Anda di halaman 1dari 15

RESUME TM 10

“KEGIATAN MAKP”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan

Oleh :
Essa Bagus Kurniawan
185070200111023
PSIK 2018 / Reguler 1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
1. TIMBANG TERIMA (OPERAN)
Timbang terima adalah teknik menyampaikan dan menerima laporan
atau informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien dari perawat ke
perawat yang lain.
Tujuan
 Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (data fokus)
 Menyampaikan intervensi yang sudah dan belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien
 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
Manfaat
 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
 Akan terjalin suatu hubungan kerjasam yang bertanggung jawab
antar perawat
 Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
 Dilaksanakan tepat waktu pergantian shift
 Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab shift
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien
 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
 Pada saar validasi di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup
 Susuatu yang dapat membuat pasien terkejut sebaiknya dibicarakan
di nurse station
SBAR
Berdasarkan penelitian dari Oxyandi & Endayni (2020), ada pengaruh
antara pelaksanaan komunikasi efektif SBAR dengan timbang terima. Hal
ini dikarenakan peningkatan dalam menyampaikan informasi keadaan
pasien dengan tujuan agar menjaga keselamatan pasien. Setelah
dilakukan pejelasan tentang SBAR perawat dapat mengerti pentingnya
komunikasi SBAR dalam timbang terima, dan memiliki peningkatan yang
signifikan dibandingkan yang sebelum dilakukan komunikasi SBAR.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan pelatihan komunikasi
SBAR untuk mendapatkan kualitas pelaksanaan handover yang baik.
Pelatihan komunikasi SBAR dapat dijadikan solusi untuk mengatasi
kekurangan dalam pelaksanaan handover terutama komponen B
(background ) dan A (Assessment).
S: Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)

 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan,


serta dokter yang merawat
 Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum
atau sudah teratasi/keluhan utama
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkini)

 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari


setiap diagnosis keperawatan.
 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis
medis.
A: Assesment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat ini)
 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat
 kesadaran, braden score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan
lain-lain.
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation

 Rekomendasi intervensi keperawatan yang harus diselesaikan,


tindakan yang belum dilakukan termasuk discharge planning dan
edukasi pasien dan keluarga
Hambatan
 Komunikasi satu arah
 Waktu timbang terima yang terlalu lama
 Adanya interupsi
 Tidak ada standar
 Perawat yang pulang lebih dulu sebelum timbang terima
 Mobilisasi status pasien

