Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUMANIORA

(TEORI-TEORI PENGETAHUAN)
Dosen Pembimbing :
Amiruddin, SS., M. Hum

Disusun Oleh :
Rina Santia P07224318023
Shabrina P07224318024
Shafa’ Salamah P07224318025
Siti Jamiatun Khoiriah P07224318026
Ade Irma Samsuddin P07224318011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM


D IV KEBIDANAN TINGKAT 1
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai “Teori-teori Pengetahuan”. Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai pengetahuan dan keyakinan pada masa
modern sekarang ini yang juga dikenal dengan era globalisasi.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis kepada yang terhormat :
1. Dosen mata kuliah Humaniora
2. Orang tua kami tercinta yang tak henti-hentinya memberi dukungan kepada penulis dalam
penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekan D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kaltim yang telah banyak memberikan
masukan dalam penyusunan makalah ini.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa jualah penulis memohon doa sehingga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis
juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua.   

Samarinda, 30 Agustus 2018


Penyusun, 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengetahuan dan Keyakinan......................................................................................................3
B. Sumber Pengetahuan.................................................................................................................5
C. Kebenaran Ilmiah......................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala sesuatu, sehingga secara
alamiah manusia berpikir untuk mencari kebenaran. Dimana dengan pemikiran itu maka
terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya tercipta dari suatu pemikiran manusia saja,
pengetahuan juga ada yang berasal dari pengalaman hidup manusia.

Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan daya pikirnya,
sehingga mampu membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Orang Yunani awalnya
sangat percaya pada dongeng dan takhayul. Seiring dengan perkembangan zaman, kemudian
berubahlah pola pikir orang-orang terdahulu menjadi pola pikir yang berdasar pada
pengalaman, rasio dan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Pengetahuan ?
2. Sumber-sumber dari Pengertahuan itu berasal ?
3. Apakah pengertian dari Kebenaran Ilmiah ?
4. Bagaimana cara Kebenaran Ilmiah di peroleh ?
5. Apa saja macam-macam teori Kebenaran ?
6. Apa saja sifat-sifat Kebenaran Ilmiah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pengetahuan
2. Untuk mengetahui sumber-sumber berasalnya Pengetahuan
3. Untuk mengetahui pengertian dari Kebenaran Ilmiah
4. Untuk mengetahui cara memperoleh Kebenaran Ilmiah
5. Untuk mengetahui macam-macam teori Kebenaran
6. Untuk mengetahui sifat-sifat dari Kebenaran Ilmiah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan dan Keyakinan


Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh manusia, atau
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
indrawi. Pengetahuan akan muncul ketika orang menggunakan akal atau indranya untuk
mengenali benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan. Misalnya,
saat pertama kali orang makan cabai maka ia akan tahu bagaimana rasa cabai itu, bentuknya,
warnanya, atau bahkan akan bertanya-tanya apa zat-zat apa yang dikandungnya.
Pengetahuan empiris menekankan pada pengamatan dan pengalaman indrawi, sedangkan
pengetahuan rasional di dapatkan melalui akal budi. Misalnya, orang mengetahui bahwa
cabai rasanya pedas karena dia pernah memakannya. Tidak mungkin hanya dengan dipikir-
pikir orang itu akan mengetahui bahwa rasa cabai adalah pedas. Namun, pernyataan 1+1=2
adalah hasil dari pemikiran (akal) manusia, bukan merupakan suatu pengamatan empiris.
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan manusia saat dia merasa cukup tahu
dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Maksudnya adalah orang akan
merasa yakin kalau apa yang mereka ketahui adalah benar. Jadi, keyakinan terjadi setelah
orang percaya adanya suatu kebenaran.
Menurut teori kebenaran sebagai kesesuaian, keyakinan adalah suatu pernyataan yang
tidak disertai bukti yang nyata. Misalnya, petir disebabkan oleh amukan para dewa.
Pernyataan ini tidak bisa dibuktikan, sehingga hanya bisa dikatakan sebagai suatu
keyakinan. Sementara pernyataan petir disebabkan kerena adanya tabrakan antara awan yang
bermuatan positif dan negatif adalah suatu kebenaran, karena dapat dibuktikan sehingga
pernyataan ini disebut sebagai pengetahuan.
Ada dua istilah yang berhubungan dengan keyakinan dan pengetahuan.
1. Magic power (kekuatan magis) adalah orang yang lebih percaya pada sesuatu yang
aneh (karena tidak tahu sebabnya) sebagai kekuatan magis;
2. Naturalisme, berarti sesuatu yang alami.
Orang-orang yang awam, yang tidak begitu tahu tentang ilmu pengetahuan biasanya
lebih mudah untuk percaya pada hal-hal yang mengandung kekuatan magis. Namun kalau
kita pikir kembali, mengapa pada jaman yang semodern seperti ini masih ada orang yang
percaya pada hal semacam itu. Ini merupakan bukti bahwa betapa rendahnya tingkat
pengetahuan di lingkungan masyarakat.
Ada keanehan yang bisa kita temukan dalam penerapan pengetahuan dan keyakinan.
Kita tahu bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan dan kita dapat melihatnya
dengan indra kita. Namun, kadang-kadang kita masih menjumpai perbedaan antara apa yang
kita ketahui dan yang kita perbuat. Disisi lain ada hal yang kebenarannya belum bisa
dibuktikan secara nyata, tapi banyak orang yang berbondong-bondong melakukanya.
Sesuatu yang erat kaitannya dengan keyakinan adalah agama. Agama adalah
keyakinan yang paling umum dan dianut oleh sebagian besar orang diseluruh dunia. Banyak
orang memandang agama sebagai sesuatu yang sakral dan suci. Tidak ada orang yang boleh
meremehkan kepercayaan yang satu ini. Pencipta akan mengutus seseorang untuk
menyebarkan ajaran kepada seluruh umat manusia.
Hidup di dunia, manusia tidak hanya membutuhkan barang-barang yang bersifat
abstrak (ketenangan, kedamaian, hiburan dll) tapi juga membutuhkan barang yang
konkrit( nasi, sepeda, baju dll). Mungkin sebagian dari barang yang abstrak dapat dipenuhi
oleh keyakinan, tapi jauh perbandingannya dengan barang yang tidak bisa dipenuhi oleh
keyakinan. Baik itu yang abstrak maupun yang konkrit.
Kita melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang di nomor duakan. Namun, pada
kenyataannya pengetahuan itu bisa memberi kontribusi yang besar dalam kehidupan
manusia. Seorang ilmuwan merupakan orang yang berpengaruh secara langsung dalam
kehidupan manusia. Bukan janji-janji yang diberikan, tapi bukti nyata yang dapat digunakan
untuk mempermudah kehidupan manusia.
Pandangan atau wawasan spiritual adalah suatu keharusan. Agama tidak pernah
menjadi akar penderitaan manusia. Problem dengan manusia adalah manusia itu sendiri.
Agama hanya sekedar alat ; manusia adalah penggunanya. Sama seperti alat-alat lainnya,
yang digunakan manusia untuk menuruti nafsunya tanpa memperhatikan orang lain.
Walaupun agama dan keyakinan adalah dua hal yang berbeda, tapi sebenarnya dua hal itu
adalah saling melengkapi. Tanpa pengetahuan, keyakinan yang kita miliki tidak akan
memberi kontribusi yang berarti dalam hidup kita. Pengetahuan tanpa diimbangi dengan
keyakinan juga akan menimbulkan kekacauan. Penemuan-penemuan ilmuwan tidak akan
memberi kebahagiaan pada manusia jika dalam pemanfaatannya hanya mengandalkan nafsu
saja. Seharusnya dalam pemanfaatan penemuan itu diikuti dengan pemikiran apakah hal yang
dilakukan dengan penemuan itu benar atau tidak.

B. Sumber Pengetahuan
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah bahwa hanya dengan menggunakan prosedur tertentu dari
akal saja bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang
tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber pengetahuan adalah akal budi
manusia. Oleh karena itu, konsekuensinya adalah kaum rasionalis menolak anggapan
bahwa seseorang bisa menemukan pengetahuan melalui pancaindra. Pemahaman
rasionalisme oleh pemikiran dua tokoh yaitu:
a. Plato
Menurut Plato, satu-satunya pengetahuan sejati adalah apa yang disebutnya
sebagai episteme, yaitu pengetahuan tunggal dan tak berubah, sesuai
dengan ide-ide abadi. Pengetahuan bagi Plato adalah hasil ingatan yang
melekat pada manusia. Pengetahuan adalah kumpulan ingatan terpendam
dalam benak manusia. Dengan demikian untuk meneliti sesuatu sampai
dengan pengetahuan sejati hanya mengandalkan akal budi yang sudah
mengenal Ide Abadi.
b. Rene Decartes
Descartes adalah filsuf yang meragukan semua keyakinan dan pengetahuan.
Sasaran utama dari Descartes adalah bagaimana seseorang bisa sampai pada
pengetahuan yang pasti benar. Menurutnya seseorang perlu meragukan
sesuatu sampai mempunyai ide yang jelas dan tepat (clara et distincta), ini
disebut keraguan metodis berfungsi sebagai alat untuk menyingkirkan
semua prasangka, tebakan, dan dugaan yang menipu, dan karenanya
menghalangi untuk sampai pada pengetahuan yang benar-benar punya
dasar yang kuat. Atas dasar ini , Descartes beranggapan bahwa akal budi
dapat membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan manusia, ada dasar
untuk merasa pasti dan yakin apa yang diketahui.

