Anda di halaman 1dari 19

JUNAL SHARING KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“THE EFFECTIVENESS OF DIGNITY THERAPY AS APPLIED TO END-of


LIFE PATIENTS WITH CANCER IN TAIWAN: A QUASI-EXPERIMENTAL
STUDY”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan
Paliatif Yang Dibina Oleh Ns. Endah Panca LF, S. Kep., M.Kep.

Oleh:
Kelompok 2 Reguler 1

1. Gita Widya Wijayanti 185070201111013


2. Diah Ika Milenia Kusumawati 185070200111011
3. Essa Bagus Kurniawan 185070200111023
4. Dinda Iqlima Musayadah 185070201111015
5. Risa Agustina 185070200111015
6. Gabriel Alvan Dira Perdana 185070201111003
7. Yulinda Yuke Hidayati 185070200111003
8. Nevinda Anggita Ayuwangi 185070200111035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah Keperawatan
Menjelang Ajal Dan Paliatif . Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikanya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Endah Panca LF, S. Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan laporan ini.
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral.
3. Sahabat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat
balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat.

Malang, 23 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
2.1 Identitas Jurnal...........................................................................................................3
2.2 Topik Jurnal...............................................................................................................3
2.3 Latar Belakang Masalah.............................................................................................4
2.4 Tujuan........................................................................................................................4
2.5 Metode Penelitian......................................................................................................4
2.6 Hasil Penelitian..........................................................................................................7
2.7 Diskusi........................................................................................................................9
2.8 Aplikasi Jurnal di Indonesia.....................................................................................11
BAB III.............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pasien kanker sering menderita sakit fisik seperti nyeri dan
ketidaknyamanan serta ketidakmampuan dalam memenuhi peran dan tanggung jawab
mereka. Penderita kanker selalu merasakan tekanan psikologis, seperti merasa
menjadi beban orang lain, memiliki martabat yang lebih rendah, makna hidup yang
lebih rendah, kualitas hidup yang lebih buruk, dan rasa putus asa, kecemasan, depresi,
dan keinginan untuk kematian. Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia
(136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia
urutan ke 23. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi
1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019). Pada tahun 2014 dan
2016, studi di Amerika Serikat Amerika menunjukkan bahwa 63,0% hingga 77,0%
pasien dengan kanker menderita tekanan psikologis, masing-masing. Pengembangan
perawatan paliatif hospice pada tahun 1990 memiliki tujuan melindungi martabat
pasien akhir-hidup dan mengurangi tekanan psikologis (Li et al., 2020).

Menerima diagnosis kanker dan program pengobatan adalah pengalaman yang


mengubah hidup dan merupakan sumber tekanan psikologis yang cukup besar,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan tekanan psikologis yang paling umum dari
pasien dengan kanker adalah depresi. National Comprehensive Cancer Network telah
menunjuk bahwa tekanan psikologis adalah perasaan tidak menyenangkan yang
dihasilkan dari sifat psikologis, sosial, atau spiritual, seperti martabat, kecemasan,
depresi, demoralisasi, dan fobia, semuanya yang termasuk dalam lingkup tekanan
psikologis, dan dapat mengakibatkan berdampak negatif terhadap diri sendiri,
keluarga, kesembuhan penyakit, kematian, dan modalitas lainnya. Oleh karena itu,

1
penyedia layanan kesehatan sangat perlu memberikan perhatian dan bantuan terhadap
tekanan psikologis pasien ini (Sari et al., 2020).

