Anda di halaman 1dari 15

Kepada Yth. Dr. Saiful Mahdi, S.Si., M.Sc.

Dosen Universitas Syiah Kuala

Di Banda Aceh

Dengan Hormat,

Merujuk pada pertemuan kami dengan Bapak Dr. Saiful Mahdi, S.Si., M.Sc selaku klien

kami yang akan mengajukan banding terhadap putusan Nomor 432/Pid.Sus/2019/PN.Bna ,

Kantor Hukum Siska Ambarwati, S.H, M.H And Parterns Law Firm menyampaikan Legal

Opinion sebagai berikut:

Dengan ini, saya Siska Ambarwati, S.H., M.H. selaku advokat menyampaikan pendapat

hukum (Legal Opinion) kepada Dr. Saiful Mahdi, S.Si., M.Sc. selaku terdakwa kasus

pencemaran nama baik melalui media sosial. Berkaitan dengan akan diajukannya banding pada

Putusan Nomor 432/Pid.Sus/2019/PN.Bna sebagai terdakwa.

Adapun legal opinion ini disusun berdasarkan hasil analisa yang saya lakukan terhadap

seluruh dokumen-dokumen terkait termasuk keterangan-keterangan yang saya terima sebagai

informasi tambahan, dimana keterangan dimaksud menurut penilaian saya relevan dan tidak

memberikan pengaruh terhadap independensi saya selaku konsultan hukum.

A. Pendahuluan

Hak kebebasan berekspresi merupakan faktor utama dalam pilar demokrasi. Hak ini

dijadikan hak dasar berdasarkan Majelis Umum PBB tertanggal 14 Desember 1946 yang
menyatakan bahwa hak atas informasi merupakan hak suci dan hak dasar bagi setiap orang.

Hak dasar lainnya dalam Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi yaitu hakatas

berpendapat. Karena tidak berjalannya demokrasi, tanpa adanya hak untuk


beraspirasi, menyatakan suatu pikiran dengan mengemukakan pendapat. Esensi dalam hak

kebebasan berekspresi dan berpendapat terletak pada kegiatan mencari, menerima, dan

menyampaikan informasi untuk mengembangkan pribadi dirinya.

Kebabasan berpendapat diatur dalam International Covenant on Civil and Political

Right (ICCPR) yang dibentuk pada 1976 dalam pasal 19 menyatakan, Setiap orang berhak

untuk berpendapat tanpa campur tangan dan berhak atas kebebasan untuk menyatakan

pendapat termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan

pemikiran apapun, terlepas dari pembatasan-pembatasan secara lisan, tertulis, atau dalam

bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain sesuai dengan pilihannya. Di

Indonesia, hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi diatur dalampasal 28E Ayat

(2) dan (3) serta Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)

1945. Dan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia pasal 23 Ayat (2).

Dalam Dr. Saiful Mahdi Putusan Nomor 432/Pid.Sus/2019/PN.Bna telah diputus

bersalah oleh Pengadilan Negeri Banda Aceh pada tanggal 21 April 2020 berdasarkan

pasal 45 ayat (1) jo pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, dengan vonis 3 (tiga) bulan penjara dan denda Rp.10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah) subsider 1 (satu) bulan kurungan. Dan Dr. Saiful Mahdi selaku klien kami

mengajukan upaya hukum banding di Pengadilan Tinggi Banda Aceh sehingga mereka

membutuhkan pendapat hukum mengenai langkah upaya hukum yang akan dilaksanakan.

B. Permasalahan

Rumusan masalah dari permohonan diatas yaitu:


Apakah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh dalam memutus perkara ditingat

pertama tersebut sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku ?

