Anda di halaman 1dari 45

MATERI PERTEMUAN II

SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Pendahuluan

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother


of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan
pemasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang hubungan dengan
alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika
dan kehidupannya. Namun karena banyak permasalahan yang tidak
dapat dijawab lagi oleh Filsafat, maka lahirlah cabang ilmu
pengetahuan lain yang membantu menjawab segala permasalahan
yang timbul .

Disiplin illmu pengetahuan yang lahir ternyata memiliki


objek kajian dan sasaran yang berbeda-beda, yang terpisah satu
sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan
mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak
memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Akibatnya,
terjadilah pemisahan antara berbagai cabang bidang limu, hingga
ilmu pengetahuan semakin kehilangan relevansinya dalam
kehidupan masayarakat dan umat jmanusiaa daengan segala macam
problematikanya.

Diantara permasalahanan yang belum terjawab oleh Filsafat


adalah masalah pendidikan. Padahan menurut John Deway sebagai
mana yang di kutip oleh Jalaludin dan Abdulah mengatakan: “Tugas
Filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak
terdapat dalam lapangan pendidikan”.

Pemikiran Jhon Deway tersebut, memang benar karena


Filsafat memilliki hubungan timbal balik, maka munculah Filsafat
pendidikan yang berusaha menjawab persoalan-persoalan
pendidikan secara filosofis. Dengan kata lain munculnya Filsafat
pendidikan ini disebabkan karaena banyaknya perubahan-
perubahan dan masalah yang yang timbul di lapangan pendidikan
yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat, ditambah dengan
banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dai
tokoh-tokoh Filsafat Yunani.
B. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno.

Jika memperhatikan perkembangan pemikiran orang Barat


yang membahas filsafat, akan didapati mereka sama sekali lepas
dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka, titik berat Filsafat
adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu
keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari mana, hendak kemana, dan
bagaimana. Dengan kata lain , Filsafat adalah untuk mengetahui
hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan,
akhirnya akan sampai dan berhenti pada apa yang disebut agama.
Baik para filosof Timur maupun Barat , mereka memiliki pandangan
yang sama bila sudah sampai pada petanyaan, “bilakah permulaan
makhluk yang ada ini, dan apakah bertahan dalam alam” .

Filsafat mulai berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu


pengetahuan menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali
berbaga macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat
dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, filsafat berkembang dengan
perputaran dan perubahan jaman. Paling tidak , sejarah Filsafat
lama membawa manusia untuk mengetahui salah satu cerita dalam
kategori Filsafat spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah
terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathusthra, dari keluarga Sapitama,
yang lahir di tetpi sebuah sungai, yang di tolong Ahura Mamzda
dalam masa pemerintahan raja Akhmania (550-530 SM)

1. Timur Jauh

Termasuk dalam kategori timur jauh ialah: China, India, dan


Jepang. Di india, berkebang Filsafat sprititualisme Hinduisme dan
Buddhisme. Sedangkan dijepang ada Shintoisme

a. Hindu.
Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsp karma
yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara
berulang-ulang dalam bentuk manusia atau binatang
sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagin dari jiwa
universal (reinkarnasi). Karma tersebut pada ahirnya kan
menentukan sestatus seseorang sebagai anggaota suatu
kasta. Poedjawijantna mengatakan, bahwa para fiosof Hindu
berpikir untuk bisa lebas dari ikatan duniawi agara bisa
masuk dalam kebebasan (yang menurut mereka sempurna.
.
b. Budha

Buddha dicetuskan oleh Sidarta Gautama (kira-kira


563-483 SM) sebagai akibat dari ketidakpuasannya terhadap
penjelasan para guru Hinduisme tentang kejatana yang seing
menimpa manusia. Setelah melakukan hiduup bertap dan
meditasi selama enam tahun, secara tiba-tiba dia
menemukan gagasandanjawaban dari pertanyaannya.
Gagasan-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar agama
Buddha.

Kitabnya adalah Tripitaka, banyak menceritakan


tentang kehidupan daripada pembawa agama ini, yaitu
Sidharta Buddha Gautama. Dalam pemurnian keadaan
menjadi sempurna, Buddha menyebarkan 8 (delapan) jalur
yang mulia (the noble eighfold path):
a. Pandangan yang benar (pengetahuan tentang
apa-apa yang jahata dan bagaimana cara
meanghidarkannya
b. Aspirasi yang benar (motivasi yang benara
untuk menaklukan perbuatan-perbuatan yang
baik hati)
c. Berbicara yang benar (menjauhi bohong,
fitnah, gunjingan, dan kata-kata yang hina)
d. Berbuat yang benar (menjauhi pencurian,
mabukm melukai makhluk-makhluk hidup dan
moral seksual)
e. Mata pencaharaian yang benar menghindari
pekerjaan yang berbahaya pebudakan dan karier
militer
f. Berusaha yang benar (usaha untuk
menghapuskan emosi-emosi kejahatan, untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang baik
g. Kesadaran yang benar (menghapuskan
kekuasaan , ambisi dan rasa kekesalan
h. Renungan yang benar(respon yang tercapai
melalui yoga).

c . Taosime

Pendiri Taosime adalah Lao Tshe (604 SM). Filsafatnya: Jalan


Tuhan atau Sabda Tuhan, Tao ada di mana-mana tetapi tidak dapat di raba
atau pun dilihat dan didengar. Manusia harus selaras dengan Tao dan
menahan nafsunya sendiri. Peperanga menurut Lao Tse, hanya
memusnahkan manusia saja, kebahagiaan hidup sullit dicapai deangan
peperangan.

Tao, suatu jalan yang dilalui secara alami dan diselingi


irama-irama siang dan malam. Alam semesta berjalan selaras
mematuhi kekuatan ketuhanan. Tao Te Ching merupakan
ajaran Tao hasil karaya Loao Tse (abad ke-6 SM).

Taoisme menganggap bahwa alam semseta sebagai


sistem yang sempurna dan ideal berjalan menurut kekuatan
bertuhan. Sufta pun mempunyai hukum alam sendiri. Tetapi
hukum tentang mansusia dn dunia semacam itu di bawah
kekuasaan dan kendali Tao, yang memberikan petunjuk dan
merupakan hukum yang memerintah alam semesta.

d. Shinto
Sihnto merupakan salah satu kepercayaan yang
banyak kdipeluk masyarakat Jepang. Shinto meurpakan
agama (kepercayaan) yang utama di Jepang, di samping
Buddhisme. Sejak abad ke 19 Sinto telah mendapat setatus
sebagai agama resmi negara, yang menitikberatkan
pemujaan alam dan pemujaan leluhur. Agama Shinto
memiliki banya upacara keagamaan yang sederhana,
pembeerian kuburan yang khidmat dan upacara di tempat
suci yang dipersembahkan kepada dewea matahari, sungai-
sungan, desa-desa, pihon-pohon, pahlawan dan sejenisnya,
dengan tujuan agar mempearoleh panen yang baik,
perlindungan terhadap lula-luka atau pencurian dan
kemurahan hati.
Shinto memiliki ajaran moral sebagai berikut:
1. Jangan melanggar keinginan (kecintaan) terhadap Tuhan
2. Jangan lupa kejiwaan,
3. Jangan melanggara pernyataan (peraturan) negara.
4. Jangan lupa kebaikan yang mendalam dari Tuhan, dimana
kesalahan kesempatan dihindari dan menyakitkan
diakhiri (diobati)
5. Jangan lupa bahwa alam ini satu kekuarga yang besar
6. Jangan lupa akan keterbatasan-keterbatgasan diri
7. Meskipun orang lain marah jangan kamu jadi marah.
8. Jangan malas dengan urusan bisnismu
9. Jangan menjadi seseorang yang melakukan kesalahan
dalam mengajar.
10. Jangan terbuai dengan ajaran-ajaaran luar negeri.

2. Timur Tengah
a.Yahud
i
Yahudi berasal dai nama seoarang putra Ya’kub,
Yahuda putra kemepat dari 12 bersaudara. Kelak mereka
inilah yang menjadi nenek moyang bangsa Yahudi. Bangsa
yahudi dinamakan bangsa Israel. Agama Yahudi pada
prinsipnya sama daengan agama Nasrani dan agama Isla,
kaerna merupakan agama samawi, yang berarti agama yang
mempunyai kitab suci dari nabi.

Pemikiran-pemikiran filsafat Timur Tengah


muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tampak atas
keberadaan pemikiran Filsafat itu ialah adanya penguraian
tentang jbentuk-bentuk penindasan moral dari monotieisme,
peredaran, kebenaran dan bernilai tinggi. Selama dua ribu
tahun yang lalu doktrin-doktrin monoteisme danpengajaran
tentang etnis yang dianggap penting dari kaum Yahudi yang
dikembangkan oleh Nabi Musa. Pendidikan dimulai guna
mengangkat martabat pengharapan manusia pada masa
depan.

Kaum Yahudi Sangat mementingkan pendidikan bagi


generasinya. Pendidikan mearupakan hal yang pokok dan
lebih utama ketimbang kekukatan militer. Rasa cinta kepada
anak-anak, kepercayaan terhadap keadailan, kebenran dan
potensi masyarakat beserta ganjaran-ganjarannya di surga,
tentunya bisa dicapai hanya dengan pendidikan.

