Makalah Sel Darah Putih - Ariance Isir
Makalah Sel Darah Putih - Ariance Isir
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Konsep dan Teori Pada Gangguan Sel Darah Putih, Plasma, dan Pembekuan Darah.”
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa, penulisan
dan pengolahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan, saran dan masukan
yang sifatnya membangun. Atas saran dan kritikan penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dan Teori Pada Gangguan Sel Darah Putih Plasma
dan Pembekuan Darah ...................................................................................
1. Nutrofika ..................................................................................................
2. Leukimia ..................................................................................................
3. Limfoma ...................................................................................................
4. Multipel ....................................................................................................
5. Makroglobulinema Weldenstrom ............................................................
6. Trombositosis ...........................................................................................
7. Trombositopenia ......................................................................................
8. Hemofilia .................................................................................................
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai
alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh
dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan
hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu
cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta
memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang
mengakibatkan kematian. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah
(cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh
kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)
dan trombosit (keping darah). Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari
system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dan
kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis leukosit, yaitu
netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Pada orang dewasa
terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel darah putih
(leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan pengecekan
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dan teori serta patofisiologi pada gangguan sel darah putih plasma,
dan pembekuan darah?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui konsep dan teori serta patofisiologi pada gangguan sel darah putih
plasma, dan pembekuan darah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Teori Pada Gangguan Sel Darah Putih Plasma dan Pembekuan Darah
1. Neutrofilia
Definisi
Neutrofilia adalah kondisi ketika kadar neutrofil di dalam darah melebihi batas normal.
Beberapa kondisi yang menyebabkan neutrofilia, antara lain olahraga berat, kebiasaan
merokok, mengalami stres berat, trauma, atau luka bakar, serta penyakit infeksi,
rheumatoid arthritis, atau kanker darah.
Neutrofil merupakan faktor penting dalam sistem imunitas tubuh. Kadar neutrofil juga
dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Meski begitu, ini bukan satu-satunya
patokan yang bisa dilihat.
Apabila Anda mengalami suatu keluhan, periksakan diri Anda ke dokter. Jika dokter
menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kadar sel
darah putih atau neutrofil, tanyakan pada dokter tujuan pemeriksaan dan apa saja yang
perlu Anda persiapkan sebelum melakukan tes.
Patofisiologi
Leukemia bisa bersifat akut (memburuk secara cepat), atau kronis (memburuk secara
perlahan). Keempat jenis leukemia yaitu:
Patofisiologi
Patofisiologi leukimia berupa abnormalitas genetik disertai paparan zat karsinogenik
yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel hematopoetik, sehingga terjadi
proliferasi sel. Pertumbuhan sel-sel abnormal melebihi jumlah seharusnya namun tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Leukimia diklasifikasikan menurut waktu progresifitas dan jenis sel darah putih yang
abnormal. Leukimia berdasarkan waktu progresifitasnya.
3. Limfoma
Definisi
Kanker kelenjar getah bening atau limfoma adalah kanker darah yang dapat
mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Limfoma berawal
ketika sel kanker menyerang salah satu sel darah putih (limfosit) yang berfungsi melawan
infeksi.
Limfosit adalah sel darah putih yang berfungsi untuk membunuh bakteri dan virus. Selain
di dalam peredaran darah, limfosit tersebar di beberapa bagian tubuh, seperti kelenjar
getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan saluran pencernaan. Ketika limfosit
berubah, berkembang, dan menyebar secara tidak normal, maka terjadilah limfoma
maligna.
Patofisiologi
Terdiri atas beberapa mekanisme antara lain mutasi gen sel B menjadi sel Reed-Sternberg
serta keterlibatan virus onkogen seperti Virus Epstein Barr (EBV). Sel Reed-Sternberg
Patognomotif untuk infoma Hodgkin Klasik.
4. Multiple Myeloma
Definisi
Multiple myeloma adalah kanker yang menyerang sel plasma di sumsum tulang. Sel
plasma adalah salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi untuk membentuk antibodi.
Kanker ini umumnya ditandai dengan nyeri pada tulang.
Multiple myeloma merupakan salah satu jenis kanker darah. Kondisi ini terjadi saat sel-
sel plasma yang tidak normal (abnormal) tumbuh dan berkembang secara berlebihan,
serta menggangu sel-sel yang sehat di sekitarnya.
Multiple myeloma - alodokter
Sel-sel kanker ini juga memproduksi antibodi abnormal. Selain tidak bisa berfungsi untuk
melindungi tubuh, penumpukan antibodi abnormal bisa merusak organ tertentu, seperti
ginjal.
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit multiple myeloma lebih mudah dipahami dengan membagi fase
penyakit menjadi premaligna serta fase maligna. Kondisi klinis yang berkaitan juga dapat
dijelaskan berdasarkan perkembangan penyakit pasien dari fase premaligna menjadi
maglina.
Patofisiologi Gejala
5. Makroglobulinema Weldenstrom
Definisi
Makroglobulinemia (Makroglobulinemia Waldenstrom) adalah suatu kelainan dimana sel plasma
menghasilkan sejumlah besar makroglobulin (antibodi yang besar) yang tertimbun di dalam
darah. Makroglobulinemia dihasilkan oleh sekelompok limfosit dan sel plasma yang abnormal
dan ganas.
Patofisiologi
Anatomi fisiologi
1. Elemen – elemen darah :
a) Plasma, terdiri dari air (90 %) dan 10 % berupa gas terlarut, lektrolit, glukosa,
lemak, kolesterol dan vitamin, komponen protein: asam amino, albumin, imunoglobulin
serta komponen koagulasi dan komplemen.
b) Elemen – elemen :
1. Sel darah merah (RBC) atau eritrosit
2. Sel darah putih (leukosit)
3. Platelet / keping darah (trombosit)
2. Hematopoesis
Terjadi di hati dan limpa pada janin, dan sumsum tulang belakang setelah lahir.
3. Eritrosit
Tidak memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom Hb mrp protein dalam ruang intrasel
eritrosit Masa hidup 120 hari Dapat berubah bentuk saat bersirkulasi.
6. Trombositosis
Definisi
Trombositosis adalah kondisi ketika jumlah trombosit dalam darah melebihi batas
normal. Meski jarang, kondisi ini dapat memicu terjadinya beberapa penyakit serius
akibat terbentuknya gumpalan darah yang tidak normal, seperti stroke dan serangan
jantung.
Trombosit atau platelet merupakan kepingan darah yang diproduksi oleh sumsum tulang.
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi perdarahan, kepingan
darah ini bekerja dengan cara saling menempel untuk membentuk gumpalan, sehingga
perdarahan tersebut berhenti.
Pada penderita trombositosis, sumsum tulang memproduksi trombosit secara berlebihan.
Akibatnya, trombosit dapat membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak seharusnya
ada. Masalah serius dapat terjadi jika gumpalan darah tersebut menyumbat pembuluh
darah di organ yang penting, seperti otak dan jantung.
Patofisiologi
Trombositosis merupakan kondisi terlalu banyaknya trombosit (keping darah) yang
beredar di dalam darah. Nilai normal kadar trombosit di setiap laboratorium bervariasi,
tergantung alat pemeriksaan yang digunakan. Namun kebanyakan laboratorium di
Indonesia menggunakan nilai normal 150.000-450.000/ ul. Trombosit merupakan salah
satu komponen darah yang diproduksi oleh sumsum tulang dan dilepaskan ke peredaran
darah, berfungsi untuk membekukan darah jika terjadi perdarahan. Namun jika jumlahnya
berlebihan seperti yang terjadi pada trombositosis, maka proses pembekuan darah pun
akan terjadi secara berlebihan.
Diagnosis Trombositosis
Dokter umumnya akan memikirkan adanya trombositosis esensial jika menjumpai
hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar trombosit yang tinggi. Dokter juga
akan melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik terkait gejala yang sering
ditimbulkan oleh trombositosis.
Gejala Trombositosis
Trombositosis esensial menyebabkan darah penderitanya lebih mudah membeku
dibandingkan orang sehat. Hal ini menyebabkan terbentuknya bekuan darah di
berbagai tempat di dalam tubuh. Oleh karena itu, gejala trombositosis esensial terjadi
karena penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah.
Pengobatan Trombositosis
Pengobatan trombositosis esensial berbeda-beda, tergantung kondisi penderitanya.
Pengobatan umumnya diberikan pada penderita dengan kondisi berikut ini:
Berusia 60 tahun ke atas
Memiliki riwayat terjadi trombosis
Memiliki kadar trombosit di atas 1,5 juta/ul
Obesitas
7. Trombositopenia
Definisi
Trombositopenia adalah kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di bawah nilai
normal. Trombosit berperan untuk menghentikan perdarahan saat terjadi luka atau kerusakan
di pembuluh darah. Kurangnya jumlah trombosit dapat menyebabkan darah sulit membeku.
Gejala Trombositopenia
Trombositopenia ringan umumnya tidak menimbulkan gejala. Kondisi ini biasanya baru
diketahui saat penderita melakukan pemeriksaan jumlah sel darah untuk tujuan lain.
Jika jumlah trombosit semakin turun, penderita akan merasakan gejala utama berupa
perdarahan, baik yang terlihat dari luar maupun perdarahan organ dalam. Perdarahan
organ dalam lebih sulit dideteksi dan gejalanya bervariasi, tergantung pada organ yang
mengalami perdarahan.
ETIOLOGI
Beberapa infeksi virus dapat menyebabkan jumlah trombosit yang rendah dengan
mempengaruhi sumsum tulang, misalnya parvovirus, rubella, gondok, varicella,
hepatitis C, dan HIV.
