Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL III

KETERAMPILAN MENULIS PDGK4305


PROGRAM STUDI S1 PGSD

Nama : Tira Febry Diansari


NIM : 835145769

1. Ide : Vaksinasi
2. Topik : Vaksinasi Covid 19 Tenaga Pendidik
3. Judul : Vaksinasi Covid 19 Tenaga Pendidik Terus Berproses
4. Kerangka :
a. Pembukaan :
 Pemerintah menargetkan seluruh tenaga pendidik harus di vaksin.
b. Isi Pembahasan :
 Beberapa tenaga pendidik takut divaksin.
 Beberapa guru usia tua tidak bisa divaksin karena faktor kesehatan.
c. Penutup:
 Harapan setetelah dilakukanya vaksinasi Covid 19 kekebalan tubuh
pendidik meningkat.

Sejak tanggal 24 Februari 2021, Pemerintah mulai menjalankan program


vaksinasi untuk pendidik atau guru dan tenaga pendidiki (PTK). Prioritas sasaran
vaksinasi bagi guru dan tenaga pendidik ini merupakan upaya untuk bisa
menjalankan pembelajaran tatap muka pada semester kedua tahun 2021.
Vaksinasi akan diberikan bagi guru dan tenaga pendidik di seluruh jenjang
Pendidikan, baik negeri maupun swasta.
Vaksinasi COVID 19 untuk pendidik atau guru dan tenaga kependidikan
(PTK) hingga saat ini terus berproses. Mulai dari pendataan sampai penyuntikan
vaksinas COVID 19. Berdasarkan data Pusdatin Kemenkes, per tanggal 13
September 2021, baru sebanyak 62 persen atau sebanyak 3,42 juta pendidik dan
tenaga pendidik yang sudah menerima vaksinasi. Dari jumlah tersebut, 39 persen
di antaranya sudah menerima dosis vaksin yang ke 2. Karena itu, Menteri
Kesehatan memerintahkan Kemendik, Kemenag, Kemenkes, Pemda
Kabupaten/Kota, Propinsi dan dinas-dinas terkait di daerah untuk berkolaborasi
dalam mempercepat pelaksanaan vaksinasi bagi tenaga pendidik.
Menteri Kesehatan meminta Kemendagri agar pemerintah daerah
memprioritaskan vaksinasi bagi tenaga pendidik. Koordinasi diperlukan agar
jangan sampai vaksin yang seharusnya untuk pendidik dan tenaga kependidikan
justru bergeser sasarannya. Menteri Kesehatan juga meminta pemerintah daerah
membuat skema untuk mengurangi resiko jika terjadi kluster di lingkungan
sekolah setelah dimulainya pelaksanaan PTM. 

Beberapa tenaga pendidik takut divaksin.


Pendahuluan
Dengan vaksin, tenaga pendidik seperti guru diharapkan telah memiliki
perlindungan daya tahan tubuh sebagai penangkal Covid 19. Walaupun begitu,
protokol kesehatan harus tetap diberlakukan. Vaksinasi bagi seluruh guru dan
tenaga pendidik juga merupakan salah satu persyaratan yang wajib untuk sekolah
yang akan membuka sekolah tatap muka. Berdasarkan surat keputusan bersama
(SKB) 4 Mentri, bahwa semua guru dan tenaga pendidik wajib menerima vaksin
sebelum sekolah tatap muka dibuka. Jika tidak maka siswanya disarankan untuk
belajar di rumah.
Tetapi ada Sebagian beberapa tenaga pendidik yang takut untuk di
vaksin. Ada beberapa alasan yang membuat banyak guru tak yakin mengikuti
vaksinasi Covid 19 yaitu ketakutan jarum suntik dan faktor keyakinan. Untuk
memberikan solusi akan masalah tersebut pemerintah daerah memberikan
sosialisasi kepada sejumlah guru dan tenaga pendidik yang menolak untuk
divaksin, dengan mendatangkan petugas kesehatan dan ustad untuk menjelaskan
terkait manfaat vaksin untuk kesehatan serta penjelasan dari sisi keagamaan.
Pemerintah daerah juga menyebutkan yang bisa menolak untuk divaksin, yaitu
mereka yang mempunyai riwayat kesehatan yang tidak boleh menerima vaksin,
sementara para guru dan tenaga pendidik yang menolak tidak berdasarkan kriteria
tersebut akan di beri sanksi yang tegas.
Isi

Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan


sebagian guru menolak vaksinasi Covid-19 karena berbagai alasan. Paling utama
adalah mengkhawatirkan efek samping dan meragukan kualitas produk vaksin,
namun ada juga guru yang mengakui penolakannya karena pemberitaan negatif
tentang vaksinasi di media sosial. Selain itu, ada pula guru yang menyatakan
menolak vaksinasi dengan alasan masih ada kemungkinan tertular Covid-19 dan
mengklaim penyebaran Covid-19 tidak mengkhawatirkan pada wilayah guru yang
bersangkutan.
Ketakutan para guru ini disebabkan oleh beredarnya informasi tidak
benar dan kabar bohong seputar vaksin, yang lebih mudah dipercaya
masyarakat.  Di era digital seperti sekarang, informasi yang tidak benar
lebih dipercaya, sehingga banyak orang yang takut untuk divaksinasi.
Terkait klaim efek samping, pemerintah menekankan bahwa semua
pengobatan memiliki efek samping. Vaksin Covid-19 meskipun memiliki
efek samping, tapi tergolong ringan. Hal itu yang membuat sebagian
masyarakat termasuk para guru menjadi takut. Untuk hal ini, Pemerintah
bekerja sama dengan para pihak yang bertanggung jawab agar bisa memberi
edukasi dengan benar kepada para guru tentang bagaimana vaksin efektif
dan dapat mencegah transmisi, sehingga bisa menurunkan jumlah pasien
yang terkena Covid-19.
Dalam aturan di Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri menyebutkan
sekolah wajib membentuk Satgas Covid-19 yang tugasnya melakukan sosialisasi
terhadap para guru, orang tua murid, serta berkoordinasi dengan puskesmas. Di
situ juga mengatur pembuatan kurikulum, tata cara belajar di kelas mulai dari
jarak, lama belajar, pemakaian masker, dan penyediaan peralatan mencuci tangan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi, soal sanksi tertuang di pasal 13a ayat 4. Di situ tertulis,
setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19
yang tidak mengikuti vaksinasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa,
penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan social,
penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan dan/atau denda.
Lebih lanjut dijelaskan, guru yang tidak mau divaksin karena alasan
pribadi, seperti takut, tidak berani jarum suntik atau sengaja tidak mau, maka
pihak Pemerintah Daerah setempat akan memberikan sanksi administrasi, hingga
tunjangan sertifikasi dan pembayaran tambahan tunjangan profesi guru lainnya
akan ditangguhkan. Sanksi tersebut akan dilaporkan ke Bupati setempat. Selain
itu, jika guru belum di vaksin hingga masa pembelajaran tatap muka dimulai
nanti, maka guru yang bersangkutan tidak diperbolehkan melaksanakan proses
belajar di kelas atau dianggap tidak hadir (Alfa).
Khusus untuk guru yang belum divaksin, harus disertakan alasannya agar
bisa mengambil langkah-langah selanjutnya. Pemerintah akan terus memantau
kegiatan vaksinasi hingga semua guru bisa divaksin, bagi yang tetap tidak mau
divaksin maka Pemerintah akan memblokir guru untuk tidak mengajar pada
pertemuan pembelajaran tatap muka di sekolah, karena syarat utama Kegiatan
Pembelajaran tatap muka yaitu guru wajib di vaksin.
Vaksinasi Covid 19 Tenaga Pendidik Terus Berproses
Oleh Tira Febry Diansari, guru SDN Pati Kidul 05 Pati, Mahasiswa Universitas
Terbuka