Terapi martabat adalah semacam terapi spiritual yang diusulkan pada tahun 2005
oleh Chochinov, seorang peneliti dari Kanada. Terapi martabat bisa membantu pasien
terminal mengurangi tekanan psikologis mereka yang diungkapkan melalui
keputusasaan, ketidakberdayaan, depresi, martabat yang lebih rendah, kehilangan
keinginan untuk hidup, atau keinginan untuk mati. Terapi martabat menggunakan
metode wawancara, pencatatan, dan pencatatan hal-hal penting dalam diri pasien
hidup untuk membuat dokumen generativitas, yang diteruskan ke keluarga atau
kerabat pasien. Selama perawatan, pasien sendiri makna hidup diperkaya dan
martabat ditingkatkan, dengan tekanan psikologis juga berkurang. Dalam beberapa
tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dalam penggunaan martabat terapi untuk
mengurangi tekanan psikologis pada pasien akhir-hidup dengan kanker oleh para
sarjana dan penyedia layanan kesehatan, yang juga terlibat aktif dalam penelitian
yang relevan (Li et al., 2020).

Berdasarkan uraian diatas kelompok kami tertarik untuk membahas topik jurnal
penelitian terkait tren dan isu dalam keperawatan paliatif dengan judul “The
Effectiveness of Dignity Therapy as Applied to End-of-Life Patients with Cancer in
Taiwan: A Quasi-Experimental Study”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana identitas jurnal penelitian?
2. Bagaimana latar belakang jurnal penelitian?
3. Bagaimana tujuan penelitian jurnal?
4. Bagaimana metode penelitian jurnal?
5. Bagaimana hasil penelitian jurnal?
6. Bagaimana penerapan jurnal di Indonesia?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui identitas jurnal penelitian.

2
2. Untuk mengetahui latar belakang jurnal penelitian.
3. Untuk mengetahui tujuan penelitian jurnal.
4. Untuk mengetahui metode penelitian jurnal.
5. Untuk mengetahui hasil penelitian jurnal.
6. Untuk mengetahui penerapan jurnal di Indonesia.

BAB II
ISI

2.1 Identitas Jurnal

1. Judul : The Effectiveness of Dignity Therapy as Applied to End


of-Life Patients with Cancer in Taiwan: A Quasi-
Experimental Study
2. Nomor Halaman : 189-195
3. Volume : 14

3
4. Penulis : Yu-Chi Li, Yin-Hsun Feng, Hui-Ying Chiang,, Shu-Ching
Ma, Hsiu-Hung Wang.
5. Penerbit : Elsevier
6. Tahun Terbit : 13 April 2020
2.2 Topik Jurnal

Penyintas kanker sering mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan fisik. Selain
itu, kesulitan dalam memenuhi peran dan tanggung jawabnya dalam keseharian. Hal
tersebut disebabkan karena penyintas kanker selalu merasakan tekanan psikologis
seperti menjadi beban orang lain, memiliki martabat yang rendah, makna hidup yang
rendah, dan kualitas hidup yang buruk. Hal ini ditunjukkan dalam rasa putus asa,
kecemasan, depresi, dan keinginan untuk mati pada penyintas kanker.
2.3 Latar Belakang Masalah

Pengembangan perawatan paliatif hospice memiliki tujuan untuk melindungi


martabat pasien kanker dan mengurangi tekanan psikologis. Menurut data 2014-2016
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 63% - 77% penyintas kanker menderita
tekanan psikologis. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan penyedia pelayanan
kesehatan dalam memberikan perhatian dan bantuan terhadap tekanan psikologis
penyintas kanker.
2.4 Tujuan

Penyintas kanker rentan akan pengalaman rasa sakit dan ketidaknyamanan fisik.
Tekanan psikologis merupakan salah satu pemicu rasa ketidaknyamanan tersebut
dalam perawatan menjelang akhir hayat. Dampak yang muncul dari hal tersebut
salah satunya adalah martabat yang rendah. Hal tersebut dapat diatasi oleh penyedia
pelayanan kesehatan dalam layanan psikologis berupa terapi martabat yang dapat
meningkatkan tekanan psikologis pada pasien akhir kehidupan. Oleh karena itu,
tujuan penulisan dalam penelitan tersebut adalah untuk mengeksplorasi keefektifan
terapi martabat pasa pasien paliatif dengan kanker.
2.5 Metode Penelitian

4
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian quasi eksperimen
dengan uji coba terkontrol nonrandomized. Terapi martabat digunakan pada
kelompok eksperimen, dan kunjungan umum dilakukan pada kelompok kontrol.
Kelompok tersebut ditempatkan sesuai dengan keinginan para peserta.

