Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari Mata Kuliah Keperawatan Keluarga dengan
judul “Konsep Keluarga Sejahtera”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Samarinda, 29 November 2021

Penulis
Kelompok 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Sejahtera


1. Definisi keluarga
Manusia merupakan makhluk yang terbiasa hidup berdampingan
dari segi sosial hingga terbentuknya suatu lembaga sosial di masyrakat,
seperti akan kebutuhan utama yaitu mempunyai keluarga pada setiap
manusia. (Barwoko dan Suryanto, 2004).
Keluarga merupakan terhubungnyamanusia laki laki ataupun
perempuan satu dengan lainnya dalam pernikahan yang disahkan ,
kebutuhan hidup yang terpenuhi dari segi kebutuhan spiritual juga material,
mempunyai hubungan baik dengan masyarakat, lingkungan dan lainnya
(BKKBN 2009).

2. Kesejahteraan
Merupakan terpenuhunya kebutuhan rohani dan jasmani dari
keluarga sesuai dengan tingkatan hidup keluarga. (Badan Pusat Statistik).

3. Keluarga sejahtera
Merupakan kelompok sosial yang terjadi atas pernikahan antara
laki laki dan perempuan, mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan material
dan spiritual yang layak, hubungan baik dengan lingkungan, keluarga lain
serta masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia Noor 52 tahun
2009).

1
4. Tingkatan kesejahteraan keluarga
Tingkat kesejahteraan keluarga dibedakan menjadi 5 tahapan, yaitu:
a. Tahapan keluarga pra sejahtera (KPS)
Merupakan keluarga yang belum bisa mencapai satu dari 6 indikator KS
I (Kebutuhan dasar keluarga).
b. Tahapan keluarga sejahtera I (KS I) Merupakan tahapan yang tidak
memenuhi 8 indikator KS II ( kebutuhan psikologis) tapi bisa memenuhi
6 indikator KS I.
c. Tahapan keluarga sejahtera II yaitu tidak terpenuhinya salah satu dari 5
indikator KS III tapi mampu memenuhi 6 indikator kKS II ( Kebutuhan
pengembangan).
d. Tahapan keluarga sejahtera III (KS III) pada tahapan ini tidak bisa
memenuhi salah satu dari 2 indikator KS III Plus, tapi mampu memenuhi
semua Indikator dari KS I, KS II, KS III.
e. Tahapan keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus) Merupakan keluarga
yang mampu memenuhi semua indikator dari KS I, KS II, KS III, KS III
Plus.

5. Indikator keluarga sejahtera/ KS


a. Ada enam indikator tahapan keluarga sejahtera I (KS I) atau indicator “
kebutuhan dasar keluarga “ (basic needs) , dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu :
1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari.
Adalah kebiasaan makan dalam kehidupan masyarakat seperti
kebiasaan makan nasi sebagai makanan utama bagi masyarakat.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,
bekerja, sekolah juga bepergian.
Mempunyai pakaian yang berbeda beda untuk dipakai sehari hari
mapun acara tertentu sesuai dengan kondisinya.
3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
yang baik. Merupakan rumah yang menpunyai kondisi yang layak
ditempati yang dilihat dari segi lantai, dinding, dan atap rumah.

2
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Yang dimaksudkan disini adalah adanya puskesmas, rumah sakit,
apotek, posyandu sebagai tempat untuk keluarga membawa
anggotanya yang sakit.
5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana kontrasepsi.
Yaitu adanya sarana yang memadai seperti puskesmas, RS, apotek
yang berkontribusi dalam pelayanan KB untuk tiap keluarga.
6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga sudah bersekolah.
Merupakan kewajiban yang mewajibkan anak beusia 7-15 tahun
untuk bersekolah SD, SMP, SMA bagi tiap keluarga.

