Anda di halaman 1dari 27

MODUL PRAKTIKUM

LABORATORIUM
LABORATORIUM
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
PRODI TEKNIKLINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
PRODI TEKNIKLINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
PRODI TEKNIKLINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan i


PANDUAN UMUM TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus hadir tepat pada waktu praktikum dimulai;


2. Setiap ada kegiatan praktikum, praktikan wajib menandatangani daftar hadir
sebelum meninggalkan laboratorium. (Apabila tidak mengisi, dianggap tidak
hadir).

1. Praktikan diwajibkan menggunakan;


a. Jas lab
b. Sepatu Tertutup
2. Setiap praktikan bertanggung jawab atas kebersihan tempat kerja masing-
masing;
3. Apabila ingin meninggalkan ruangan pada saat praktikum berlangsung harus
seizin asisten/ penanggung jawab lab;
4. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan laboratorium pada hari yang
telah ditentukan, kecuali mendapat izin dari penanggung jawab praktikum.

1. Praktikan bertanggung jawab terhadap peralatan yang digunakan;


2. Praktikan tidak diperkenankan memindahkan alat tanpa seizin asisten/ analis
yang bertugas;
3. Kerusakan alat harus segera dilaporkan kepada asisten yang bertugas, demi
kelancaran praktikum berikutnya.

1. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan-bahan kimia. Anggaplah semua


bahan kimia beracun;
2. Gunakan APD (sarung tangan karet, safety glass, dan masker bila diperlukan).

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan ii


DAFTAR ISI

SAMPLING AIR DAN TANAH ............................................................... 1

MODUL II. KEBISINGAN DAN KECEPATAN ANGIN .......................................... 6

MODUL III. ANALISA SAMPAH .................................................................................. 9

MODUL IV. ANALISA LUMPUR DAN SVI .............................................................. 14

MODUL V. DO - BOD ................................................................................................... 17

MODUL VI. ANALISA PASIR ...................................................................................... 22

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan iii


MODUL I. SAMPLING AIR DAN TANAH

A. Metode Sampling Air

Pengertian pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air dari badan air
yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin tetapi karakteristik
dan komposisinya masih sama dengan karakteristik badan air tersebut.

1. Teknik Pengambilan Contoh Air


• Contoh Air Sesaat (Grab Sample)
Istilah contoh air sesaat adalah contoh air yang diambil pada satu kali
pengambilan dari satu lokasi. Dengan demikian data hasil pengukuran hanya
mewakili kualitas air pada saat dilakukan pengambilan dan pada titik
pengambilan.
• Contoh Air Komposit (Composite Sample)
Contoh air komposit adalah contoh air campuran yang diambil dari satu
lokasi, dengan beberapa kali periode pengambilan dalam rentang waktu
tertentu. Kemudian contoh–contoh air tersebut digabungkan dicampurkan
menjadi satu contoh. Periode pengambilan contoh pada umumnya dilakukan
selama 24 jam (siang malam) dengan frekuensi pengambilan contoh setiap 1,
2 atau 3 jam sekali atau pengambilan secara kontinyu selama 24 jam
menggunakan pompa dengan debit yang konstan.

2. Cara Pengambilan Contoh Air


• Botol sampel yang terbuat dari gelas atau plastik, dengan volume tertentu (250-
1000 mL) harus dalam keadaan bersih.
• Setelah tutupnya dibuka, kemudian dibenamkan ke dalam air (sungai atau
danau) dengan mulut menghadap aliran air, dengan kedalamaan 20 cm.
• Jika botol dalam keadaan bersih dan kering tidak perlu dibilas dengan contoh
air. Tetapi jika botol tersebut bersih tetapi tidak kering, maka harus dilakukan
pembilasan dengan contoh air.

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 1


• Amati kondisi lapangan dan juga cuaca (misalnya; hujan atau dalam keadaan
terang, kondisi sungai dalam keadaan banjir, dll).

B. Pengukuran Parameter Insitu Sampel Air (Temperatur, pH, DHL, TDS) dan
Pengambilan Sampel Tanah
1. Pengukuran Temperatur
• Jika termometer gelas digunakan untuk pengukuran, termometer dicelupkan
ke dalam air (contoh air) dan biarkan beberapa saat (kira-kira 1 menit), sampai
cairan dalam termometer tidak bergerak lagi (stabil). Untuk pengukuran
temperatur dari sumur pompa atau kran, masukkan termometer ke dalam
wadah yang diisi dengan contoh air yang terus mengalir dari pompa atau kran
ke dalam wadah tersebut, dibiarkan (kira-kira 1 menit) sampai cairan dalam
termometer tidak bergerak lagi. Baca dan catat temperatur yang diperoleh
dengan ketelitian 0,1 oC.