C. Dasar Hukum

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana atau Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

5. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas UndangUndang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 31 /POJK.07/2020

Tentang Penyelenggaraan Layanan Konsumen Dan Masyarakat Di Sektor Jasa

Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan

D. Uraian Fakta Hukum

1. Pada tanggal 20 Mei 2021 mencuat berita oleh media bahwa ada dugaan kebocoran

data peserta BPJS pada forum online. Runtutan kejadian dapat dijelaskan

sebagaimana berikut :

a. Berita tersebut kebocoran data peserta BPJS kemudian direspon oleh pihak BPJS
Kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait pada tanggal 21 Mei

2021, yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Badan

Siber dan Sandi Negara (BSSN), Cybercrime Mabes Polri, Pusat Pertahanan Siber

Kementerian Pertahanan, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan (Kemenko Polhukam), Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), serta pihak lainnya

dalam rangka memastikan kebenaran berita tersebut, serta mengambil langkah-

langkah yang diperlukan.

b. Pada tanggal 22 Mei 2021, tim BPJS Kesehatan bersama BSSN dan tim security

operation system melakukan investigasi dengan melakukan penelusuran melalui

forensik digital dan sampel data dari akun kotz.

c. Pada Minggu, 23 Mei 2021, manajemen BPJS Kesehatan menyiapkan surat

permohonan perlindungan hukum ke Bareskrim Polri dan surat pemberitahuan

kepada Kemkominfo. Surat itu kemudian disampaikan pada Senin, 24 Mei 2021.

2. Atas kronologi kerjadian kebocoran data pribadi tersebut, para peserta BPJS Kesehatan

banyak mengalami kerugian dengan terjadinya kebocoran data pribadi tersebut oleh

pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab.

3. Klien kami atas nama Bapak Amiruddin tercatatat sebagai nasabah BPJS Kesehatan

dengan Nomor kepesertaan : 131131131 turut mengalami kerugian atas kebocoran data.

Dibuktikan dengan diawali sering munculnya SMS dan Whatsapp tawaran dari pihak

ke 3.

4. Kejadian terakahir adalah muncul pihak ketiga yang menghubungi bapak Amiruddin

untuk meminta validasi data dengan posisi pihak ketiga tersebut sudah melengkapi hal-

hal dengan menggunakan data pribadi termasuk data riwayat rekam medis Bapak

Amirrudin, untuk mengajukan pinjaman padahal bapak Amiruddin sebelumnya tidak


pernah sama sekali mengajukan pinjaman kepada pihak manapun bahkan hubungan

hukum lainnya.

5. Dengan kejadian tersebut Bapak Amiruddin menderita kerugian adalah kebocoran data

pribadi, termasuk data yang bersifat rahasia dalam rekam medis.

E. Analisa Hukum

Dasar pengaturan mengenai perlindungan data pribadi tercantum pada Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 pada pasal : “....................................................”

Hak atas privasi termasuk di dalam perlindungan data pribadi diakui sebagai salah hak konstitusi

onal warga negara. Hal ini sejalan dengan dimasukannya bab khusus tentang hak asasi man

usia (bill of rights) dalam konstitusi hasil amandemen (Bab XA—Pasal 28 A‐

J). Ketentuan mengenai jaminan perlindungan data pribadi dapat ditemukan di dalam Pasa

l 28G ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan:

“Setiap orang berhak atas perlindungan atas perlindungan diri pribadi, keluarg
a, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta b
erhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbu
at atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

Hal itu juga sejalan dengan UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang dalam beberapa

pasalnya menjamin perlindungan hak atas privasi warga negara, misalnya Pasal 14 (2), Pasal 29

(1) dan Pasal 31. Secara umum Pasal 29 ayat (1) menyatakan pengakuan akan hak setiap

orang atas perlindungan diri.

Perlindungan data pribadisecara umum pengertiannya mengacu pada praktik, perlindungan, dan

aturan mengikat yang diberlakukan untuk melindungi informasi pribadi dan memastikan bahwa

subjek data tetap mengendalikan informasinya. Singkatnya, pemilik data harus dapat memu

tuskan apakah ingin membagikan beberapa informasi atau tidak, siapa yang memiliki akses,
untuk berapa lama, untuk alasan apa, dan dapat memodifikasi beberapa informasi ini, dan lain-

lain
F. Pendapat Hukum

KERTAS KERJA PENYUSUNAN PENDAPAT HUKUM

Judul : Legal Opinion Permohonan Banding Dr. Saiful Mahdi, S.Si., M.Sc.

FIRAC URAIAN

F 1. Pada bulan Oktober 2018, saat diumumkan hasil rekrutmen dosen di

(Fact) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, yang mengikuti skema

seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil.