b.Kristen
Pemikiran Filsafati Kristen dimulai dengan orang-
orang yang disebut para apologit, para pembela agama
Kristen, yang mencoba membela iman Kristen terhadap
Filsafat Yunani. Dengan memakai alasan-alasan yang diambil
dari Filsafat Yunani sendiri. Dari aantar para apologit yang
penting ialah Aristides dari athena, yang menulis pembelaan
yang ditujukan kepada kaisar Hadrianus, Yustinus Martir dari
Sikhem di Palestian, yang menuslia surat pembelaan kepada
kaisar Antonius Pius dan menulis suatau dialog dengan orang
yang bernama Typohan , tatianus dari asur murid Yustinus,
yang menulis Datessaron, semacam hamonisasi injil.
Lebih lanjut harun Hadiwijayanto menjeleaskan
bahwa suatu usaha lain untuk mendamaikan agama kristen
dengan Filsafat Yunani ialah usaha yang ingin melebur
keperecayaan Krisetn denga Filsafat Yunani, menjadi satu
sistem yang kemudian aliran ini disebut Gnostik .
Aliran inti timbul bermacam-macam namun pada
dasarnya adalah mempunyai corak trtentu yang dimiliki sama
yaitu: (a).semua mengajarkan adnya perentangan yang
mutlak antara roh sebagai asas segala yang baik dan benda
sebaga asas segala yang jahat. (b). Penciptaan bukan
dilakukan oleh Allah ttapi oleh tokoh rohani yang lebih
rendah. (c). Kelepasan hanya terbatas kepada sekelompok
kecil orang, yang berhasil naik dari iman kepada
pengetahuan (gnosis), kaena iman dipanang sebagi perlu
bagi orang-orang yang sederhana,kaum psikisi atau kaum
somatais, yaitu yang terkait kepada benda, sedangkan
pengetahuan atau gnosis perlu bagi para kaum pneumatisi,
kaum rohani, yaitu para orang yang rohnya telah mendalam.
menurut Poeidjawijanta, hanya ada dua tokoh yang pantas
memwakili aliran tersebut. Pertama aalah pertulianus (160-
22), dilahirkan di Katargo, yang kemudian menjadi pemelik
Kristen Roma. Dan kedua/agustinus (354-430), yang
mengajarkan ajaran totalitas.
3. Romawi dan Yunani
Aliran-aliran yang mempunyai pengaruh besr di rowma
adalah; pertama, epistemologi, yang dimotori oleh Epicurus
(341-270). Epicurus mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki
apabila hidup secara relevan dengan alam manusia.
Menurutnya, anggaplah rasa suka itu sebagi sifat yang harus
dimiliki . sementara rasa duka merupakan terburuk, dan
hendaklah dihindri. Mengingat dunai ini terdapat banyak sifat
khali (sunyi atu sendirian) agar dapat merasakan kehidupanyang
sempurnya, yakni kesepian jiwa atau ketentangan hidup. Kedua,
aliran stoa, yang dipelopori oleh Zeni (336-246). Aliran ini
mempunyai pendapat bahwa adanya kebijaksanaan itu pabila
manusia hidup sesuai degan alam.
Menurut Jalaluddin dan Abdullah pengikut aliran Stoa
mempunyai keyakinan bahwa semua manusia itu sama. Aliran iti
tidak mengenal atau tidak menghendaki perbedaan; tidak ada
perbedaanantara bangsa romawi dengan bangsa Barbar atau
antara bangsawan dan budak belian.
Menurut Darmodihardjo menganggap bahwa tokoh Patritik
Yunani yang juga disebut Patristik Timur yang terkenal adalah
Clemns 91504-2154) dan Pregsus (185-254). Uga terdapat nama
Basilus nan Agung, Geogrius dari Naziezi (lahir 395 M).

C. Pemikiran Filsafat Menurut Socrates (470-399 SM)


Menurut Harun Hadiwidjoyono, tidak ada yang tahu presis
dimana Socrates dilahirkan. Yang jelas ialah, bahwa pada tahun
399 ia dijatuhi hukuman matai dengan harus minum racun. Oleh
karena pada waktu itu ia berumur 70 tahun. Maka barangkali ia
dilahirkan kurang lebih pada tahun 470 SM. Agaknya ia berasal
dari kelurga kaya, yang kemudian menjadi miskin yang terang ia
mendapat pendidikan yang baik. Akan tetapi Smith menjelaskan
bahwa beliau lahiri di Athena putra seoang pemahat dan
seoarang bidan yang begitu dikenal yaitu Sophonicus dan
Phaenarete.

Perinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalaha


metode dialektis. Metode dialektis ini digunakan Scorates
sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk
mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat. Untuk
menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki
pengetahuannya. Seoarang guru tidak boleh memaksakan
gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa.
Karena seorang siswa dituntut untuk bisa mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan
kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untunk
merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang
akanmenghasilkan perkembangan intlektual yang terus menerus
dan standr moral yang tinggi.

Cara Sokrates memberikan ajaranya adalah dengan cara


mendatangi bermacam-macam orang (ahli politik, pejabata,
tukang dan lain-lainnya). Kepada mereka dikemukakan
pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan meareka,
hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Jawaban mereka
pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotese.
Hipotese ini dikemukakanlagi kepada mereka dan daanalisa lagi.
Demikian seterusnya hingga mencapai tujuannya, yaitu:
membuka kedok segala peraturan atau hukum-hukum yang
semu,sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak orang
melacak atau menelusur sumber-sumber hukukm yang sejati.
Supaya tujuan itu tercapai diperlukan suatu bentuk pengertian
yang murni.

D. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM).

Plato (427-347 SM), dilahirkan di Athena, di tengah-


tengah lingkungan aristrokat. Waktu masih muda ia merenanakan
untuk memasuki kehidupan politik tetapi ia melibatkan masud
tersebut ketika Socrates yang ia ikuti dan kagumi, dihukum mati
oleh negara. Setelah Scrates meninggal, ia ia meningalkanAthena
danmelakukan perjalanan sampai tahun 387 SM. Pada tahun
tersebut ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang
tersohor dengan nama Academy; ia memimpinnya selama 40
tahun.seperti muridnya yang brilyan, Aristoteles, ia adalah salah
satu dari pemikir danpenulis yang sangat besar pengaruhnya
dalam sejarah masyarakat Barat.
Tulisan –tulisan Plato yang berjulah lebih dari pada 30 tulisan
mengandung keindahan dan kemurnaian. Karya-karya Plato
memakai bentuksastra yang dinamakandialog yang terdiri dari
percakapan-peecakapan antara dua orang atau lebih mengenai
ide yang penting atau idela. Tulisan –tulisannya yang permulaan
mungkin menceminkan pandanganSocrates secara langsung.
Akan tetapi dalam tulisan-tulisannya yang kemudian, pelaku
yang dinamakan Socrates adalah juru bicara dari sikap Filsafat
Plato sendiri karya-karya yang sangat dikenal termasuk Apology
dan Crito, yang keduanya membicarakan tentang pengadilan
Socrates dan percakapan-percakapannya yang terakhir:
Euthyphro yang membicarakan tentang ketaqwaan (piety);
Phaedo yang memusatkan pembicaraan tentang “idea of the
Good”, dan The Republic, karangan terbaik dari Plato, yang
membicarakan tentang keadailan dan negara yang ideal.
Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagidirinya
selaku individu maupunsebaga warga negaranya. Namun
demikansetiap peserta didik harus diberi kebebasan unuk
mengikuti ilmu sesuai dengan bakat, minan dan kemampuan
masing-masing sesuai jenjang usianya. Sehingga pendidikan itu
sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi
kehidupan bangsa dan negara.
Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untukmenemukan
kemapuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya
sehingga menjaadi seoarang warga negara yang baik,
masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya
secara efesien sebagai seoarng anggota masyarakat. Plato juga
menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan
diprogramkan sebaik-baiknya agar mampu mencapai sasaran
yang diidaman. Dengan demikian pendidikan yang baik harusla
direncanakan dan diprogramkan dengan baik agar dapat berhasil
dengan baik. Karena itu, dalam menanamkan program
pendidikan itu, pemerintah harus mengadakan motivasi,
semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan
kebaikan dan keadilan.
Pendidikan menurut Plato di kategorikan menjadi tiga
tingkatan usia. Pertama, pendidikan diberikan kepada taruna
hingga samap dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun
sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari usia tiga puluh tahun
sampai usia empat puluh tahun. Hali ini di kritik oleh Jalaludin
dan Abdullah bahwa Plato melewatkan pendidikan dasar
(elementery Education).

E. Pemikiaran Filsafat Pendidikan Menurut Aristoteles (367-345 SM).


Aristoteles dilahirkan di Styagyra di Thrace, kurang lebih
tahun 384 SM. Ayahnya mewarisi kedudukan sebaga dokter pribadi
raja Makedonia. Pada kiraa-kira umur delapan belas tahun
Aristoteles tiba di Athena menjadi murid Plato; ia belajar di Akademi
selama hampir dua puluh tahun, hingga wafatnya Plato tahun 348-7
SM. Ia lantas melancong selama sekian waktu, dan menikah dengans
saudari atu kemungkinan kemenakan seorang trianbernama Hermis.
(cerita sekandal menyebutkan bahwa ia adalah puteri atau
kemungkinan selir dari Hermias , namun kedua ceriata itu
bertambah oleh fakta bahwa Hermias adalah seorang yang dikebiri).
Tahun 343 SM ia menjadi guru Alexsander yang saat itu berumur
tiga belas tahun, dan tetap menyandang jabatann itu sampai paad
usia enambelas tahun. Aleksander ditetapkantelah cukup umur oelh
ayahnya, dan diangtaksebagai wakilnya jika raja Philip berpergian.
Segala sesuatu tentang hubungan Aristoteles dan Aleksander yang
diharapkan bisa diketahui ternyata tak dapat dipastikan dan
selebihnya hanyalah kisah legenda yang begitu cepatnya
dikarangnya mengenai hal itu. Bahwa sang guru mempunyai
pengaruh terhadap muridnya. Hegel berpendapat bahwa karir
Aleksander membuktikan aedahpraktis filsafat. Menenai hal ini A W
Benn negutarakan: “ Patut disayangkan bahwa Filsafat tak punya
bukti yang lebih baik untuk menunjukkan pada dirinya sendiri watak
Aleksander lainnya kecuali ...Takabur, pemabuk keji, pendendam,
ang angat percaya takhayul, ia memadukan tabiat kejam seorang
kepala sukku dari tanah pegunungan dengan kesewenang-
wenangan seorang raja dari Timur.
Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik maka ia
harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal
semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan pada perasaan-
perasaan yang lebih tinggi , yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu.
Akal sendri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan-
dukungan perasaan yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar.
Aristoteles mengemukakan pendidikan yang baik itu mempunyai
tujuan untuk kebahagiaan. Dan kebahagiaan tertinggi adalah hidup
spekulatif.
Aristoteles menurut Jalaluddin dan Abdullah bahawa; “
pendidikan pada tingkat dasar perlu pembiasaan dan pada usia
muda perlu ditanamkan aturan-aturan moral”
MATERI PERTEMUAN III

