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %.
Untuk mengidentifikasi suatu sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan potensial digunakan alat analisis Location Quotient (LQ).
Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: 1.
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini
dinamakan sektor ekonomi potensial (basis) 33 2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak
potensial (non basis) atau local industry.
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan
akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan
baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Berikut adalah data – data PDRB
( Produk Domestik Regional Bruto) dari Kota Mataram serta PDRB Provinsi Nusantara Tenggara Barat sebagai bahan pembanding untuk
analisis Location Quotient.
Berikut adalah :
9
Tabel : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Mataram Tahun 2017 s/d Tahun 2019
(Milyar Rupiah)
10
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 27961630 26245910 24641600
Mobil dan Sepeda Motor 26301615
11
PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH)
12
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 2747481 2660233 2696556
Minum 2722019
J Informasi dan Komunikasi 2303211 2456652 2598255 2450733
14
M,N M,N. Jasa Perusahaan 2,63 2,43 2,34 2,47 Basis
Administrasi
O Pemerintahan, Pertahanan 1,03 1,03 1,08 1,05 Basis
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1,75 1,59 1,54 1,63 Basis
Jasa Kesehatan dan
Q 2,82 2,49 2,42 2,58 Basis
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,57 2,38 2,31 2,42 Basis
Dengan :
pi = Nilai PDRB suatu sektor Kecamatan
pt = Nilai PDRB seluruh sektor Kecamatan
Pi = Nilai PDRB suatu sektor tingkat Kabupaten
Pt = Nilai PDRB seluruh sektor tingkat Kabupaten
Setelah mengetahui hasil dari perhitungan LQ maka analisis selanjutnya yaitu menentukan kriteria suatu sektor apakah sektor tersebut termasuk
sektor unggulan ataukah sektor non unggulan dengan cara :
Jika LQ 1, maka sektor tersebut termasuk dalam sektor unggulan, yang artinya sektor tersebut dapat memenuhi pasar wilayah tersebut dan pasar
wilayah diluarnya.
Jika LQ 1, maka sektor tersebut termasuk sektor non unggulan, yang artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi pasar di wilayah itu
sendiri.
Analisis LQ ini memiliki keunngulan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahan dari analisis LQ. Keunggulan dari analisis LQ
yaitu merupakan analisis yang mudah dan cepat digunakan sebagai alat analisis awal di suatu wilayah, yang kemudian bisa dilanjut dengan
analisis yang lainnya. Sedangkan kelemahan dari analisis LQ ini adalah karena analisis LQ ini merupakan analisis yang sederhana maka perlu
adanya data yang akurat.
16
BAB V
KESIMPULAN
Dari kelima belas sektor PDRB di Kota Mataram., dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 sektor basis dan 4 sektor Basis dimana sektor
basis terdiri dari sektor Industri Pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi,
17
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa
perusahaan, administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan sosial , jasa lainnya. Non Basis
terdiri dari sektor pertanian, perhutanan, perikanan,pertambangan dan pengendalian, transportasi dan pergudangan , penyediaan akomodasi dan
makan minum.. Rata-rata sektor yang paling tertinggi adalah , sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
memiliki peran besar dalam peningkatan PDRB Kota Mataram. Dan sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki peran kecil dalam
peningkatan PDRB Kota Mataram.
Berdasarkan dengan hasil dari data membuktikan bahwa basisIndustri Pengolahan memiliki kestabilan karena dilihat dari nilai LQ dan
jumlah PDRB yang tercantum sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan dan penaikan yang signifikan. Tidak adanya penurunan maupun
penaikan yang ekstrim yang dimana berdasarkan data PDRB Kota Mataram dan Produk Domestik Bruto (PDRB) Provinsi Nusa Tenggara Barat
atas Dasar Harga Konstan tahun 2017-2019 mendapatkan keunggulan komperatif yang dimiliki Kota Mataram dibandingkan dengan
perekonomian provinsi Nusa Tenggara Barat.
VI
REFERENSI
BPS Kota Mataram. PDRB kota Mataram menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga
Konstan 2010 Tahun 2017-2019 (dalam juta rupiah), (online) https://mataramkab.go.id, (diakses pada tanggal 16 desember 2020)
BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat menurut Lapangan Usaha atas
18
Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2017-2019 (dalam milyar rupiah), (online)
https://NusaTenggaraBaratprov.go.id, (diakses pada tanggal 16 desember 2020)
Qomariyah Siti, Analisis Location Quotient, Analisis yang mudah digunakan untuk menentukan Sektor Basis dan Non
Basis di suatu wilayah.
19