2. Peserta yang bukan pendaftar terbaik dan bahkan tidak memenuhi

syarat administrasi dinyatakan lulus seleksi

3. Merasa ada kejanggalan, Dr. Saiful mahdi menulis pendapat atau

pandangan pribadi di WhatsApp Group (WAG) bernama Unsyiah

KITA

4. Pada tanggal 6 Mei 2019 Dr. Saiful Mahdi menerima surat peringaatan

tertulis pelangaran etika, dan ditanggapi pada tanggal 15 Mei 2019

5. Taufiq Saidi selaku Dekan Fakultas Teknik Unsyiah yang merasa

dirugikan melaporkan Dr. Saiful Mahdi ke kepolisian pada tanggal 29

Agustus 2019

6. Dr. Saifu Mahdi menerima panggilan pertama sebagai saksi atas Pasal

27 Ayat (3) Jo Pasal 45 Ayat (3) UU ITE.

7. Pada tanggal 2 September 2019, Saiful ditetapkan sebagai tersangka

oleh penyidik.

8. Dr. Saiful Mahdi dinyatakan terbukti melanggar pasal 27 ayat (3) jo

pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik dengan vonis 3 (tiga) bulan penjara


dan denda Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) subsider 1 (satu) bulan

kurungan; (10) Vonis sesuai dengan tuntutan dari jaksa penuntut

umum.

I Apakah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh dalam

(Issue) memutus perkara ditingat pertama tersebut sudah sesuai dengan

undang-undang yang berlaku ?

R 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

(Rules) 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum

Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

5. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas


UndangUndang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

A 1. Dr. Saiful Mahdi dalam dakwaan pencemaran nama baik tidak

(Analysis) terbukti secara sah melanggar Pasal 45 Ayat (3) jo pasal 27 Ayat (3)

Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang PerubahanUndang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik karena tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal pasal 27

Ayat (3) yaitu:

a. Kata “jajaran pimpinan FT Unsyiah” tidak merepresentasikan unsur

setiap orang dalam Pasal 27 Ayat (3) UU ITE.

b. Unsur melawan hak tidak menjadikan dakwaan atas kasus a quo

karena Dr. Saiful Mahdi merupakan anggota dari grup whatsapp

“UnsyiahKita”. Sehingga Dr. Saiful Mahdi berhak untuk

mengungkapkan ekspresinya dan pendapatnya di sebuat grup yang

sudah tergabung di dalamnya.

c. Unsur “mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau dapat

diaksesnya” tidak terpenuhi karena pelapor tidak memenuhi unsur

tersebut. Pelapor tidak termasuk ke dalam grup whatsapp ketika

pernyataan yang diperkarakan telah disebarkan.

d. Dr. Saiful Mahdi hanya menyampaikan pendapat, atau pandangan

pribadi dia terhadap suatu persoalan di Fakultas Teknik. Dalam

kalimat tersebut tidak ada seseorang (pribadi) yang dituduh atau

ditunjuk, apalagi difitnah. Jadi unsur “Yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik” tidak terpenuhi.

e. WhatsApp Group yang hanya berisikan beberapa orang anggota

belum bisa dikategorikan sebagai khalayak umum karena sifatnya

tertutup dan terbatas.


2. Perbuatan yang dilakukan oleh Dr. Saiful mahdi adalah bentuk dari

kebebasan berpendapat yang tertuang dalam pasal 28E Ayat (2) dan

(3) serta Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia

(UUD NRI) 1945. Dan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 23 Ayat

(2).

C 1. Dalam memutus perkara putusan Nomor

(Conclution) 432/Pid.Sus/2019/PN.Bna terhadap Dr. Saiful Mahdi, S.Si., M.Sc.

Majelis Hakim dalam pengadilan negeri Banda Aceh kurang cermat

dalam tidak memahami pokok perkara sehingga Dr. Saiful Mahdi

dalam dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti secara sah

melanggar Pasal 45 Ayat (3) jo pasal 27 Ayat (3) Undang Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor


11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik karena

tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal pasal 27 Ayat (3).

