Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

NAMA : MAHARANI DELVIA BRIA

NIM : 2010010001

KELAS :A

SEMESTER :3

PRODI :EKONOMI PEMBANGUNAN

1. apa itu konsep praklasik/ merkantilisme, teori klasik


dan teori modern perdagangan internasional :

I. Teori Pra Klasik


A. Pengertian Teori Merkantilisme

Secara historis Merkantilisme adalah teori yang menyatakan bahwa kekuasaan suatu
negara didasarkan pada kekayaan (modal) dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini
membutuhkan akumulasi komoditas yang berharga, dan neraca perdagangan yang
menguntungkan ekspor atas impor.

Pada abad 16 sampai ke-18, eksplorasi dan kolonialisme membawa barang-barang


berharga dan bahan baku ke Eropa. Hal ini juga membuka pasar baru untuk ekspor barang-
barang manufaktur. Pada koloni Amerika, Inggris memonopli perdagangan, sehingga koloni
memberi keuntungan mereka ke Inggris. Ekonomi Merkantilisme adalah teori yang
menyatakan bahwa kekuasaan pemerintahan didasarkan pada kekayaan dibandingkan dengan
negara lain secara riil (seperti emas) dan bahwa tujuan pemerintahan adalah untuk
mengumpulkan sebanyak mungkin kekayaan untuk menjadi kuat. Ini berarti bahwa sifat
ekonomi internasional secara inheren zero-sum: semua hasil yang baik untuk satu pihak
(misalnya ekspor; mengumpulkan emas) yang buruk bagi orang lain.

Gerakan Merkantilisme berkembang serta berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan


politik dan ekonomi di negara-negara Barat, seperti negara Belanda, Inggris, Jerman, dan
Prancis. Setiap negara kolonialis saling berlomba untuk mendapatkan dan mengumpulkan
kekayaan berupa logam mulia untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan industri,
ekspor maupun impor. Bahkan, untuk mencapai tujuannya tidak jarang terjadi persaingan di
antara Negara-negara kolonialis tersebut. Dengan ditemukannya jalur pelayaran dan
perdagangan di Samudera Atlantik maka hubungan luar negeri di antara negara-negara Barat
semakin terbuka lebar. Melalui interaksi perdagangan tersebut, setiap negara-negara Barat
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme
pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk
memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang
banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan
tujuan untuk:

• Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar


dari perdagangan luar negeri;
• Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
• Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.

Pada perkembangan selanjutnya, nilai uang disamakan dengan emas, masing-masing


negara berusaha untuk mendapatkan emas. Oleh karena itu, paham Merkantilisme tidak
hanya menjadikan logam sebagai sumber kemakmuran, tetapi lebih dari itu memandang pula
pentingnya usaha untuk menukarkan barang-barang lainnya dengan emas batangan. Hal ini
ditandai dengan semakin banyaknya arus masuk emas ke pasaran Eropa. Selain itu, ditandai
pula dengan semangat bangsa-bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan atau perdagangan
dengan Dunia Timur yang kaya akan sumber daya alam bagi pemenuhan pasar Eropa. Sejak
saat itu, tidak sedikit penjelajahan dan pelayaran bangsa-bangsa Eropa yang dibiayai oleh raja
atau negara. Setiap negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol saling bersaing
untuk mendapatkan barang berharga tersebut. Negara-negara tersebut melakukan eksploitasi
besar-besaran terhadap setiap daerah yang ditemuinya. Banyak daerah yang menjadi sasaran
bangsa-bangsa Barat itu, seperti daerah yang ada di benua Amerika yang di dalamnya
terdapat Kerajaan Inca, Maya, dan Astec. Di daerah-daerah itu, bangsa Inggris, Prancis,
Belanda, dan Spanyol melakukan eksploitasi untuk mendapatkan emas sebanyak-banyaknya
dalam rangka mencapai tujuan gerakan Merkantilisme.

B. Tujuan Teori Merkantilisme

Tujuannya untuk menumpuk kekayaan berupa logam mulia sebanyak-banyaknya,


melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada
di masing-masing negara. Merkantilisme mempunyai ciri-ciri:

1. Peningkatan ekspor dengan cara menggunakan industri dalam negeri,


2. Menerapkan bea masuk yang tinggi guna mencegah masuknya hasil industri dari
negara-negara lain,
3. Hanya bahan mentah / baku yang diimpor dari negara-negara yang dijajah,
4. Mencari negara-negara jajahan untuk mencari kekayaan.