Peserta merupakan pasien yang didiagnosis dengan kanker dengan harapan hidup
kurang dari enam bulan menurut diagnosis medis. Kriteria inklusi adalah sebagai
berikut: (1) berusia minimal 20 tahun; (2) telah didiagnosis menderita kanker stadium
akhir; dan (3) mampu berkomunikasi secara lisan dalam bahasa Mandarin atau bahasa
Hokkien Taiwan. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut: (1) mereka yang
didiagnosis dengan demensia, delirium, atau gangguan otak organik lainnya; (2)
mereka yang tidak sadar dan lumpuh; dan (3) mereka yang saat ini menerima
perawatan rumah sakit.

Ukuran sampel dihitung menggunakan G-power 3.1.10 berdasarkan ukuran efek


0,30, tingkat signifikansi 0,05, kekuatan 0,80, dan koefisien korelasi 0,50. Para
peserta dibagi menjadi kelompok eksperimen atau kontrol. Jumlah peserta dihitung
menjadi 20 individu untuk pengukuran berulang dalam interaksi di antara. Tingkat
turnover diperkirakan 20,0%, dengan jumlah total peserta diharapkan menjadi 24,
dengan setidaknya 12 individu di setiap kelompok

Penelitian berlangsung di bangsal onkologi sebuah pusat medis di Taiwan Selatan


dan dilakukan dari Oktober 2016 hingga Januari 2017. Tim peneliti terdiri dari satu
terapis martabat, satu penyelidik kuesioner, dan satu ahli transkripsi. Martabat terapis
adalah pewawancara untuk kedua kelompok eksperimen dan kontrol, dengan
pengalaman keperawatan 23 tahun, dan telah mengambil bagian dalam lokakarya
pelatihan terapi martabat tiga hari di Kanada pada Mei 2016. Penyelidik kuesioner
dan transcriptionist verbatim keduanya memiliki pengalaman keperawatan lebih dari
10 tahun. Mereka memegang gelar master dalam keperawatan dan mampu
berkomunikasi dalam bahasa Mandarin dan Taiwan. Transkripsi kata demi kata

5
adalah peneliti kualitatif yang memiliki pengalaman transkripsi kata demi kata selama
4 tahun.

Sebelum penelitian ini, terapis martabat telah mencapai konsensus dengan


penyidik kuesioner dan transcriptionist verbatim untuk mengkonfirmasi bahwa
kognisi mereka benar. Sebelum terapi martabat, dokter yang hadir di bangsal
onkologi menyediakan sesi harian untuk pasien kanker yang baru meninggal di rumah
sakit dengan terapis martabat. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi disaring dan
dihubungi untuk mengkonfirmasi bahwa mereka mengetahui diagnosis mereka.
Kemudian, terapis martabat menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada
peserta penelitian, yang ditugaskan ke kelompok eksperimen atau kelompok kontrol
sesuai keinginan mereka, dan kemudian, persetujuan tertulis mereka diperoleh.
Pengumpulan variabel hasil dilakukan oleh peneliti kuesioner sebelum intervensi dan
pada hari ke 7 (post-test 1) dan hari ke-14 (post-test 2) setelah intervensi.