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Filsafat selalu berusaha menyelidiki hakekat segala sesuatu,
ini berarti bahwa Filsafat memepejari yang paling utama dalam
segala sesuatu. Selain itu, sepanjang jaman Filsafat menjadi dasar
yang utamba gai manusia dalam engatur diri sendiri, mengikuti dan
menyesuaikan dengan perkembanganserta tuntutan keadaan.atas
peranan filsafat itulah, manusia mampu kmengenali diri sendiri dan
menegakan eksistensinya di dalam lingkungan kebudayaan.
Di dalam lingkungan manusia yang berbudaya terdapat
kegiatan pendidikan. Istilah Pendidikan sendiri bersal dari kata
‘didik’ dengan memberinya awalan ‘pe’ dan akhiran ‘kan’,
menandung arti ‘perubahan’ (hal cara dan sebagainnya). Menurut
Rama Yulis istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani, yaitu
‘paedagogie’ yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris
‘education’ yang berarti bibingan atau pengembangan. Dalam
bahasa Arab istilah ini diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti
pendidikan. Dengan demikian pendidikan bisa diartikan sebagai
usaha manusia yang disengaja, untuk mempimpin generasi muda
agar mencapai kedewasaan dan meningkatkan tarf kehdiupan yang
sejah tera, berada di dalam lingkungan kebudayaan tersebut. Untuk
mengetahui, bagaimana pendidikan itu yang sebenarnya, maka
jorang harus memahabi hal tersebut berdasakan filosofi tujuan.
Sejalan dengan perkembangan jaman, maka corak-corak
baru dari kebudayaan pun muncul. Hal ini mengantarkan manusia ke
jaman modern yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan
an teknologi. Dengan demikian pendidikan semakin berkembang
dan terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan, juga
menimbulkan tantangan bagi para pendidika agar mempunyai sikap
tertentu. Dari sikap mengenai hal tersebut, penjabarannya dapat
dirumuskan dalamaliran-aliran Filsafat pendidikan sebagi berikut:

A.Aliran Progersivisme

Aliran Progresivisme adalah suatu aliran Filsafat pendidikan


yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20. Pengaruh itu
terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat.
Usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan pada
umumnya terdorong oleh aliran progrersivisme ini.
Menurut Theodore Bramled sebagaimana di kutip
oleh Zuharini.dkk, bahwa aliran ini dihubungkan dengan
pandangan hidup Libral “The liberal road to cluture” yang
dimaksud dengan ini ialah pandangan hidup yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku,
tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin
tertentu) curious (ingin mengetahui, ingin menyelelidiki),
toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Progerssivisme memandang pendidikan bukan hanya
memberikan pengetahuan kepada anak didik, melainkan
harus bisa melatih kemampuan berpikir. Yang dimaksud
berpekir adalah penerapan cara-cara ilmiah seperti
mengadakan analisa, mengadakan pertimbangan dan
memilih diantara beberapa alternatif. Tujuan dari semua itu
adalah agar orang yang mengalaminya dapat maju melalui
suatu proses berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Orang akan dapat bebuat sesuatu dengan intelegen dan
mampu menyesuaikan kembali sesuai dengan tuntutan
lingkkungan.
Dalam pandangan Zuhairini.dkk, sifat aliran
progessivisme dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok: (a) sifat-sifata negatif dan (b) sifat-sifat positif.
Sifat itu diakatakan negatif dalam ari bahwa,
progressivisme menolak otoritas dan absolutisme dalam
segala bentuk, perti terdapat dalam agama, politik, etika
dan epistemologi. Positif dalam arti, bahwa progressivisme
menaruh kepercayaan tethadap kekautan alamiah dari
manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari
alam sejak ia lahir “mans’s natural powers”. Terutama yang
dimaksud ialah kekautan mansusia untuk terus menerus
melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-
takhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbul dari
lingkungan hidup yang selamannya mengancam.
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa ciri
utama aliran ini adalah mempunyai konsep yang didasari
oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
memiliki kemampuan yang wajar, dapat menghadapi dan
mengatasi masalah yang bersikap menekan, menolak sistem
pendidikan yang bercorak otoriter. Ini dari aliran ini adalah
kemajuan, maka aliran ini menganggapbahwa ada
sekelompok ilmu yang menjadi bagian dari kebudayaan dan
mampu menumbuhkan kemajuan. Kelompok tersebut
adalah Imu Hayat, Antropoligi, Psikologi dan Ilmu Alam.
Menurut Ilmu Hayat, manusia adalah makhluk yang
berjuang untuk mempertahankan kehidupan dengan
mengatasi berbagai rintangan. Menurut Antropologi,
manusia telah mempuyai sejarah yang lama dan penciptaan
kebudayaan, sehingga akan mampu menemukan jalan baru
baginya. Menurut Psikologi manusia adalah makhluk berpikir
yang memiliki paham mengenaidirinya, lingkungan dan
pengalamannya. Menurut Ilmu Alam, bahwa manusia akan
mengetahui sifat-sifat alam setelah menguasai ilmu-ilmu
tersebut kareana itu akan mampu mengatur dan menguasia
ilmu-ilmu tersebut olehkaraena itu manusia akan mampu
mengatur dan menguasai sebagaian dari alam.
Pandangaan mengenai realita, aliran ini mengaggap
bahwa dunia adalah proses atu suatu penataan dimana
manusia hidup didalamnya. Dunia ini sebagai sinonim dari
realita dan alam, tidak menggulnakan istilah alam semesta.
Maka, manusia yang didup di dunia akan mengalami
berbagai kejadian, dan pengalaman ini merupakan dinamika
kehidupan, sedangkan kehidupan adalah perjuangan,
tindakan dan perbuatan. Alam mengisi pengalaman inilah
terjadi proses pendidikan. Karena mansia berbeda dengan
makhluk lainnya, ia mempunyai kecerdasan, ingatan,
membuat simul , mempredisi masa depan dan lainnya.
Dengan mengalirnya berbagai pengalaman akan
memberikan isi dankemungkinan untuk berbuat.
Pendorong aliran Progressivisme ini yang
membedakan antara pengetahuan dan kebenaran,
pengetahuanadalah kumpulandari beberapa pengalaman
yang siap untuk digunakan. Sedangkan kebenaran adalah
hasil tertentu dari suatu usaha untuk mengetahui, memiliki
dan mengarahkan beberapa segmen pengetahuan agar
dapat menjadi petunjuk atu penyelesaian pada situasi
tertentu. Dalam hubungan ini, kecerdasan merupakan faktor
utama yang mempuyai kedudukan sentral.
Mengenai nilai, menurut aliran Progessivisme ada
beberapa faktor yang mearupakan prasarat. Nilai akan
timbul, karena manusia memiliki bahasa, sehingga akan
terjadi hubungan di masyarakat dalam pergaulan. Jadi
masyarakat adalah wadah bagi munculnya suatu nilai .
suatu nilai seperti benar atau salah, baik atu buruk, dapat
dikatakanada apabila menujukan adanya kecocokan dengan
hasil pengujian yang ndialami manusia dalam pergaulan.
B..Aliran Esensialisme
Esesnsialisme muncul pada Jaman Renaissans,
dengan ciri –ciri utama yang berbeda denga progessivisme.
Perbedan ini terutama dalam memberikan pijakan
mengenai pendidikanyang peuh fleksibelitas dimana serba
terbuka untuk perubahan,toleran dan tidak terikat dengan
doktrin tertentu. Bai esensialisme, pendiikanyang
berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang
terarah. Kaena itu esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berijak pada nilaii-nilai yang memiliki
kejelasan dantahan lama, sehingga memberikan kesetabilan
dan arah yang jelas.
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme
yang merupakan rekasi terhadp hidup yang mengarah pada
keduniawian, serba iliah dan materliaistik. Selain itu juga
diwarnai oleh padangan-pandangan ari paham penganut
aliran idealisme dan realisme. Imam Barnabid menyebutkan
beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran
aliran esensialisme, yaitu:
Desiderius Erasmus, humanis belanda yang hidup
pada abad 15 dan permulaan abad 16. Merupakan tokoh
pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak
pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah
bersifat humanistis dan bersifat internasional , sehinggaa
bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
John Amos Comenius yang hidup diseputar tahun
1592-1670, adaslah orang yang memiliki pandangan realis
dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan
mempunyai peranan membentuk anak sesuai engan
kehendak Tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah
dinamis dan bertujuan.
John Locke, tokoh dari Inggris yang hidup pada tahun
1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan
kondisi. Lock mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak
miskin.
Ciri utama aliran ini, pendidikan harus berdasarkan
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kesetabilan. Maka agar
tujuan tersebut terpenuhi, nilai-nilai itu perlu dipilih yang
mempunyai tata yang jelas dan teruji, yaitu yang berasal dari
kebudayaan dan Filsafat yang korelatif selama empat abad
kebelakan. Konsep-konsep timbul pada jaman renaisance.
Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah
membentuk kpribadi yang bahagia didunia dan di akhirat. Isi
pendidikannya mencakukp ilmu pengetahuan, kesenian dan
segala hal yang mampu mengerakkan kehdeneak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakansemacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran
kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah
perkembanganya, kurikulum esensialime menerapkanpola
kurikulum seperti pola idealisme, realisme dan
sebagainya.sehingga peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai denga
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
Pandangan mengenai realita, aliran ini memiliki
konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh suatu tata yang tidak
tercela, yang mengatur dunia dan lainnya dengn
tanpatercela pula. Hal ini mengandung ari bahwa manusia
itu bagaimanapun bentuknya, sifatanya dan kehendaknya
harus menyesuaikan diri dengan tatanan dunia tersebut.
Menurut Yunus, konsep tersebut di atas dapat
dijabarkan dari sudut aliran ralitas dan idealisme. Realitas
yang mendukung esensialisme memiliki pandangan yang
sistematis mengenai alam yang merupakan tempat tinggal
manusia, pandang ini dipengaruih oleh dua golongan ilmu
pengetahuan. Yaitu fisika dan matematika. Berdaarkan
fisika dan ilmu lain yang sejenis, aspek alam ini dapat
mengandung ariti bahwa kejadian yang paling sederhan
apun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, lalu
berkembanglah teori mekanisme yang mengatakan bahwa
dunia ini ada dan terbangun atas dasar sebab dan akibat ,
tarikan dari sejenis “mesin” sangat besar. Kemudian teori
mekanisme ini didukung oleh ilmu matematika, yang
mengatakan bahwa semua gerak ada hubungan dneng alam
ini yang dapat dijabarakansecara kukantitatif, rumus-rumus
dan persamaan yang abstark. Teori ini telah dirintis oleh
tokoh realist seperti Newton. Ilmu pengetahuan lain yang
mendukung realist ini adalah teori evolusi yang
berpandangan bahwa manusia adalah makluk hidup yang
mengalami perkembangan secara teratur dan perproses
menurut hukum mekanis. Dalam meneruskan kelangsugan
hidupnya di dunia, manusia selalu bertahan untuk hidup
layak dan selalu memperjuangkan keberadaanya. Dengan
demikian, realita menuru realisme obyektif harus ditafsirkan
berdasarkan pengertian-pengertian yang mekanistis dan
evolusionistis.
Dalam rangka mempertahankan pahamnya itu,
khususnya dari prsaingan deng paham Progressivisme, tokok-
tokoh esensialisme mendirikan suatau organisasi yang
bernama “essenstialisst Committe for the Advancement or
Education” pada tahun 1930. Melalui organisasi inilah
pandagan esensialisme dikembangkan dalam dunia
pendidikan. Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa
esensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh
paham idealisme dan realisme, maka konsep-konep tentang
pendidian sedikit banya dirwarnai oleh konsep-konsep
pendidikan idalisme dan realisme.