b. Delapan indikator keluarga sejahtera II (KS II) atau indikator


“kebutuhan psikologis“ (psychological needs) keluarga, dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu :
1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Merupakan kegiatan keagamaan/kepercayaan yang di anut tiap
keluarga, dijalankan sesuai dengan kepercayaanya masing masing.
2) Minimal sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
Terpenuhinya keperluan gizi tubuh yang didapat dari daging, ikan,
telur, Untuk keluarga.
3) Semua anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakain
baru setahun.
Merupakan pakaian yang baru atau bekas tiap tahun tapi masih
mempunyai kelayakan untuk dipakai sehari hari dalam kehidupan
masyarakat.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
Yaitu 8 m2 untuk keseluruhan luas lantai rumah baim dapur, kamar,
wc, ruang tamu
5) Tiga bulan terakhir setiap keluarga dalam keadaan sehat sehingga
mampu melaksanakan tugas masing-masing.Merupakan kondisi

3
keluarga yang masih sehat sehingga ,masih bisa melakukan
fungsinya masing-masing, baik pekerjaan, sekolah maupun dalam
Rumah Tangga.
6) Adanya1 orang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
mendapatkan penghasilan. Yang dimaksudkan disini adalah
keluaaarga yang mempunyai anggota keluarga yang sudah dewasa
juga mampu untuk bekerja dan memperoleh penghasilan dalam
bentuk tunai maupun barang yang dipandang halal.
7) Seluruh anggota keluarga umur 10–60 tahun wajib bisa membaca
tulisan latin. Merupakan kemampuan membaca latin bagi keluarga
yang memiliki anggota yang berusia 10-60 tahun, juga mampu
memahami kalimat tersebut.
8) Pasangan dengan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat atau obat kontrasepsi. Adalah sebuah keluarga
yang memiliki status pasangan usia subur yang mempunyai 2 anak
dengan memakai kontrasepsi yang modern ( suntikan, pil, implant,
kondom, dll).

c. Indikator keluarga sejahtera III ( KS III ) atau indikator dari “kebutuhan


pengembangan“ (developmental needs), dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu :
1) Upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agama.
Maksudnya ialah segala usaha yang dilakukan keluarga dalam
melakukan peningkatan ilmu agama bagi keluarga, seperti
mengadakan pengajian, mengundang ulama untuk ceramah, guru
ngaji untuk anak-anak.
2) Separo dari penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang.
Yang dimaksudkan disini adalah setiap ada penghasilan sebagian di
sisihkan keluarga untuk di tabung dalam bentuk uang ataupun
barang( misal seperti perhiasan).

4
3) Makan bersama keluarga minimal seminggu sekali dimanfaatkan
untuk berkomunikasi. Yang dimaksudkan disini adalah makan
bersama keluarga sebelum dan sesudah makan, juga sebagai
kesempatan untuk mempererat komunikasi, membahas setiap ada
permasalahan tiap anggota keluarga.
4) Tiap keluarga ikut andil dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal. Yaitu adanya kontribusi sebagian anggota keluarga
atau masyarakat dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong,
arisan, pkk, olahraga dan lainnya.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/Majalah/
Radio/Tv/Internet.
Tiap keluarga mempunyai akses untuk mendapatkan informasi dari
internet, koran, majalah baik secara lokal, nasional maupun
internasional.

d. Dua indikator keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indicator
“aktualisasi diri“ (self esteem) dar 21 indikator keluarga, yaitu :

1) Tiap keluarga secara teratur punya kontribusi untuk memberikan


sumbangan materiil untuk kegiatan sosial. Merupakan keluarga yang
aktif dalam kegiatan pemberian sumbangan material dengan teratur
dengan sukarela, rasa ikhlas kepada masyarakat yang miskin, yatim
piatu dan lainnya.
2) Tiap anggota keluarga ada yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat. Yaitu adanya anggota keluarga
yang berpartisipasi dalam membantu baik dalam bentuk ide, moral
dan tenaga dalam organisasi kemasyarakatan, pengurus RT,
kepemudaan dan lainnya, untuk kepentingan dalam kehidupan
bermasyarakat .

5
6

Anda mungkin juga menyukai