• Jika pengukuran temperatur untuk contoh air yang sedikit, termometer dicuci/
dibilas dengan contoh air, kemudian termometer dicelupkan ke dalam wadah
yang berisi contoh air tersebut, biarkan kira-kira 1 menit, sampai cairan dalam
termometer stabil. Baca dan catat temperatur yang diperoleh dengan ketelitian
0,1 oC.

• Jika digunakan termometer elektronik yang mempunyai probe (kabel


penghubung) yang panjang dapat digunakan untuk pengukuran pada
kedalaman tertentu. Turunkan kabel probe sampai kedalaman tertentu,
kemudian dibiarkan beberapa saat. Baca dan dicatat temperatur yang
ditampilkan pada layar display alat tersebut.

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 2


2. Pengukuran pH

Terdapat tiga metode pengukuran pH yang dapat digunakan, yaitu:


a. Kertas indikator pH
b. Menggunakan larutan indikator
c. pH meter

Prosedur
• Elektrode dibilas dengan aquadest, kemudian dibilas dengan contoh air
• Elektrode dicelupkan kedalam beaker glass yang mengandung contoh air.
Minimum 2 cm kedalam elektrode harus terendam contoh air.
• pH meter di hidupkan dengan memutar tombol ON/OFF, Ukur temperatur
contoh air.
• Kemudian dibiarkan beberapa saat, maka display pH meter akan menunjukkan
nilai pH air.

3. Pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik) / Konduktivitas


Data konduktivitas dalam air berguna untuk memperkirakan atau mengevaluasi
kualitas air atau jenis air (air permukaan, air tanah, air payau atau air laut). Data
konduktivitas sering dihubungkan dengan kadar zat terlarut (TDS= Total
dissolved Solid) di dalam air.

TDS (mg/l) = (0,5 - 0,75) x konduktivitas (μS/cm)

Prosedur
• Elektrode yang telah bersih dibilas dengan contoh air, kemudian dicelupkan ke
dalam contoh air.
• Ukur temperatur contoh air dengan thermometer yang digabungkan dengan
electrode atau dapat digunakan thermometer biasa.
• Putar pengatur temperatur sesuai dengan temperatur contoh air.
• Nilai konduktivitas contoh air akan ditampilkan pada display alat.
• Setelah selesai, alat dimatikan dan elektrode dibilas dengan aquadest.

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 3


4. Pengukuran TDS
TDS adalah singkatan dari Total Dissolve Solid yaitu Total Padatan Terlarut. TDS
mewakili jumlah kandungan zat yang terlarut dalam air. Satuan yang digunakan
adalah miligram per liter (mg/l).
Prosedur
• Tekan tombol ON/OFF pada alat TDS meter;
• Celupkan alat tersebut ke dalam sampel air;
• Setiap titik dilakukan pembacaan saat angka di alat tersebut stabil. Pembacaan
dilakukan sebanyak 2 kali; dan
• Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata TDS dan suhu airnya, sehingga
didapatkan hasil pengukuran dari alat tersebut.

5. Pengmbilan Sampel Tanah


• Pengambilan dengan cara grab sampling menggunakan bor tanah;
• Tanah yang diambil harus bersih dari rumput, sampah batu-batuan disekitar.
Jika perlu dicangkul;
• Lakukan bor pada tanah, dengan kedalaman hingga 0-20 cm untuk
kepentingan pengukuran kimiawi;
• Setelah itu sampel tanah dimasukkan ke dalam wadah sampel yang
disediakan;
• Untuk mengukur kelembaban, suhu dan pH dilakukan dengan soil tester;
• Tekan tombol ON/OFF
• Masukkan soil tester hingga kedalaman 10-20 cm pada tanah;
• Setiap titik dilakukan pembacaan hingga angka pada alat ukur stabil.
Dilakukan pembacaan hingga 2 kali;
• Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata pH, Suhu dan
kelembaban/keadaan air yang dihasilkan pada alat tersebut;