Dengan vaksin, tenaga pendidik seperti guru


diharapkan telah memiliki perlindungan daya tahan
tubuh sebagai penangkal Covid 19. Walaupun begitu,
protokol kesehatan harus tetap diberlakukan.
Vaksinasi bagi seluruh guru dan tenaga pendidik juga
merupakan salah satu persyaratan yang wajib untuk
sekolah yang akan membuka sekolah tatap muka.
Berdasarkan surat keputusan bersama (SKB) 4 Mentri,
bahwa semua guru dan tenaga pendidik wajib
menerima vaksin sebelum sekolah tatap muka dibuka.
Jika tidak maka siswanya disarankan untuk belajar di
rumah.
Tetapi ada Sebagian beberapa tenaga pendidik yang takut untuk di vaksin.
Ada beberapa alasan yang membuat banyak guru tak yakin mengikuti vaksinasi
Covid 19 yaitu ketakutan jarum suntik dan faktor keyakinan. Untuk memberikan
solusi akan masalah tersebut pemerintah daerah memberikan sosialisasi kepada
sejumlah guru dan tenaga pendidik yang menolak untuk divaksin, dengan
mendatangkan petugas kesehatan dan ustad untuk menjelaskan terkait manfaat
vaksin untuk kesehatan serta penjelasan dari sisi keagamaan. Pemerintah daerah
juga menyebutkan yang bisa menolak untuk divaksin, yaitu mereka yang
mempunyai riwayat kesehatan yang tidak boleh menerima vaksin, sementara para
guru dan tenaga pendidik yang menolak tidak berdasarkan kriteria tersebut akan di
beri sanksi yang tegas.
Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan
sebagian guru menolak vaksinasi Covid-19 karena berbagai alasan. Paling utama
adalah mengkhawatirkan efek samping dan meragukan kualitas produk vaksin,
namun ada juga guru yang mengakui penolakannya karena pemberitaan negatif
tentang vaksinasi di media sosial. Selain itu, ada pula guru yang menyatakan
menolak vaksinasi dengan alasan masih ada kemungkinan tertular Covid-19 dan
mengklaim penyebaran Covid-19 tidak mengkhawatirkan pada wilayah guru yang
bersangkutan.
Ketakutan para guru ini disebabkan oleh beredarnya informasi tidak
benar dan kabar bohong seputar vaksin, yang lebih mudah dipercaya
masyarakat.  Di era digital seperti sekarang, informasi yang tidak benar
lebih dipercaya, sehingga banyak orang yang takut untuk divaksinasi.
Terkait klaim efek samping, pemerintah menekankan bahwa semua
pengobatan memiliki efek samping. Vaksin Covid-19 meskipun memiliki
efek samping, tapi tergolong ringan. Hal itu yang membuat sebagian
masyarakat termasuk para guru menjadi takut. Untuk hal ini, Pemerintah
bekerja sama dengan para pihak yang bertanggung jawab agar bisa memberi
edukasi dengan benar kepada para guru tentang bagaimana vaksin efektif
dan dapat mencegah transmisi, sehingga bisa menurunkan jumlah pasien
yang terkena Covid-19.
Dalam aturan di Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri menyebutkan
sekolah wajib membentuk Satgas Covid-19 yang tugasnya melakukan sosialisasi
terhadap para guru, orang tua murid, serta berkoordinasi dengan puskesmas. Di
situ juga mengatur pembuatan kurikulum, tata cara belajar di kelas mulai dari
jarak, lama belajar, pemakaian masker, dan penyediaan peralatan mencuci tangan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi, soal sanksi tertuang di pasal 13a ayat 4. Di situ tertulis,
setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19
yang tidak mengikuti vaksinasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa,
penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan social,
penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan dan/atau denda.
Lebih lanjut dijelaskan, guru yang tidak mau divaksin karena alasan
pribadi, seperti takut, tidak berani jarum suntik atau sengaja tidak mau, maka
pihak Pemerintah Daerah setempat akan memberikan sanksi administrasi, hingga
tunjangan sertifikasi dan pembayaran tambahan tunjangan profesi guru lainnya
akan ditangguhkan. Sanksi tersebut akan dilaporkan ke Bupati setempat. Selain
itu, jika guru belum di vaksin hingga masa pembelajaran tatap muka dimulai
nanti, maka guru yang bersangkutan tidak diperbolehkan melaksanakan proses
belajar di kelas atau dianggap tidak hadir (Alfa).
Khusus untuk guru yang belum divaksin, harus disertakan alasannya agar
bisa mengambil langkah-langah selanjutnya. Pemerintah akan terus memantau
kegiatan vaksinasi hingga semua guru bisa divaksin, bagi yang tetap tidak mau
divaksin maka Pemerintah akan memblokir guru untuk tidak mengajar pada
pertemuan pembelajaran tatap muka di sekolah, karena syarat utama Kegiatan
Pembelajaran tatap muka yaitu guru wajib di vaksin.
Dengan diterapkannya peraturan yang mewajibkan tenaga pendidik dan
guru wajib Vaksin covid-19, diharapkan semua tenaga pendidik dan guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan aman
setidaknya tingkat penularan Covid-19 rendah karena tenaga pendidik dan guru
sudah di vaksin.

Anda mungkin juga menyukai