2. PRE-POST CONFERENCE
Pre-Conference merupakan komunikasi antara ketua tim/perawat
primer dan perawat pelaksana/perawat associate setelah selesai operan
untuk merencakan kegiatan pada shift tersebut. Post-Conference
merupakan upaya komunikasi antara kerua tim perawat primer dan
perawat pelaksana/perawat associate mengenai hasil kehiatan sepanjang
shift tersebut dan sebelum melakukan operan pada shift selanjutnya.
Menurut Rezkiki, dkk (2019), dengan adanya kondisi perencanaan
yang baik serta diikuti dengan tindakan yang tepat didapatkan hasil
penelitian bahwa tidak satupun pasien dengan status yang tidak lengkap,
semua tindakan perawat semua sudah mengacu pada rencana perawatan,
perawat sudah mampu mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan, dilakukan revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi, serta
semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat secara ringkas dan jelas.
Pada tahap evaluasi juga sangat baik, semua status sudah mencatat
evaluasi yang mengacu pada tujuan. Keadaan ini adalah gambaran
peningkatan kelengkapan status dari sebelum dilakukan tindakan pre dan
post conference dengan setelah dilakukan pre dan post conference.
Tampak perbedaan dari sebelum dengan sesudah dilakukan, berdasarkan
hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dilakukan tindakan Pre dan
Post Conference terhadap dokumentasi asuhan keperawatan.
Tujuan
 Memberi kesempatan perawat untuk berdiskusi
 Berbagi informasi, saling percaya, mengungkapkan perhatian, dan
melakukan klarifikasi tentang rencana kerja/rencana intervensi
keperawatan
 Mengidentifikasi masalah, merencakan, dan evaluasi hasil
 Menghasilkan strategi efektif dan mengasah kemampuan berfikir
kritis untuk merencanakan kegiatan pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan
3. DISCHARGE PLANNING
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Tujuan
 Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial;
 Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga;
 Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien;
 Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain;
 Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien;
 Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
Prinsip Perencanaan Pulang
 Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
 Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera
diantisipasi.
 Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama.
 Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah
pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia
atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
Jenis Perencanaan Pulang
a. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus
ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat
b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan
dapat dilakukan kembali.
c. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama
dengan keperawatan puskesmas terdekat
Kebutuhan Rencana Pengajaran yang Baik untuk Persiapan Pulang
Pasien (METHOD)
a. Medication (obat). Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan). Lingkungan tempat pasien akan pulang
dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
c. Treatment (pengobatan). Perawat harus memastikan bahwa
pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan
oleh pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan). Pasien yang akan
pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan
kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient Referal (rujukan rawat jalan). Klien sebaiknya mengenai
pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat
meningkatkan perawatan yang kontinu
f. Diet. Sebaiknya dineritau tentang pembatasan pada dietnya dan
pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya
Format Discharge Planning IDEAL dari AHRQ
a. Include, melibatkan pasien dan keluarga sebagai rekan dalam
proses perencanaan pulang
b. Discuss, mendiskusikan dengan pasien dan keluarga lima area
utama untuk mencegah masalah dirumah
c. Educate, mengajarkan pasien dan keluarga menggunakan bahasa
yang sederhana tentang kondisi pasien, proses discharge, dan
langkah selanjutnya selama tinggal dirumah
d. Assess, mengkaji seberapa bagus dokter atau perawat dalam
menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diagnosis, kondisi,
dan langkah selanjutnya dalam perawatan dengan cara meminta
pasien dan keluarga menjelaskan ulang informasi tersebut
e. Listen, mendengarkan dan menghormati tujuan, pilihan, observasi,
dan perhatian dari pasien dan keluarga
Keberhasilan Program Discharge Planning pada 6 Variabel
 Derajat penyakit
 Hasil yang diharapkan dari perawatan
 Durasi perawatan yang dibutuhkan
 Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
 Komplikasi tambahan
 Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
Prosedur Discharge Planning IDEAL
Pengkajian awal keperawatan
1. Mengidentifikasi siapa keluarga yang akan merawat pasien
di rumah dan memastikan keluarga tersebut yang harus
memahami instruksi perawatan di rumah
2. Beritahu pasien dan keluarga bahwa mereka dapat menggunakan
whiteboard di ruangan pasien (jika tersedia) untuk menuliskan
pertanyaan atau masalah
3. Tetapkan tujuan pasien dan keluarga terkait kapan dan bagaimana
mereka keluar dari rumah sakit. melalui masukan dari dokter
penanggung jawab pasien dan diskusi bersama pasien dan keluarga
untuk menetapkan tujuan yang realistis
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang langkah-langkah
proses discharge planning. Prosedur yang biasa dilakukan seperti
membuat handout pasien, whiteboard, atau poster yang berisi
roadmap untuk pasien pulang.
Selama perawatan
1. Ajarkan pasien dan keluarga tentang kondisi pasien di setiap
kesempatan, seperti pada saat operan, ronde keperawatan,
pemeriksaan tanda-tanda vital, panggilan perawat, dan kesempatan
lain. Minta pasien dan keluarga menjelaskan kembali
2. Jelaskan obat-obatan pada pasien dan keluarga (misalnya, mencetak
daftar obat setiap pagi) dan pada saat memberikan obat. Jelaskan
indikasi, dosis, efek samping masing-masing obat, dan pastikan
pasien tahu tentang perubahan obat-obatan yang mereka konsumsi.
Minta pasien dan keluarga menjelaskan kembali.
3. Diskusikan tujuan pasien, keluarga, dan dokter serta proses
discharge planning. Ketika tujuan sudah ditetapkan saat pasien
masuk, tinjau kembali tujuan-tujuan tersebut untuk memastikan
pasien dan keluarga memahami bagaimana mereka berproses untuk
kesiapan pulang
4. Libatkan pasien dan keluarga dalam praktik perawatan untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam perawatan di rumah. Contoh
praktik perawatan dapat mencakup penggantian balutan luka,
membantu pasien untuk makan atau pergi ke kamar mandi, atau
membantu latihan rehabilitasi.
Sebelum pertemuan discharge planning
1. Berikan kepada pasien dan keluarga form ceklis dan booklet
persiapan pulang
2. Jadwalkan pertemuan discharge planning bersama pasien, keluarga
dan perawat
Pertemuan discharge planning (1 atau 2 hari sebelum keluar rumah
sakit)
1. Gunakan form, ceklis dan booklet persiapan pulang untuk memulai
diskusi terkait pertanyaan, kebutuhan, dan hal apa yang perlu
diperhatikan saat pulang
 Jika pasien atau keluarga tidak membaca atau mengisi ceklis,
lakukan review secara verbal. Yakinkan dengan bertanya jika
mereka memiliki pertanyaan atau perhatian lain kemudian dibuat
list. Percakapan dapat dimulai dengan bertanya “menurut anda
seperti apakah jika anda keluar dari rumah sakit nanti?”
 Ulangi pertanyaan atau kekhawatiran pasien dalam kata-kata
Anda sendiri untuk memastikan Anda mengerti.
 Minta pasien untuk menjelaskan kembali informasi yang diberikan
untuk memeriksa apakah pasien mengerti.
 Jika tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengatasi masalah
(misalnya, apoteker, dokter, atau perawat), atur pertemuan
tersebut
2. Diskusikan dengan pasien terkait jadwal kontrol. Tanyakan jika
pasien memilih hari dan jam tertentu untuk kontrol Saat KRS
3. Review daftar obat dengan pasien dan keluarga. Minta pasien
untuk mengulang kembali daftar obat, indikasi, dosis, waktu dan
cara mengonsumsi. Pastikan pasien mudah untuk membacanya.
Cetak daftar obat tersebut dan memberikan ke pasien untuk dibawa
pulang.
4. Berikan kepada pasien dan keluarga jadwal kontrol. Cantumkan
nama dokter, waktu dan lokasi kontrol.
5. Berikan kepada pasien nama, nomor telepon, dan posisi salah satu
tenaga kesehatan yang dapat dihubungi jika ada masalah setelah
pulang. Yakinkan kontak person tersebut memahami kondisi pasien
(misalnya jika dokter penanggung jawab pasien yang menjadi kontak
person, pastikan dokter tersebut telah memiliki salinan dari resume
discharge planning pasien.