Dalam studi tersebut, terapi martabat digunakan pada kelompok eksperimen, dan
kunjungan umum dilakukan pada kelompok kontrol. Terapis martabat menggunakan
wawancara dan rekaman audio untuk membantu peserta membuat dokumen
generativitas yang kemudian diteruskan ke keluarga, kerabat, atau teman peserta .
Sebelum memulai terapi martabat, terapis martabat memberikan protokol pertanyaan
terapi martabat kepada peserta . Protokol pertanyaan terapi martabat menawarkan
pedoman bagi peserta untuk berbicara tentang masalah yang paling penting bagi
mereka, untuk berbagi momen yang mereka rasa paling penting dan bermakna, untuk
berbicara tentang hal-hal yang ingin mereka ingat atau untuk menawarkan nasihat
kepada keluarga, kerabat, atau teman mereka. Jika peserta tidak bisa membaca,
terapis martabat membacakan isi protokol satu per satu. Itu memungkinkan para
peserta untuk mempersiapkan terlebih dahulu apa yang ingin mereka tanggapi. Terapi
martabat dilakukan di bangsal onkologi independen. Semua peserta sesi terapi
martabat ditawari minuman, dan tisu wajah juga disediakan. Terapi martabat
dilakukan pada hari yang sama atau keesokan harinya berdasarkan kondisi fisik
peserta, dan peserta dapat memilih untuk menerima terapi martabat bersama anggota

6
keluarga atau sendiri. Setiap sesi terapi martabat berdurasi sekitar 30 hingga 60 menit,
dan 1 hingga 3 pertanyaan dijawab setiap kali. Setelah sesi terapi martabat, terapis
martabat membawa materi yang direkam ke transcriptionist, yang menyalin file audio
ke dalam dokumen kata dalam waktu 24 jam. Selanjutnya, terapis martabat mengedit
file kata dalam waktu 24 jam.

Langkah-langkah pengeditan termasuk mengubah format dialog menjadi format


teks, menghapus kata-kata sehari-hari, mengoreksi urutan peristiwa, menghilangkan
informasi yang tidak relevan yang tidak terkait dengan pertanyaan terapi martabat,
dan membiarkan peserta membaca file yang diedit pada kunjungan berikutnya untuk
memastikan isinya benar. Semua transkripsi, pengeditan naskah, dan modifikasi yang
dilakukan setelah pembacaan peserta diselesaikan dalam waktu 3 hari. Setelah semua
modifikasi dibuat, terapis martabat memberi peserta dokumen generativitas.
Mengingat keadaan hidup pasien akhir kehidupan yang tidak terkendali dan menurut
saran dari penelitian sebelumnya, terapi martabat harus diselesaikan dalam waktu
seminggu. Kelompok kontrol penelitian menerima kunjungan umum. Terapis
martabat melakukan tiga kunjungan dalam waktu tujuh hari setelah kuesioner pra-tes
selesai, dengan kunjungan berfokus pada kondisi medis dan tingkat kenyamanan
peserta; setiap kunjungan berlangsung sekitar 30 menit.
2.6 Hasil Penelitian
2.6.1 Karakteristik Partisipan

Studi ini mengevaluasi 57 partisipan dari Oktober 2016 hingga Januari


2017; di antaranya, 27 (47,4%) menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian
(ketidaknyamanan: 12; tabu untuk berbicara: 15) dan 30 (52,6%) setuju untuk
berpartisipasi. Dari 30 yang berpartisipasi, 16 (53,3%) ditugaskan untuk
kelompok eksperimen, dan 14 (46,7%) untuk kelompok kontrol. Peserta
penelitian terdiri dari Pria dan wanita dengan jumlah yang sama, dengan usia
rata-rata 66,03 tahun (standar deviasi (SD) 10,05). Tidak ada perbedaan
signifikan dalam karakteristik demografi dan penyakit antara kedua kelompok
(Tabel 2)

7
Kelompok eksperimen memiliki rerata skor PDI-MV 65,63, sedangkan kelompok
kontrol memiliki rerata skor 86,43, dan perbedaannya signifikan secara statistic.
Kelompok eksperimen dan kontrol memiliki skor rata-rata DS-MV masing-masing
52,44 dan 66,93, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua
kelompok. Kelompok eksperimen dan kontrol memiliki rata-rata skor PHQ-9 masing-
masing 13,00 dan 14.86, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
kedua kelompok (Tabel 2). Pada tiga titik waktu yang diukur, rata-rata PDI-MV, DS-
MV, dan PHQ-9 menurun secara bertahap pada kelompok eksperimen, menunjukkan
martabat(dignity) pada kelompok ini meningkat secara bertahap, sedangkan
demoralisasi dan depresi menurun secara bertahap. Kelompok kontrol menunjukkan
hasil yang berlawanan. Perubahan pengukuran antara tiga titik waktu untuk kedua
kelompok ditunjukkan pada Gambar 2.

