Anda di halaman 1dari 15

Makalah

ANALISA KEBUTUHAN DAN DESIGN SISTEM PENCEGAHAN DAN PROTEKSI


KEBAKARAN PADA INDUSTRI KIMIA PT ASAHIMAS CHEMICAL
Untuk memenuhi ujuan akhir semester mata kuliah Manajemen Bahan Kimia Dan Ledakan
Dengan dosen pengampu :
drh. David Kusmawan, S.K.H., M.K.K.K.,HIMU, Sert.DHPHL

Disusun oleh :
Muhammad Iqbal
N1A118111

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa
Kebutuhan Dan Design Sistem Pencegahan Dan Proteksi Kebakaran Pada Industri Kimia Pt
Asahimas Chemical”. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dan makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Investigasi Kecelakaan. Alhamdulillah dengan izin Allah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dan hal itu tak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.
Makalah ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyatakan
dari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi tata bahasa
maupun susunan pada kalimatnya. Oleh karena itu, penulis akan sangat menerima segala
saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 3 Juni 2021

penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………. 2

Daftar Isi …………………………………………………………………………… 3

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………… 4

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………. 5


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 5
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 6
1.4 Manfaat …………………………………………………………………………. 6

Bab II Pembahasan ……………………………………………………………….. 7


2.1 Klasifikasi Bahan Berbahaya Di Industry Kimia Pt. Asahimas Chemical … 7
2.2 Sistem Manajemen Kebakaran Di Pt. Asahimas Chemical ………………… 8
2.3 Program Proteksi Dan manajemen Pencegahan Kebakaran Pt. Asahimas Chemical
……………………………………………………………………………………….. 10

Bab III Penutup …………………………………………………………………. 13


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 13
3.2 Saran ………………………………………………………………………….. 14

Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan dalam
segala bentuk kegiatan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat melindungi karyawannya dari kecelakaan kerja. Karyawan pada bagian
produksi atau karyawan yang bekerja di lapangan selalu berinteraksi dengan alat-alat
penunjang (mesin, bahan kimia, dan peralatan lainnya) sehingga diperlukan manajemen
yang baik tentang keselamatan kerja karyawan. UU NO 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja genap berusia 45 tahun, namun pelaksanaan UU tersebut masih belum
diterapkan secara maksimal. Angka kecelakaan kerja terjadi dibeberapa sektor usaha
masih tinggi. Data dari BPJS ketenagakerjaan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi
kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375
orang (Dhakiri, 2016).
Produktivitas pekerja yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal
tersebut berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses produksi di
perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan kerja di tempat kerja yang
menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan kerjanya.
Perlindungan keselamatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan
selanjutnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses
produksinya.
Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan
Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam hal
ini perusahaan juga harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Melihat
keselamatan kerja sangat diperlukan dalam perusahaan maka perusahaan menciptakan
iklim keselamatan kerja yang bisa membantu karyawan untuk memberikan contoh tata
cara pelaksanaan kerja yang aman, perusahaan juga menyediakan peralatan keselamatan
dalam jumlah yang cukup, menyediakan informasi keselamatan, memberikan program
keselamatan kerja yang jelas yang bisa mengurangi kecelakaan kerja. Selain iklim
keselamatan, komunikasi juga diperlukan dalam menjaga keselamatan kerja karena
komunikasi mempengaruhi perilaku keselamatan kerja (Liao, Jiang, Liu & Chen, 2014).
Untuk mendukung program keselamatan kerja dibutuhkan komunikasi yang baik dalam
mensosialisasikan keselamatan kepada para karyawan. Dengan adanya komunikasi akan