2. Empirisisme
Empirisisme adalah paham filosofis yang mengatakan bahwa sumber satu-
satunya bagi pengetahuan manusia adalah pengalaman.Untuk bisa sampai pada
pengetahuan yang benar, menurutnya adalah data dan fakta yang ditangkap oleh
pancaindra. Dengan kata lain pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh melalui
pengalaman dan pengamatan pancaindra, dengan sumber pengalaman dan
pengamatan pancaindra tersebut yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan
seseorang. Pengetahuan yang benar dan sejati, yaitu pengetahuan yang pasti benar
adalah pengetahuan empiris. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang
terjadi melalui dan berkat bantuan pancaindra.
Pancaindra memainkan peranan penting dibandingkan dengan akal budi, karena
yang pertama, semua proposisi yang diucapkan merupakan hasil laporan dari
pengalaman atau disimpilkan dari pengalaman. Kedua, seseorang tidak bisa punya
konsep atau ide apapun tentang sesuatu kecuali yang didasarkan pada apa yang
diperoleh dari pengalaman. Ketiga, akal budi hanya bisa berfungsi kalau punya
acuan ke realitas atau pengalaman.

C. Kebenaran Ilmiah
Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa aktual dalam pergumulan hidup
manusia merupakan upaya mempertanyakan dan membahasakan kebenaran. Kebenaran boleh
dikata merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal dan batin
manusia. Kebenaran menurut arti leksikalnya adalah keadaan yang cocok dengan keadaan
yang sesungguhnya.
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh
mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
1. Definisi Kebenaran
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung
isi pengetahuan. Hal yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam hal
kebenaran ilmiah yaitu bahwa kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil
persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan pada bidangnya masing-masing.
Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pernyataan yang sah, dalam ketidak-
tersembunyian (aleteia). Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan dengan yag
diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan tindakan.
Kualitas pengetahuan dapat dibagi dalam empat macam, yaitu:
a. Pengetahuan biasa: sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang
mengenal; memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memeperoleh
pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
b. Pengetahuan ilmiah: bersifat realtif, artinya kandungan kebenaran ini selalu
mendapatkan revisi atau diperkaya oleh hasil penemuan yang paling
mutakhir.
c. Pengetahuan filsafati: bersifat absolut-intersubjektif, artinya selalu
merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat seorang
pemikir filsafat itu serta selalu mendapt pembenaran dari filsuf kemudian
yang mengunakan metodologi pemikiran yang sama pula.
d. Pengetahuan agama: bersifat dogmatis, artinya pernyataan dalam agama
selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan-
pernyataan dalam kitab-kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai
dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu.

2. Cara Memperoleh Kebenaran


Kebenaran dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi, pengetahuan akal
budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif.

3. Nilai Kebenaran
Kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan dinamakan nilai kebenaran
atau nilai logik (truth value) dan pernyataan tersebut. sebagai simbol dari benar
biasa di pakai B(benar) , R (right), T (true) atau 1 sedangkan simbol salah
digunakan S(salah) , W (wrong), F (false), atau 0.

4. Teori Kebenaran
a. Teori kebenaran korespondensi
b. Teori kebenaran koherensi
c. Teori kebenaran pragmantis
d. Teori kebenaran sintaksis
e. Teori kebenaran semantic
f. Teori kebenaran non-deskripsi
g. Teori kebenaran logis yang berlebihan

5. Sifat Kebenaran Ilmiah


Kebenaran ilmiah paling tidak memiliki tiga sifat dasar, yakni:
a. Struktur yang rasional-logis.
b. Isi empiris
c. Dapat diterapkan (pragmatis)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan adalah hasil dari pemikiran yang benar oleh suatu subjek terhadap
suatu objek sehingga mampu membedakan yang riil dengan yang ilusi dan untuk
mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan
manusia saat dia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran. Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti
kebenarannya menurut norma-norma keilmuan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa dipahami,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis sangat berterimakasih apabila ada
saran/kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://fitriaresmi.blogspot.com/2014/11/teori-teori-tentang-pengetahuan.html
https://khairunnisa5595.wordpress.com/2015/11/03/makalah-pengetahuan-dan-kebenaran-
ilmiah/

Anda mungkin juga menyukai