8
2.6.2 Keefektifan terapi martabat

Terapi martabat menunjukkan efektivitas pada martabat, demoralisasi, dan


depresi pada pasien akhir-hidup dengan kanker. Hasil studi menunjukkan para
peserta menunjukkan peningkatan martabat dan pengurangan demoralisasi dan
depresi setelah terapi martabat. Selanjutnya, seiring berjalannya waktu,
perbedaan nilai yang signifikan secara statistik antara kelompok eksperimen dan
control masih terlihat pada hari ke-7 (post-test 1) dan hari ke-14 (Post-test 2)
setelah terapi martabat.

9
2.7 Diskusi

Hasil penelitian dalam jurnal ini mengungkapkan bahwa terapi martabat memiliki
efek yang signifikan dalam meningkatkan martabat dan mengurangi demoralisasi dan
depresi pada pasien akhir hayat dengan kanker di Taiwan. Sejak pengembangan terapi
martabat oleh seorang peneliti Kanada pada tahun 2005, banyak negara-negara lain
telah menguji efektivitas terap, diantaranya pada tahun 2014 di Denmark, 2014 di
Amerika Serikat, 2014 dan 2017 di Portugal, dan 2016 dan 2017 di Spanyol.

Hasil penelitian tersebut di atas serupa dengan penelitian ini, sehingga


menunjukkan efektivitas terapi martabat dalam meningkatkan martabat pasien.
Penelitian di Portugal menemukan perbedaan depresi, dimana kelompok eksperimen
pada Hari ke-4 (median- 4.00, p < .001) dan Hari ke-15 (median - 4.00, P .010)
menunjukkan penurunan skor depresi. Hasil mereka untuk depresi serupa dengan
penelitian jurnal ini. Demoralisasi adalah diagnosis yang muncul yang telah
mendapatkan perhatian dalam dekade terakhir. Sebuah penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa untuk pasien akhir hidup dengan kanker yang menjalani terapi
martabat, kejadian demoralisasi menurun dari 53,9% menjadi 12,1% (P .002).
Hasilnya mirip dengan penelitian kami, di mana terapi martabat memiliki efek
signifikan dalam mengurangi demoralisasi. Namun, dalam penelitian sebelumnya
tentang terapi martabat, beberapa penelitian telah meneliti demoralisasi sebagai
variabel hasil. Disarankan agar hal ini dieksplorasi pada penelitian-penelitian
selanjutnya.

Pada jurnal ini semua peserta dalam penelitian memiliki keluarga untuk
menemani mereka selama terapi martabat, di Taiwan, tetapi hampir 80% pasien
dirawat oleh petugas perawatan. Berdasarkan penelitian dalam jurnal ini, beberapa
saran dibuat sebagai berikut. Jika pasien ingin menerima terapi martabat, terapis
martabat harus menghubungi anggota keluarga yang diharapkan untuk menemani
pasien dan memperkenalkan terapi kepadanya. Tanggal perlu diatur dengan pasien
dan anggota keluarga untuk wawancara. Terapi martabat paling baik dilakukan dari

10
jam 10 pagi sampai 12 siang, jam 3 sore sampai jam 5 sore, dan jam 7 malam sampai
jam 8 malam, dengan setiap sesi berlangsung selama 60 menit untuk menyesuaikan
dengan durasi maksimum kekuatan fisik dan perhatian pada pasien. Pasien dapat
menceritakan kisah sedih atau kisah buruk jika mereka mau. Namun, terapis martabat
harus membiarkan pasien memahami bagaimana kata-kata dapat membantu dan
menyakiti orang pada saat yang sama dan bahwa sesi terapi martabat tidak digunakan
untuk menyakiti keluarga dan kerabat. Peristiwa atau ungkapan yang menyakiti
keluarga dan kerabat seperti “Aku benci kamu”, “Kuharap kamu mati”, dan “Kuharap
kamu akan menderita pembalasan” tidak untuk dicatat dalam dokumen generativitas
dan tidak untuk disampaikan oleh terapis martabat. Dalam hal mengedit teks, sesuai
penelitian sebelumnya dan pengalaman penelitian di jurnal ini, editor tidak boleh
menulis ulang teks itu sendiri. Dokumen generatif harus mempertahankan nada bicara
pasien yang biasa sehingga terasa asli ketika dibaca oleh anggota keluarga dan
seolah-olah berasal dari pasien.

