NIM : 2010010001
KELAS :A
SEMESTER :3
Secara historis Merkantilisme adalah teori yang menyatakan bahwa kekuasaan suatu
negara didasarkan pada kekayaan (modal) dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini
membutuhkan akumulasi komoditas yang berharga, dan neraca perdagangan yang
menguntungkan ekspor atas impor.
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme
pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk
memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang
banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan
tujuan untuk:
Salah satu prinsip utama dari merkantilisme adalah bahwa permainan ekonomi global
zero-sum: jika salah satu negara memperoleh, yang lain kehilangan. Ini berarti bahwa penting
untuk meminimalkan ekspor modal, dan untuk memaksimalkan mengimpor modal. Jadi
negara akan menghilangkan pajak dan hambatan perdagangan dalam negara mereka sendiri,
dan meningkatkan hambatan besar untuk semua ekspor. Hal ini juga menjadi penting untuk
mencoba untuk mengambil setiap ons sumber daya mentah dalam negeri, dan untuk
mengubah sumber daya baku menjadi produk jadi yang dapat diekspor dengan keuntungan
besar dan kuat. Jika bahan baku yang tidak segera tersedia, itu dapat diterima untuk impor
mereka, kemudian menyelesaikannya di negara, dan ekspor mereka akan mengalami
keuntungan.
Kolonialisme juga memainkan peran impor dalam merkantilisme, saat sumber tetap
dari sumber daya mentah dan captive market (pasar di mana konsumen potensial menghadapi
batasan pemasok kompetitif; pilihan mereka hanya dapat membeli apa yang ada).
Sumber bisa diambil dari koloni yang ditundukkan, dikirim ke ibu negara, dikelola
menjadi produk jadi, kemudian dijual kembali ke pasar koloni, yang sering memiliki hukum
di tempat untuk memberikan perlakuan perdagangan yang menguntungkan untuk ibu negara
atas semua bangsa lain yang ingin berdagangan. Mengekspor penanda modal, seperti emas
dan perak, terbatas terutama di bawah merkantilisme, seperti yang dilihat sebagai ukuran
kekayaan langsung dari suatu negara.
Teori Keuntungan Mutlak/Absolut menurut Adam Smith bahwa setiap Negara akan
memperoleh manfaat perdagangan Internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk
yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari Negara lain, dan melakukan perdagangan
internasional dengan Negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada produk
yang tidak dapat diproduksi di Negara tersebut secara efisien.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan
absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya
produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap
unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih
tinggi pada setiap unit yang dijual.
Teori Keuntungan Mutlak/Absolut lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil
bukan moneter, sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil
seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang
sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja.
Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa
tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam
kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas
tenaga kerja tidak bebas. Namun teori itu mempunyai dua manfaat: pertama, memungkinkan
kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan keuntungan dari
pertukaran. Kedua, meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak
menggunakan teori nilai tenaga kerja, namun prinsip teori ini tidak bisa ditinggalkan (tetap
berlaku).
Prinsip Adam Smith mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat
Investasi G=f (I).
Dalam teori keuntungan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut:
Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain, sehingga dalam mengadakan
perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk
yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
produksi di negara lain.
Pandangan Adam Smith (1723-1790) atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu
nilai pemakaian dan nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang
mempunyai nilai pemakaian (nilai guna yang sangat tinggi, misalnya air dan udara, tetapi
mempunyai nilai penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh dikatakan tidak mempunyai
nilai penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang nilai gunanya sedikit tetapi dapat
memiliki nilai penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan oleh ajaran
nilai subyektif.
Masngudi (2006) menjelaskan bahwa teori keunggulan absolut dari Adam Smith
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan
asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk
memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50
tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu:
Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Contoh :
Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul
karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua.
Tetapi yang penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative advantagenya.
Besarnya comparative advantage untuk Amerika, dalam produksi gandum 6 bakul dibanding
2 bakul dari Inggris atau =3 : 1. Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6 yard dari
Inggris atau 5/3 : 1. Disini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum
yakni 3 : 1 lebih besar dari 5/3 : 1.
Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika atau
1/3 : 1. Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1. Comparative
advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1. Oleh karena itu
perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris, dengan spesialisasi gandum untuk
Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris. Dasar nilai
pertukaran (term of trade) ditentukan dengan batas – batas nilai tukar masing – masing
barang didalam negeri.
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai
tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan
oleh teori absolute advantage.
Dalam hal ini protugis akan berspesialisasi pada produk anggur, sedangkan Inggris
pada produksi pakaian. Pada nilai tukar 1 botol anggur = 1 yard pakaian maka portugis akan
mengorbankan 3 hari kerja untuk 1 yard pakaian yang kalau diproduksinya sendiri
memerlukan 4 hari kerja. Inggris juga akan beruntung dari pertukaran. Dengan spesialisasi
pada produksi pakaian dan ditukar dengan anggur maka untuk memperoleh 1 botol anggur
hanya dikorbankan 3 hari kerja yang kalau diproduksinya sendiri memerlukan waktu 6 hari
kerja.
Namun demikian teori klasik ini masih mengandung kebenaran bahwa perdagangan
bebas seperti yang dianjurkannya dapat menimbulkan spesialisasi yang akan menaikkan
efisiensi produksi.
Dalam kenyataannya, setiap Negara menghasilkan lebih dari satu macam barang.
Apabila jumlah barang serta Negara yang berdagang di perluas tidak hanya satu macam
barang serta hanya ada dua Negara, prinsip comperative advantage.
Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul
karena adanya komperative advantage yang berbeda antara dua Negara. Teori nilai tenaga
kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam comperative advantage itu karena
adanya perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua Negara atau lebih. Jika fungsi
produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksinya sama
sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu syarat timbulnya antar
Negara adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua Negara tersebut namun teori klasik
tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antar dua Negara.