4
memudahkan karyawan dalam menjaga keselamatan kerja dengan memperhatikan tanda-
tanda dan simbol- simbol yang sudah ada, dan tersedianya saluran komunikasi untuk
menanyakan langsung masalah keselamatan kerja dan manajemen perusahaan juga
bersikap terbuka dalam menangani isu- isu keselamatan kerja. Menurut Chen (2012)
perilaku keselamatan memberikan pengaruh positif terhadap keselamatan kerja. Karena
dengan adanya perilaku keselamatan maka karyawan akan mengikuti aturan keselamatan
yang diperlukan, mendorong orang lain untuk berperilaku aman dan menjaga agar daerah
kerjanya bersih.
PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) adalah perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA) yang memproduksi beberapa jenis bahan kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan industri nasional agar dapat mengurangi ketergantungan pada produk
impor. PT ASC didirikan pada tanggal 8 September 1986 dengan nilaiinvestasi awal
sebesar US $ 200 juta dengan lahan seluas 24 hektar. PT. ASC diresmikan oleh presiden
Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1989. Sejak itu PT. ASC secara bertahap telah
melakukan pengembangan beberapa kali yang menjadikan kapasitas produksinya berlipat
ganda dan meningkatkan nilai investasinya sampai sebesar US $ 535 juta dengan luas
lahan menjadi lebih dari 90 hektar. Saat ini PT ASC adalah pabrik Chlor Alkali-Vinyl
Chloride terpadu terbesar di Asia Tenggara.
PT ASC beroperasi selama 24 jam sehari dengan mempekerjakan lebih dari seribu
orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, termasuk dari
daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan
kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat secara terus menerus, di samping
menjalankan program padat karya, pembangunan puskesmas, pemberian beasiswa bagi
siswa berprestasi, dan menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dll. Di
bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di bidang lingkungan
PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja PT. ASC juga telah meraihsertifikat OHSAS 18001 serta menerapkan Sistem
Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT. ASC
terhadap kualitas produknya demi meningkatkan kepuasan pelanggan, pelestarian
lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan di masa depan serta terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan atas
nama PT. ASC.

1.2 Rumusan Masalah


5
a. Apa saja klasifikasi bahan berbahaya pada industri kimia pt asahimas chemical
b. Bagaimana sistem manajemen kebakaran pada industri kimia pt asahimas chemical
c. Apa saja program proteksi dan pencegahan kebakaran pada industri kimia pt asahimas
chemical
d. Apa saja program manajemen bahan kimia pada industri kimia pt asahimas chemical

1.3 Tujuan
a. Mengetahui klasifikasi bahan berbahaya pada industry kimia pt. asahimas chemical
b. Mengetahui system manajemen kebakaran pada industry kimia pt, asahimas chemical
c. Mengethaui program program proteksi dan pencegahan kebaaran pada industry kimia
pt. asahimas chemical
d. Mengetahui program manajemen bahan kimia pada industry kima pt. asahimas
chemical

1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil kajian dalam makalah ini dibuat sebagai landasan media pembelajaran
terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang membahas mengenai Kebutuhan
Dan Design Sistem Pencegahan Dan Proteksi Kebakaran Pada Industri Kimia Pt
Asahimas Chemical. Namun dalam kelanjutan materi diperlukan perkembangan lebih
lanjut pada kajian ilmu terkait agar dapat menambah khasanah pengetahuan ilmiah,
sehingga semakin luas wawasan yang didapat oleh para pembaca dan penulis pada
khususnya.
b. Manfaat Praktis

Bagi mahasiswa, dapat memberikan informasi dan pengetahuan terkait


Kebutuhan Dan Design Sistem Pencegahan Dan Proteksi Kebakaran Pada Industri
Kimia Pt Asahimas Chemical.

Bagi dosen, sebagai referensi sumber bahan kajian yang perlu diulas lebih
dalam rangka meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan terkait Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) terutama mengenai Kebutuhan Dan Design Sistem
Pencegahan Dan Proteksi Kebakaran Pada Industri Kimia Pt Asahimas Chemical.

6
Bagi institusi, menambah khazanah keilmuan di bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) terkait Kebutuhan Dan Design Sistem Pencegahan Dan
Proteksi Kebakaran Pada Industri Kimia Pt Asahimas Chemical.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Bahan Berbahaya Pada Industri Kimia Pt Asahimas Chemical


Menurut Peraturan Menteri no.04/MEN/1980 kebakaran klasifikasikan
menjadi 4, yaitu kategori A,B,C,D. dimana katagori A adalah kebakaran
bendabenda padat kecuali logam, contohnya kayu, kertas dan plastik. Kategori B adalah
kebakaran benda bahan bakar cair atau gas, contohnya kerosene, bensin, LPG dan
minyak. Kategori C adalah kebakaran suatu instalasi listrik, contohnya breaker listrik,
peralatan alat elektronik. Kategori D adalah kebakaran pada benda-benda logam,
seperti magnesium, alumunium, natrium. Sedangkan menurut NFPA kebakaran
diklasifikasikan menjadi 6, yaitu A,B,C,D,E dan K. Pengertian kebakaran A,B,C,D
sama seperti pada PERMEN no.04/MEN/1980.

Klasifikasi Kebakaran Pembagian atau penggolongan kebakaran menurut


bahan bakarnya akan membantu dalam pemilihan media pemadaman yang akan kita
gunakan. Sehingga pemadaman dapat dilakukan dengan cepat. (Peraturan Menteri
No.11 tahun 1997 Tentang Pengawasa Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran)
Menurut Peraturan Menteri no.04/MEN/1980 kebakaran klasifikasikan menjadi 4,
yaitu katagori A,B,C,D.