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 4


LEMBAR KERJA MODUL I
SAMPLING AIR DAN TANAH

Parameter Insitu
Jam
No. Nama Lokasi Sampling Jenis Sampel
Pengambilan
Temp. DHL TDS
pH Dry/Wet
(0C) (μS/cm) (mg/L)

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(…………………………………….)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 5


MODUL II. KEBISINGAN DAN
KECEPATAN ANGIN

1. Prosedur Pengukuran Kebisingan


• Sound Level Meter di hidupkan dengan menekan tombol ON/OFF;
• Pilih selektor pada posisi max untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selektor pada posisi min untuk jenis kebisingan impulsive
atau yang terputus-putus;
• Pilih selektor range intensitas kebisingan;
• Kemudian tentukan area yang akan diukur;
• Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1 jam;
• Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor; dan
• Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan
diketahui hasil pengukuran dari kebisingan tersebut.

2. Prosedur Pengukuran Kecepatan Angin


• Anemometer di hidupkan dengan menekan tombol ON/OFF;
• Akan tampil semua item pengukuran pada layar;
• Klik mode, tekan selama 3 detik untuk memilih satuan yang akan dipakai. Lalu
klik set;
• Setelah itu alat diarahkan ke titik sampel;
• Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1 jam minimal kurang
lebih 25 kali pembacaan;
• Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor; dan
• Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kecepatan angin.

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 6


LEMBAR KERJA MODUL II
KEBISINGAN

Lokasi Pengukuran :
Waktu Pengukuran :
Tanggal Pengukuran :
Sumber Kebisingan : Satuan pengukuran : dB (A)
Detik Ke
No
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1

10

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 7


LEMBAR KERJA MODUL II
KECEPATAN ANGIN

Kecepatan Angin (Km/Jam)

LOKASI … LOKASI … LOKASI …


No. 1 2 3 4 5 No. 1 2 3 4 5 No. 1 2 3 4 5

1 1 1

2 2 2

3 3 3

4 4 4

5 5 5

Kecepatan Angin (Km/Jam)

LOKASI … LOKASI …
No. 1 2 3 4 5 No. 1 2 3 4 5 Mengetahui,
Asisten Praktikum
1 1

2 2

3 3

4 4
(…………………………………….)
5 5

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 8


MODUL III. ANALISA SAMPAH

A. Densitas Sampah
Analisa densitas sampah diperlukan terutama untuk merencanakan kapasitas
pegangkutan (gerobak atau truk pengangkut sampah) atau penampungan sampah
yang akan dibakar dalam insinerator.

1. Alat dan Bahan


• Sampel sampah basah
• Wadah yang sudah diketahui volumenya
• Timbangan
• Sarung tangan / masker

2. Prosedur pengukuran
• Ambil sampel sampah sebanyak dari suatu lokasi yang sudah ditentukan.
Catat kondisi lingkungan dan cuaca.
• Ukur volume wadah yang ada, timbang beratnya
• Aduk sampel tersebut, masukkan dalam wadah yang ada sampai penuh (tanpa
pemadatan)
• Ketukkan wadah tersebut ke lantai sebanyak 3 kali
• Hitung volume sampel setelah diketuk (dalam satuan liter)
• Timbang berat sampel dalam wadah (dalam satuan kg)

3. Perhitungan

𝑊1 − 𝑊2 (𝑘𝑔)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ =
𝑉 (𝐿)

W1 = berat total sampah basah + kontainer, kg


W2 = berat kontainer, kg
V = volume kontainer, (l)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 9


B. Komposisi sampah
Sampel sampah yang ada ditaruh di atas plastik untuk memudahkan pengukuran.
Sampah kemudian dipilah-pilah berdasarkan komponen-komponennya, seperti: sisa
makanan (sampah organik), kertas, plastik, kulit, karet, kain, kaca, logam, materi inert
lainnya. Umumnya komposisi dinyatakan dalam persen berat atau persen volume.

1. Alat dan Bahan


• Sampel sampah
• Timbangan
• Kantong plastik

2. Prosedur pengukuran
• Timbang berat awal sampah yang akan diukur komposisinya.
• Sampel sampah dipilah-pilah berdasarkan komponennya (misalnya plastik,
organik, logam, dsb)
• Setiap komponen hasil pemilahan ditimbang beratnya dan dihitung persentase
berat tersebut terhadap berat total.