4. PROSEDUR SUPERVISI
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses formal dan
profesional yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan pedoman
atau petunjuk secara jelas, membimbing, mengarahkan, mengawasi dan
mengevaluasi. Supervisi bertujuan untuk :
1. Mengembangkan pengetahuan dan kompetensi perawat untuk
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan dengan penuh tanggung
jawab
2. Meningkatkan dan mempertahan kualitas praktik keperawatan
3. Mempertahankan standar kerja dan keselamatan pasien.
1) Prasupervisi
1. Menentukan tujuan
2. Menentukan metode supervisi
3. Menentukan standar
4. Menetapkan kesepakatan antara supervisor dan yang akan
disupervisi terkait rencana supervisi yang akan dilakukan
5. Menetapkan waktu pelaksanaan supervisi
Supervisi Pemberian Pedoman/Petunjuk
1. Supervisor memberikan pedoman atau petunjuk terkait kegiatan yang
akan disupervisi
2. Supervisor menjelaskan pedoman atau petunjuk tersebut dengan jelas
3. Supervisor mempersilahkan perawat yang disupervisi untuk menanyakan
hal yang belum dipahami atau menyampaikan permasalahan yang dialami
4. Supervisor menjawab pertanyaan dan mendiskusikan alternatif
pemecahan masalah
5. Perawat yang disupervisi menyampaikan bahwa telah memahami
pedoman atau petunjuk yang diberikan supervisor
6. Supervisor memvalidasi pemahaman perawat yang disupervisi dengan
cara memintanya untuk menyampaikan kembali pedoman atau petunjuk
yang telah diberikan
7. Supervisor meluruskan apabila ada kesalahan dalam pemahaman dan
mengakhiri sesi diskusi ketika sudah yakin bahwa perawat yang akan
disupervisi benar-benar memahami pedoman atau petunjuk yang
diberikan
8. Mendokumentasikan kegiatan
9. Menyepakati pertemuan berikutnya
Bimbingan dan Pengawasan
1. Perawat yang disupervisi mempersiapkan kelengkapan tindakan yang
akan dilakukan
2. Perawat yang disupervisi menyampaikan kepada supervisor kesiapan
melaksanakan tindakan
3. Perawat yang disupervisi melakukan tindakan dengan didampingi oleh
supervisor (Selama proses tindakan, supervisor dapat memberi
dukungan, reinforcement, dan arahan).
4. Mengakhiri tindakan dan merapikan alat
5. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
6. Supervisor memanggil perawat yang disupervisi untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
7. Supervisor mengklarifikasi dan mendiskusikan permasalahan yang ada
8. Supervisor mempersilahkan perawat yang disupervisi untuk menanyakan
hal yang belum dipahami atau menyampaikan permasalahan yang
dialami ketika melakukan tindakan
9. Supervisor menjawab pertanyaan dan mendiskusikan alternatif
pemecahan masalah
10. Perawat yang disupervisi menyampaikan bahwa telah memahami
bimbingan dari supervisor
11. Supervisor memvalidasi pemahaman perawat yang disupervisi dengan
cara memintanya untuk menyampaikan kembali bimbingan yang telah
diberikan
12. Supervisor meluruskan apabila ada kesalahan dalam pemahaman dan
mengakhiri sesi diskusi ketika sudah yakin bahwa perawat yang akan
disupervisi benar-benar memahami bimbingan yang sudah diberikan
13. Mendokumentasikan kegiatan
14. Menyepakati pertemuan berikutnya
Evaluasi
1. Perawat yang disupervisi mempersiapkan kelengkapan tindakan yang
akan dilakukan
2. Perawat yang disupervisi menyampaikan kepada supervisor kesiapan
melaksanakan tindakan
3. Perawat yang disupervisi melakukan tindakan (Selama proses tindakan,
supervisor mengobservasi kesesuaian tindakan dengan standar).
4. Mengakhiri tindakan dan merapikan alat
5. Mendokumentasikan kegiatan
6. Menyepakati pertemuan berikutnya
2) Pascasupervisi
1. Supervisor memberikan penilaian kinerja perawat berdasarkan standar
2. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
3. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
4. Mengakhiri kegiatan supervisi dan merencanakan kegiatan supervisi
berikutnya

