Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Kapnometri adalah alat yang mengukur konsentrasi karbon dioksida (CO2) di
atmosfer, digunakan untuk pertama kalinya selama Perang Dunia II untuk memantau
lingkungan internal. Alat ini digunakan dalam pengobatan untuk pertama kalinya pada
tahun 1950 untuk mengukur jumlah CO2 yang dihembuskan selama anestesi. Namun,
tidak digunakan dalam praktek klinis sampai awal 1980-an dan dengan pengembangan
mesin yang lebih kecil, kapnometri secara resmi memasuki bidang anestesi.
(Aminiahidashti H, dkk, 2018)
Ahli anestesi telah mengakui perlunya pengukuran dari pernapasan dan gas
anestesi. Setelah tahun 1954, teknik penyerapan inframerah memberikan tampilan
langsung dari konsentrasi CO2 yang dihembuskan. Kemampuan untuk
mengkonfirmasi intubasi endotrakeal dan memantau ventilasi, sebagaimana tercermin
oleh konsentrasi CO2 dalam gas yang terhirup, dimulai pada tahun 1943. Pada saat itu,
K. Luft menggambarkan prinsip penyerapan inframerah oleh CO2 dan ia
mengembangkan alat untuk pengukurannya. Aplikasi capnografi rutin dalam praktik
anestesi dipelopori oleh Dr. Bob Smalhout dan Dr. Zden Kalenda di Belanda.
Pemantauan nafas terus menerus secara berkesinambungan dan tampilan gelombang
tingkat CO2 membantu ahli anestesi mengenali kelainan metabolisme, ventilasi, dan
sirkulasi. (Barash, 2013)
Ketika pipa endotrakeal atau laryngeal mask dimasukkan, penentuan posisi
yang benar harus diverifikasi oleh penilaian klinis dan dengan identifikasi karbon
dioksida dalam gas ekspirasi. Analisis karbondioksida end-tidal secara terus-menerus,
yang digunakan sejak penempatan pipa endotrakeal / layringeal mask, sampai
ekstubasi / pemindahan atau memulai transfer ke ruang perawatan pasca operasi, harus
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif seperti kapnografi, kapnometri,
atau spektroskopi massa. Ketika kapnografi atau kapnometri digunakan, alarm end
tidal CO2 harus dapat didengar oleh ahli anestesi atau personel tim perawatan anestesi.
(D’Mello dan Butani, 2002)

1
Penelitian dari American Society of Anaesthesiologists (ASA) menunjukkan
bahwa 34% dari kejadian cedera yang melibatkan sistem pernapasan, 93% dari kasus
ini dapat dicegah dengan pemantauan melalui pulse oksimetri, kapnografi atau
keduanya. Karena alasan inilah ASA memasukkan kapnografi dalam standar
pemantauan dasar. (D’Mello dan Butani, 2002)
Ada dua jenis capnograph, "sidestream" dan "mainstream". Dalam teknik
"mainstream", pengambilan sampel dan pengukur CO2 ada di sirkuit ventilator,
sedangkan "sidestream", alat analisis gas terletak di luar sirkuit ventilator. Dalam kedua
jenis, penganalisa gas menggunakan radiasi inframerah, spektrum massa atau Raman
dan teknologi spektrum foto akustik. Peralatan pengukuran aliran digunakan dalam
kapnograf volumetrik. (Aminiahidashti H, dkk, 2018)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Istilah "end-tidal" CO2 (etCO2) umumnya mengacu pada nilai akhir dari kurva
Pco2 yang dihembuskan, pada akhir fase ekspirasi. Metode yang digunakan untuk
menentukan angka ini tidak universal dan bervariasi sesuai dengan pembuat kapnograf
tertentu yang digunakan. Sebagai contoh, etCO2 mungkin hanya (1) nilai Pco2 sebelum
inspirasi, (2) nilai Pco2 terbesar selama siklus pernafasan tunggal, atau (3) nilai Pco2
pada waktu tertentu dalam kapnogram yang dirata-ratakan pada beberapa kali
pernapasan. Pada orang sehat dengan ventilasi homogen, perbedaan antara Paco2 dan
etCO2 biasanya kurang dari 5 mm Hg, sehingga menunjukkan keseimbangan antara
alveolar dan darah kapiler paru. Beberapa penyakit mengganggu keseimbangan ini dan
menghasilkan peningkatan perbedaan Paco2 - etCO2. Dalam beberapa situasi, etCO2
dapat lebih besar dari Paco2, terutama dengan adanya heterogenitas ventilasi yang
berat dan pada bagian paru-paru dengan V / Q yang sangat rendah. Pada kondisi statis,
etCO2 biasanya mencerminkan keseimbangan relatif antara produksi CO2 dan
ventilasi alveolar. (Miller, 2015)