3. Perhitungan
Contoh: komponen plastik

Berat komponen plastik ( kg )


% Plastik = x100 %
Berat sampel( kg )

% Berat dinyatakan dalam berat basah (% BB) atau % Berat total

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 10


C. Kadar Air Sampah
Kadar air dalam sampah lebih dikenal dengan istilah humiditas. Keberadaan air
dalam sampah sangat menentukan jenis pengolahan sampah, terutama bila sampah
diolah secara biologi atau secara termal.

1. Alat dan Bahan


• Sampel sampah
• Timbangan
• Cawan petri
• Oven 105 0C
• Penjepit cawan penguat

2. Prosedur Pengukuran
• Sampel sampah dari penetapan komposisi, dicampur kembali;
• Sampel tersebut dibagi dalam 4 bagian, dari tiap bagian tersebut;
• Pisahkan masing-masing satu sekop. Campurkan kembali bagian terpisah
tersebut, bagi 4, pisahkan dari tiap bagian sejumlah sampel sampai kira-kira
berat campurannya 100 gr;
• Timbang cawan petri kosong (sudah dipanaskan dalam Oven 105 0C selama 2
jam). Catat berat cawan;
• Masukkan sampel sampah 100 gr dalam cawan petri tersebut. Timbang dan
catat (a gram);
• Panaskan cawan tersebut dalam oven 105 0C selama 2 jam;
• Setelah 2 jam keluarkan cawan. Biarkan agak dingin. Masukkan dalam
eksikator. Timbang;
• Masukkan kembali dalam oven 105 0C selama 1 jam. Keluarkan cawan, biarkan
agak dingin dan timbang kembali;
• Jika berat cawan belum konstan, masukkan kembali dalam oven 105 0C selama
1 jam. Lakukan seterusnya sampai berat cawan konstan (b gram).

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 11


3. Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑏)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

% Kadar kering = (100% - % kadar air)

Keterangan :
a. selama pengerjaan, jangan sampai cawan dipegang langsung dengan tangan
b. semua penimbangan harus dilakukan pada timbangan yang sama

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 12


LEMBAR KERJA MODUL II
ANALISA SAMPAH

A. Densitas Sampah

Berat (gr)
No. Volume (L)
W1 W2

B. Komposisi Sampah

Berat Komponen (gr)


No
Plastik Organik Logam … … … …
1

C. Kadar Ais Sampah

Berat Cawan Kosong = . . . gr


Berat Cawan Isi = . . . gr

Berat Cawan Isi (konstan) = . . . gr

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(…………………………………….)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 13


MODUL IV. ANALISA LUMPUR DAN SVI

1. Metode
a. Volume lumpur kasar (settleable solids) dalam sample air diukur selama periode
waktu tertentu di dalam kerucut Imhoff sampai volume lumpur konstan.
Lumpur kasar dinyatakan dalam ml/l.
b. Sludge volume Index (SVI) atau indeks volume lumpur diukur dengan
mengamati volume lumpur yang terbentuk (dalam gelas ukur) selama 30
menit. SVI dinyatakan dalam ml/gr TSS.

2. Peralatan
• Kerucut Imhoff (Imhoff Cone) volume 1 liter
• Gelas ukur volume 1 liter
• 2 (dua) buah cawan penguap (mulut lebar)
• Neraca Analitik
• Oven

3. Prosedur Pengukuran
a. Pengukuran Lumpur kasar.
• Siapkan kerucut Imhoff volume 1 liter dan letakkan dalam posisi tegak lurus,
yang dapat dibantu dengan statif.
• Contoh air yang homogen dimasukkan ke dalam kerucut Imhoff sampai
tanda batas (volume 1 liter).
• Kemudian pada menit ke 5, 10, 15, 20, 30, 45.......dst diukur volume lumpur
yang mengendap.
• Pengukuran dihentikan jika volume lumpur telah konstan.
• Lumpur kasar dinyatakan dalam ml per liter.
• Buat grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan volume lumpur.

