Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Rully Putri Agustin 2011100242
Tia Septiani 2011100328
Yulianti 2011100387
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Lampung,12Oktober2020
DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................... i
Kata pengantar....................................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar
belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah...................................................................................... 1
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 1
1.4
Metode ..................................................................................................... .1
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1 Pengertian konvensi naskah........................................................................... 2
2.2 Ketentuan umum dalam konvensi naskah..................................................... 2
2.3 Syarat formal penulisan naskah..................................................................... 3
2.4 Pengertian penyutingan naskah..................................................................... 4
2.5 Syarat penyutingan naskah............................................................................ 5
2.5 Hal yang perlu diperhatikan dalam penyutingan........................................... 5
BAB III. PENUTUP............................................................................................ 6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 6
3.2 Saran................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa
nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai bahasa
daerah di Indonesia. Bahasa tidak hanya digunakan dalam komunikasi secara
lisan, tetapi juga dalam komunikasi secara tertulis. Begitu halnya dengan Bahasa
Indonesia. Dalam penggunaanya, Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan baku.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa di zaman sekarang sudah banyak sekali
penulis yang terkenal, dengan tulisan-tulisannya telah membuat para pembaca
dapat memahami dan mengerti dengan apa yang ditulis dan apa yang dimaksud
dari tulisan tersebut. Maka, penulis harus pandai memilih kata yang tepat
sehingga dapat merangkai kata manjadi kalimat yang ringkas, jelas, dan juga
mudah dipahami. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menjelaskan segala
ketentuan-ketentuan dalam penulisan naskah atau disebut juga dengan konvensi
naskah. Dengan mempelajari konvensi naskah, penulis dapat menciptakan tulisan
yang indah dalam menampilkan sebuah tulisan itu sendiri, sehingga pembaca
tertarik untuk membaca tulisan tersebut.
Menyunting dihubungkan dengan kegiatan mempersiapkan sebuah naskah, baik
berupa tulisan pendek ataupun calon buku, dari segi bahasa. Tugas penyunting
adalah mengelola bahasa sebuah naskah, melakukan perbaikan di mana perlu,
dengan berpegang pada kaidah bahasa hingga sesampai di tangan pembaca,
naskah itu menjadi lebih tertib secara tata bahasa. Dengan kata lain, kerja
menyunting berurusan dengan bahasa, dan bahasa di sini diperlakukan sebagai
sarana belaka bagi penulis guna menyampaikan ide atau perasaannya.
Fungsi seorang penyunting tidak berhenti pada perbaikan ejaan dan tata kalimat,
tapi juga berperan untuk memastikan apakah ide penulis sampai ke pembaca
secara utuh, tidak kurang tidak lebih. Dan benar, dalam arti bersesuaian dengan
fakta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan konvensi naskah?
2. Apa ketentuan umum dalam konvensi naskah?
3. Apa syarat formal penulisan sebuah naskah ?
4. Apa yang di maksud dengan penyutingan naskah?
5. Apa syarat penyutingan naskah?
6. Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penyutingan naskah?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konvensi naskah.
2. Untuk mengetahui ketentuan umum dalam konvensi naskah.
3. Untuk mengetahui syarat formal penulisan konvensi naskah.
4. Untuk mengetahui pengertian penyutingan naskah.
5. Untuk mengetahui syarat penyutingan naskah.
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penyutingan
naskah
1.4 METODE
Literatur yaitu mencari sumber dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KONVENSI NASKAH
Konvensi naskah ialah penulisan naskah ilmiah yang berdasarkan aturan aturan
yang sudah disepakati. Dari segi persyaratan , dapat dibedakan lagi karya yang
dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan
formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang
dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak
memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-
formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat
formalnya
Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan,
pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan
kelengkapan penulisan lainnya. Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya
pengorganisasian karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan
seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan
persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan,
wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format
pengetikan yang sistematis.
2.2 KETENTUAN UMUM DALAM KONVENSI NASKAH
Adapun ketentuan-ketentuan dalam penulisan naskah adalah
a. Naskah ditulis dalam bentuk format yang sudah jadi dan siap di cetak.
b. Judul ditulis dengan huruf kapital dan cetak tebal
c. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan program
MSWord huruf Times New Roman dengan spasi 12 tunggal.
d. Ukuran kertas A4 dengan margin 4. 4. 3. 3 cm (kiri- atas-kanan-bawah).
e. Alenia baru mulai pada ketikan keenam dari batas kiri, antar alenia tidak
diberi tambahan spasi.
f. Untuk kata asing maka dipergunakan cetakan huruf miring.
g. Semua bilangan di tulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan
bilangan bulat yang kurang
Dari 10 harus menggunakan ejaan.
h. Tabel ataupun gambar harus di beri keterangan yang jelas, dan di beri nomor
urut.
i. Identitas penulis harus di cantumkan dibawah judul meliputi nama lengkap
(tanpa gelar), institusi, alamat lengkap dan email.