- katagori A adalah suatu kejadian kebakaran yang disebabkan oleh bendabenda


padat kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah bahan bakarnya tidak
mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam bentuk bara. seperti
contohnya kayu, kertas dan plastik.
- Kategori B adalah kebakaran benda bahan bakar cair atau gas, kebakaran terjadi
karena diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas tersebutlah yang
terbakar. Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat
lainnya. contohnya kerosene, bensin, LPG dan minyak.
- Kategori C adalah sebuah kebakaran yang disebabkan oleh suatu instalasi listrik
yang rusak atau kongslet, contohnya braker listrik, peralatan alat elektronik.

7
- Kategori D adalah kebakaran pada benda-benda logam, seperti magnesium,
alumunium, natrium. Menurut NFPA Kebakaran dibedakan menjadi 6 kelas, yaitu
 Kelas A kebakaran kertas kain, plastik dan kayu.
 Kelas B kebakaran metana, amoniak dan solar.
 Kelas C kebakaran arus pendek.
 Kelas D kebakaran alumunium, tembaga, besi dan baja.
 Kelas E kebakaran bahan-bahan radioaktif.
 Kelas K kebakaran lemak dan minyak masak
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi di pt asahimas chemical seperti :
a. Caustic soda (NaOH),
b. Ethylene Dichloride (EDC),
c. Vinyl Chloride Monomer (VCM),
d. Polyvinyl Chloride (PVC),
e. Hydrochloride Acid (HCI), dan
f. Sodium Hypochlorite (NaClO).
Produk-produk ini merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor industri di
Indonesia.
Jadi beberapa bahan kimia tersebut yang dihasilkan oleh pt. asahimas
chemical Sebagian besar berbahan dasar padat dan cair sehingga dapat diklasifikasikan
dalam klasifikasi bahan bakar jenis A.

2.2 sistem manajemen kebakaran pada industry kimia di pt asahima chemical

 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Menurut PERMENAKER No.04/MEN/ tahun 1980, APAR adalah alat yang ringan


yang digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulai terjadi
kebakaran. Penempatan APAR harus memenuhi syarat yaitu, harus diletakkan pada lokasi
dimana digantung dengan ketinggian tidak lebih dari 1,2 meter. Sedangkan menurut
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif setiap
bangunan rumah sakit dengan luas 250m2 dibutuhkan satu buah APAR. Ada beberapa
macam- macam media APAR yaitu, media air, media busa, media serbuk kering,
media karbon dioksida dan media halon.

 Media air

Digunakan sebagai media pemadaman kebakaran telah digunakan dari zaman dahulu
sampai sekarang, konsep pemadaman media ini adalah mengambil panas dan sangat

8
tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A) karena air dapat menembus sampai
bagian dalam.

 Busa

Terdapat 2 macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik, busa kimia terbuat dari
gelembung yang berisi antara lain zat arang dan karbon dioksida sedangkan busa
mekanik dibuat dari campuran zat arang dan udara. Konsep pemadaman media ini
adalah dengan menutupi (membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar sehingga
kontak dengan oksigen terputus), melemahkan (mencegah penguapan cairan yang
mudah terbakar) dan mendinginkan (menyerap kolori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun). Efektif untuk memadamkan tipe kebakaran B.

 Serbuk kimia Kering

Serbuk kimia ini terdiri dari phosphoric acid bi hydrogenate ammonuium 95% dan


garam salicid acid ditambahkan untuk menghindari jangan sampai mengeras serta
dapat menambah sifat sifat mengalir. Sifat serbuk kimia ini tidak beracun tetapi dapat
menyebabkan sesak nafas dalam waktu sementara. Namun serbuk kimia ini tidak baik
untuk pemadaman pada mesin karena dapat merusak mesin tersebut. Jenis media ini
tepat untuk memadamkan kebakaran tipe A,B, dan C.

 Karbon dioksida

Media pemadam api karbon dioksida didalam tabung harus dalam keadaan fase cair
bertekanan tinggi. Dapat juga digunakan sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu
kelemahan media ini bahwa tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran kembali
setelah api padam. Hal ini disebabkan karbon dioksida tersebut tidak dapat mengikat
oksigen secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat oksigen sebanding dengan
jumlah karbon dioksida yang tersedia, sedang supply oksigen di sekitar tempat
kebakaran terus berlangsung. Baik digunakan untuk tipe kebakaran B dan C.

