Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu


Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan sistem
pengambilan keputusan terutama dalam pemberian kredit dengan
menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting) yang
digunakan oleh penulis sebagai bahan perbandingan dari penelitian ini
yaitu :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh (Wahyu Dwi
Sudjatmiko, 2015) yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan
Pemberian Kredit Pada Koperasi Mitra Mandiri Sejahtera Kota
Semarang.” Pada penelitian tersebut menggunakan lima kriteria yaitu 1)
Jaminan, 2) Pinjaman, 3) Gaji, 4) Angsuran, dan 5) Jangka Waktu.
Selanjutnya, sistem yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman
Delphi7. Hasil yang didapat dari merancang dan membangun sistem
pendukung keputusan tersebut adalah dapat memberikan informasi
untuk kepala Koperasi Mitra Mandiri Sejahtera di Kota Semarang dalam
menentukan pemberian kredit kepada anggotanya serta mengurangi
kesalahan dalam proses pemberian kredit.
Penelitian kedua yaitu dilakukan oleh (Fightorini &
Nurhadiono, 2013) yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan
Pengajuan Kredit Dengan Metode Saw Pada KJKS Ar Rahmah.” Pada
penelitian tersebut juga menggunakan metode SAW (Simple Additive
Weighting) yang juga menggunakan lima kriteria yaitu 1) Gaji, 2)
Listrik, 3) Tanah, 4) BPKB, dan 5) Pajak. Hasil yang didapat adalah
terjadinya efisiensi waktu karena sudah menggunakan sistem dan bukan
lagi melakukan pembukuan, meminimalisir kemungkinan manipulasi
data antara calon nasabah dengan petugas KJKS Ar Rahmah dalam
pemberian kredit, dan memudahkan dalam memutuskan bagi manajer
untuk mengambil keputusan permohonan kredit untuk diterima atau
ditolak yang disebabkan karena banyaknya pertimbangan yang harus
dipikirkan dan banyak informasi yang harus dianalisis.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
diajukan yakni terdapat pada jumlah kriteria yang digunakan yakni
hanya dengan lima kriteria. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan
8 kriteria yang lebih terperinci yaitu terdiri dari 1) Jumlah Pinjaman, 2)
Jangka Waktu, 3) Jaminan, 4) Pekerjaan, 5) Jenis Pinjaman, 6) Jenis
Pinjaman, 7) Pendapatan perbulan, dan 8) Riwayat Pinjaman di Tempat
Lain. Dengan penambahan kriteria tersebut nantinya dapat menambah
komponen penelitian debitur sehingga dapat meningkatkan kualitas
perangkingan. Selain itu, sistem yang dirancang akan berbasis website
guna menghemat hardware  karena sebagian besar prosesnya dilakukan
oleh web server.
2.2 Sistem
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sistem dapat
diartikan (1) sebagai perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, (2) susunan yang teratur
dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya, (3) metode. Kemudian
merujuk dari pendapatnya Hartono (2013:9) dalam (Fajarianto, Iqbal, &
Cahya, 2017), ”Sistem adalah suatu himpunan dari berbagai bagian atau
elemen, yang saling berhubungan secara terorganisasi berdasar fungsi-
fungsinya, menjadi satu kesatuan.” Dari beberapa pendapat dan
pemaparan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem merupakan suatu perangkat ataupun sekumpulan dari beberapa
sub-sub yang berkaitan dan membentuk sebuah jaringan kerja untuk
melakukan sebuah aktivitas tertentu yang nantinya akan saling berkaitan
sehingga dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

2.2.1 Karakteristik Sistem


Dalam pembuatan sebuah sistem yang baik, maka perlu
dipahami mengenai karakteristik dari sebuah sistem tersebut. Adapun
karakteristik yang dimaksud (Hutahaean, 2015:3) yaitu :
A. Komponen Sistem
Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu
bentuk subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem
yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi
proses sistem secara keseluruhan.
B. Batasan Sistem (Boundary)
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi
antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan
lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu
sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
C. Lingkungan Luar Sistem (Environment)
Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan
sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut
lingkungan luar sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat
bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan
sistem tersebut.