4. PROSEDUR DELEGASI
Delegasi merupakan kegiatan perawat dalam memerintahkan
perawat lain melakukan tugas atau tindakan keperawatan serta kegiatan
perawat dalam menerima delegasi dari perawat atau tenaga kesehatan
lain. Tujuan kegiatan delegasi keperawatan adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan kualitas penambilan keputusan,
2. Mengurangi beban kerja manajer
3. Meningkatkan dinamika dan kepuasan kerja
4. Menumbuhkan motivasi
5. Memberi kesempatan perawat mengembangkan kemampuan
kepemimpinannya
6. Meningkatkan efektifitas dan keamanan pelayanan keperawatan
7. Meningkatkan kesempatan promosi
Pengkajian
1. Mengkaji kebijakan dan aturan rumah sakit terkait delegasi
2. Mengkaji kesesuaian tugas yang akan didelegasikan dengan
kompetensi perawat penerima delegasi
3. Mengkaji kondisi pasien
4. Mengkaji kesesuaian tugas yang akan didelegasikan dengan
kriteria delegasi (harus mencakup keseluruhan kriteria).
a. Termasuk dalam rentang fungsi perawat penerima delegasi
b. Sering dilakukan dalam proses perawatan pasien

c. Memiliki langkah-langkah yang jelas


d. Sedikit atau tidak ada modifikasi jika diterapkan kepada
klien tertentu
e. Memiliki outcome yang jelas

