Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dwi Ayu Lestari

NIM : 2105626
Tugas 1 Matakuliah Inovasi Pembelajaran Fisika
ANALISIS ARTIKEL 1
Bibliografi: [1][1] J. R. Wieselmann, E. A. Dare, E. A. Ring-Whalen, and G. H. Roehrig, “‘I
just do what the boys tell me’: Exploring small group student interactions in an integrated
STEM unit,” J. Res. Sci. Teach., vol. 57, no. 1, pp. 112–144, 2020.

A. Latar Belakang Permasalahan


Artikel ini mengambil permasalahan tentang pengaruh gender dalam partisipasi
siswa di dalam kelompok kecil selama kegiatan pembelajaran berbasis STEM. Dalam
artikel ini mengatakan bahwa dalam sebuah kelompok yang di dalamnya berisi anggota
siswa laki-laki dan perempuan maka tidak semua siswa dapat berpartisipasi secara aktif.
Siswa perempuan memiliki minat belajar yang baik namun tidak terlalu terwakilkan (tidak
terlalu menonjol) karena siswa laki-laki dalam hal teknis lebih mendominasi. Misalnya,
dalam studi tentang perilaku siswa di kelas sains, menurut Jovanovic dan King (1998) anak
laki-laki secara signifikan lebih mungkin terlibat dalam kepemimpinan aktif dan
manipulasi materi, melakukan hal-hal seperti mengarahkan orang lain, menjelaskan, dan
memanipulasi materi. sebaliknya, partisipasi anak perempuan sering berfokus pada
bantuan pasif serta dalam hal mencatat, berinteraksi dan bertindak sesuai arahan. Pola-pola
ini mengakibatkan anak perempuan berpartisipasi dalam tingkat yang lebih rendah dalam
kegiatan kelompok kecil (misalnya, Hansen, Walker, & Flom, 1995), sementara anak laki-
laki secara aktif memimpin kelompok menurut (Jovanovic & King, 1998; Mewborn, 1999),
mampu mengontrol kegiatan dan materi serta mendominasi percakapan. Namun menurut
Tonso (2006) laki-laki membentuk peran perempuan dalam kelompok mereka, dan
cenderung mendikte bagaimana partisipasi siswa perempuan dalam sebuah kelompok.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa siswa perempuan cenderung lebih
menyukai kegiatan belajar dalam kelompok kecil, penelitian lain juga menunjukkan bahwa
anak perempuan lebih menyukai kegiatan yang terstruktur, memungkinkan interaksi sosial
dan kolaborasi namun dalam hal teknik siswa perempuan tidak terlalu baik. Dalam kegiatan
kelompok di kelas enam, Dare (2015) menemukan bahwa anak perempuan menyatakan
frustrasi dengan kerja kelompok kolaboratif di kelas sains. Mereka mendiskusikan siswa
lain menyalin pekerjaan mereka, menolak untuk berpartisipasi, terganggu, dan
mengendalikan seluruh kegiatan tanpa meminta pendapat orang lain sehingga anak
perempuan tidak merasa nyaman bekerja kelompok bersama siswa laki-laki. Sehingga
perbedaan gender dalam partisipasi kelompok kecil ini dieksplorasi untuk mengidentifikasi
strategi untuk mendukung partisipasi anak perempuan serta bidang untuk penelitian masa
depan.
B. Teori
Penelitian ini didasarkan pada “teori sosiokultural”, dengan proses sosial kolaborasi
dalam konteks budaya kelas memainkan peran sentral dalam pembelajaran siswa.

C. Solusi
Penerapan teori sosiokultural untuk mempelajari interaksi kelompok kecil diharapkan
dapap membantu menjelaskan bagaimana perspektif dan pengalaman individu siswa, interaksi
di antara siswa, dan sosialisasi dalam institusi budaya sekolah menengah dapat berkontribusi
pada perbedaan antara partisipasi anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok kecil.
Meskipun siswa harus belajar di dalam sekolah dan budaya khusus STEM, mereka juga
membawa perspektif budaya sendiri saat mereka membangun pemahaman (O'Loughlin, 1992).
Perspektif siswa termasuk budaya rumah, bahasa, dan latar belakang mereka, serta pengalaman
mereka sebagai siswa perempuan atau laki-laki, yang dapat berkontribusi pada pola partisipasi
yang berbeda dalam pembelajaran kelompok kecil.

D. Opini
Menurut saya, penggunaan teori sosiokultural dalam kegiatan pembelajaran dalam sebuah
kelompok akan dapat mengeksplor karakter baik siswa perempuan maupun siswa laki-laki. Hal
ini karena teori sosiokultural memisalkan kegiatan praktik, nilai, dan keyakinan pendidikan
sains bergantung pada waktu dan lokasi di mana mereka terjadi (pengalaman) sehingga melalui
teori sosiokultural dengan pemanfaatan STEM diharapkan siswa laki-laki dan perempuan dapat
berinteraksi dengan cara mereka masing-masing (berbeda) di dalam kelompok kecil.

ANALISIS ARTIKEL 2
Bibliografi : Yusuf, I., & Asrifan, A. (2020). PENINGKATAN AKTIVITAS KOLABORASI
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN STEM DENGAN
PURWARUPA PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 5 YOGYAKARTA. Uniqbu
Journal of Exact Sciences (UJES), 32-40.

A. Latar Belakang Permasalahan


Artikel ini mengambil permasalahan tentang upaya kesiapan pendidikan di Indonesia
dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 abad ke 21, dimana sasaran dari pendidikan ini
sendiri adalah masyarakat Indonesia khususnya siswa pada jenjang Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan pelaksanaan pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mengajarkan siswa
untuk dapat berpikir secara ilmiah dan beraktivitas secara kolaboratif sesuai tantangan
pendidikan abad 21. Tantangan tersebut meliputi berpikir kritis, komunikatif, kreatif dan
kolaboratif. Hal ini mengakibatkan mata pelajaran fisika tidak bisa terlepas dari kegiatan
praktikum untuk memenuhi kriteria dari tantangan-tantangan tersebut.
Namun pada praktiknya, masih ditemukan dalam beberapa praktikum siswa
cenderung terbiasa menunggu temannya bekerja atau menunggu data percobaan sehingga
tidak ada rasa keingintahuan yang tinggi. Selain itu penyampaian hasil praktikum fisika pada
umumnya lebih banyak ditekankan pada data pembuktian dari fakta rumus matematis tanpa
proses pembelajaran aktif kreatifdan kolaboratif dalam mendalami konsep fisisnya.
Dampaknya, dengan pola pembelajaran praktikum yang seperti itu, siswa cenderung
bekerjasama untuk pemenuhan tugas saja dan berpikir bahwa kerja sama hanya proses
seremonial yang ditugaskan oleh guru. Hal ini tentu menjadi permasalahan karena tidak
diimbangi oleh rasa tanggung jawab bersama antar anggota kelompok sehingga akan terdapat
anggota yang benar-benar melaksanakan praktikum dan anggota yang pasif dan hanya
menunggu hasil.

B. Teori
Penelitian ini didasarkan pada “teori STEM” dengan menekankan kemampuan
merekonstruksi konsep fisika pada kegiatan praktikum.
.

C. Solusi
Penerapan pendekatan STEM pada kegiatan praktikum diharapkan sebagai solusi agar
siswa mampu menciptakan purwarupa (prototype) yang artinya siswa berawal dari
penguasaan beberapa konsep dengan teknologi dan matematis kemudian merekayasa
hingga mendesaian purwarupa yang akhirnya mampu menciptakan purwarupa.

D. Opini
Menurut saya, penggunaan pendekatan STEM pada kegiatan pembelajaran terutama
praktikum jika dapat dilaksanakan dengan prosedur yang baik dan kreatif akan mampu
meningkatkan minat belajar siswa terutama pada saat praktikum. Sehingga semua siswa dapat
berperan aktif di dalam kelompok agar dapat merekonstruksi guna menambah tingkat
pemahaman terhadap konsep fisika, dengan kata lain disamping memperoleh data dan
memahami pembuktian konsep siswa juga mahir dalam mengcreate sebagai bentuk untuk
mencapai tantangan pembelajaran abad ke21.

Anda mungkin juga menyukai