LANDASAN TEORI
penting tidak hanya bagi pemilik aset tetapi juga bagi bank, dan calon investor
(Doni Triono, 2020). Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013 Buku I),
nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk pada harga yang kemungkinan besar
akan disepakati oleh pembeli dan penjual terhadap suatu barang atau jasa yang
bahwa nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk pada hubungan financial antara
barang dan jasa yang tersedia untuk diperjualbelikan. Nilai di sini bukan
merupakan fakta melainkan opini dari penjual dan pembeli yang merujuk pada
harga yang sangat mungkin untuk dibayarkan terhadap barang atau jasa pada
Istilah nilai dalam penilaian properti dapat diartikan sebagai makna atau
arti yang melekat pada suatu barang atau benda. Suatu barang atau benda akan
mempunyai nilai bagi seseorang jika barang atau benda tersebut memiliki arti atau
makna bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, suatu barang atau benda yang
10
11
memiliki arti atau makna bagi kehidupan seseorang akan memiliki nilai yang
lebih terhadap barang atau benda tersebut. Dengan demikian nilai itu bukan
merupakan suatu fakta melainkan opini atau makna/arti penting yang dapat
memiliki nilai berbeda terkait harga dari barang atau benda tersebut.
Tanah tentu akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat terlebih tanah merupakan
padahal jumlah atau luas tanah relatif bersifat tetap atau statis. Oleh karena itu,
untuk memperoleh tanah masyarakat tentu harus berkompetisi dengan yang lain
memperoleh tanah inilah yang menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi
harga dalam penentuan nilai tanah dan bangunan atau properti. Hal ini sesuai
dengan teori ekonomi yang mana semakin tinggi permintaan (demand) maka akan
semakin tinggi harga yang ditawarkan (supply), begitu juga sebaliknya semakin
(supply).
12
kebutuhan atau keinginan pembeli potensial atau pengguna dari properti tersebut.
Nilai dari sebuah properti itu akan menjadi semakin tinggi jika manfaat yang
dirasakan oleh pembeli potensial atau pengguna juga tinggi, begitu juga
sebaliknya nilai properti akan menjadi rendah jika manfaat yang dirasakan oleh
pembeli dan pengguna juga rendah. Sebuah properti bisa jadi memiliki
permintaan (demand) yang tinggi namun nilai properti itu relatif rendah hal ini
tentu diakibatkan oleh rendahnya manfaat yang dapat dirasakan oleh pembeli
potensial atau pengguna properti (Irawan & Pranata, 2007). Analisis scarcity
berkaitan dengan supply di pasar atau besarnya substitusi yang tersedia (Nuzula,
2017). Permintaan (demand) tanah yang terus meningkat sedangkan jumlah atau
luas tanah yang relatif tetap atau statis membuat tanah menjadi sesuatu benda
menandai adanya kelangkaan yang terjadi pada sektor properti khususnya di kota-
kelangkaan akan tanah ini semakin terasa adanya. Kelangkaan tanah yang ada
berjalan lurus dengan teori ekonomi, yaitu semakin besar tingkat kelangkaan
proses peralihan atau perpindahan hak atas suatu properti dari satu pihak ke pihak
yang lain. Tanah dan/atau bangunan merupakan sesuatu yang penting bagi
bangunan dalam diri manusia meningkat. Oleh karena itu. Tanah dan/atau
bangunan seringkali dapat dialihkan oleh pihak yang menguasai tanah dan/atau
bangunan akan bernilai tinggi apabila bisa dialihkan kepada pihak lain yang
dengan berbagai macam cara, misalnya jual beli, tukar menukar, hibah dan lain
sebagainya. Pengalihan hak atas properti akan diberikan hak yang sesuai dengan
cara peralihan yang dilakukan, seperti hak milik, hak guna usaha, hak pakai dan
lain sebagainya. Peralihan hak atas properti tersebut tentu harus dilakukan dengan
melalui perbuatan hukum dengan cara membuat bukti peralihan hak yang sah
berdasarkan hukum, seperti akta jual beli, akta peralihan dan pendaftaran hak atas
adalah pendekatan data pasar (Market Data Approach), Pendekatan Biaya (Cost
properti yang akan dinilai dengan cara membandingkan dengan properti yang
serupa. Setelah mendapatkan data pembanding berupa properti yang sejenis atau
perbedaan antara properti yang akan dinilai dengan data pembanding. Setelah
didapatkan data terkait perbedaan antara objek yang dinilai dengan data
pembanding tersebut memiliki tingkat kemiripan yang sesuai dengan objek yang
dinilai tentu berdasarkan dengan opini penilai. Hal ini yang nanti akan menjadi
landasan penilai untuk menentukan nilai properti yang dinilai. Adapun beberapa
1. Status kepemilikan
2. Cara pembayaran
3. Kondisi penjualan
4. Kondisi pasar
5. Karakteristik lokasi
6. Karakteristik fisik
7. Karakteristik ekonomi
8. Penggunaan properti
penilaian properti yang mendasarkan nilai properti pada biaya pembuatan baru
atau biaya penggantian baru berdasarkan standar harga yang berlaku pada tanggal
15
berdasarkan standar harga yang berlaku pada tanggal penilaian. Setelah itu pada
tahap terakhir dilakukan penjumlahan antara nilai bangunan baru yang telah
dilakukan penyusutan dengan nilai tanah yang diperoleh dari analisis penilaian
kawasan sekitar.