c. Aliran Perennialisme
Perennialisme diabil dari kata perennial, yang dalam
Oxford Advenced Learner’s Dictonary of Current English
diartikan sebagai “continiung throughout the whole year”
atau “Lasting for a very long time” yang berarti abadi atau
kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang
berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat
kekal abadi.
Perenialisme memihat bahwa akibat dari kehidupan
jaman modern telah menimbulkan bayak krisis dari berbagai
bidang kehidupan. Untuk mengatasi krisis ini Perennialisme
memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada
kebudayaan masa lampau”.
Motif perenialisme yang mengambil jalan tersebut,
bukannya nostaligia atau rindu akan nilai-nila lama untuk
diingat, melainkan berpendapat bahwa nilai-nilai lama telah
memiliki kedudukan yang vital bagi perkembangan
kebudayaan abad dua puluh. Pandangan para tokok yang
mamsih relevan bagi abad dua puluh diantaranya adalah
Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas, karena
pandangannya masih dapat dipertimbangakan untuk
menjadi dasar pedoman kebudayaan pada abad dua puluh.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga
otensi yaitu: nafsu, kemauan dan pikiran. Pendidikan
hendaknya bersoraentasi pada potensi itu dan kepada
masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap laposan
masyarakat bisa terpenuhi. Ide-ide Palato ini dikembangkan
oleh Aristoteles dengan lebih mendekatkan kepada dunia
kenyataan. Bgagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah
“kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka
aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan
secara seimbang.
Seperti halnya Plato dan Aristoteles, tujuan
pendidikan menurut Thomas Aquinas adalah sebagai usaha
mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar
menjadi aktualitas aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan
guru adalah mengajar, memberi bantuan pada anak didik
untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada nya.

D. Aliran Rekonstuksionalisme

Menurut Zuhairini. dkk, bahwa aliran


rekonstuksionalisme adalah sepaham dengn aliran
perennialisme dalam hendangk mengatasi krisisi kehidupan
modern. Hanya saja jalan yang ditempuhnya berbeda degna
apa yang dipakai oleh perennialisme, tetapi sesuai dengan
istilah yang dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu
konsnensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia
“restore to the orginal form”.

Lebih lanjut di uraikan bahwa untuk mencapai tujuan


itu, rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatan
semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengaturtatanan kehidupan manusia dalam suatu tatanan
yang baru seluruh lingkungannya. Maka melalui lembaga dan
proses pendidikan, rekonstruksionalisme ingin “merombak”
tata susunan lama, dan membangun tata susunan kehidupan
kebudayaan yang sama sekali baru. Disini nampak ada
kesamaan dengan Dewey dalam “education as
reconstruction”

E.Aliran Eksistensialisme

Istilak eksistensialisme tidak menunjukkan suatu


sistem Filsafat secara khusus. Terdapat perbedaan-
perebedaan yang besar antara bermacam-macam Filsafat
yang bisa dikelompokan sebagai Filsafat eksistensialisme,
tetapi meskipun begitu terdapat tema-tema yang sama
memberi ciri kepada gerakan-gerakan eksistensialis.
Pertama, eksistensialsme adalah pemberontakan terhadap
beberapa sifat dari filsafat tradisonal dan masyarakat
modern. dalam satu segi eksistensialsime meruakan suatu
prostes terhadap rasionalisme Yunani, yaitu taradisi klasik
dari Filsafat. Khususnya pandangan yang sepekulatif tentang
manusia seperti pandangang Plato dan Hegel. Dalam
‘sistem-sistem’ tersebut jiwa individual atau si pemikir.
Hilang dalam universal absrtak atu dlam aku universal.
Eksisgtensialisme adalah suatu protes atas nama individualis
terhadap konsep “akal” dan “alam” yang ditekankan pada
proode pencerahan (Enlightinment) pada abad ke- 18.
Penolakan untuk mengikuti suatu aliran, kemampuan
suatau kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem,
rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat
dangkal, akademik dan jauh darai kehidupan, semua itu
adalah pokok eksistensialisme .
Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan
terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadi) dari jaman
industri modern atau jaman teknologi , serta
pemberontakan terhadap gerakan massa pada jaman
sekarang masyarakat industri condong untuk menundukkan
orang seorang kepada mesin, secara sederhana semua apa
yang biasa dilakukan oleh manusia digantikan oleh mesin.
Titus.et.al, menyebutnya “untuk mengengelamkan
perorangan di dalam koletif ataau massa”
Kelompok eksistensialis membedakan antara
eksistensi dan esensi. Eksistensi berarti keadaan yang aktual,
yang terjadi dalam ruang dan waktu; eksistensi menujukkan
kepada “suatu benda yang ada di sini dan sekarang”.
Eksistensi berarti bahwa jiwa atau manusia diakui adanya
atau hidupnya. Tetap pagi kelompok eksistensialis, kata kerja
‘to live’ . kadang-kadang orang menatakan tentang orang
yang hiduup kosong dan tanpa artibaha ia tidakkhiduup ia
hanya ada. Kelompokeskistensialis mengubah akta tersebut
dan mengatakan; “orang itu tidak ada, ia hanya hidup”. Bagi
mereka eksistensi berari kehidupan yang penuh, tangkas
sadara , dan tangung jawab dan berkembang.
Istilah esensi adalah kebalikan dari esistensi, yakni
sesuatu yang membedakan antara satu benda dan cora-
corak benda lainnya. Esensi adalah yang menjadikan benda
itu seperti apa adanya, atau suatu yang memiliki secara
umum oleh bermacam-macam benda. Esensi adalah umum
untuk beberapa individu, sehinga dapat berbicara esensi
walau pun tak ada contoh benda itu paa suaatu wakti. “...
membedakan benda itu apa?, dan itukah benda itu”. Yang
pertama adalah seensi, yang kedua adalah eksistensi.
Pandangan tentang pendidikan, disimpulkanoleh Van
Cleve Morris dalam Exsistensialism and education. Bahwa
“eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan
pendidikan dalam segala bentuk. Lebih lanjut Zuhairini.dkk
mengatakan bahwa dalam hal ini menolak bentuk-bentuk
pendidikan sebagaimana yang ada sekarang. Namun
bagaiman kosnsep pendidikan eksistensialisme yang
diajukan oleh Morris sebagai ‘eksistentialisme’s cocept of
fredoom in education’, sehingga menurut Bruce F. Baker,
tidak memberikan kejelasan. Barangkali Ivan Illich dengan
Deschooling Societiy yang banyak mengundang rekasi di
kalangan ahli pendidikan merupakan salah satu model
pendidikan yang dikehendaki eksistensialsime. Sehingga
Zuhairini.dkk berargumen kenapa eksistensialisme tidak
banyak dibicarakan dalam Filsafat pendidikan.
MATERI PERTEMUAN IV

HAKIKAT DAN MAKNA PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan formal


salah satunya adalah ketika lulusanaya belum sesuai dengan ke
butuhan masyarakat. Sehingga dalam hal ini mengakibatkan jurang
antara banyaknya lulusan di satu sisi di sisi lain kurangnya tentang
kerja atau lulusan yang terampil sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan
pendidikan sepanjang hayat. Yang dalam bahas inggri sering dikenal
dengan istilah Life Long Education. Hal ini di pertegas dalam
ketetapan MPR No. IV/ 1987 yang menyatakan: “Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluaraga, masyarakat dan
pemerintah”.

A. Makna Pendidikan Sepanjang Hayat


Pada tahun 1970 Paul Lengrand menerbitkan buku “AN
ITRODUCTION TO LIFE LONG EDUCATION”. Pokok dasar dari buku ini
adalah: Learning to Be: Kebijakan pendidikan mendatang harus
didasarkan pada Pendidikan Seumur Hidup.
Berdasaarkan konsep buku terssebut pada tahun 1971
UNESCO membentuk komisi Internasional tentang pengembangan
pendidikan di ketuai oleh Edgar Paure (mantan Mentri Pendidikan
dan Perdana Mentri Prancis). Konsep pokok yang direomendasikan
oleh Komisi Faure dalam laporanya berjudul: Learning To Be yaitu
kebijaksanaan pendidikan masa-masa mendatang hendaknya
didasarkan kepada asas pendidikan seumur hidup.
Ahli-ahli pendidikan mengunakan istilah Adult Education dan
Out of School Ecucation. Istilah Adult Education berbeda dengan
konsep pendidikan sepanyang hayat karena;
a. Istilah tersebut menunjuk pada suatu bentuk pendidikan padahal
pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan.
b. Istilah tersebut menceminkan bahwa pendidikan bersifat terminal.
Disamping itu adult education menunjuk program bagi orang dewasa yang
bersifat remidial dan terutama bagi yang buta huruf dan kurang
kesempatan memperoleh pendidikan.
c. Istilah out of school education menunjuk suatu prograpendidikandi
luar sistem pendidikan formal yang bercorang vokasional dan ditujukan
kepada para pemuda. Maka istilah tersebut tidak sama dengan pendidikan
seumur hidup.

Dalam kepustakaan digunakan istilah-istilah; conntiniu


education, education permenente, futher education dan regur rent
education. Pada tahun 1960 UNISCO mengadakan konfernsi di
Monteral tentang Adult Education. Hasil konfensi belum aad
kesepakatan tentang negara menggunakan Futher Education.

Istilah-istilah conntiniu education, education permenente,


futher education dan regur rent education, digunakan untuk
menunjukkan bahawa proses pendidikan itu terus brlangsung
sesudah seseorang menyelesaikan pendidikan formal di sekolah. Jadi
istilah tersebut tidak tepat menunjuk konsep pendidikan sepanjang
hayat, tetapi hanya menggambarkan proses pendidikan setelah
seseorang menyelesakan pendidikan formalnya. Sedangkan konsep
pendidikan sepanjang hayat mencakuup ruang lingkup yang lebih
luas yaitu mencakup pendidikan formal dan non formal
dibandingakn dengan ketiga istilah tersebut.

Olap Falem mengartikan Recurrent Education digunakan


untuk menunjukan keseluruhan proses pendidikan yang terjadi
setelah seseorang mengakhiri pendidikan formalnya. Jadi istilah
tersebut tdak sama dengan konsep pendidikan sepanjang hayat.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


pendidikan sepanjang hayat (life Long Education) tidak diganti dengn
beberapa istilah di muka secara memuaskan. Pendidikansepanjang
hayat adalah suatau asas bahwa proses pendidikan itu kontinu sejak
manusia itu dilahirkan sampai akhir hayatnya.