2.3 SYARAT FORMAL DALAM PENULISAN NASKAH
1) Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat
karangan, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun
data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara
logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan
pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.
2) Kejelasan uraian/deskripsi:
• Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan
tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab,
dari sub-bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu
memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis,
menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan
atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam
penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan
catatan kaki.
• Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk
mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata
konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata
konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat
yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif,
menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.
Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf:
kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme,
kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya
penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).
• Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain:
penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting;
kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan
gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta
sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
• Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut
pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan:
penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…,
survei membuktikan bahwa…,
• Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa
alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik
sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau
berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas
arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang
dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan
judul.
c. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi
karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah.
Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya
cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan.
Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus
dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis
terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
• Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-
ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis),
sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
• Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang
umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.
C. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu
karangan ilmiah.
a. Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan
dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang
berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai
pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
• Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
• Tahun terbit.
• Judul buku: penulisannya bercetak miring.
• Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
• Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor,
dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem
Vancover, dan lain-lain).
Keterangan:
• Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu
dibalik.
• Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk
menggantikan nama pengarang.
• Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai
dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
• Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
• Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama
belakang pengarang.
b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya
terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan
suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru,
maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai,
cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai
bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak
mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun
secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang
mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan
pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.
d. Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi
menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran
kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis,
tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan
karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.
2.4 PENGERTIAN PENYUTINGAN NASKAH
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk
turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan
(kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan
memperhatikan sisi sisematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan,
diksi, dan struktur kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting
disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna proses, cara,
perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
(Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil
menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan).
Penyutingan meliputi :
a. Memperbaiki kesalahan yang kasat mata.
b. Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
c. Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang
bersangkutan.
d. Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki
kejelasan makna serupa.
e. Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
f. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul.
g. Memperbaiki judul supaya menarik.
h. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan
yang di suting
i. Menelaah kembali tulisan yang telah di cetak, mungkin masih terdapat
kesalahan secara redaksional atau subtansial.
2.5 SYARAT PENYUTINGAN NASKAH
Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia,
penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan kesabaran, kemampuan menulis,
keluwesan, penguasaan salah satu bidang keilmuan, pengetahuan yang luas dan
kepekaan bahasa.
2.6 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENYUTINGAN
1. Penyuntingan Isi (Content editing) yang sering disebut dengan developmental,
substantive, or structural editing; revising; rewriting
a. Merevisi atau memindahkan seluruh paragraf atau kalimat
b. Menambahkan material terbaru untuk mengurangi perbedaan dan menghapus
material asli yang tidak dianggap tidak bermanfaat.
c. Mengorganisir dan merestrukturisasi isi untuk meningkatkan aliran dan
kejelasan bahasa
2. Penataan Salinan (Copyediting) yang sering disebut dengan line, mechanical,
or stylistic editing
a. Memeriksa ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan mekanisme
b. Memeriksa apakah isi sudah mengikuti ketepatan gaya bahasa atau bagian
gaya internal
c. Membuktikan fakta dan menjamin ketepatan/konsistensi bentuk
d. Mengklarifikasi makna dan meningkatkan keterbacaan dengan mengubah
pilihan kata dan struktur kalimat.
3. Koreksi Cetakan Percobaan (Proofreading)
a. Membaca sampai selesai naskah copy untuk mengecek kesalahan
b. Memastikan semua perubahan telah tercantum didalamnya dan tidak ada
kesalahan yang tertinggal selama proses penyuntingan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan
yang sudah lazim, dan sudah disepakati. Berdasarkan persyaratan formal ini,
dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal, semi formal, dan non
formal. Maksud secara formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua
persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Maksud secara semi formal adalah
bahwa suatu karya tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut
konvensi. Dan maksud secara non formal adalah bahwa suatu karya tidak
memenuhi syarat-syarat formalnya. Persyaratan formal yang harus dipenuhi
sebuah karya tulis yaitu Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, bagian
pelengkap penutup.
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk
turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan
(kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan
memperhatikan sisi sisematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan,
diksi, dan struktur kalimat). Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi
penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian
dan kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang
keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.
3.1 SARAN
Dalam mempelajari konvensi naskah, diharapkan dapat menciptakan tulisan yang
indah dalam menampilkan sebuah tulisan itu sendiri, sehingga pembaca tertarik
untuk membaca tulisan tersebut. Juga dalam mempelajari penyutingan naskah di
harapkan mampu memahami teori tentang penyutingan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19584/
Konvensi+Naskah.doc
Sumber : http://rakhmatmalik.blogspot.com/2011/12/konvensi-naskah.html
Sumber: http://adtyabisnisonline.blogspot.com/2013/06/penyutingan-naskah.html