Anda di halaman 1dari 3

A.

KAMAR BEDAH
Kamar bedah adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungdi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan secara efektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi
steril dan kondisi khusus lainnya.
Kegiatan praktik keperawatan yang paling sering dilakukan oleh perawat di kamar bedah
adalah sebagai berikut:

1. Pre Operasi
a. Pengkajian Skala Kecemasan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) adalah pengkajian untuk mengukur tingkat
ansietas. Cara penilaian kecemasan berdasarkan skala :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Tingkat kecemasan menigkat seiring dengan peningkatan skor.
Skor kurang dari 17 = ansietas ringan
18- 24 = ansietas ringan-sedang
25-30 = ansietas sedang-berat

b. Persiapan Pre Operasi : pengecekan lokasi operasi, Persiapan daerah operasi


(pencukuran bulu/rambut pada daerah operasi), memandikan pasien, pemakaian baju
operasi, pemantauan status laboratorium darah, pemberian status hidrasi (pemasangan
infus)
c. Peran perawat pre operasi menurut Arif,M dan Sari K, 2009
1) Pengkajian pre operatif di klinik / pertelepon
a) Melakukan pengkajian perioperatif awal
b) Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c) Melibatkan kelurga dalam wawancara
d) Memastikan kelengkapan pemeriksaan prioperatif
e) Mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan post
operasi
2) Unit bedah
a) Melengkapi pengkajian preoperatife
b) Mengkoordinasi penyuluhan pasien dan staf keperawatan lain
c) Menjelaskan fase-fase dalam perioperatife dan hal-hal yang di perkirakan
terjadi
d) Membuat rencana asuhan keperawatan
3) Ruang operatife
a) Mengkaji tingkat kesadaran pasien
b) Menelaah lembaran observasi pasien
c) Mengidentifikasi pasien
d) Memastikan daerah pembedahan
4) Dukungan psikologis
a) Menceritakan kepada pasien apa yang sedang terjadi
b) Menentukan status psikologi
c) Memberikan peringatan akan stimulasi nyeri
d) Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan
lain yang terkait.
2. Intra Operasi
a. Memindahkan pasien ke meja operasi
b. Desinfeksi daerah operasi, mengganti baju pasien dengan kain steril
c. Berkolaborasi dengan dokter (dokter anastesi) dalam pemberian obat anastesi
- Spinal Anastesi
- General Anastesi
- Lokal Anastesi
d. Pemasangan OPA
- Alat bantu jalan npas orofarings (OPA) yang dimasukkan lewat mulut. Alat bantu
jalan napas ini hanya digunakan pada penderita yang tidak sadar bila angkat
kepala-angkat dagu tidak berhasil mempertahankan jalan napas atau terbuka.
- Cara pemasangan alat bantu jalan nafas orofaring :
1. Posisikan penderita terlentang, imobilisasi tulang leher atau servikal pada
penderita yang di curigai fraktur servikal.
2. Buka mulut penderita dengan cara cross finger, bersihkan mulut dan faring
dari sekret atau muntahan dengan melakukan penghisapan
3. Pilih ukuran OPA yang sesuai dengan penderita, yaitu ukuran jarak dari sudut
mulut sampai sudut angulus mandigula.
4. Masukan OPA secara terbalik (bagian cekung menghadap ke atas) sampai
menyentuh dinding posterior faring, kemudian di putar 180° sampai bagian
cekung menghadap ke bawah dan berada di atas lidah. Tehnik ini tidak boleh
di lakukan pada anak karena akan melukai daerah faring.
5. Cara lain adalah dengan menahan lidah dengan tongue spatel kemudian
memasukan OPA tanpa terbalik.
e. Pemasanganan ETT dan Ventilator

f. Pengontrolan Perdarahan
g. Pengontrolan permasalahan keselamatan pasien di kamar bedah
3. Post Operasi
a. Membuka jalan nafas : Head Tilt, Chin Lift
Pada penderita dengan penurunan kesadaran, lidah mengalami prolaksus kebelakang
karena otot-otot penyangga lidah (otot rahang dan leher) melemah, akibatnya
orofaring tertutup. Tindakan yangbharus dilakukan adalah menengedahakan kepala
dan mengangkat dagu (head till-chin lift) atau mendorngrahang bawah keatas (jaw
trust) dan mengkat dagu (chin lift). Tujuan dari tindakan-tindakan ini adalah
mengangkat pangkal lidah agar tidak menyumbat jalan napas. Tindakan membuka
jalan napas dengan cara Head Till Chin Lift dilakukan bila tidak ada trauma kepala
atau leher. Bila dicurigai adanya trauma leher/servikal, pembukaan jalan napas
dilakukan dengan cara jaw thrust atau chin lift tanpa ekstensi kepala.
- Cara melakukan tinadakan Head Till-Chin Lift
1) Posisikan penderita berbaring kepala menghadap ke atas.
2) Penolong berlutut sejajar penderita menghadap kepala penderita.
3) Letakkan satu tangan di atas dahi dan letakkan ujung jari dengan tangan yang
lain dibawah dagu.
4) Angkat dagu keatas menyokong rahang dan pada saat yang sama tengadahkan
kepala sejauh mungkin.
b. Melepas OPA/NPA

c. Mencegah pasien jatuh


d. Pengkajian Skor Pulih Sadar ((Aldrete Score, Bromage Score dan Steward Score)

Anda mungkin juga menyukai