2.2 Konsep Umum


Kehadiran CO2 dalam napas yang dihembuskan mencerminkan proses
fisiologis dasar dari ventilasi, aliran darah paru, dan metabolisme aerob. Pemantauan
lanjutannya membantu dokter anestesi untuk memastikan penempatan pipa endotrakeal
(ETT) atau laryngeal mask airway (LMA) yang benar, serta integritas sirkuit
pernapasan. CO2 yang dihembuskan memberikan informasi terutama tentang ventilasi.
Hal ini juga digunakan untuk memperkirakan kecukupan curah jantung. Dalam
kombinasi dengan Paco2, CO2 yang dihembuskan dapat digunakan untuk
memperkirakan rasio ruang rugi fisiologis (VD) terhadap volume tidal (VT) dengan
menggunakan persamaan Bohr :

3
Dimana PECO 2 adalah tekanan parsial campuran ekspirasi CO2, yaitu udara
yang dihembuskan dan dikumpulkan dalam suatu kantong ato ruang, atau dihitung dari
capnogram volumetrik. Kemampuan untuk mendeteksi dan menghitung CO2 adalah
komponen penting dari pemantauan pernapasan dalam suatu anestesia dan suatu
perawatan pasien kritis. (Miller, 2015)

Dalam arti yang sangat umum, kapnometri mengacu pada pengukuran dan
kuantifikasi konsentrasi CO2 yang dihirup atau dihembuskan pada saat pembukaan
saluran napas. Sedangkan kapnografi tidak hanya merujuk pada metode pengukuran
CO2, tetapi juga tampilan grafisnya sebagai fungsi waktu atau volume. Kapnometer
adalah alat yang mengukur konsentrasi CO2. Kapnometer dapat menampilkan nilai
numerik untuk CO2 yang dihirup atau dihembuskan. Sedangkan kapnograf adalah alat
yang merekam dan menampilkan konsentrasi CO2, biasanya sebagai fungsi waktu.
Capnogram mengacu pada tampilan grafik yang dihasilkan oleh kapnograf. (Miller,
2015)

2.3 Fase-Fase Kapnogram


Kapnogram normal dibagi menjadi 4 fase. Fase I (A-B) merupakan dasar
inspirasi, yang biasanya merupakan nol. Fase Kedua (B-C) merupakan tanjakan ke atas
ekspirasi. Ini normalnya berbentuk curam. Ketika pasien ekspirasi, udara segar di ruang
rugi anatomi secara perlahan diganti oleh gas yang mengandung CO2 dari alveolar.
Fase ketiga (C-D) merupakan plateau ekspirasi, yang normalnya memiliki gradien ke
arah atas yang kecil. Hal ini disebabkan tidak ada kesesuaian yang sempurna antara
ventilasi dan perfusi melalui paru paru. Alveolar dengan rasio V/Q yang lebih rendah,
konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, cenderung kosong lebih lambat selama ekspirasi
dibandingkan yang memiliki rasio V/Q tinggi. Ketika ekspirasi selesai, plateau

4
berlanjut yang disebabkan CO2 yang diekshalasi dari alveoli tetap di tempat sampling
gas sampai inspirasi berikut. Konsentrasi end-tidal CO2 (EtCO2) dipertimbangkan
sama dengan konsentrasi CO2 dalam alveoli (PACO2). Fase keempat (D-E)
merupakan fase inspirasi dengan arahan diagram ke bawah, suatu udara segar yang
menggantikan gas alveolar pada sisi sampling. Kapnogram normal mengindikasikan
paru telah diventilasi. Ventilasi bisa spontan, dibantu, ataupun dikontrol. Konsentrasi
CO2 saat inspirasi normalnya adalah nol dan nilai normal end-tidal berkisar antara 34
- 44 mmHg. Penilaian gambaran kapnogram bisa membantu mendeteksi adanya
kelainan tertentu (Becker dan Langhand, 2013)