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 14


b. Pengukuran Sludge Volume Index (SVI)
• Siapkan gelas ukur bervolume 1 liter.
• Masukkan sampel air yang telah dikocok sampai volume tepat pada tanda
batas 1 liter.
• Biarkan selama 30 menit, dan catat volume lumpur yang terbentuk.
SVI dinyatakan dalam ml/ gram MLSS

4. Perhitungan

𝐕 𝐱 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝐒𝐕𝐈 =
𝐓𝐒𝐒

SVI = sludge volume index, ml per gram


V = volume lumpur setelah pengendapan selama 30 menit, ml per liter
MLSS = mixed liquor SS, mg per liter
1000 = miligram per gram

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 15


LEMBAR KERJA MODUL IV
ANALISA LUMPUR DAN SVI

A. Pengukuran Lumpur Kasar

Menit
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Ke-
Volume
(L)

B. Pengukuran Sludge Volume Index (SVI)


Volume lumpur setelah pengendapan selama 30 menit (V) = … ml/L

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(…………………………………….)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 16


MODUL V. DISSOLVED OXYGEN (DO) -
BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)

1. Umum
a. Dissolved Oxygen (DO)
DO merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme
dalam air.
b. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama
penguraian senyawa organik pada kondisi aerobik. Dalam hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa senyawa organik merupakan makanan bagi bakteri.
Parameter BOD digunakan untuk menentukan tingkat pencemar oleh senyawa
organik yang dapat diuraikan oleh bakteri.

2. Prinsip Percobaan
a. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen akan mengoksidasi Mn2+ dalam suasana basa membentuk endapan
MnO2. Dengan penambahan alkali iodida dalam suasana asam akan
membebaskan iodium. Banyaknya iodium yang dibebaskan ekivalen dengan
banyaknya oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan dianalisa dengan metode
titrasi Iodometris dengan larutan standar Thiosulfat dan indikator larutan
amilum.
Reaksi yang terjadi:
Mn2+ + 2OH- + 1/2 O2 MnO2 + H2O
MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ + I2 + H2O
I2 + S2O32- S4O621 + 2I

b. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Pengukuran BOD terdiri dari pengencaeran sampel, inkubasi selama 5 hari
pada suhu 20 0C dan pengukuran oksigen terlarut selama inkubasi
menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh sampel air. Oksigen

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 17


terlarut diukur dengan metode titrasi Winkler.

3. Bahan dan Alat


3.1 Bahan
• Larutan stock Sodium thiosulfat 0,1 N
• Larutan Alkali Iodida (pereaksi oksigen)
• Indikator kanji /amilum
• Larutan asam sulfat pekat
• Larutan MnSO4
• Larutan MgSO4
• Larutan CaCl2
• Larutan FeCl3
• Larutan Kalium Dikromat 0.02 N
• Buffer Fosfat
• Aquadest

3.2 Alat
• Inkubator
• Aerator
• Botol BOD, 6 buah
• Beaker glass 200 ml
• Erlenmeyer 250 ml, 2 buah
• Pipet gondok 50 ml
• Pipet tetes
• Labu ukur 500 ml, 2 buah
• Labu ukur 200 ml
• Micropipet 1 ml
• Buret
• Statif
• Bulb

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 18


4. Prosedur Pengukuran
a. Standarisasi Larutan Thiosulfat Na2S2O3
Masukkan 5 ml larutan K2Cr2O7 ke dalam Erlenmeyer. Encerkan dengan aquadest
hingga 25 ml, tambahkan 0,5 g KI murni (p.a) dan 2,5 ml H2SO4 4 N. Kemudian
kocoklah dan simpan pada tempat gelap selama 5 menit. Titrasi larutan thiosulfate
yang akan distandarkan. Bila warna kuning pada larutan hamper hilang, tambahkan
1 ml larutan kanji, teruskan titrasi sampai warna biru hilang.
Rumus:
Volume K2Cr2O7 x Normalitas K2Cr2O7
Normalitas Na2S2O3 =
Volume Na2 S2 O3