Penyebab lainnya trombositopenia akibat gangguan produksi trombosit sumsum
tulang meliputi: toksisitas alkohol jangka panjang dari penyalahgunaan alkohol;
leukemia dan limfoma, kanker yang menyerang sumsum tulang, dan kekurangan
vitamin B12.
b) Peningkatan penghancuran trombosit
Perusakan platelet yang meningkat dapat menyebabkan trombositopenia oleh
mekanisme imunologi dan non-imunologi.
8. Hemofilia
Definisi
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak laki-laki.
Faktor-faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan dengan angka
romawi, contoh: Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX: Faktor Sembilan.
Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor Delapan) dan
Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor Sembilan).
Berdasarkan kadar faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik Hemofilia A, maupun
Hemofilia B dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan, sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan berlangsung
lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan pembedahan. Jarang
terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan berlangsung
lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan. Perdarahan tibul setelah
trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi dengan mudah, tanpa trauma
berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan otot dapat
terjadi tanpa sebab (spontan)
Patofisiologi
Patofisiologi hemofilia melibatkan disfungsi atau defisiensi dari faktor pembekuan, yang
menyebabkan gangguan kaskade pembekuan darah dan membuat pasien lebih berisiko
mengalami perdarahan mayor, bahkan dari cedera minor.
Pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dipicu oleh terjadinya luka, sehingga
terjadi disrupsi endotel dan paparan faktor jaringan (tissue factor/TF) ke subendotel.
Faktor jaringan kemudian berikatan dengan faktor VIIa teraktivasi, kemudian membentuk
suatu kompleks yang secara simultan juga mengaktivasi faktor IX dan X menjadi IXa dan
Xa.
Sementara itu, proses pembekuan pada jalur intrinsik teraktivasi setelah faktor XII,
prekallikrein, dan high-molecular-weight kininogen di dalam darah mengalami kontak
dengan permukaan artifisial. Faktor XII akan teraktivasi menjadi XIIa. Faktor XIIa
selanjutnya akan mengaktivasi faktor XI menjadi faktor XIa, yang selanjutnya mengubah
faktor IX menjadi faktor IXa.
Kedua jalur ini pada akhirnya akan menghasilkan faktor Xa. Faktor Xa berfungsi
mengubah protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa). Trombin berfungsi
membantu pelepasan faktor VIII dari faktor Von Willebrand dan kemudian
mengaktivasinya menjadi faktor VIIa. Kemudian, terjadi aktivasi trombosit dengan
fosfolipid yang mengikat faktor IXa, dan juga mengaktivasi faktor XIII menjadi faktor
XIIIa yang membantu stabilisasi bekuan darah. Pada hemofilia, terjadi mutasi genetik
yang diturunkan atau didapat, yang mengakibatkan disfungsi atau defisiensi pada faktor
pembekuan. Hal ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan bekuan, dan sebagai
konsekuensinya akan muncul manifestasi perdarahan secara klinis.
Pada umumnya, perdarahan bersifat rekuren dan sering ditemukan di sendi atau
otot. Perdarahan juga bisa bersifat spontan, memiliki durasi lebih panjang, jumlah yang
lebih banyak dari orang normal, atau tidak proporsional dengan cedera yang dialami.
Etiologi
Hemofilia adalah disfungsi atau defisiensi faktor pembekuan yang berkaitan dengan
defek atau mutasi genetik gen yang mengkode faktor pembekuan tersebut. Ada lebih dari
1000 macam mutasi yang telah diketahui mempengaruhi pembentukan faktor VIII dan
IX. Mutasi ini dapat bersifat herediter dan juga didapat.
Hemofilia herediter diturunkan secara resesif melalui kromosom X orang tua pasien.
Sebagai penyakit herediter terkait kromosom X, mayoritas perempuan dengan gen
hemofilia adalah karier. Namun, pada kondisi tertentu, perempuan juga dapat menderita
hemofilia, contohnya pada kondisi inaktivasi penuh kromosom X melalui proses lionisasi.
Pada kondisi hemofilia yang didapat (acquired hemophilia), terjadi pembentukan
autoantibodi yang menyebabkan inaktivasi faktor pembekuan. Kondisi ini paling sering
terjadi pada hemofilia A, sehingga biasa disebut dengan acquired hemophilia A (AHA).
Kesimpulan
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit cenderung mudah
beragregasi. Ada beberapa jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang disebabkan oleh
kelainan gen, salah satu contohnya yaitu hemophilia.
Saran
1. Pembaca harus dapat mengerti tentang Darah dan eukosit pada khususnya, serta jenis
dan fungsinya.
2. Agar pembaca atau mahasiswa dapat lebih menggali lagi dan lebih mengenal tentang
Leukosit diberbagai media, baik media cetak atau media elektronik, bahkan dapat
mengakses dari internet.
DAFTAR PUSTAKA