Gambar 2.1. Kapnogram Normal

2.4 Prinsip Pengukuran


Kebanyakan kapnometer bergantung pada sumber cahaya inframerah yang
difokuskan pada disk chopper yang berputar sekitar 60 putaran / detik. Chopper
memungkinkan sinar diarahkan secara bergantian melalui (1) sel sampel dengan gas
untuk dianalisis dan (2) sel referensi tanpa CO2 yang dapat dideteksi. Selain itu,
sumber cahaya sepenuhnya diblokir di berbagai titik selama revolusi disk chopper.
Fotodetektor dan sirkuit yang terkait memproses ketiga sinyal ini untuk
memperkirakan perubahan konsentrasi CO2 secara terus-menerus dalam sel sampel.
Sebagai alternatif, konsentrasi CO2 dapat diperkirakan dengan teknologi solid-state,
menggunakan splitter sinar dan bukannya roda chopper. Splitter memungkinkan untuk
pengukuran energi inframerah pada panjang gelombang di dalam dan di luar spektrum

5
penyerapan CO2. Dua kategori umum kapnometer adalah sidestream (diverting) dan
mainstream (nondiverting). (Miller, 2015)

2.4.1. Nondiverting (Flowthrough)


Kapnograf nondiverting (mainstream) mengukur CO2 yang melewati adaptor
yang ditempatkan dalam sirkuit pernapasan. Transmisi cahaya inframerah melalui gas
diukur dan konsentrasi CO2 ditentukan oleh monitor. Karena masalah dengan drift,
model flowthrough yang lama cenderung kembali ke nol sendiri selama inspirasi.
Dengan demikian, alat ini tidak mampu mendeteksi CO2 yang dihirup, seperti yang
akan terjadi pada malfungsi sirkuit pernapasan (misalnya, gangguan pada co2
absorbent, katup unidirectional yang menempel). Berat sensor menyebabkan traksi
pada tabung trakea, dan panas yang dihasilkan dapat membakar kulit. Desain terbaru
mengatasi permasalahan ini. (Morgan, 2013)

2.4.2. Diverting (Aspiration)


Kapnograf diverting (sidestream) terus menerus menghisap gas dari sirkuit
pernapasan ke sampel sel dalam monitor. Konsentrasi CO2 ditentukan dengan
membandingkan penyerapan sinar infra merah pada sampel sel dengan sebuah ruangan
bebas CO2. Aspirasi kontinyu dari gas anestesi biasanya menggambarkan kebocoran
dalam sirkuit pernapasan yang akan mengkontaminasi kamar operasi kecuali bila
dibuang atau dikembalikan ke sistem pernapasan. (Morgan, 2013)
Tingkat aspirasi yang tinggi (250ml/menit) dan sampel tubing dengan ruang
rugi rendah biasanya meningkatkan sensitivitas dan menurunkan waktu lag. Bila
volume tidal kecil (pada pediatrik), bagaimanapun aspirasi yang tinggi dapat
memasukkan gas segar dari sirkuit dan terjadi dilusi pengukuran ETCO2. (Morgan,
2013)
Aspirasi yang rendah (< 50 ml/menit) dapat menghambat pengukuran ETCO2
dan mengecilkan hasilnya selama ventilasi pernapasan cepat. Malfungsi katup
ekspirasi dideteksi dengan adanya CO2 dalam gas inspirasi. Meskipun gagal katup

6
inspirasi menyebabkan terhisapnya kembali CO2, hali ini tidak tampak nyata karena
bagian volume inspirasi terbaca nol saat fase inspirasi. (Morgan, 2013)
Unit aspirasi rentan terhadap presipitasi air dalam tube aspirasi dan sampel sel
yang dapat menyebabkan obstruksi dalam selang sampel dan pembacaan yang salah.
(Morgan, 2013)

2.5. Kapnogram Waktu


Model tampilan paling umum digunakan yaitu PCO2 dibandingkan waktu.
Capnogram waktu dapat direkam dengan dua kecepatan. Ketika gambaran kapnografis
ditampilkan pada osiloskop yang berputar cepat atau pada kertas yang bergerak cepat
(sekitar 7mmsec – 1), dimungkinkan untuk mengenali beberapa fitur yang mungkin
bernilai diagnostik. Ketika capnograms ditempatkan pada kertas yang bergerak lambat
(sekitar 0,7mmsec-1) atau hanya tren inspirasi dan nilai-nilai ET CO2 dihasilkan,
masih mungkin untuk mengenali informasi klinis penting mengenai naik atau turunnya
konsentrasi CO2 yang terinspirasi maupun yang terkespirasi. (Miller, 2015)