 Halon

Bahan media Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine, flourine,
bromide dan iodine. Efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah
terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C).

 Sprinkler

Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung


penyemprot (discharge nozzle) yang kecil (sprinkler head) dan ditempatkan dalam suatu
bangunan jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder
atau memecahkan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air.

Sistem sprinkler pipa basah merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan
tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka sprinkler akan meleleh dan terbuka sehingga air
langsung memancar. Dengan demikian, sistem ini hanya bekerja di area yang terbakar

9
dan tidak di ruangan lainnya selama ujung sprinkler masih tertutup.
Kepala sprinkler dilengkapi dengan gelas kaca berisi cairan yang akan memuai dan
memecahkan kaca pada suhu tertentu.

Sistem sprinkler pipa kering, sprinkler ini pada jalur pipa tidak berisi air, air akan
mengalir dengan membuka katup pengalir yang terpasang di pipa induk atau pia
jaringannya. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran, maka seluruh sprinkler  yang
ada dalam satu jaringan akan langsung menyembur.

 Hydrant

Instalansi hydrant adalah sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media


pemadam air bertekan yang dialirkan melalui media pipa dan selang. Dan terdiri dari
air, pompa perpipaan, kopling outler dan inlet serta selang dan nozzle.

Klasifikasi hydrant bedasarkan jenis dan penempatan hydrant

 Hydrant gedung, hydrant yang terletak disuatu bangunan dan instalasi


peralatannya disediakan serta di pasang dalam bangunan. Menggunakan pipa
tegak 4 inchi, panjang selang minimum 15m diameter 1,5 inchi serta mampu
mangalirkan air 380 liter per menit.
 Hydrant halaman, hydrant yang terletak di luar bangunan sedangkan instalansi
serta peralatannya disediakan serta dipasang di lingkungan bengunan gedung
tersebut. Hydrant halaman biasanya menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang
selang 30 meter dengan diameter 2,5 inchi serta mampu mengalirkan air 950 per
menit.

Dalam mengetahui manajemen kebakaran, ada baiknya perawat mengikuti pendidikan


dan pelatihan yang diadakan oleh pihak Rumah Sakit demi. Sehingga, pada saat
munculnya kebakaran kecil ataupun besar, perawat tidak akan panik, dan segera
memadamkan api dengan sarana yang telah disediakan. Sebagai petugas kesehatan
yang paling dekat interaksinya dengan pasien, ada baiknya  ketika adanya kebakaran
ataupun bencana untuk menyelamatkan pasien terlebih dahulu dan tetap untuk tidak
panik. Karena kepanikan perawat akan berhubungan dengan kepanikan pasien pada
saat terjadinya bencana ketika berada di Rumah Sakit.

2.3 Program Proteksi Dan Pencegahan Kebakaran dan program manajemen


kebakaran Pada Industry Pt Asahima Chemical
Sistem proteksi kebakaran otomatis adalah cara yang andal dan efektif untuk
mengurangi risiko kebakaran, asalkan sistem didesain, dipasang, dan dipelihara
dengan baik. Setelah pemasangan sistem dan pengujian serah terima, menerapkan
program ITM akan membantu memastikan sistem kebakaran dapat diandalkan untuk
melindungi fasilitas Anda. Adalah sama pentingnya bahwa, ketika operasi inspeksi,

10
pengujian, dan pemeliharaan dilakukan, prosedur perencanaan dan gangguan yang
tepat diikuti untuk meminimalkan jumlah sistem waktu yang tidak berfungsi, dan
memiliki cara untuk segera mengembalikan sistem ke layanan jika terjadi keadaan
darurat selama prosedur ini. Koordinasi dengan tim tanggap darurat in-house, serta
pengawasan ketat dari kontraktor luar yang melakukan layanan ini, sangat penting
untuk meminimalkan bahaya yang terlibat dan mengurangi risiko ke fasilitas.