Salah satu prinsip utama dari merkantilisme adalah bahwa permainan ekonomi global
zero-sum: jika salah satu negara memperoleh, yang lain kehilangan. Ini berarti bahwa penting
untuk meminimalkan ekspor modal, dan untuk memaksimalkan mengimpor modal. Jadi
negara akan menghilangkan pajak dan hambatan perdagangan dalam negara mereka sendiri,
dan meningkatkan hambatan besar untuk semua ekspor. Hal ini juga menjadi penting untuk
mencoba untuk mengambil setiap ons sumber daya mentah dalam negeri, dan untuk
mengubah sumber daya baku menjadi produk jadi yang dapat diekspor dengan keuntungan
besar dan kuat. Jika bahan baku yang tidak segera tersedia, itu dapat diterima untuk impor
mereka, kemudian menyelesaikannya di negara, dan ekspor mereka akan mengalami
keuntungan.

Kolonialisme juga memainkan peran impor dalam merkantilisme, saat sumber tetap
dari sumber daya mentah dan captive market (pasar di mana konsumen potensial menghadapi
batasan pemasok kompetitif; pilihan mereka hanya dapat membeli apa yang ada).

Sumber bisa diambil dari koloni yang ditundukkan, dikirim ke ibu negara, dikelola
menjadi produk jadi, kemudian dijual kembali ke pasar koloni, yang sering memiliki hukum
di tempat untuk memberikan perlakuan perdagangan yang menguntungkan untuk ibu negara
atas semua bangsa lain yang ingin berdagangan. Mengekspor penanda modal, seperti emas
dan perak, terbatas terutama di bawah merkantilisme, seperti yang dilihat sebagai ukuran
kekayaan langsung dari suatu negara.

II. Teori Klasik


A. Teori Keuntungan Mutlak (Absolute Advantage) Oleh Adam Smith

Teori Keuntungan Mutlak/Absolut menurut Adam Smith bahwa setiap Negara akan
memperoleh manfaat perdagangan Internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk
yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari Negara lain, dan melakukan perdagangan
internasional dengan Negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada produk
yang tidak dapat diproduksi di Negara tersebut secara efisien.

Ada beberapa asumsi dari teori keunggulan mutlak/absolut ini:

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja

2. Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama

3. Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang

4. Biaya ditanspor ditiadakan

Teori keuntungan mutlak/absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu


menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan
jumlah yang sama sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah
yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara
memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang
dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan lebih,
dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.

Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan
absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya
produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap
unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih
tinggi pada setiap unit yang dijual.
Teori Keuntungan Mutlak/Absolut lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil
bukan moneter, sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil
seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang
sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja.

Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa
tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam
kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas
tenaga kerja tidak bebas. Namun teori itu mempunyai dua manfaat: pertama, memungkinkan
kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan keuntungan dari
pertukaran. Kedua, meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak
menggunakan teori nilai tenaga kerja, namun prinsip teori ini tidak bisa ditinggalkan (tetap
berlaku).

Menurut beliau bahwa perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi agar


produktivitas tenaga kerja bertambah karena dengan adanya spesialisasi akan meningkatkan
keterampilan tenaga kerja. Disamping itu, beliau juga menitik beratkan pada luasnya pasar.
Pasar yang sempit akan membatasi spesialisasi (Devition of Labour) oleh karena itu pasar
harus seluas mungkin supaya dapat menampung hasil produksi sehingga perdagangan
Internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan internasional itu menambah
luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.

Prinsip Adam Smith mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat
Investasi G=f (I).

Dalam teori keuntungan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut:

1. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)

Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain, sehingga dalam mengadakan
perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.

2. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi.


Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang
memiliki keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi
sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan
mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya
jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan
mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang
secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki
keuntungan mutlak dalam produksi barang.

Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk
yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
produksi di negara lain.

Pandangan Adam Smith (1723-1790) atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu
nilai pemakaian dan nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang
mempunyai nilai pemakaian (nilai guna yang sangat tinggi, misalnya air dan udara, tetapi
mempunyai nilai penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh dikatakan tidak mempunyai
nilai penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang nilai gunanya sedikit tetapi dapat
memiliki nilai penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan oleh ajaran
nilai subyektif.

Masngudi (2006) menjelaskan bahwa teori keunggulan absolut dari Adam Smith
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. Teori keuntungan absolut tidak menjelaskan dengan mekanisme apa dunia


memperoleh keuntungan dan output dan bagaimana dibagikan di antara para
penduduk masing-masig negara.
2. Dalam model teori keuntungan absolut tidak menjelaskan bagaimana jikalau negara
yang satu sudah mengadakan spesialisasi sedangkan yang lain masih
memproduksikan kedua produk.
3. Bahwa labor productivity berbeda-beda.
4. Bahwa Adam Smith tak terpikirkan adanya negara negara yang sama sekali tidak
memiliki keuntungan absolut.
Contoh 1:

Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan
asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk
memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50
tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu:

Produk Indonesia India

Pakaian 40 unit 20 unit

Tas 20 unit 30 unit

Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi


pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu
memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan India
memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa membuat 30 tas,
Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian
dan India memiliki keunggulan mutlak dalam produksi tas. Apabila Indonesia dan India
melakukan spesialisasi produksi, hasilnya akan sebagai berikut:

Produk Indonesia India

Pakaian 80 unit 0 unit

Tas 0 unit 60 unit

Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia


dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi.
Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakaian dan 50 unit tas. Tetapi
setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian dan 60 unit tas. Jadi
keunggulan mutlak terjadi apabila suatu negara dapat menghasilkan komoditi-komoditi
tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara
lain.

B. Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage) Oleh J.S Mill

Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Contoh :

Produksi 10 orang dalam 1 minggu

Produksi Amerika Inggris

Gandum 6 bakul 2 bakul

Pakaian 10 yard 6 yard

Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul
karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua.
Tetapi yang penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative advantagenya.

Besarnya comparative advantage untuk Amerika, dalam produksi gandum 6 bakul dibanding
2 bakul dari Inggris atau =3 : 1. Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6 yard dari
Inggris atau 5/3 : 1. Disini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum
yakni 3 : 1 lebih besar dari 5/3 : 1.

Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika atau
1/3 : 1. Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1. Comparative
advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1. Oleh karena itu
perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris, dengan spesialisasi gandum untuk
Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris. Dasar nilai
pertukaran (term of trade) ditentukan dengan batas – batas nilai tukar masing – masing
barang didalam negeri.

Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai
tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan
oleh teori absolute advantage.

C. Biaya Relatif (Comparative Cost) Oleh David Ricardo


Titik pangkal teori Ricardo tentang perdangan internasional adalah teori tentang nilai
(value). Menurut teori nilai (value) sesuatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja
yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost value theory). Perdagangan
antar Negara akan timbul apabila masing-masing Negara memiliki comperative cost yang
terkecil. Sebagai contoh dikemukanan sebagai berikut:

Anggur ( 1 botol ) Pakai ( 1yard )

Portugis 3 hari 4 hari

Inggris 6 hari 3 hari

Dalam hal ini protugis akan berspesialisasi pada produk anggur, sedangkan Inggris
pada produksi pakaian. Pada nilai tukar 1 botol anggur = 1 yard pakaian maka portugis akan
mengorbankan 3 hari kerja untuk 1 yard pakaian yang kalau diproduksinya sendiri
memerlukan 4 hari kerja. Inggris juga akan beruntung dari pertukaran. Dengan spesialisasi
pada produksi pakaian dan ditukar dengan anggur maka untuk memperoleh 1 botol anggur
hanya dikorbankan 3 hari kerja yang kalau diproduksinya sendiri memerlukan waktu 6 hari
kerja.

Kritikan dari teori klasik:

1. Bahwa tenaga kerja nyatanya tidak homogen


2. Mobilitas tenaga kerja didalam negeri mungkin tidak sebabas seperti dalam anggapan
klasik, hal ini di sebabkan oleh tingkatan keluarga, ketidak tahuan tentang pekerjaan
yang baru di tempat dan ssebagainya
3. Dengan adanya non competing grup dari tenaga kerja menyebabkan tidak mungkin
nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan.

Namun demikian teori klasik ini masih mengandung kebenaran bahwa perdagangan
bebas seperti yang dianjurkannya dapat menimbulkan spesialisasi yang akan menaikkan
efisiensi produksi.
Dalam kenyataannya, setiap Negara menghasilkan lebih dari satu macam barang.
Apabila jumlah barang serta Negara yang berdagang di perluas tidak hanya satu macam
barang serta hanya ada dua Negara, prinsip comperative advantage.

D. Kelemahan Teori Klasik

Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul
karena adanya komperative advantage yang berbeda antara dua Negara. Teori nilai tenaga
kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam comperative advantage itu karena
adanya perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua Negara atau lebih. Jika fungsi
produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksinya sama
sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu syarat timbulnya antar
Negara adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua Negara tersebut namun teori klasik
tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antar dua Negara.

2. mengapa 5 variabel dalam aspek internasional itu


penting :
Karna: dalam perdagangan international
*)Neraca digunakan sebagai catatan tentang transaksi Ekonomi international antara negara yang satu
dengan negara yang lainnya.
*)Penanaman modal asing dibutuhkan Untuk membantu dalam industrialisasi, Pembangunan modal
dan menciptakan kesempatan kerja,keterampilan teknik Dan melalui penanaman modal asing terbuka
daerah daerah dan mengarap sumber sumber baru
*)Utang luar negeri dapat membantu membangun Pertumbuhan Ekonomi dalam suatu negara,
menambah eksistensi tenaga kerja,memenuhi kebutuhan negara lain.
*)Cadangan devisa: dapat menaikan devisa negara,memperoleh keuntungan internal Dan external,
Transaksi berjalan dapat membantu jalannya transfer teknologi modern,mempengaruhi stabilitas
harga barang ekspor.

Anda mungkin juga menyukai