2.6. Volume Kapnogram


Konsentrasi karbon dioksida ketika ditempatkan terhadap volume ekspirasi
selama siklus pernapasan disebut sebagai 'Volume Capnogram'. Berbeda dengan
'Capnogram Waktu', volume capnogram hanya memiliki segmen ekspirasi dan tidak
ada segmen inspirasi. Volume kapnografi (Gbr.9) memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan kapnografi waktu. Pertama, volume CO2 yang dihembuskan per napas
dapat diukur. Kedua, perubahan signifikan dalam morfologi bentuk gelombang
ekspirasi dapat dideteksi dalam volume kapnogram (mis. sekunder dari PEEP) yang
tidak terlihat dalam kapnogram waktu tradisional. (Miller, 2015)

7
Gambar 2.2. Skematik dari (A) Sidestream (B) Mainstream Kapnometer

2.7. Indikasi
Pemantauan tekanan parsial ekspirasi CO2 telah berkembang menjadi monitor
yang penting untuk fisiologis dan keselamatan pasien. Kapnografi adalah standar
perawatan untuk memantau kecukupan ventilasi pada pasien yang menjalani anestesi
umum. Sekarang juga sudah mulai digunakan untuk memantau ventilasi saat pasien
dalam sedasi sedang atau dalam (Barash) Penurunan Etco 2 yang cepat adalah indikator
sensitif terjadinya emboli udara, komplikasi utama dari kraniotomi dengan posisi
duduk. (Morgan, 2013)

8
2.8. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi untuk penggunaan kapnografi, asalkan data yang
diperoleh dievaluasi dalam konteks sesuai keadaan klinis pasien. Secara umum aman
menggunakan kapnografi untuk pemantauan pada semua pasien. (Barash, 2013)

2.9. Keterbatasan
Meskipun kapnografi memberikan pengukuran kuantitatif ETCO2, tetapi tidak
seakurat analisis gas darah pada penilaian tekanan parsial karbon dioksida arteri. Ada
gradien antara tekanan parsial karbon dioksida arteri dan ETCO2; gradien ini
meningkat dengan meningkatnya volume ruang rugi. Dalam keadaan penyakit yang
ditandai dengan meningkatnya ruang rugi dan ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, seperti
emfisema atau emboli paru, atau dalam ventilasi paru tunggal iatrogenik, analisis gas
darah arteri diperlukan untuk penentuan akurat tekanan parsial karbon dioksida arteri.
(Barash, 2013)

2.10. Penggunaan klinis kapnografi


CO2 diproduksi di dalam tubuh oleh metabolisme seluler, yang dibawa oleh
sistem peredaran darah ke paru-paru, diekskresikan oleh paru-paru dan diangkut oleh
sistem pernapasan.Oleh karena itu, perubahan pada CO2 yang dihirup dapat
mencerminkan perubahan dalam metabolisme, sirkulasi, respirasi, jalan napas, atau
sistem pernapasan. Tekanan parsial ekspirasi akhir CO2 normal berkisar antara 35 dan
45 mmHg. (D’Mello dan Butani, 2002)

2.10.1 Metabolisme
Peningkatan end-tidal CO2 adalah indikator yang dapat diandalkan untuk
peningkatan metabolisme hanya pada pasien dengan ventilasi mekanis. Pada pasien
yang bernapas spontan, PET CO2 mungkin tidak meningkat akibat hiperventilasi.
(D’Mello dan Butani, 2002)

9
Penyebab metabolik dari peningkatan CO2 ekspirasi termasuk peningkatan
suhu, menggigil, kejang, produksi katekolamin yang berlebihan, pemberian darah atau
bikarbonat, pelepasan penjepit arteri atau tourniquet dengan reperfusi daerah iskemik,
glukosa dalam cairan intravena, hiperalimentasi parenteral, dan CO2 yang digunakan
untuk mengembangkan rongga peritoneum selama laparoskopi, rongga pleura selama
torakoskopi atau sendi selama artroskopi. (D’Mello dan Butani, 2002)
Hipertermia maligna adalah keadaan hipermetabolik dengan peningkatan
produksi CO2 yang masif. Peningkatan terjadi lebih awal, sebelum kenaikan suhu.
Deteksi dini sindrom ini adalah salah satu alasan terpenting untuk memantau CO2
secara rutin. Kapnografi dapat dipantau untuk efektivitas pengobatan. (D’Mello dan
Butani, 2002)
Produksi CO2 turun dengan penurunan suhu, peningkatan relaksasi otot, dan
peningkatan kedalaman anestesi. (D’Mello dan Butani, 2002)