Dalam penelitian jurnal ini, diamati bahwa keberhasilan terapi martabat yang
lengkap memerlukan wawancara berulang dengan pasien, transkripsi, dan pengeditan
naskah. Semua prosesnya memerlukan personel dan waktu yang dijadwalkan,
menentukan apakah pekerjaan klinis dapat dimuat. Pada penelitian sebelumnya,
sebagian besar hasil terapi martabat dilakukan oleh dokter dan tidak dilakukan oleh
perawat klinis. Penelitian di jurnal ini dilakukan oleh perawat selama proses
berlangsung, dan hasilnya menunjukkan adanya keefektifan. Hasilnya menunjukkan
perawat klinis juga dapat menggunakan alat penilaian untuk memahami tekanan
psikologis pasien akhir hidup dengan kanker dan menggunakan terapi martabat untuk
membantu mereka dalam mitigasi.

Keterbatasan dalam penelitian jurnal ini, pesertanya adalah pasien kanker


yang sudah meninggal, dengan kelompok studi yang dipilih sendiri karena
menghormati keinginan pasien, sehingga selama penelitian tidak menerapkan teknik
pengacakan atau double-blinded. Perbedaan awal dalam skor PDI-MV dari kedua
kelompok, yang mungkin mewakili perbedaan kelompok. Meskipun penelitian dalam

11
jurnal ini memang mengikuti keinginan pasien untuk bergabung dengan kelompok
eksperimen atau kontrol, terapi martabat adalah psikoterapi yang unik, personal, dan
berjangka pendek dan tidak dapat dibagi dengan pasien lain, sehingga kontaminasi
lintas subjek tidak terjadi. Penelitian dalam jurnal ini memiliki ukuran sampel yang
kecil, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, akibatnya peneliti jurnal ini
merekomendasikan penelitian lebih lanjut dirancang dengan ukuran sampel yang
lebih besar di Taiwan.
2.8 Aplikasi Jurnal di Indonesia

Pasien kanker memerlukan kebutuhan spiritual yang tinggi, dan semakin tinggi
tingkat kebutuhan spiritual pasien dikaitkan dengan semakin rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan terhadap kebutuhan spiritual pasien (Astrow et al., 2018). Hal ini
sejalan dengan hasil dari penelitan Hasibuan (2018) menunjukan hasil bahwa pasien
sangat mmembutuhkan penghargaan bagi dirinya, orang lain, & kekuatan diluar
dirinya sendiri sebesar 81,4%. Pasien juga merasakan perlu menumbuhkan keinginan
meneladani orang lain dan mewarisi sesuatu yang bernilai bagi kehidupan sebesar
74,3%. Pasien merasakan penting untuk mengekpresikan diri melalui media yang ada
sebesar 65,7%. Pasien selalu mencari dukungan dari keyakinan agama saat
memerlukan proses penyembuhan yang lebih lama berjumlah 74,3%. Pelayanan
keperawatan dapat meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien, dalam hal ini
kesejahteraan spiritual tidak hanya dalam konteks mendekatkan diri dengan sang
pencipta akan tetapi juga mencakup bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan
terdekat (Awaliyah, & Budiati, 2018).