Seharusnya Dr. Saiful Mahdi tidak dijatuhi vonis sebagaimana dalam

putusan Nomor 432/Pid.Sus/2019/PN Bna melainkan di vonis bebas

dari segala tuntutan dan dinyatakan tidak bersalah.

2. Upaya hukum banding terhadap putusan pengadilan negeri Banda Aceh

segera dilakukan sebelum mencapai masa tenggang waktu 14 (empat

belas) hari dan memperkuat bukti-bukti yang akan

disampaikan pada upaya banding.

Dalam kebebasan berpendapat dan berekspresi, setiap orang mempunyai batasan-

batasan tertentu. Ketika seseorang mengungkapkan pendapatnya, pendapat tersebut tidak

menyinggung kepada dua ketentuan, yaitu hak atau nama baik orang lain dan keamanan

nasional suatu negara. Hak kebebasan berpendapat dan berekspresi mengindikasikan

bahwa setiap orang memiliki hak untuk tidak dipidana atas pendapat dan ekspresinya.

Sedangkan pencemaran nama baik merupakan tindak mengancam reputasi seseorang

baik secara tertulis maupun lisan sebagai suatu sebab adanya tindakan kebencian disertai

dengan tuduhan. Unsur pencermaran nama baik dilakukan person-to-person (orang ke

orang), dan tidak berlaku ketika subjek hukum tersebut merupakan dari perseorangan pada

kelompok/institusi.

Perbuatan yang dilakukan oleh Dr. Saiful Mahdi merupakan suatu bagian dari

kebebasan berpendapat, yang dijamin oleh pasal 28F UUD 1945. Isi pesan tersebut bukan

penghinaan dan atau pencemaran nama baik. Menurut KUHP, suatu informasi dikatakan

bermuatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik, jika memenuhi unsur adanya

perbuatan menuduhkan sesuatu hal pada seseorang atau pribadi hakiki (naturlijk persoon),

bukan pada organisasi, ataupun kelompok orang. Dalam frasa yang ditulis Mahdi tidak ada

nama atau identitas yang jelas yang menunjuk diri pribadi seseorang. Frasa "jajaran
pimpinan" yang ditulis Mahdi itu tidak mengarah pada seseorang, atau
pribadi dengan identitas yang jelas. Unsur berhak, tidak berhak, atau unsur melanggar

norma adalah unsur utama penentu masuk tidaknya sebuah perbuatan transaksi elektronik

ke dalam perbuatan pidana. Mengkritik atau berpendapat bukan merupakan perbuatan

melawan hukum, melainkan hak warga negara. Kesimpulannya Majelis Hakim dalam

pengadilan negeri Banda Aceh kurang cermat dalam tidak memahami pokok perkara

sehingga Dr. Saiful Mahdi dalam dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti secara

sah melanggar Pasal 45 Ayat (3) jo pasal 27 Ayat (3) Undang Undang Nomor 19 Tahun

2016 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik karena tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal pasal 27 Ayat (3).

G. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pendapat dan tanggapantersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dalam memutus perkara putusan Nomor 432/Pid.Sus/2019/PN.Bna terhadap Dr.

SAIFUL MAHDI, S.Si., M.Sc. Majelis Hakim dalam pengadilan negeri Banda Aceh

kurang cermat dalam tidak memahami pokok perkara sehingga Dr. Saiful Mahdi dalam

dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti secara sah melanggar Pasal 45 Ayat (3)

jo pasal 27 Ayat (3) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

karena tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal pasal 27 Ayat (3). Seharusnya Dr.

Saiful Mahdi tidak dijatuhi vonis sebagaimana dalam putusan Nomor

432/Pid.Sus/2019/PN Bna melainkan di vonis bebas dari segala tuntutan dan

dinyatakan tidak bersalah.


2. Upaya hukum banding terhadap putusan pengadilan negeri Banda Aceh segera

dilakukan sebelum mencapai masa tenggang waktu 14 (empat belas) hari dan

memperkuat bukti-bukti yang akan disampaikan pada upaya banding.

Demikianlah legal opini ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas

perhatiannya diucapkan terimakasih.

Banda Aceh, 16 Mei 2020

SISKA AMBARWATI & PARTNERS LAW FIRM

TTD

Siska Ambarwati, S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai