Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Alviona Dwi Ericha P

NIM : 2019143534

KELAS : 5.N

MatKul. : Statiska Penelitian

RESUME TENTANG PELAJARAN STATISTIKA PENELITIAN

•Manipulasi statistika,banyak temuan penelitian tak dapat dipercaya

Di luar masalah anggaran, dampak riset yang belum signifikan, dan buruknya
pengelolaan data riset di Indonesia, keengganan peneliti menyediakan akses
terbuka pada data dan material studinya juga membuat sains jalan di tempat.

Manipulasi metode statistik juga dapat menghasilkan temuan riset yang tidak
kredibel. Manipulasi ini dapat disebabkan kecurangan peneliti atau adanya
konflik kepentingan periset dengan sumber dana dari industri yang hanya mau
dengan hasil positif untuk mendukung pemasaran produk.

 Krisis kredibilitas sains


Keengganan mengungkap prosedur penelitian menyebabkan krisis kredibilitas
dalam sains. Contohnya, pada 2011, Daryl Bem, ahli parapsikologi dari
Cornell University menerbitkan temuan penelitiannya yang sangat bombastis
mengenai fenomena cenayang (precognition) di jurnal amat bergengsi, Journal
of Personality and Social Psychology, terbitan American Psychological
Association (APA). Bem melakukan 9 eksperimen, 8 diantaranya signifikan
(nilai p<0.05) membuktikan bahwa manusia punya kemampuan memprediksi masa
depan.

Peneliti lain yang penasaran mencoba melakukan replikasi atas penelitian


Bem gagal mendapatkan hasil yang signifikan, tak seperti yang diklaim Bem,
meskipun sudah mengikuti secara teliti prosedur yang Bem tulis dalam
artikelnya. Entah apa yang Bem lakukan sampai mendapatkan hasil yang
mencengangkan tersebut.

 Nilai p dan ‘angka keramat 0.05’


Bagi peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif, pemakaian teknik
statistik untuk menguji hipotesis adalah keniscayaan. Hipotesis penelitian,
yaitu suatu asumsi yang menjelaskan sebuah fenomena, umumnya terdiri atas
hipotesis nol (tidak ada efek) dan hipotesis alternatif (ada efek).
Paradigma ini berakar dari tradisi post-positivisme Popperian, di mana
penelitian merupakan upaya untuk melakukan falsifikasi, membuktikan bahwa
hipotesis nol salah. Biasanya, peneliti menggunakan nilai p (p-value) atau
taraf signifikansi sebagai indikator untuk menolak atau menerima hipotesis.

Lazim dipercayai, ketika nilai p<0.05 maka hipotesis nol ditolak, sedangkan
nilai p>0.05 maka hipotesis nol diterima, sehingga nilai p<0.05 menjadi
semacam ‘angka keramat’ yang menentukan kesuksesan atau kegagalan
penelitian. Kalau hasilnya signifikan, maka penelitian dianggap
‘berhasil’ menemukan efek yang signifikan, sedangkan sebaliknya, bila
nilai p>0.05 berarti kiamat bagi peneliti.

 Transparansi dan konflik kepentingan


Nilai informasi dari penelitian hanya dapat dipastikan melalui proses
replikasi. Ketika peneliti lain tak mendapatkan hasil yang konsisten, maka
klaim sebelumnya tentu meragukan. Desain penelitian seperti telaah
sistematis (systematic review) dan meta-analisis juga dapat digunakan untuk
memastikan apakah temuan berbagai penelitian atas suatu gejala konsisten
dan dapat dipercaya.

Kenyataannya, berbagai penelitian meta-analisis memberikan bukti bahwa


kebanyakan penelitian memberikan informasi yang menyesatkan.

Contohnya, tak sulit kita menemukan penelitian yang mengaitkan kemungkinan


akan semakin maraknya peredaran rokok ilegal bila cukai tembakau dinaikkan
drastis. Penelitian ini sering digunakan oleh industri rokok sebagai dasar
argumentasi mereka untuk menolak kebijakan kenaikan cukai.

Anda mungkin juga menyukai