Terapi martabat adalah sejenis terapi spiritual yang dapat membantu pasien akhir
hayat mengurangi tekanan psikologis mereka yang diekspresikan melalui
keputusasaan, ketidakberdayaan, depresi, martabat yang lebih rendah, kehilangan
keinginan untuk hidup, atau keinginan untuk mati. Selama masa perawatan
menggunakan terapi martabat, makna hidup pasien diperkaya dan martabat
ditingkatkan, sehingga tekanan psikologis dapat berkurang. Efektifitas penerapan
intervensi perawatan spiritual tersebut juga dapat meningkatkan pandangan tentang

12
akhir kehidupan, menurunkan tingkat rasa sakit, kekahwatiran, tingkat depresi,
kecemasan, stres, dan meningkatkan kesejahteraan spiritual dan relaksasi pasien. Oleh
karena itu, terapi martabat ini dapat di aplikasikan dalam pelayanan keperawatan di
Indonesia pada setting keperawatan paliatif dan akhir hayat pada pasien kanker, untuk
meningkatkan kesejahteraan spiritual.

BAB III
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan

Terapi martabat adalah pengobatan spiritual yang relatif baru dikembangkan.


Sampai saat ini, penelitian hanya dilakukan di negara-negara barat. Terapi martabat
bisa membantu pasien terminal mengurangi tekanan psikologis mereka yang
diungkapkan melalui keputusasaan, ketidakberdayaan, depresi, martabat yang lebih
rendah, kehilangan keinginan untuk hidup, atau keinginan untuk mati. Terapi
martabat menggunakan metode wawancara, pencatatan, dan pencatatan hal-hal
penting dalam diri pasien hidup untuk membuat dokumen generativitas, yang
diteruskan ke keluarga atau kerabat pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terapi martabat dapat meningkatkan martabat dan mengurangi demoralisasi dan
depresi pada populasi pasien end of life dengan kanker di Taiwan. Penelitian ini
hanya merekrut pasien end of life dengan kanker dan hanya dilakukan di pusat medis
di Taiwan Selatan.
3.2 Saran
Dalam penulisan berikutnya mengenai terapi martabat dapat dilakukan dan digali
kefektifannya terhadap pasien end of life pada kondisi paliatif lainnnya sehingga
dapat dipertimbangkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Astrow, A. B., Kwok, G., Sharma, R. K., Fromer, N., & Sulmasy, D. P. (2018). Spiritual
Needs and Perception of Quality of Care and Satisfaction With Care in
Hematology/Medical Oncology Patients: AMulticultural Assessment. Journal of
Pain and Symptom Management, 55(1), 56-64.e1.

https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2017.08.009.

Awaliyah, S. N., & Budiati, T. (2018). Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas Pada Pasien Kanker Ginekologi Di
Ruang Onkologi : Evidence Based Nursing. 1(1),88–92. Retrieved from

http://p2t.stikesayani.ac.id:81/pinlitabmas/index.php/pinlitabmas1/issue/view/1.

Hasibuan, G. 2018. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dalam Perspektif Pasien Kanker di


RSUP H Adam Malik. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Li, Y. C., Feng, Y. H., Chiang, H. Y., Ma, S. C., & Wang, H. H. (2020). The
Effectiveness of Dignity Therapy as Applied to End-of-Life Patients with Cancer in
Taiwan: A Quasi-Experimental Study. Asian Nursing Research, 14(4), 189–195.
https://doi.org/10.1016/j.anr.2020.04.003

Penyakit Kanker di Indonesia Berada Pada Urutan 8 di Asia Tenggara dan Urutan 23 di
Asia – P2P Kemenkes RI. (n.d.). Retrieved November 24, 2021, from
http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-asia-
tenggara-dan-urutan-23-di-asia/
Sari, Y. I. P., Waluyo, W., Firmanti, T. A., Sholihin, S., & Permana, R. A. (2020). Aspek
Psikologis pada Layanan Keperawatan Pasien Kanker Payudara: A Systematic
Review. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES” (Journal of Health

15
Research “Forikes Voice”), 11(April), 25. https://doi.org/10.33846/sf.v11i0.647

16

Anda mungkin juga menyukai