Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PERSALINAN


KALA I, KALA II, KALA III, KALA IV

Dosen Pengampu : Hj. Djuhadiah Saadong, S. Pd.,M.Kes


Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar
OLEH :

: DIII KEBIDANAN POLTEKKES


PRODI
KEMENKES MAKASSAR
KELAS
:1A

KELOMPOK 4
ANDI MUDDARIAH RAJAB. P : PO713211211008
FIRGA AYU MANSYUR : PO713211211014
NAILA : PO713211211025
NUR AULIA ANSAR : PO713211211031
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Aspek Sosial Budaya
Pada Persalinan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami selaku penulis dan
pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. Djuhadiah Saadong, S.Pd., M.Kes selaku
dosen mata kuliah ilmu sosial budaya dasar, dan juga seluruh pihak yang terlibat.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, saran dan kritik
yang membangun diiharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia.
Dalam eraglobalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah
yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan
pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti


konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisisehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa
dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan,
misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi.Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan- permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor
nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu,
dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa
suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibumempunyai resiko tinggi pada
saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal inidisebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagidengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang
sebenamya sangat dibutuhkanoleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.Dikatakan pula bahwa penyebab utama
dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi
yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

A. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Aspek Social?
2. Apa Itu Budaya?
3. Apa Itu Persalinan?
4. Bagaimana Hubungan Aspek Social Budaya Dengan Persalinan?
5. Bagaimana Hubungan Aspek Social Budaya Persalinan Kala I, II, III, IV?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari aspek social
2. Untuk mengetahui pengertian dari budaya
3. Untuk mengetahui pengertian dari persalinan
4. Untuk mengetahui hubungan aspek social budaya dengan persalinan
5. Untuk mengetahui hubungan aspek social budaya persalinan kal I, II, III, dan IV
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial
Aspek adalah pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan
sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu Depdiknas,
2001: 58. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat Depdiknas, 2001: 855. Jadi, aspek
sosial dapat diartikan sebagai penginterpretasian terhadap situasi atau pertimbangan
berdasarkan sudut pandang masyarakat. Aspek sosial merupakan sesuatu yang
memperhitungkan nilai penting antara sastra dan masyarakat, sehingga untuk memahami
permasalahan dalam suatu karya sastra, akan berhubungan dengan realita sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Aspek sosial adalah suatu tindakan sosial yang digunakan
untuk menghadapi masalah sosial. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari
hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial
ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain karena
adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan dan kebudayaannya, sifat
kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya Soelaiman, 1998: 5.

Masalah-masalah sosial merupakan hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu


yang diinginkan. Pemecahannya mengunakan cara-cara yang diketahuainya dan yang
berlaku tetapi aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang biasanya berlaku telah
berubah, atau terlambat pelaksanaannya. Masalah- masalah tersebut dapat terwujud
sebagai masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah
agama, atau masalah-masalah lainnya Soelaiman, 1998: 6. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak bisa memisahkan diri dari manusia lain. Apabila manusia hidup sendiri,
misalnya dalam keadaan terkurung dalam suatu ruangan atau tidak dapat melihat manusia
lain, maka akan terjadi gangguan dalam perkembangan jiwanya.

Dengan demikian sudah merupakan naluri bagi manusia untuk senantiasa hidup
bersama dengan orang lain yang disebut dengan sosial animal. Tumbuh dan
berkembangnya naluri manusia untuk selalu hidup bersama tersebut didasarkan atas
kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas Sismarni, 2009. Masalah sosial merupakan
faktor utama dalam berinteraksi pada kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antarindividu,
antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.

Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian
Herimanto dan Winarno, 2008: 52. Tingkat masalah sosial bersifat abstrak, perhatiannya
atau analisisnya diperhatikan pada pola-pola tindakan, jaringan-jaringan interaksi yang
teratur dan seragam dalam waktu dan ruang, posisi sosial, dan peranan-peranan sosial.
Tingkat masalah ini dapat pula menyangkut institusi-institusi sosial dan masyarakat
secara keseluruhan Soelaiman, 1998: 29. Kehidupan dalam masyarakat sebagai wujud
dari aktivitas sosial akan berakibat munculnya masalah sosial sebagai hasil pemikiran,
perwujudan karya, maupun berupa peraturan sebagai pengontrol kehidupan sosial.

B. Budaya

1. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

Taylor dalam Soekanto

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian,


moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi

Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Koentjaraningrat 

Budaya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.

Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan
suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.

Parsudi Suparian

Budaya adalah seluruh pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui


serta memahami pengalaman dan lingkungan yang mereka alam.

2. Ciri-ciri Budaya

 Sebagai budaya yang berada di daerah tersebut dan dipelajari.


 Dapat disampaikan kepada setiap orang dan setiap kelompok serta diwariskan dari
setiap generasi.
 Bersifat dinamis, artinya suatu sistem yang berubah sepanjang waktu.
 Bersifat selektif, artinya mencerminkan pola perilaku pengalaman manusia secara
terbatas.
 Memiliki unsur budaya yang saling berkaitan.
 Etnosentrik, artinya menggangap budaya sendiri sebagai budaya yang terbaik atau
menganggap budaya yang lain sebagai budaya standar.