f. Tidak memerlukan pengkajian berlanjut, interpretasi, atau


pengambilan keputusan diluar langkah-langkah tindakan g.
Tidak membahayakan keselamatan pasien
5. Mengkaji perawat penerima delegasi memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan untuk menerima tugas delegasi
serta sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien
6 Mengkaji ketersediaan standar prosedur operasional (SPO)
. terkait tugas yang didelegasikan
7 Mengkaji ketersediaan supervisi
.
Perencanaan
1 Merencanakan tugas delegasi
.
Implementasi
Delegator
1 Menyampaikan delegasi
.
2 Menyampaikan waktu pelaksanaan tugas dan data apa yang
. perlu dilaporkan
3 Menentukan metode komunikasi yang tepat dengan penerima
. delegasi dan situasi pasien
4 Menyampaian jika ada permintaan, karakteristik, atau harapan
. khusus pasien,
5 Memvalidasi pemahaman penerima delegasi terhadap tujuan
. penyelesaian tugas dan memberikan klarifikasi jika diperlukan
6 Menyampaikan bahwa delegator ada untuk memberikan petunjuk
. atau dukungan kepada penerima delegasi
7 Memverifikasi bahwa penerima delegasi siap untuk menerima
. tugas dan tanggung jawab yang menyertai
Penerima Delegasi
1 Menanyakan hal yang belum dipahami terkait tugas delegasi dan
. mengklarifikasi harapan jika diperlukan
2 Menginformasikan kepada delegator jika belum pernah atau
. jarang melakukan tugas yang akan didelegasikan sebelumnya
3 Menanyakan pembinaan atau supervisi tambahan
.
4 Menegaskan pemahaman terkait harapan atau tujuan
. penyelesaian tugas
5 Menetapkan metode komunikasi antara delegator dan penerima
. delegasi
Dokumentasi
1 Mendokumentasikan secara lengkap, akurat, dan tepat waktu
. tentang:
a. Komunikasi yang terjadi dengan tenaga kesehatan lain
b. Dokumentasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
Monitoring
Delegator
1 Memonitor status dan kestabilan kondisi pasien
.
2 Memonitor renspon dan resiko yang terjadi pada pasien
.
3 Memonitur situasi pelaksanaan tindakan keperawatan
.
4 Memonitor ketersediaan sumber daya dan sarana prasarana yang
. mendukung
5 Memonitor kompleksitas tugas yang didelegasikan
.
6 Menentukan supervisi langsung berdasarkan:
. a. Kebutuhan pasien
b. Kompleksitas tugas yang didelegasikan
Jarak posisi delegator
7 Mengintervensi dan memfollow-up permasalahan yang terjadi,
. misalnya:
a. Waspada terhadap tanda dan gejala pasien
b. Tanggap pada kesulitan penerima delegasi dalam
menyelesaikan tugas Memberikan follow-up yang adekuat pada
masalah dan/atau perubahan situasi, dan aspek kritis delegasi
Evaluasi
1 Menilai keberhasilan tugas yang ditandai dengan:
. a. Tugas dilakukan secara tepat
b. Outcome tercapai optimal
c. Harapan pasien terpenuhi
d. Pasien puas
e. Komunikasi efektif
f. Lancar
Masalah yang ada dapat diselesaikan
2 Memastikan kebutuhan pasien terpenuhi
.
3 Menentukan keperluan modifikasi atau meneruskan
. keperawatan
4 Memperoleh learning moment untuk delegator dan penerima
. delegasi
5 Memberikan feedback yang sesuai kepada penerima delegasi
.
6 Menetapkan bahwa penerima delegasi memang mampu untuk
. menyelesaikan tugas

DAFTAR PUSTAKA

Oxyandi, M., & Endayni, N. (2020). Pengaruh Metode Komunikasi Efektif


Sbar Terhadap Pelaksanaan Timbang Terima. Jurnal'Aisyiyah
Medika, 5(1).
Rezkiki, F., Febrina, W., & Anggraini, D. (2019). Pengaruh Pelaksanaan
Pre dan Post Conference terhadap Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan. Real in Nursing Journal, 2(1), 21-28.
Rezkiki, F., & Fardilah, V. N. (2019). Deskripsi Pelaksanaan Discharge
Planning Di Ruang Rawat Inap. Real in Nursing Journal, 2(3), 126-
136.

Anda mungkin juga menyukai