Pencegahan Gangguan Sistem Proteksi Kebakaran


Inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan rutin peralatan proteksi kebakaran dapat
menciptakan gangguan terhadap sistem, dan gangguan ini perlu dikelola dengan baik.
Setiap kali pasokan air proteksi kebakaran, springkler, pompa kebakaran, atau
proteksi khusus terganggu, terjadi bahaya proteksi kebakaran yang tidak biasa dan
diperlukan prosedur pencegahan kebakaran khusus. Ikuti prosedur berdasarkan Sistem
Izin Tanda Bahaya FM Global (atau setara), Manajemen Gangguan Proteksi
Kebakaran, untuk memastikan langkah-langkah pencegahan diambil dan sumber
penyalaan dikendalikan.
Program Inspeksi, Pengujian, dan Pemeliharaan
 Berikan pelatihan penyegaran awal dan tahunan untuk petugas fasilitas yang
melakukan ITM. Pastikan petugas memiliki pengetahuan tentang: lokasi
komponen sistem penting (mis., katup kontrol); operasi sistem; prosedur yang
relevan; dan mengidentifikasi kondisi abnormal yang dapat membuat sistem tidak
dapat dioperasikan. Latih dan pertahankan kelompok petugas fasilitas cadangan
yang kompeten jika petugas utama tiba-tiba tidak ada (mis. sakit atau pindah).
 Pilih kontraktor berkompeten yang memenuhi persyaratan regulasi setempat dan
instansi berwenang. Awasi kontraktor proteksi kebakaran yang melakukan ITM
sesuai dengan Lembar Data 10-4, Manajemen Kontraktor
 Audit program ITM sistem proteksi kebakaran.
 Tetapkan frekuensi audit berdasarkan kondisi fasilitas, seperti hasil audit program
sebelumnya, tetapi setidaknya setiap tahun.
 Tinjau dokumentasi program, termasuk kebijakan dan prosedur (untuk
memastikannya agar tetap terkini); menyelesaikan dokumentasi ITM (untuk
tindakan ketelitian dan korektif yang tidak terselesaikan); catat waktu retensi;
ketepatan waktu penyelesaian perintah pelaksanaan ITM dan perintah kerja yang

11
belum diselesaikan; dan pelatihan. C. Amati karyawan atau kontraktor yang
melakukan aktivitas ITM.
Melakukan inspeksi katup kontrol dan aktivitas pengujian untuk sistem proteksi
kebakaran otomatis dan manual sesuai dengan Tabel

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri no.04/MEN/1980 kebakaran klasifikasikan menjadi 4,


yaitu kategori A,B,C,D. dimana katagori A adalah kebakaran bendabenda padat kecuali
logam, contohnya kayu, kertas dan plastik. Kategori B adalah kebakaran benda bahan
bakar cair atau gas, contohnya kerosene, bensin, LPG dan minyak. Kategori C
elektronik. Kategori D adalah kebakaran pada benda-benda logam, seperti
magnesium, alumunium, natrium. Sedangkan menurut NFPA kebakaran
diklasifikasikan menjadi 6, yaitu A,B,C,D,E dan K. Pengertian kebakaran A,B,C,D
sama seperti pada PERMEN no.04/MEN/1980.

Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi di pt asahimas chemical seperti :

a. Caustic soda (NaOH),


b. Ethylene Dichloride (EDC),
c. Vinyl Chloride Monomer (VCM),
d. Polyvinyl Chloride (PVC),
e. Hydrochloride Acid (HCI), dan
f. Sodium Hypochlorite (NaClO).
Produk-produk ini merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor industri di
Indonesia.
Jadi beberapa bahan kimia tersebut yang dihasilkan oleh pt. asahimas chemical
Sebagian besar berbahan dasar padat dan cair sehingga dapat diklasifikasikan dalam
klasifikasi bahan bakar jenis A.
sistem manajemen kebakaran pada industry kimia di pt asahima chemical antara lain :

 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

13
 Media air

 Busa

 Serbuk kimia Kering

 Karbon dioksida

 Halon

 Sprinkler

 Hydrant

dengan beberapa program manajemen dan proteksi yang dilakukan antara lain
pemeliharaan, pengujian, indspeksi, dll.

3.2 saran

a. Perlu adanya upaya analisa yang baik di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan upaya
pengendalian sesuai dengan risiko kesehatan yang ada.
b. Upaya pengendalian sangat penting untuk dilakukan berdasarkan analisis agar tercipta
lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja
c. Perlu adanya peningkatan kapasitas bagi pekerja baik melalui pelatihan ataupun
penyuluhan untuk memahami terkait risiko paparan bahaya di tempat kerja, sehingga
muncul kewaspadaan untuk selalu menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Syaifudin. 2015.  Studi Analisis Penanggulangan Kebakaran di RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Iswara, Ifan. 2011. Analisis Risiko Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre
Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Simamora, Roymond H. 2017. “Penguatan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan


Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima
Medan”. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 23(2): 300 – 304

Lestari Fatma, et al. Keselamatan Kebakaran (fire Safety), Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

DS 2-81 Fire Protection Systems Inspections, Testing and Maintenance (Data Sheet)
(ifrf.or.id)

15

Anda mungkin juga menyukai