2.10.2. Sirkulasi
Penurunan end-tidal CO2 terlihat dengan penurunan curah jantung jika ventilasi
tetap konstan. Berkurangnya aliran darah ke paru-paru juga dapat terjadi akibat
manipulasi bedah jantung atau pembuluh darah toraks, wedging kateter arteri
pulmonalis, dan emboli paru (trombus, tumor, lemak gas, sumsum, atau cairan
amniotik). (D’Mello dan Butani, 2002)
Penurunan PET CO2 yang cepat tanpa adanya perubahan tekanan darah,
tekanan vena sentral dan denyut jantung menunjukkan emboli udara tanpa konsekuensi
hemodinamik sistemik. Namun ketika ukuran embolisme udara meningkat, terjadi
penurunan output yang selanjutnya mengurangi PETCO2. (D’Mello dan Butani, 2002)

2.10.3. Respirasi
Penggunaan utama dari sinyal kapnografi dalam anestesi adalah verifikasi
langsung intubasi trakea dengan kehadiran langsung dan secara terus menerus dari
metabolisme CO2 dalam ekspirasi. Deteksi CO2 pada penempatan di esofagus

10
memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan. Bronkospasme, kerusakan peralatan,
adanya PEEP atau tekanan krikoid yang menyumbat ujung pipa ETT dapat
menyebabkan kegagalan mendeteksi CO2. (D’Mello dan Butani, 2002)
Dengan intubasi esofagus, bentuk gelombang kecil dapat dilihat secara
sementara sebagai akibat dari CO2 yang telah memasuki lambung selama ventilasi
dengan sungkup atau dari minuman berkarbonasi atau obat-obatan. Hal ini bisa
memberi kesan bahwa pipa ETT ditempatkan dengan benar di trakea. Namun,
konsentrasi yang berkurang dengan cepat dan bentuk gelombang abnormal biasanya
akan membedakan intubasi esofagus dari intubasi trakea. (D’Mello dan Butani, 2002)
Penggunaan utama kapnografi lainnya adalah menentukan kebutuhan ventilasi
yang benar (ventilasi semenit) selama ventilasi terkontrol. Penggunaan ini mudah
diperluas untuk pemantauan terus menerus dari ventilasi spontan dan untuk
pemantauan ventilasi yang tepat selama titrasi agen anestesi yang menekan ventilasi.
Dalam sirkuit rebreathing parsial dan anestesi aliran rendah, kapnografi memfasilitasi
penyesuaian aliran gas segar, yang merupakan penentu utama kadar CO2 karena dapat
meningkatkan ventilasi semenit. Bentuk capnogram rebreathing parsial dapat sangat
bervariasi, tergantung pada frekuensi ventilasi dan volume tidal. (D’Mello dan Butani,
2002)

2.10.4. Aparatus anestesi


Kebocoran sirkuit, yang mengurangi volume semenit, dideteksi oleh
peningkatan bertahap dalam PETCO2. Monitor CO2 mendeteksi diskoneksi secara
instan pada pasien yang lumpuh. Pemantauan CO2 memberikan peringatan dini
mengenai retensi CO2 oleh pasien karena sistem anestesi yang salah atau tidak
berfungsinya katup dalam sistem lingkar anestesi. Oklusi total atau ekstubasi yang
tidak disengaja dari pipa endotrakeal menghasilkan penurunan tiba-tiba pada PETCO2.
(D’Mello dan Butani, 2002)

