THAHARAH
THAHARAH
MAKALAH
Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
makalah ini dengan judul “Thaharah”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengkaji topik yang ada, namun
penulis menyadari bahwa hasil makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak sekali
kekurangan didalamnya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
Penulis
A. Pendahuluan
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka
melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat
muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau
tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT. Namun, yang terjadi
sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci itu sebatas membasuh
badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat
Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya seorang
banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi thaharah
dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat
muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci dan mulai
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan
najis. Thaharah merupakan kunci dan syarat sah shalat. Dalam kesempatan lain Nabi
Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam
hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
3. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah
taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci
menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa
dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu : wudhu,
1). Wudhu
Wudhu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan
menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al
Maidah ayat 6.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat,
maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudhu :
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat,
getah dsb.
Rukun Wudu:
Sunnah Wudhu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang
Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal
seperti berikut.
Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik
berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan
sebagainya)
Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
Tidur dengan nyenyak
Hilang akal
2). Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak
adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit. Firman Allah SWT dalam surat
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.
Syarat Tayamum:
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum:
- Niat
- Mengusap debu ke muka
- Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
- Tertib
Sunah Tayamum:
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib
adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Ta’ala.’
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya
sebagai berikut :
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
Menghadap kiblat
Membaca basmalah
Berwudu sebelum mandi
Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
Menggosok badan dengan tangan.
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur
maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai
keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi.
Selesainya haid bagi perempuan.
Selesai melahirkan.
Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
Meninggalnya seseorang (jenazah)
4). Istinja’
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan
qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya.
Air
Batu (jika tidak ada air)
Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
5. Manfaat Thaharah
a. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.
b. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak
dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan
kebersihan.
c. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
d. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat
tidak mudah terjangkit penyakit.
e. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun
lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.
hukumnya untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab
a. Air Mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu masih asli,
dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci atau pun benda
najis. Air mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’
dan mandi janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci itu bisa
digunakan untuk mensucikan. Diantara air-air yang termasuk dalam kelompok suci dan
mensucikan ini antara lain adalah :
Air Hujan
Salju
Embun
Air Laut
Air Zam-zam
Air Sumur atau Mata Air
Air Sungai
b. Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci.
Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas
mandi janabah. Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu ( يستعمل- )استعملyang bermakna
menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau
bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa
bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah,
statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai
pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW yang kita terima dari
sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR.
Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir,
kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam
melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-laki.
Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah perempuan.
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah
ra. (HR. Muslim)
Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam
satu ember kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya,
”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut
berjanabat”.
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau barang yang
bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur barus,
tepung dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar
dari karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun tidak
mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda suci,
tetapi campuran antara air dan susu sudah menghilangkan sifat utama air murni menjadi
larutan susu. Air yang seperti ini tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum
tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap suci.
d) Air mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang
najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan hukum,
bisa ikut menjadi najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis.
Keduanya tergantung dari apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur
benda yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara logika
bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air itu
menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar dengan
perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume air yang kecil. Agar kita bisa
menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis itu ikut berubah menjadi najis
atau tidak, maka para ulama membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau kemasukan
barang najis, maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan
a. Hadas
Pengertian Hadas:
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah
sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu apabila
2) Hadas besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau
2. Najis
Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu
yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah
- Najis Mukhafafah
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air
kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-apa
kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan
mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis.
- Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air
kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi
Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau,
warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah
Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara
dan baunya.
- Najis Mugalazah
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang
mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis sampai
tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga hilang zat,
yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda
yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah,
debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu,
debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
[2]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[3]Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, (Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013), h. 64.
[4] http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[5]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[6]http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html