Anda di halaman 1dari 6

Nama : Anggada Primantara

Nim : 1802103066/7b
Mata ujian : Konseling lintas budaya

SOAL
1. Indonesia adalah negara multikultur yang terdiri atas beragam suku bangsa, agama, dan
golongan. Dalam berinteraksi, mereka menunjukkan keunikannya masing-masing.
Sehubungan dengan hal itu:
a. Jelaskan konsep budaya dalam perspektif variabel etnografik, variabel demografik dan
variabel status disertai dengan contoh.
Jawab :
 Dalam persepektif variable Etnografik kebudayaan yang ditinjau adalah dari segi
etnisitas, kewarganegaraan, agama, dan bahasa, contohnya seperti kebudayaan
ditinjau dari etnisitas dan bahasa, etnis tionghoa yang berdeda dengan suku jawa.
 Dalam perseptif variable Demografik disini lebih tertuju pada umur, gender, tempat
tinggal, contohnya kebudayaan orang yang bertempat di dataran tinggi atau
pegunungan dalam berkomunikasi biasanya lebih sopan dan bernada pelan berbeda
dengan orang pesisir pantai yang biasanya dalam berkomunikasi lebih kasar dan
bernada tinggi.
 Dalam perspektif variable Status yang dilihat ialah dari segi latar belakang sosial
ekonomi, dan pendidikan dan affiliasi atau keanggotaan formal atau informal dalam
cakupan luas, contohnya melihat masyarakat yang tinggal/hidup di perkotaan dan
membandingkan dengan masyarakat yang hidup pedesaan, secara gaya hidup,
pendidikan pasti akan sangat terasa berbeda. Fasilitas pendidikan yang di terima pada
masyarakat yg hidup di desa berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Karena akses dan modernisasi lebih cepat berkembang pada perkotaan.

b. Jelaskan pola umum budaya Indonesia sebagai bagian dari budaya Asia disertai dengan
contoh berdasarkan pada pengamatan secara umum yang dilakukan pada masyarakat
disekitar tempat tinggal Saudara.
Jawab :
 Pola umum budaya merupakan pola dari sebuah bagian yang terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum dan kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai
bagian dari masyarakat ia tinggal. Dimana dalam hal ini indonesia juga bagian dari
wilayah asia atau multikultural. Dalam pola umum asia yang ada di indonesia ialah
seperti kesetiaan kepada orangtuanya, dalam hal ini anak anak diharapkan dapat patuh
terhadap orang tuanya di kehidupan termasuk pemilihan jodoh dan karir, contohnya
seperti orang tua yang berprofesi sebagai guru/kepala sekolah mengaharapkan dan
menyarankan anaknya untuk masuk kedunia pendidikan/ sebagai tenaga pendidik.
c. Jelaskan urgensi penyelenggaraan layanan konseling berwawasan budaya dalam konteks
masyarakat multikultur.
Jawab :
 Dalam konseling lintas budaya, hasil tidak boleh terhalang oleh perbedaan budaya
antara konselor dan klien. Tentu saja, asumsi filosofis sering diungkapkan seperti
nilai dan martabat yang melekat pada individu. Menghargai terhadap keunikan
individu, hak individu untuk pengembangan pribadi, agama atau sosial ekonomi.
Namun, sama pentingnya dengan komitmen ini, konselor harus mengarahkan diri
sendiri dalam mengejar secara aktif landasan teoretis yang kuat dan praktik yang
efektif. Dalam mengejar bimbingan dan konseling lintas budaya yang bermakna dan
positif, kita harus menyadari bahwa istilah multi berarti “banyak” dan bahwa kita
mengidentifikasi diri kita sebagai unik di antara banyak budaya, budaya, dan asal usul
populasi kita. Dalam melakukannya, konselor akan menyadari bahwa banyak ciri
tradisional dari konseling kunci (seperti keterbukaan, ekspresi emosional, berbagi
perasaan terdalam) dapat secara serius mengganggu hubungan yang efektif dengan
budaya lain. Karena hal terpenting bagi klien multikultural adalah mereka merasa
bahwa konselor berpengetahuan dan peka terhadap keunikan mereka

2. Ketika menyelenggarakan layanan konseling, konselor diharapkan dapat membantu konseli


spesifik yang mempengaruhi konseli.
a. Berikan penjelasan yang memadai dengan bahasa yang mudah dipahami, apa yang
dimaksud dengan “memahami manusia secara umum atau universal” dan “memahami
budaya spesifik yang mempengaruhi konseli”.
Jawab :
 “memahami manusia secara umum atau universal” adalah nilai yang sama dimana
nilai ini bisa diterima dimanapun secara universal/ umum. Kesamaan ini diharuskan
ada dan dimiliki antara konselor dan konseli, nantinya diharapkan dapat membantu
dalam pemberian layanan.
 “memahami budaya spesifik yang mempengaruhi konseli” ialah upaya yang
dilakukan oleh konselor untuk memahami dan mengerti tentang budaya dan nilai nilai
yang dibawa oleh konseli sebagai adaptasi dengan lingkungannya, agar nantinya
konselor dalam memberikan layanan dan membantu sesuai dengan nilai budaya yang
dibawa
b. Jelaskan implikasinya pada proses konseling.
Jawab :
 implikasinya pada proses konseling Ridley (2005) mengamati, klien multibudaya
lebih banyak mengalami pengalaman tidak menyenangkan dibanyak aspek
konseling jika dibandingkan klien-klien kulit putih, seperti:
 Diagnosis
Klien minoritas cenderung lebih banyak keliru didiagnosis ketimbang klien
mayoritas.
 Penugasan staf
Klien minoritas cenderung diberikan pada staff profesional yunior, para
profesional bahkan bukan-profesional ketimbang profesional senior atau
terlatih.
 Sifat penanganan
Klien minoritas cenderung menerima penganan berbiaya –rendah dan kurang
unggulan yang terdiri atas kontak minimal, pengobatan sekadarnya atau
perawatan jarak jauh, bukannya psikoterapi intensif
 Fasilitas
Klien minoritas cenderung dirujuk ke fasilitas-fasilitas kesehatan mental
seadannya, jarang dirujuk ke perawatan swasta, akibatnya mereka membanjiri
fasilitas-fasilitas perawatan umum
 Sikap
Klien minoritas melaporkan lebih banyak ketidakpuasan dan kesan tidak
menyenangkan ketimbang perawatan yang diberikan pada mayoritas.