b. Pemeriksaan Oksigen Terlarut


1. Aerasi air aquadest selama 30 menit;
2. Pipet sampel sesuai dengan karakteristik limbah misalnya 10 ml, masukkan
dalam labu ukur 500 ml, encerkan dengan aquadest yang telah di aerasi
sebelumnya; Masukkan air aquadest yang telah di aerasi ke dalam labu 500 ml
sebagai blanko;
3. Tambahkna larutan FeCl3 larutan CaCl2, larutan MgSO4, dan larutan Buffer
Fosfat masing-masing 1 ml ke dalam sampel dan blanko, lalu dikocok;
4. Masukkan sampel dalam 3 botol BOD, dimana 2 botol untuk penentuan DO 5
dan 1 botol untuk penentuan DO0;
5. Lakukan langkah 4 terhadap blanko;
6. Terhadap botol BOD-DO0, tambahkan larutan MnSO4 dan 1 ml larutan Alkali
Iodide Azida, lalu simpan dalam incubator;
7. Setelah 10 menit, ambil botol BOD- DO0 tersebut, tuang dalam Erlenmeyer 250
ml dan tambahkan 1 ml Asam Sulfat Pekat. Kemudian titrasi dengan larutan
Natrium Thiosulfat sampai warna kuning muda. Tambahkan indicator
Amilum sampai warna ungu tua dan titrasi kembali dengan larutan Natrium
Thiosulfat hingga berwarna bening. Catat volume sampel dalam botol dan
volume Natrium Thiosulfat yang digunakan;
8. Lakukan hal yang sama (prosedur 5 - 6) terhadap 2 botol BOD-DO5 setelah 5

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 19


hari penyimpanan di incubator.

4. Perhitungan

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 1000 𝑥 8


DO (mg/L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(D 0 x D5 )− (B 0 x B5 )1−p
BOD5hari, 200C =
p

Keterangan:
B0 = DO 0 hari blangko (mg/l)
B5 = DO 5 hari blangko (mg/l)
D0 = DO 0 hari sampel (mg/l)
D5 = DO 5 hari sampel (mg/l)
P = angka pengenceran

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 20


LEMBAR KERJA MODUL IV
DO - BOD

A. Data Pengukuran DO0

Volume Volume Normalitas DO0


No. Larutan
Sampel Na2S2O3 Na2S2O3 (mg/L)

1 Blanko

2 Sampel

B. Data Pengukuran DO5

Volume Volume Normalitas DO0 DO5


No. Larutan
Sampel Na2S2O3 Na2S2O3 (mg/L) (mg/L)

1 Blanko

2 Sampel

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(…………………………………….)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 21


MODUL VI. ANALISA PASIR

1. Metode
Contoh pasir dengan berat tertentu dilewatkan ke dalam unit ayakan yang terdiri dari
berbagai ukuran lubang, dimulai dari ukuran yang besar hingga ukuran kecil. Pasir
yang tertahan dalam masing-masing ayakan ditimbang dan dibuat kurva antara
% butiran yang lolos dengan diameter butiran pasir. Kemudian dicari ukuran efektif
dan koefisien uniformitas.

2. Prosedur Pengukuran
- Disiapkan unit ayakan yang tersusun dari ayakan dengan ukuran lubang
1500, 1000, ……., 250 mikron;
- 200 gr pasir yang kering (jika pasir masih basah, harus dikeringkan terlebih
dahulu), lalu masukkan ke dalam unit ayakan;
- Goyangkan unit ayakan selama 30 menit;
- Pasir yang tertahan dalam masing-masing ayakan dipindahkan ke dalam
kertas yang bersih, kemudian ditimbang; dan
- Tentukan % berat butiran pasir yang lolos dari masing-masing lubang
ayakan.

Lubang Tertahan Lolos


Ayakan (mm) (gram) gram % berat
1,50 a1 200-a1 = b1 (b1/200) x 100% = c1
1,00 a2 b1-a2 = b2 (b2/200) x 100% = c2
0,75 a3 b2-a3 = b3 (b3/200) x 100% = c3
0,60 a4
0,50 a5
0,40 a6
0,30 a7
0,25
< 0,025

Jumlah Σ±200

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 22


Dibuat kurva antara % berat yang lolos (sumbu x) dengan dengan diameter lubang
ayakan dalam kertas semilogaritma.
Tentukan d10 dan d60, dengan cara menarik garis yang sejajar sumbu y pada 10% dan
60% kelolosan.

Tentukan ES, dan UC dengan rumus


ES = d10
UC= d60/d60

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 23


LEMBAR KERJA MODUL VI
ANALISA PASIR

Lubang Tertahan Lolos


Ayakan (mm) (gram) gram % berat
1,50 a1
1,00 a2
0,75 a3
0,60 a4
0,50 a5
0,40 a6
0,30 a7
0,25
< 0,025

Jumlah Σ±200

Mengetahui,
Asisten Praktikum

(…………………………………….)

Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 24

Anda mungkin juga menyukai