Proses pendidikan seumur hidup mencakup bentuk-bentuk


secara formal dan informal yang beralngsung di keluaraga , tempat
bekerja dankehidupan masyarakat. Konsep pendidikan sepanjang
hayat lebih tepat disamakan dengan Life long integrated Eduction.
B. Landasan Pendidikan Sepanjang Hayat.

Landasan pendidiakan sepanjang hayat, di jabarkan sebagai


berikut:

1. Landasan Idiologi

Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai


hak yang sama, khususnya hak untuk mempreoleh
pendidikan dan meningkatkan pengetahuannya serta
ketrampilannya. Pendidikan sepanjang hayat memberi
peluang besar bagi setiap individu untuk
mengembangkan potensi dalam kehidupannya. Potensi
ini dalam Islam di istilahkan dengan Potensi Ilahiyah.
Artinya bahwa pendidikan appapun tujuannya adalah
agara manusia menjadi hamba yang mutaqin.

Sehingga jauh sebelumnya dalam pencarian


codoh/ pasangan anak manusia harus sudah
memperhatikan pendidikan dalam arati bahwa unsur-
unsur pendidikan sudah harus di tanamkan. Hal ini
sebagai mana yang dikemukakan oleh Syahmini Zaini
bahwa pendidikan ... dimulai semenjak seoarng laki-laki
dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan.
sebab sah tidaknya perkawinan akan mempengaruhi
kehidupan suatu keluarga dan keturunan mereka. Suat
keluarga yang hidup tanpa perkawinanyang sah selalu
berada dalam keadan dosa. Dosa menurut Islam
mengotori hati .

Berkenaan dengan ini Rasulullah SAW


menengasakan Bahwa : “Wanita dinikahi karena empat
faktor, yaitu karena hartanya, kebangsaannya,
kecantikannya dan agamanya, pililah wanita yang kuat
agamanya, niscaya hidup bahagia”

Wanita yang taat menjalankan ajaran agamanya,


biasanya berkeinginan dan berusaha mengasuh,
membimbing dan mendidik anak-anak nya sesuai dengan
ajaran agama taersebut. Pendidikan sang ibu akan lebih
berkesan dan lebih berpengaruh daripada
pendidikanyang jdilakukan oleh babak. Sebab, pada fase
awal kehidupan anak, ia lebih banyak beragul dengan ibu
dibandingakan dengan bapaknya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa


pendidikan Islam dalam pengertian luas di mulai sejak
seorang muslim/ muslimah mencari jodoh.

Berkaitan dengan konsep pendidikan sepanjang


hayat dalam Islam jauh sebelum para tokoh pedidikan
barat mengemukakan Life Long education, Rasul sudah
lebih dulu menegaskan bahwa pendidikan itu
berlangsung sepanjang hayat sebagai mana dalam hadits
“Bahwa mencari ilmu diwajibkan bagi muslim laki laki
dan perempuan dari ayunan sampai keliang lahat.”

Hal ini menurut penulis yang menjadi landasan


teologi pendidikan sepanjang hayat

2. Landasan Ekonomis.

Salah satu cara untuk keluar dari lingkaran setan


kemlaratan dan kebodohan adalah dengan pendidikan
sepanjang hayat. Karen dengan ini orang dimungkinkan:

a. Meningkakatkan produktivitas
b. Memelihara dan mengembangkan
sumberdaya yang dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang
sehat dan meyenangkan
d. Mempunyai motivasi dalam mendidik dan
mengasuh anak –anaksecara tepat sehingga
peranan pendidikan dalam keluarga sangat besar
lagi penting.

3. Landasan Sosiologis

Salah satu masalah pendidikan dinegara


berkembang adalah pemborosan pendidikanyang
disebakan oleh sebagaian orang tua kurang menyadari
pentingnya pendidikan, putus sekolah, bahkank
tidaksekolah sama sekali. Oleh karena pemborosan itu
dapat berakibat tambahnya jumlah buta huruf, orang tua
merupakan upaya pemecahanya.

4. Tinjauan Politis

Indonesia negara yang menganut demokratis


dimana seluruh warga negara wajib menyadari akan hak
dan kewajibannya disamping memahami fungsi
pemerintahan. Maka tugas pendidikan sepanjang hayat
berfungsi sebai pendidikan kewarga negaraan perlu
diberikan kepada setiap warga negara.

5. Landasan Teknologis

Dengan majunya ilmu pengetahuan dan


teknologi para pemimpin, teknisi, guru dansarjana darai
berbagai disiplin ilmu harus senantiasa menyesuaikan
peerkembangan ilmu dan teknologi untuk menambah
cakrawala pengetahuan di samping ketramilannya.

6. Landasan Psikologis dan Pedagogis

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonolgi


berpengaruh besar terhadap pendidikan khususnya
konsep dan teknik penyamapiannya. Oleh karaena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi makin
luas dan kompleks maka tidak mungkin segalanya itu
dapat di ajarkan kepada anak di sekolah.

Maka dewasa ini tugas pendidikan formal yang


utama ialah bagaimana mengajarkan cara belajar,
menanamkan motivasi yang kuat kepada anak untuk
belajar terus sepanjang hayatnya, memberi ketrampilan
kepada anak untuk pandai menyesuaikan diri kepada
lingkungn dan masyarakat yang dengan cepatnya
berubah-ubah. Untuk itu semua perlu diciptakan kondisi
yang merupakan pendidikan sepanjang hayat.

C. Implikasi
Implikasi pada Program Pendidikan menurut Abu
Ahmadi dan Nur Ubiyati:
a. Pendidikan baca Tulis, pengetahuan-pengetahuan baru dapat
diperoleh terutama melalu bacaan, bagi anak didik secara fungsional
diberikan kecakapan membaca, menulis dan berhitung. Untuk
mengembangkan kecakapan lebih lancjut terhadap apa yang telah
dimilikinya diberikan/ disediakan bahan bacaan
b. Pendidikan Kejuruan, dengan majunya teknologi dan industrialisasi
maka pendidikan kejuruan itu tidak boleh dipandang sekali jadi dan selesai.
Program pendidikan yang bersifat remedial ldan pra lulusa sekolah itu
menjadi tenaga trampol dn produktif harus terus menerus menyesuaikan
kemajuan teknologi mutakir.
c. Pendidikan Profesonal, para profesional perelu mengikuti
perubahan dansikpanya terhadap profesinya masing-masing. Hal in
merupakan ralisasi dari pada pendidikan sepanjang hayat.
d. Pendidikan keara perubahan dan pengembangan. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya telah
menyusup dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Barang-barang
elektronik telah mengganitkan alat-alat dapur yang taradisional bagi
kalangan ibu rumah tangga (mesin cuci , kompor listrik dan lainnya),
e. Pendidikan kultrural dan pengisaian waktu luang, seorang yang
disebut pelajar (education man) harus memahami dan mengharagi nilai-
nilai yang terkandung dalam sejarah, kesusastraan, pandangan hidup,
kesenian dari bangsa sendiri. Pngetahuan tethadap nilai-nilai tersebut
disamping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk
mengisi waktu luangnya yang lebih menyenangkan. Atas dasar itu semua
maka pendidikan kultural dan penisian waktu luang secara konstruktif
merupakan bagian penting dari pada pendidikan sepanjang hayat.

Implikasi pada sasaran pendidikan, yang perlu memperoleh


pendidikan sepanjang hayat, dapat di kalsifikasikan dalam
beberapa kategori, diantaranya:

a. Para petani, diengara yang sedang berkembang para petanai hal ini
merupakan golongan penduduk yang tebesar. Biasanya cara hiup mereka
masih tradisional dan masih percaya kepada mitos-mitos dan lainnya. Hal
ini salah satunya didasaran pada pendidikan yang rendah, atau mungkin
sama sekali tidak meperoleh pendidikan formal. .maka pendidikan
diberikan hendaknya; (1) membantu meningkatkan produktivitas dengan
cara mengajarkan berbagai ketrampilan dan tekni bertani yang
memungkinkan mengingkatkan hasil pertanaiannya. (2) mendidik mereka
agar dapat memenuhi kesajiban mereka sebagai warga negara dansebagai
kepala keluaarga yang baik, sehingga mereka menyadari pentingnya
pendidikanbagi anak-anak mereka. (3). Mendidik mereka bagaimana
memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang produktif dan
menyenangkan.
b. Para remaja putus sekolah, mereka keluar dari sekolah karena
berbagai sbag. Dari mereka ini perlu diberikan pendidikanyang kultural dan
kegiatan-kegiatan yang rekatif serata pendidikan yang bersifat remedial.
c. Para pekerja yang berketrampilan, supaya datpat menghadiap
setiap tantangan hari depan mereka hendaknya diberikan kepada mereka
program pendidikan kejuruan danteknik, yang dapat menginkatkan
pengetahuan dan ketrtampilan yang telah mereka miliki. Program
pendidikan diberikan sedikitya mengandung dua tujuan yaitu: (1) mampu
menyelamatkan mereka dari bahaya ketingalan jaman,membuka jalan bagi
mereka menyelamatkan mereka untuk naik tingkat dalam rangka promosi
kedudukan.
d. Para teknisi dan golongan profesional, pada umumnya golongan ini
menduduki posisi penting dalam masyarakat. Dan sedikit banyaknya
menyubang terhadap keberhasilan pembangunan. Untuk memprbaharui
ketrampialan pengetahuannya maka disini perlua adanya pendidikan
sepanjang hayat.
e. Para pemimpin. Hendknya mereka ini mampu memadukan antar
pengetahuan dengan berbagai kahlian disamping harus selalu
memperrbagaharui sikapdan gagasanya. Sesuai dengan kemajuan dan
pembangunan. Biasanya pegnetahuan tersebut tidk pernah mereka proleh
di lemaga pendidikan formal.
f. Para anggota masyarakat yang sudah tua, karena pestnya imu
pengetahuan dan teknologi, banyak penetahuan yang belum mereka
ketahui pada masih muda. Jumlah mereka makin lama makin bertambah
besar,karena bertambahpanjangnya usia rata-rata manusia,disebabkan
oleh kesehatan yang membaik.
MATERI PERTEMUAN IV

HAKIKAT MANUSIA DAN MASYARAKAT DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pendahuluan

Sepanjang sejarah kehidupanyan, manusia senantiasa berusaha


memahami hakikat dirinya. Dinamika perekembangan manusia mencari
jati dirinya menggunakan berbagai sudut pandang. Ilmu yang menyelidiki
manusia dari sisi fisik “Antropologi” yang memandang manusia dari
sudut kebudayaan “Antropologi kebudayaan”, sedangkan yang
memandang manusia dari segi “adanya” menggunakan “Antropologi
Filsafat”. Membicarkan dan memikirkan hakikat mansusia inilah yang
membuat orang tidak berhenti-henti mencari jawaban tentang
pertanyaan seputar Apa, dari mana? Dan kemana manusia itu?.