pendapatan yang dihasilkan oleh properti yang dinilai pada saat ini dan masa yang
pendapatan yang dihasilkan dari pemanfaatan atau pengusahaan aset selama masa
wajar properti tersebut. Arus kas dapat diperoleh dari pendapatan suatu kontrak
16
atau beberapa kontrak atau bukan dari kontrak, misalnya keuntungan yang
diantisipasi akan diperoleh dari penggunaan atau kepemilikan suatu aset (SPI,
2013).
yang menyebabkan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi juga nilai
yang dihasilkan dari properti tersebut. Nilai properti dihasilkan dari hasil
kapitalisasi pendapatan bersih properti per tahun dengan tingkat kapitalisasi yang
Property).
2. Direct Capitalization
pada asumsi bahwa properti yang ada pada daerah yang sama akan dihargai secara
estimasi nilai pasar dengan analisa payback period. Gross Income Multiplier
tersebut untuk mendapatkan perkiraan pendapatan kotor yang akurat dari hasil
pendapatan properti.
yang didasarkan pada konsep nilai masa kini (present value). Direct
menggunakan Net Operating Income (NOI) tahunan yang dihasilkan oleh properti
metode ini ada syarat yang perlu diperhatikan ketika ingin melakukan penilaian
menggunakan metode ini, yaitu properti yang dinilai memiliki pendapatan yang
Discounted Cash Flow (DCF) adalah metode arus kas terdiskonto yang
didasarkan dari total kalkulasi nilai masa depan dari pendapatan objek pada tahun-
tahun yang akan datang selama periode proyeksi kemudian dikonversi ke nilai
masa sekarang lalu dijumlahkan dengan nilai masa kini yang didapatkan dari
terminal value objek pada masa akhir periode proyeksi. Penggunaan metode perlu
sama setiap tahunnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan
metode ini adalah perlu memperhatikan prinsip antisipasi, analisa data pasar
secara cermat, data pasar harus akurat, penyesuaian seluruh data pasar, dan jangka
waktu proyeksi pada umumnya dapat dianggap memenuhi prediksi arus kas dalam
untuk melakukan penilaian terhadap tanah kosong (biasanya tanah yang luas)
yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Metode ini baru bisa digunakan
apabila tidak terdapat data pasar yang sebanding mengenai luas, peruntukan,
lokasi dan karakteristik lainnya. Dasar analisa yang digunakan dalam metode ini,
yaitu planning/masterplan rencana pengembangan site dan highest and best use of
the site.
metode Discounted Cash Flow (DCF). Penulis memilih metode ini dikarenakan
metode ini adalah metode yang paling cocok untuk menilai properti yang
memiliki pendapatan yang tidak tentu atau sama setiap tahun. Properti yang
dinilai ini memiliki pendapatan yang berbeda setiap tahun tidak stabil seperti
kontrakan yang setiap tahun memiliki pendapatan yang konstan. Oleh karena itu
Keterangan:
Keterangan:
3. Langkah terakhir adalah menentukan estimasi nilai wajar properti. Pada proses
pendapatan dan metode discounted cash flow (DCF) bisa dilakukan dengan
berikut:
pendapatan telah dianggap tetap. Dalam hal ini, dalam proses perhitungan
akan ditentukan adanya terminal value yang akan menjadi estimasi nilai abadi
dari suatu properti yang terletak pada masa akhir periode proyeksi. Oleh
karena itu, rumus yang secara umum digunakan pada pendekatan pendapatan
Keterangan:
Vt : Terminal Value
R : Discounted Rate
G : Growth Rate