11
2.10.5. Pertimbangan klinis lainnya
Gas lain (misalnya nitrogen oksida) juga mengabsorpsi sinar inframerah
menyebabkan efek perluasan tekanan. Untuk meminimalkan kesalahan oleh nitrogen
oksida, macam – macam modifikasi dan filter telah disatukan dalam desain monitor.
Kapnograf secara cepat dan dapat dipercaya dalam mengindikasikan intubasi esofageal
– penyebab yang umum dari anestesi katastropik - tetapi tak dapat dipercaya untuk
mendeteksi intubasi endobronkial. Sementara mungkin ada CO2 dalam lambung dari
udara luar yang tertelan (<10 mmHg) ini seharusnya dapat dibuang keluar dalam
beberapa kali nafas. Berhenti tiba – tibanya CO2 selama fase ekspirasi dapat
mengindikasikan kerusakan sirkuit. Meningkatnya tingkat metabolik disebabkan oleh
hipertermi maligna yang menyebabkan peningkatan yang nyata dalam ETCO2.
(Morgan, 2013)
Gradien antara ETCO2 dan PaCO2 (normal 2 – 5 mmHg) menggambarkan
ruang rugi alveolar (alveoli yang diventilasi tapi tidak diperfusi). Reduksi apapun yang
terjadi dalam perfusi paru (misalnya emboli udara, posisi ke kanan, menurunnya curah
jantung atau menurunnya tekanan darah), meingkatkan ruang rugi alveolar, dilusi CO2
ekspirasi dan berkurangnya ETCO2. Kapnograf yang sebenarnya menampilkan bentuk
gelombang konsentrasi CO2 yang menampilkan bermacam – macam keadaan.
(Morgan, 2013)

Gambar 2.3. Peningkatan CO2

12
Gambar 2.4. Penurunan CO2

Gambar 2.5. Rebreathing CO2

Gambar 2.6. Obstruksi ekspirasi atau bronkospasme

Gambar 2.7. Terdapat usaha nafas

13
BAB III
PENUTUP

Monitoring EtCO2 memberikan informasi potensi mengenai produksi CO2 dan


ventilasi informasi potensi mengenai produksi CO2 dan ventilasi. Kapnometrik atau
kapnografi merupakan teknik nonivasif yang memberikan analisis nafas ke nafas dan
mencatat secara kontinu status ventilasi. Monitoring EtCO2 memberikan tanda
peringatan awal akan adanya gangguan respirasi. Monitoring ini juga mencerminkan
perubahan perfusi kardiak dan telah digunakan untuk mengindentifikasi keefektifitas
kompresi dada pada kondisi henti jantung. Alat ini juga digunakan untuk memastikan
letak pipa endotrakea sudah di tempat yang benar
Kapnograf (monitor CO2) mungkin merupakan perangkat terbaik untuk
mengetahui diskoneksi sirkuit. Konsentrasi CO2 diukur dekat Y-piece baik secara
langsung (mainstream) atau dengan aspirasi kontinyu dari sampel gas ke instrumen
analisa (sidestream). Perubahan mendadak dalam perbedaan antara konsentrasi CO2
inspirasi dan end-tidal atau tidak adanya CO2 yang terukur menunjukkan adanya
diskoneksi, pasien tanpa ventilasi, atau masalah lainnya. Yang terpenting, tidak adanya
CO2 yang dihembuskan juga dapat menjadi indikasi rendahnya (curah jantung)
daripada masalah peralatan mekanik.
Pengenalan monitoring CO2 ke dalam praktik klinik merupakan salah satu
kontribusi besar dalam penanganan pasien. Pemantauan CO2 dari pernafasan
dipertimbangkan juga sebagai metode terbaik untuk memastikan intubasi endotrakea

14
DAFTAR PUSTAKA

Aminiahidashti H, Shafiee S, Zamani Kiasari A, Sazgar M. Applications of


End-Tidal Carbon Dioxide (ETCO2) Monitoring in Emergency Department; a
Narrative Review. Emerg (Tehran, Iran) [Internet]. 2018;6(1):e5. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29503830%0A
Barash P. G, Cullen B. F, Stoelting R. K. Clinical Anesthesia. Philladelphia,
Lippincott. 2013;p.704-706
Becker H, Langhan M. Capnography In The Pediatric Emergency
Department : Clinical Applications. Pediatr Emerg Med Pract. 2013;10(6):1–24.
D’Mello J, Butani M. Capnography. Indian J. Anaesth. 2002;46(4):269-278
Miller R. D. Miller’s Anesthesia. 8th ed. Philadelphia, PA: Churchill
Livingstone/Elsevier. 2015;p. 1551-1553
Morgan, Mikhail. Clinical Anesthesiology 5th edition. USA. McGraw-Hill
Education. 2013;p.125-127

15

Anda mungkin juga menyukai