Kesulitan mengurai tentang hakikat manusia ini diakui oleh Dr. A.


Carrel dalam bukunya Man the Unknow. Dia mengatakah bahwa:
“pengetahuan tentang mahkluk-makhluk khidup secara umum dan
manusia secara khususnya belum lagi mencapai kemajuan seperti yang
telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya”.

Selanjutnya ia menjelaskan:

“ ... sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha


yang sangat besar untuk mengetahui dirinya. Kendatipun kita
memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari para ahli
penelitian para ilmuwan, fiosof, sastrawan dan para ahli dIbidang
keruhanian sepanjang masa ini. Tetapi kita (manusia) hanya mampu
mengetahui berapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak
mengetahui manusia secra utuh. Yang kita ketahui hanyalah
manusia dari bagian-bagaian tertentu . dan ini pun dibagi lagi
menurut tata cara kita sendri. Pada hakikatnya, kebanyakan
pertanyan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang
mempelajari mansui –kepada diri mereka-hingga kini masih tetap
tanpa jawaban “

Dari penjelasan di atas, agamawan dapat berkomentar bahwa


pengetahuan tentang mansuai demikian itu disebabkan karena mansusia
adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaanya terdapat ruh
ilahi sedangkan manusia tidak diberi pengethauan tentang ruh, kecuali
sedikit. Hal ini sebagai mana di sebutkan dalam Qur’an Surat al- Isra’ (17):
85:

َ‫ُ ُ ا ْل ع َّل ق‬
‫عن قُل ال رو من أ ر وام أو تيت ْم‬ ‫و َي سأَلَُونك‬
‫ْل م من لي ًل‬ ‫ح ْ م ر بي‬ ‫الرو‬
Artinya: “mereka bertanya kepada engaku tentang ruh. Katakanlah: Ruh
itu sebagaian dari urusan Tuhanku: kamu tidak diberi pengetahuan
melainkan sedikit”.

Qurais Sihab mendefinisikan Manusia dengan bebeberapa Istilah,


diantaranya:

1. menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun,


dan sin semacam insan, Ins, nas, atau unas.
2. Menggunakan kata basyar
3. Menggunakan kata Bani Adam, dan Zuriyat Adam.

Selanjutnya secara khusus beliau nenggunakan kata basyar


dan kata insan. Kata Basyar bermula diambil dari kata penampakan
sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata
basyariah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kultnya
tampak jelas dan bebeda dengan kulit binatang yang lainnya.

Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam


bentuk tunggal dansekali dalam bentuk k Mutasnna (dua) untuk
menunjukan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaanya
dengan manusa seluruhnya. Hal ini seperti dalam Q.s al-Kaf (18):
110:

‫واحد‬
‫ي لَهك لَه‬ ‫شر ك ْم حى‬ ‫قُل َنما أََنا‬
‫أَنَما ْم‬ ‫مثْل ُيو َل‬
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya aku seorang manusia
sempumpama kamu, diwahyukan kepadaku, bahwa tuhan Kamu
tuhan yang Esa..”.

Darai sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur’an


yang menggunakan basyar yang mengisyaratkan bahwa proses
kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga
mencapai kedewasaan.
Hal tersebut seperti tercantum dalam Q.S. ar-Rum (30); 20:

‫شرون‬
َ‫شر َت ْنت‬ ُ‫ا أَ ْنت‬ ‫من ت ب‬ ‫ك‬ َ‫و ن آ ه خل‬
‫ْم‬ ‫َ ار ث‬ ‫ْم‬ َ‫ن ق‬-َ‫م يَ ا ت أ‬
‫َم‬

Artinya: “diantara tanda-tanda-Nya ialah bahwa Dia mencitakan


kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang
bertebaran di bumi”

Bertebaran ini bisa diartikan berkembang biak akibat


hubungan seks atau bertebaran mencari rizki. Kedua hal ini tidak
dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang memiliki
kedewasaan dan tanggung jawab.

Demikian terlihat basyar diakitkan dengan kedewasaan


kehidupan manusia. Yang menjadikannya mampu memikul
tanggung jawab.

Kata insan diambil dari kata uns yang berart jinak, harmonis
dan tampak. Pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang al-qur’an
lebih tepat dari pada yang berpendapat dari kata nasiya (lupa).
Nasa-yanusu (berguncang).

Kata Insan, digunakanal-Quran untuk menunjukan kepada


manusia dengan seluruth totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang
berbeda antara seseorang dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik
dan kecerdasan.

B. Proses Kejadian Manusia


Manusia diciptakan oleh Tuhan melalui sebuah proses
alami yang berlangsung dalam beberapa tahap. Musa Asy’ari
menyebutkan empat tahap proses penciptaan manusia, yaitu
tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh, dan tahap nafs.
Keempat tahap tersebut oleh Toto dijelaskan sebagai
berikut:

1.Tahap Jasad. Al-qur’an menjelasakan bahwa


permulaan peniptaan manusia adalah dari tanah (turab),
yaitu tanah berdebu. Al-qur’an menyebut tanah ini
terkadang dengn istilah tin dan salsal. Namun yang jelas,
maksud dengn tanah ini adalahsari patinya atau sulalah.
Peniptaandari tanah ini tidakberarti bahwa manusia dicetak
dari bahan tanaah. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu
sari pati yang membentuk tumbuhan atau binatang yang
kemudian menjadi bahan makanan bagi manusia.

2. Tahap Hayat, awal mula kehidupan manusia


menurut al-quran adalah sebagiman kehidupan tumbuhan
dan binatang. Maksud air kehidupan di sini adalah air yang
hina atau seperma. Seperma ini kemudian membuahi sel
telur yang ada di dalam rahim seorang ibu manusia.
3. Tahap Ruh, maksud ruh disini adalah sesuatu yang
diembuskan Tuhan dari diri manusia dan kemudian menjadi
bagian dari diri manusia. Pada saat yang sama Tuhan
menjadikan bagi manusia pendengaran, penglihatan, dan
hati. Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan proses ini
menunjukan bahwa ruh adalam pimpinan dalam diri
manusia. Ruhlah kiranya yang dapat membimbing
pendengaran, penglihatan, dan hati untuk memahami
kebenaran.
4. Tahap Nafs, kata nafs, disini di artikan sebagai
kekuatan diri. Diri atu kekuatan adalah kesatuan dinamika
dari jasad, hayat, dan ruh. Dinamikanya terletak pada saksi
atau kegiatannya, kesatunaya bersifat spiritual yang
tercermin dalam aktifitas kehidupan manusia.

C. Kedudukan Manusia

Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan


makhluk Tuhan lainnya dimuka bumi ini. keistimewaan itu bisa
dilihaat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas karakternya.
Karena keistimewaanya itu manusia memiliki tugas dan kewajiban
yang berbeda dengan mahkluk yang lain. Dalam al-Quran manusia
mempunyai dua kedudukan di muka bumi ini. Pertama sebagai
abid (hamba) dan yang kedua sebagai Khalifah.

Pertama eksistensi sebagai ‘abd atau hamba seperti terdapat


dalam Q.S. Azzariyat (51): 56:

‫دون‬
‫ت ا وا ْ س ل ع‬ َ‫وما خل‬
‫َّل َي ُب‬ ‫ْلجن ْل ْن‬ ‫ْق‬
Artinya: “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembah kepada Ku” .

Menurut Tedi Priana, kata ‘abd sendiri dalam al-Quran


pertama kali ditemukan dalam QS.al-‘Alaq: 10, kemudian dalam
bentuk kata kearja ditemukan dalam Q.S. al-Fatih: 5. Dari dua
penggunaan kata ‘abd tersebut, terlihat bahwa konsep yang
terkandung meliputi dua aspek, yaitu aspek subjek yang
menyembah, atau manusia dan objek yang di sembah .

Dari sisi terminologi, terdapa sejumlah perbedaan


pandangan kalangan ulama tentang makna ‘Ibadah. Ibnu Katsir,
mendefinisiakan ‘ibadah dengan menunjuk sifatnya sebagai
perbuatan yang menghimpun rasacinta, penyerahan diri yang
sempurna dari seorang hamba kepad Tuhan dan rasa khawatir yang
mendalam terhadap penolakan Tuhan. Rasyid Ridha mengartikan
iadah adalah kesadaran jiwa akankagungan yang tidak diketahui
sumbernya. Kekautan, hakikat danwujud sumber tersebut tak
terjangkau oleh manusia.

Dari uraian di atas, penulis menyimupkan bahwa manusia


sebagai ‘abid adalah menyembah atau tunduk dan patuh kepada
Tuhannya terhadap hukum-hukmnya.

Kedua eksistensi manusia sebagai Khaliffah, bila dilaihata


dari kata asanya adalah kata Khalafa, berarti menggantikan tempat
seseorang sepeningalanya. Karena itu, Khalifah berarti seorang
pengganti. Dengan istilah Khulafa dan Khalaif sebagai bentuk
jamak dar Khalifah telah digunakan dalam al-Qur’an.

Dalam ensklopedi Islam pengertian kata Khalifah berarti


wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka bumi; pengganti Nabi
Muhammad SAW, dalam fungsi sebagai kepala pemerintahan. Lebih
jauh lagi khalifahfi al-ardh digambarkan sebagi kedudukan yang
suci. Sedangakan menurut Hasan Langgulung Khalifah diartikan
sebagi agen yang bertanggung jawab yang akan ditanya oleh Allah
akan tingkah lakunya.
D.Tugas Manusia
Setelah diketahui kedudukan manusia, pertanyaan beikutnya
adalah apa yang harus dikerjakan manusia? pertanyaan ini
menyangkut tugas manusia di muka bumi ini. Tugas manusia dalam
pandang Islam adalah memakmurkan bumi dengan jalan
memanifestasikan potensi Tuhan yang ada dalam dirinya. Dengan
kata lain, manusia sesungguhnya dipertintahkan mengembangkan
sifat-sifat Tuhan ini dalam bahasa agama bisa disebut al-asma al-
husna, yang berjumlah 99. Sebagi contoh, tuhan adalah Maha
Pengasih (al-Rahman) maka manusia diperintahkan untuk bersifat
asih terhadap dirinya dan makhluk lain.
Satu hal yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa sifat-
sifat Tuhan itu hanya dapat dimeanifestasikan oleh manusia dalam
bentuk dan cara yang terbatas. Hal ini, selain karena watak
keterbatasan manusia, juga dimaksudkan agar manusia tidak
mengaku dirinya sebagi Tuhan. Seyogyanya manusia menganggap
porses perwujudan sfat-sifat Tuhan ini sebagai suatu amanah, agar
manusai bertangung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas
ini.