3. Keterampilan komunikasi merupakan bekal yang penting bagi setiap individu sebagai
makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan orang lain dalam kehidupan
masyarakat. Komunikasi bisa dilakukan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.
Sehubungan dengan hal itu:
a. Berikan penjelasan disertai dengan contoh gaya komunikasi low context dan high
context.
Jawab :
 Gaya komunikasi low context adalah gaya komunikasi yang bersifat relatif mudah
pahami atau dicerna kata-katanya/ to the point, karena disitu menampilkan makna
tersurat, tidak bermakna ganda sehingga tidak perlu banyak usaha untuk
mengartikannya. Contohnya : bolehkan aku meminjam handphonemu untuk
mengambil foto ? ya silahkan
 Gaya komunikasi high context adalah gaya komunikasi yang bersifat ambigu / sifatnya
terkadang tidak “to the point” alias tersirat. maka dari itu, situasilah yang menentukan
makna lebih dari pada sebatas kata. Contohnya : “yuni sepertinya besok kamu naik
motor sendirian ya untuk berangkat ke sekolah ?, bolehkah aku besok berangkat
sekolah denganmu.

b. Pada gaya komunikasi non verbal dikenal 9 kode-kode komunikasi. Pilihlah 3 diantara
kode komunikasi non verbal tersebut. Kemudian berikan masing-masing satu contoh
bentuknya berdasarkan pada budaya yang berlaku pada sebuah negara. Tuliskan dengan
jelas nama negara yang memiliki kode komunikasi non verbal tersebut. Deskripsikan
dengan jelas kode komunikasinya.
Jawab :
 Kinesik (arab) contohnya : Orang Arab akan menguncupkan semua jari-jari tangannya
dengan ujung-ujungnya menghadap ke atas sebagai pengganti kata-kata “tolonglah
Pak” atau “tunggu sebentar!” atau “ tolong sabar sedikit !”
 Tampilan, apperance (arab) contohnya : wanita di negara arab memiliki kebudayaan
berpakaian tertutup/ menggunakan cadar. Dikarenakan pada negara Arab Saudi wanita
adalah sangat privasi.
 Okulesik (afrika) contohnya : menganggap kontak mata yang tajam dan bertahan
lama terhadap orang lain sebagai sikap agresif dan menantang. Pada negara ini
cenderung menghindari kontak mata adalah bentuk sopan pada atasan atau pada
yang lebih tua.
c. Bagaimana fungsi komunikasi non verbal secara lintas budaya?
Jawab : fungsi komunikasi non verbal dalam lintas budaya disini berfungsi sebagai
mempertegas pesan yang disampaikan secara lisan. Dimana tujuannya agar memahami
apa yang di maksud dengan menggunakan gerakan gerakan tangan, harapannya disni
dapat memperjelas pesan apa yang dimaksud dan lawan bicara memahaminya.

4. Penyelenggaraan layanan konseling kadangkala mengalami hambatan, termasuk dalam


penyelenggaraan layanan konseling lintas budaya. Untuk itu berikan penjelasan dengan
bahasa yang mudah dipahami mengenai:
a. Hambatan yang bisa menyebabkan kegagaln pelaksanaan konseling lintas budaya.
Jawab :
 Hambatan yang biasanya timbul dan dapat menyebabkan kegagalan konseling lintas
budaya yaitu di karenakan hambatan pada bahasa klien dan konselor, perbedaan
status antara konselor dan klien, adanya perbedaa nilai budaya antara konselor
dengan klien.

b. Pedoman umum yang bisa digunakan sebagai acuan konselor lintas budaya untuk
mengatasi hambatan tersebut.
Jawab :
 Pedoman umum yang bisa digunakan oleh konselor antara lain konselor hendaknya
dapat memberikan dorongan kepada konseli agar bisa menilai sendiri mengenai
sikapnya,normanya dan tindakannya secara objektif bukan menjustifikasi sesuatu
sebagai benar atau salah.
 Konselor hendaknya bisa membantu konseli untuk menyalurkan pendapat atau sikap
melalui cara yang baik, serta konselor memberikan tanggapan terhadap sikap konseli
tersebut apakah tepat atau tidak
 Pada satu sisi konselor harus bersikap jujur kepada dirinya sendiri namun disisi lain
tetap memegang nilai sosial, moral, dan agama yang di anut.
 Setiap konseli berhak untuk menentukan arah kehidupannya
 Tugas konselor disini adalah untuk membantu konseli mengenai nilai hidupnya dan
mengambil keputusan atas hidupnya.
 Konselor tidak boleh memaksa nilai yang di anut kepada konseli.

Anda mungkin juga menyukai