C. Persalinan

Persalinan diartikan sebagai proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita
sebut sebagai janin atau kandungan. Umumnya, seorang ibu akan merasa bahagia dan senang
sebelum proses persalinan setelah penantian panjang. Sebagian akan merasa takut dan
gelisah, baik senang maupun gelisah hal tersebut merupakan hal yang normal setelah seorang
ibu mengandung 9 bulan.

Proses persalinan juga menjadi proses yang melelahkan, baik bagi sang ibu maupun
sang ayah karena diperlukan kesabaran dalam menjalani prosesnya. Ada banyak hal yang
harus diketahui dan dilakukan untuk memastikan bahwa sang ibu dan si kecil berada dalam
kondisi sehat sebelum dan setelah persalinan. Tak hanya itu saja, metode persalinan juga
harus diketahui agar ibu bisa mempersiapkan segala hal dengan baik nantinya.

D. Hubungan Aspek Social Budaya dengan Persalinan


lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Secara medis, . penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan,
infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani
secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan.
Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik
tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang
akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di
tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi.

Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat


menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula
nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang
diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah
si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau
oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah
sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam
pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari
pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari
masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat
dihindarkan.

Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam


membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individuindividu suatu
kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua
praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan
dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan.
Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab sakit sudah berbeda sekali
dengan konsep medis, tentunya upaya mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan
keyakinan ataupun kepercayaankepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun
sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara yang strategis.
Dengan alasan ini pula dalam hal penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi
pelayanan kesehatan pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubah (change
agent) maka pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari petugas kesehatan sangat
diperlukan disamping kemampuan dan ketrampilan memberi pelayanan kesehatan.

E. Hubungan Aspek Social Budaya Persalinan Kala I, II, III, IV

1. Aspek social budaya kala I

Aspek Sosial Budaya Pada Persalinan Kala I, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa
tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih
banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami
oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena
kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh
faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak
khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang
berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai
resiko tinggi pada saat melahirkan. Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-
kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal
bagi ibu dalam proses persalinan.

Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang
baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam
keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa
yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan
berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang 4
terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat
menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula
nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan
yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana
jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya
transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa
membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor
keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi,
keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan
sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir
yang tak dapat dihindarkan.

2. Aspek social budaya kala II

  Persalinan kala dua


      Persalinan kala dua (kala pengeluaran bayi) dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala dua
persalinan adalah:
1.      Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2.      Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan tekanan pada rektum dan atau vagina.
3.      Perineum menonjol
4.      Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5.      meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

3. Aspek social budaya kala III

  Persalinan kala tiga


      Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta antara lain:
1.      Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear
atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
2.      Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)
3.      Semburan darah mendadak dan singkat
darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacenta pooling)
dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

4. Aspek social budaya kala IV

  Persalinan kala empat


      Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia.
Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Di Indonesia, masih
banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati.
Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.

Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan


kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali
karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.apikescm.ac.id/ejurnalinfokes/images/volume1/handayani.pdf

https://id.scribd.com/document/401704276/MAKALAH-SOSBUD-ASPEK-BUDAYA-docx

http://anysws.blogspot.com/2014/02/mklh-isbd.html

https://pdfcoffee.com/makalah-aspek-sosial-budaya-pada-persalinan-kala-i-pdf-free.html

https://id.scribd.com/doc/79708920/Aspek-Sosial-Budaya-Selama-Persalinan-Kala-I

https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-fungsi-unsur-dan-
contohnya-yang-ada-di-indonesia

https://www.halodoc.com/kesehatan/persalinan

https://indonesiabaik.id/infografis/aspek-sosial-budaya-24
Soal

1. Yang bisa Pembukaan lengkap pada kala 1 yaitu....

a. 10cm. d. 15cm

b. 20cm. e. 22cm

c. 30cm

Jawaban : A

2. Dibawah ini langka langkah persalinan kala 2, kecuali....

a. Persiapan melahirkan kepala bayi

b. Jaga perineum

c. Jaga kepala bayi

d. Tekan perut calon ibu

e. Dilakukan episiotomi

Jawaban : D

3. Berapa menit maksimal plasenta ditunggu keluar....

a. 40 menit. d. 33 menit

b. 30 menit. e. 55menit

c. 5 menit

Jawaban : B

4. Pada kala 1 berlangsung selama....

a. 2-5 jam

b. 20-15 menit

c. 11-20 jam

d. 30-50 menit
e. 18-24 jam

Jawaban : E

5. Kala empat dimulai sejak kapan sebutkan....

a. Bayi lahir dan telah di mandi

b. Plasenta lahir 1-2 jam

c. Ibu sudah di pindah ke ruangan

d. Ibu sudah di pulang kan

e. Bayi nagis saat lahir

Jawaban : B

Anda mungkin juga menyukai