E. Potensi Manusia

Manusia menyandang predikat sebagi Khalifah di bumi,


maka oleh Allah dibekali dengan potensi-potensi yang
memperbolehkannya memikul tangung jawab yang besr itu. Al-
Quran mengegaskan bahwa ia memiliki ciri-ciri istimewa. Ciri-ciri
istimewa tersebut menurut Hasan Langgulung yang bertama
adalah ia itu baik dari segi fitrah semenjak dari mula, Dia tidak
mewarisi dosa karena Adam keluar dari syurga.

Salah satu ciri-ciri fitrah ini ialah bahwa manusia menerima


Allah SebagaiTuhan. Dengan kata lain manusia itu dari asal
mempunyai kecenderungan agama, sebab agama itu sebagaiandari
fitrahnya . atau dengan kata-kata Ibnual-Qayyim: ‘’ manusia
menerima Islam seperti juga anak-anak menerima susu ibunya”.
Jadi Isalm itu adalah naluri asal manusia. Dengan kata lain manusia
itu bukan lahir dengan Islam tetapi ia memiliki potensi untuk
menjadi Islam . Jadi sebab-sebab yang menjadikan orang tidak
percaya pada Tuhan bukanlah sifat asalnya, tetapi bersumber pada
lingkungan.

Berkenaan dengan potensi (fitrah) yang dibekali manusia


oleh Tuhanya, maka dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk
menyempurnakan hidupnya dan untuk menguasai seta mengelola
alam sekitarnya. Maka para ahli Filsafat memberikan berbagai
predikat kepada manusia. Prtedikat–predikat tesebut diantaranya
adalah:

1. Manusia adalah “Homo Sapienies” artinya makhluk yang


mempunyai budi.
2. Manusia adalah “Animal Rational” artinya binatang yang
berpikir
3. Manusia ialah “Homo Laquen”yaitu makhluk yang pandai
menciptakan bahasa danmenjelmakan pikiran manusai
dan perasaandalam kata-kata yang tersusun
4. Manusia adalah “Homo Faber” artinya makhluk yang
tukang, dia pandai membuat perkakas atau disebut juga
“tool making animal” yaitu binatang yang pandai
membuat alat.
5. Manusia adalah “Zoon politicon” yaitu makhluk yang
pandai bekrja sama, bergaul dengan orang
laindanmengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
6. Manusia adalah “Homo Economicus” artinya makhluk
yang tunduk pada pronsip-prinsip ekonomi danbersifat
ekonomis
7. Manusia adalah “Homo Religius” yaitu makhluk yang
beragama. Dr. M.j Langeveld seorang tokoh pendidik
Bangsa Beland, memandang manusia itu sebagai “animal
educatidum dan animal educabile” yaitu bahwa manusia
adalah makhluk yang harus didik dan dapat menerima
pendidikan.

f. Masyarakat

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan


manusia secara bersama. Dalam masyarakat itu terjadi
proses kehidupan sosial. Proses suatu lembaga manusia.
Berlangsung pula seluruh proses perekembangan
kehidupan. Oleh karena itu, masyarakat dapat diaratikan
sesbagai wadah atau medan berlangsungnya interaksi
masyarakat.

Dalam pandangan sosiologi, masyarakat didefinisikan


sebagai: “sekumpulan manusia yang secara realtif mandiri,
yang hidup bersama-sama cukup lam, yang mendiami suatu
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan
melakukan sebagain besar kegiatanya dalam kelempok
tersebut” .

Dalam al-Qur’an menurut Quraish Sihab untuk


menunjuk pada pengertian masyarakat atau kumpulan
manusia menggunakan istilah qwam,ummah, syuu’ub dan
qabail. Disamping itu al-Qur’an juga memperkenalkan
masyarakat dangan sifat-sifat tertentu, seperti al-mala’, al-
mustakbirun, al mustadh’afun dan lainya.

Dari urian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa


masyarakat adalah sekumpulan manusia, yang hidup di satu
tempat tertntu dalam kurun waktu yang lama dan
mempunyai budaya, bahasa dan tujuan hidup bersama-
sama.

Adapun mengenai masyarakat yang ideal dalam


pandangan Islam , adalah seperti yang di ungkapkan oleh
Hasan Langgulung:

1. Masyarakat Islam wujud di atas tiang iman


kepada Allah, Nabi, rasul, Kitab-kitab Samawi, Hari
Akhir, Hari Kebangkiatn, Perhitungan dan balasan.
2. Masyarakat Islam menempatkan agama pada
tempat yang tinggi.
3. Masyarakat Islam memberikan penilaian yang
tinggi kepada akhlak dan tata susuila. Segala
kegiatan danperbuatan insan ditundukkan kepada
prinsip dankaedah yang diterima sebagai prinsip
insaniah yang jelas.
4. masyarakat Isam memberi perhatian utama
kepada ilmu, sebab ilmu dianggap cara yang
terbaik untuk memantapkana akidah agama
5. masyarakat Islam emnghormati dan menjaga
kehormatan insan. Tidakmemandang
parbedaanwarna kulit, bangsa, agama harta dan
keturunan
6. keluarga dan kehidupan berkeluarga
mendapatkan perhatian besar dalam masyarakat
Iswlaml. Masyarakat isalm mengutamakan ikatan
danbinaan institusi keluarga
7. masyaraka Islam adalah masyarakaat dianamis
dan bertekad untuk berkembang dan berubah
dengan pesat dan terus menerus.
8. Kerja mendapat perhatian sunguguh-sugnah
dalam masyarakat Islam .
9. Nilai dan peranan harta diperhitungkan untuk
menjaga kehormatan insan dan memangun umat.
......kekuatan dan keteguhan yang diatur oleh
agama, akhlak dan ukurran kebenaran, keadilan,
kasih sayang dan ciri insaniah yang luhur dijadikan
tujuan. Baik kekuatan moral dengan beriman
kepada Allah. ....
10. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang
terbuka , boleh menerima pengaruh yang baik
dari masyarakat yang lain terutama di bidang ilmu
pengetahuan.
11. Masyarakat Islam bearsifat insaniah , saling kasih
mengasihi, ramah tama, tolong menolong bantu
membantu antara satu sama lainnya.

Demikian pengertian masyarakat dan ciri dari


masyarakat yang hidup berdasarkan atas ajaran Islam . Dan
ini yang menurut pendulis diartikan sebagai masyarakat
dalam padangan Islam .
MATERI PERTEMUAN VI

ILMU PENGETAHUAN DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN


ISLAM

A. Pengetian Ilmu Pengeahuan


Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua kata, yaitu Ilmu dan Pengetahuan.
Ilmu menurut Hasan Langgulung berasal dari Bahasa Arab yang berarti
dari kata kerja ‘alim yang bermakna mengetahui. Jadi ilmu itu adalah
masdar atau kata benda abstrak dan kalau dilanjutkan lagi mnejadi
‘alim yaitu orang yang tahu atau subjek, sedangkan yang menjadi objek
ilmu di sebut ma’lum atau yang diketahui. Dalam al-Quran kata ‘Ilmu’
dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini
menurut Quraish Shihab digunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan objek pengetahuan
Dalam bahasa Inggris paling tidak dikenal dua kata yang
berhubungan dsengan ilmu, yaitu knowledge dan scince. Bahasa
indonesia mengenal beberapa istilah yang berkaitan dengan ilmu. Ilmu,
pengetahuan dan sain atau sains. Jujun mengemukakan dua pilihan
untuk menerjemahkan Knowledge dan science ke dalam bahasa
Indonesia, yaitu ‘Ilmu‘ untuk knowledge, dan ‘ilmu pengetahuan, untuk
Science. Namun demikian terjemahan ini memiliki kelembahan
terutama berkaitan dengan konsisten penerjemahan kata-kata
turunannya. Karena itu, ia mengusulkan penerjemahan science menjadi
ilmu dan knowldge menjadi pengetahuan.
Para ahli yang lain, memberikan pandangan mengenai pengertian
Ilmu sebgai mana yang di tulisa oleh Muhaimin dan Abd Mujib:
1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag dalam bukunya The Febric
of Society menulis “ scince is empirical, rational, general, and
cumulative an it is allfour at once’ (ilmu adalah suatu yang
empiris, yang rasional, umum dan kumulatif, dan keempat-
empatnya serempak)
2. Ashley Montagu dalam bukunya The cultured Man
menyebutkan bahwa “Scinece is a sistematized Knowledge
servics from observation, study and exsperimentation carried
onn onder to determine the nature or principles of what being
studied” ( ilmu adalah pengetahuan yang tersusundalan suatu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman
untuk menentukan hakikat dan pronsip tentang sesuatu yang
sedang dipelajari.
3. Zakiah Darajat, dkk. Menyebutkan sebagai seperangkat rumusan
pengembangan pengetahuan yang dilakukan secara objektif,
sistematis, baikdengn pendekatan deduktif maupun induktif,
yang dimanfaatkan untuk memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan, dan pengamanan manusia yang berasal dari Tuhan
disimpulkanoleh manusia melalui hasil penemuanpemikiran dari
para ahli.

Dari definisi diatas, ilmu pengatahuan mempunyai ciri


khusus, yaitu:

a. Objek ilmu Pengetahuan adalah empiris, yaitu fakta-fakta empiris


yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan panca
indranya
b. Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu
mempunya sistematika hasil yang diperoleh bersifat rasional dan objektif ,
universal dan kumulatif
c. Ilmu dihasilkan dari pemgamatan, pengalaman, studi dan
pemikirian.
d. Sumber dari segala ilmu adalah Tuhan. Karena Dia yang
menciptakannya
e. Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan, pengamanan
manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.

B. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Islam

Kehadirana Nabi Adam a. Diatas bumi berabekal seperangkat Ilmu


pengetahuan Q.S al- Baqarah (2) : 31:

‫لَعى ا َل ة ْن ُبئو‬ ‫سماء كل ها ثُ َم عرضه‬ ‫وعلَم آَ َد م ا‬


‫ْل ئك م فَقَا ني ل أ‬ ‫ْم‬ ‫ْْل‬
‫ن ك صا د قين‬ ‫بأَ سماء هؤ‬
‫ ْم‬-ُ‫ْنت‬ ‫َّلء‬
Artinya: “ Allah mengajarkan kepada Adam sekalian nama-nama
barang, kemudian dibawa baang-barang itu kepada malaikat, lalu
Allah Berfirman: Kabarkanlah kepada Ku nama-nama barang ini, jika
kamu yang benar”

Dengan ilmu tersebut maka diangkat derajatnya, Q.S. al_Mujadalah


(58) : 11:
‫ر بي خ‬ ‫ع‬ ‫ون ُل َم‬ َ‫ت‬
. ‫ما‬ ‫ّل ُال‬
‫و درج‬ ‫وا ا ْل ن‬-ُ‫وت‬-ُ‫ذي والَ أ‬ ‫ َمُنوا ن م ك ْم‬-َ‫ّل ُال الَ آ‬ َ‫ْرف‬
‫ات‬ ‫ع ْلم‬ ‫ْن‬ ‫ذي‬
Artinya: “... niscaya Allah Meninggikan orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa-apa yang kamu krjakan”

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dijadiakan standar kualitas


stratifikasi manusia. Q.S. az Zumar (39):9:

‫مون‬
‫ع‬ ‫ع مو ذي ن‬ ‫قُل هل س الَ ذين‬...
َ‫ل‬ ‫ل ن والَ ّل‬ ‫وي‬ َ‫َي ت‬
َ
Artinya: “... Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang berilmu
pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu (pengetahuan)?

Disamping itu ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan yang


tinggai dalam pandangan Islam . Hal ini seperti yang diuraiakan oleh
Muhaimin dan Abd. Mujib:

1. Ilmu Pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran.


2. Ilmu Pengeahuan sebagai prasyarat amal saleh
3. Ilmu Pengetahuan aalah alat untuk mengelola sumber-sumber
alam guna mencapai ridha Allah SWT
4. Ilmu Pengetahuan sebagi alat pengembangan daya pikir
5. Ilmu Pengetahuan sebagai hasil pengembangan daya pikir.

Manusia, menurut al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan


mengembangkan ilmunya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat
yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk
mewujudkan hal tersebut. Dan menunjukan betapa tinggi derayat orang
yang berpengetahuan.

Dalam al-Qur’an menurut Quraish Shihab pembagian ilmu ada dua


macam. Pertama ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai “ilmu
ladunni”, seperti diinformasikan dalam Qur’an Surat al-Kahfi (18): 65:

‫وع منَ من دنَا ع ْلما‬


‫رحمةً ْن‬ ‫َبا دنَا آََت‬ ‫فَ ج ع دا‬
‫ل‬ ‫لَ ا‬ ‫من َدنا‬ ‫ْينَا ع‬ ‫من‬ ‫َو دا‬
‫ع‬ ‫ْب‬
Artinya: “(setelah keduanya sampai di tempat itu), keduanya
mendapat seorang hama di antara hamba-hamba kami (khidir),
yang telah Kami karuniakan kepadanya rahmat dari sisi Kami
dantelah Kami ajarkankepadanya ilmu dari sisi Kami”.

Kedua, ilmu yang diperolah karena usaha manusia, dinamai Ilmu


kasbi. Pembagaian ini disebabkan karena pandangan al-Quran terdapat hal-
hal yang “ada” tetap tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri.
Dan ada hal yang “ada” dan dapat diusahakan oleh manusia sendiri melalup
panca indra.

C. Sumber Ilmu Pengetahuan

Dengan potensi yang ada, manusia berusaha untuk iqro (membaca,


memahami, meneliti dan menghayati) fenomena-fenomena yang nantiya
dapat menimbulkan ilmu pengetahuan. Fenomena tersebut dapat berupa
kauniah. Hal ini oleh Albert Einstein digambarkan “nature for him was an
open book whose letters he could read without efort. In one person he
combined the experimenter, the theorist, the mecahnic an , not less, the
artist, in exspresion” (alam semesta adalah sebuah buku terbuka yang
huruf-hurufnya dapat dibaca tanpa susah payah. Dalam satu pribadi
dikumpulkannya ahli eksperimen, ahli teori, ahli mekanik dan tidak kurang
dari itu seseoarang seniman dalam mengucapkanya).
Fenomena lainya dapat berupa Qur’aniyah yaitu al-Quran, ia bukan
hanya sekedar buku atau dokumen sejarah tapi juga sebuah kenyataan
hidup dan berlaku dalam kehidupan umat manusia. Al-Quran ini memberi
harapan dan kekuatan di hadapan kegaiban-kegaiban kehidupan dan
menentukan nasib mereka di dunia dan di akhirat.
Muhaimin dan Abd Mujib menyebutnya alquran bagi seorang sosial
dan kultural saintific adalah buku tentang manusia,sedangkan bagi seorang
teolog, al Quran adalah buku tentang Tuhan dan ketuhanan. Sementara itu,
bagi seorang filosof al Quran adalah buku mengenai berbagai masalah sasi
yang menjadi bahan perbincangan filsafat dari masa- kemasa.
Dalam pandangan filosof, untuk mendapatkan pengetahuan tentang
maasa lalu dan hal-hal yang baru adalah dangan mengandalkan kesaksian
orang lain. Dasar untuk penerimaan data-data tersebut harus mencakup
pengetahuan oleh otoritas lain, bersaan dengan otoritas-otoritas lain dan
keahlian khusus. Perlu diingat bahwa kesaksian adalah sumber kedua dan
bukan sumber pertama pengetahuan.
Istilahnya dalam Empirisme berpendirian bahwa mengetahui apa
yang dapat ditemukan dari panca indra. Sains modern aladah empirs.
Rasionalisme menekankan kepada pemikiran sebagai faktor sentral dalam
pengetahuan. Pengetahuan itu ditemukandalam konsep, prisnip-prinsip
dan peraturan-peraturan dan bukan sekedar merupakan rasa fisik. Intuisi
adalah pemahaman yang langsung yang tidak merupakan hasil dri
pemikiran yang sadar ia mungkin dipadnag sebagai pengetahuan tanpa
perantara (Immediate knowlegde).
Hemat penulis pada dasarnya bahwa perbedaan sumber ilmu
pengetahuan yang terjadi , dapat di simpulkan bahwa sumber ilmu
pengetahuan ada yang berasal dari ilahiah yang berarti wahyu alat, dan ada
yang bersumber dari alam sekitar. Dimana alat yang digunakan adalah
logika, panca indara (empiris). Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh
Quraish Shihab berkaitan pembagian ilmu.

d. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Cara memperoleh Ilmu Pengetahuan yang disebut dengan istilah
“metode ilmiah ”. Biasanya bergerak dalam pemikiran atas dasar asumsi
postulat, aksioma atau kondisi sebagai beriku:

1. Prinsip kasualitas, adalah keyakinan bahwa setiap kejadian


mempunyai sebab dan dalam situasi yang sama, sebab yang
sama menimbulkan efek yang sama.
2. Prinsip prediktif uniformatif, mengatakan bahwa sekelompok
kejadian akan menunjukan derajat hubungan diantara
mereka di kemudian hari, sama dengan apa yang mereka
perlihatkan pada masa yang lalu atau masa sekarang.
3. Prinsip obyektivitas, mengharuskan si penyidik untuk
bersikap tidak memihak mengenai data-data dihadapanya.
Fakta-fakta harus dapat dihayati dedngan cara yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang normal.
Maskud dari sikap ini adalah untuk menghilakngan unsur-
unsur subyektif dan pribadi sedapat mungkin dan
memusatkan perhatian kepada hal yang sedang dipelajari.
4. Prinsip empirisisme, mendorong si penyidik untuk
menganggap bahwa kesan-kesan dari indranya dapat
dipercaya dan bahwa ia dapat mengkaji kebenaran dengan
menunjukkan fakta-fakta yang telah dialaminya.
Pengetahuan adalah hasil dari pengamatan, pengalaman,
daneksperimen, dan semua itu bertentangan dengan
otoritas, intuisi atau fakta saja.
5. Prinsip Kehematan (parsiomony), mengatakanbahwa oleh
karaena banyak hal yang sama seseorang memilih
ketetangan yang paling sederhan dan menganggapnya
sebagai yang paling benar. Prinsip ini mengekang adanya
keruwetan yang tidak perlu ia mengingatkan ... terhadap
ketetrangan yang berbelit-belit. Prinsip ini biasa nya disebut
“pisau cukur Occam” untuk mngingatkan kepada William of
Occam, seorang filosof Inggris abad ke 14 yang mengatakan
bahwa kesatuan tidak boleh digandakan lebih dari pada yang
diperlukan (entites should not be muliplied beyond
neccesary).
6. Prinsip isolasi (segregation) mengehdaki agar fenomena yang
diselidiki itu dipisahkan dari yang lain sehingga dapat
diselidiki sendiri.
7. Prinsip kontrol, mengatakan bahwa kontrol adalah sangat
perlu, khususnya untuk melakukan eksperimen. Tanpa
kontrol, banyak faktor yang berbeda-beda pada waktu yang
sama, dan eksperimen tidak dapat diulang. Jika keadan
berubah waktu esksperimen dilakukan, hasilnya mungkin
tidak benar.
8. Prinsip pengukuran yang pasti (exact measurement), prinsip
ini menghendaki agar hasil-hasil penyelidikan dapat
dijelaskan secara kuantitatif atau matematis. Ini adalah
tujuan ilmu fisika yang memerlukan ukuran-ukuran yang
obyektif yang dapat diteliti kebenarannya.

Pemaparan tersebut di atas, dapat diperjelas dalam uraian Jujun S.


Suriasumantri yang disebut tahapan-tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses Logico hypothetico-verifikasi dengan
langkah-langkah:

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai


obyek empiris yang jelas batasan-batasanya serta dapat di
identifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya
2. Penysunan kerngka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaksaknhubungan yang
mungkin terdapat antara faktor yang saling mengkait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini
disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenaranya dengan memperhatikan faktor-faktor
empiris yang relavan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan Pengujian hipotesis yang merupakan
pengumpulan fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut
atau tidak .
4. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atu diterima. Sekiranya dalam
poroses pengajuan terdapat fakta yang cukup yang mendukung
hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya
dalam porse pengajuan tidak terdapt fakta yang cukup
mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang
diterima kemudian daingap menjadi bagian dari pengetahuan
ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sbelumnya serta telah teruji kebenaranya.
Pengertian kebeanaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis
artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang
menyatakan sebaliknya.

Metode tesebut di atas menurut Muhaimin dan Abd Mujib dapat


dilakukan dengan pendekatan : Induktif, suatu cara penganalisaan ilmiah
yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus menunju hal yang bersifat
umum. Dedukutif, metode yang bergerak dari hal-hal yang umum
kemudian atas dasar ini ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus.
Pendekatan gabungan, antara metode induktif dan metode deduktif.

Anda mungkin juga menyukai