D. Penghubung (Interface)
Media yang menghubungkan sistem dengan sistem dengan
subsistem yang lain disebut penghubung sistem atau interface.
Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir
dari satu subsistem ke subsistem lain. bentuk keluaran dari satu
subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui
penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjad suatu
integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
E. Masukan Sistem (Input)
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut msukan
sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input)
dan sinyal (signal input)
F. Keluaran Sistem (Output)
Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran
yang berguna. Keluaran ini dapat menjadi masukan bagi
subsistem yang lain seperti sistem infomasi. Keluaran yang di
hasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal
lain yang menjadi input bagi subsistem lain.
G. Pengolah Sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan
mengubah masukan menjadi keluaran.
H. Sasaran (Objectives)
Suatu sistem mempunyai tujuan dan saran yang pasti dan
bersifat deterministik. Kalau suatu sistem tidak memiliki
sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem
dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah
direncanakan

2.3 Sistem Pengambilan Keputusan

Sistem pengambilan keputusan atau sering disebut dengan SPK


yang juga merupakan kepanjangan dari sistem pendukung keputusan
adalah sebagai sistem informasi berbasis komputer yang adaptif,
interaktif, fleksibel, yang secara khusus dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Menurut
(Dadan Umar Daihani, 2001:55) dalam (Eniyati , Sri, 2016) sistem
pengambilan keputusan adalah suatu sistem berbasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu
manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur
dengan menggunakan data dan model. Selanjutnya, Menurut Alter
dalam (Arbie, 2017) Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem
informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan
manipulasi data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi tidak
terstruktur, di mana tidak seorang pun tahu secara pasti bagaimana
keputusan seharusnya dibuat. Menurut Turban, et al (2005), tujuan
dari sistem pendukung keputusan atau decision support system (DSS)
adalah:
1) Membantu dalam pengambilan keputusan atas masalah yang
terstruktur.
2) Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan
bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3) Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil lebih dari
pada perbaikan efisiensinya.
4) Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para
pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi
secara cepat dengan biaya yang rendah
Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
sistem pengambilan keputusan merupakan sebuah sistem yang dapat
dikategorikan sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan
(manajer) dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang bersifat
terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur dengan memberikan
beberapa pertimbangan dengan kriteria-kriteria yang diperlukan dalam
mengambil sebuah keputusan.
2.3.1 Tahapan Pengambilan Keputusan

Menurut Julius Hermawan dalam (Eniyati , Sri, 2016) terdapat


beberapa tahapan proses yang harus dilalui dalam pengambilan
keputusan untuk menghasilkan keputusan yang baik adalah sebagai
berikut:

a. Tahap Penelusuran (intelligence)


Dalam tahap ini mempelajari kenyataan yang terjadi, sehingga
nantinya dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi. Biasanya
melakukan analisis dari sistem ke subsistem pembentukannya
sehingga didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan
masalah.
b. Tahap Desain
Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan,
mengembangkan dan menganalisis semua pemecahan yang
mungkin yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili
kondisi nyata masalah. Dari tahapan ini didapatkan keluaran
berupa dokumen alternatif solusi.
c. Tahap Choice
Dalam tahapan ini, pengambilan keputusan memilih salah satu
alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap desain yang
dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan
dokumen solusi dan rencana implementasinya.
d. Tahap Implementasi
Pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan
yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses
ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi,
sementara kegagalan ditandai masih adanya masalah yang
sedang dicoba
untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan laporan pelaksanaan
solusi dan hasilnya.

2.3.2 Komponen-Komponen Sistem Pengambilan Keputusan

Menurut (Dadan Umar Daihani, 2001:63) yang mengutip dari


(Eniyati , Sri, 2016) terdapat tiga komponen utama dalam suatu sistem
pengambilan keputusan yang meliputi:

a. Subsistem Data (Database)


b. Subsistem Model
c. Subsistem Dialog (User Sistem Interface)

2.4 Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang berarti


kepercayaan dan bahasa Latin “creditum” yang artinya kepercayaan
akan kebenaran. Maka dari itu, yang menjadi dasar dari kredit adalah
kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit dapat
diartikan sebagai (1) Cara menjual barang dengan pembayaran secara
tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur); (2) Pinjaman
uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur; (3)
Penambahan saldo rekening, sisa utang, modal, dan pendataan bagi
penabung; (4) pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan
oleh bank atau badan lain. Menurut Astiko dalam (Abdurahman &
Riswaya, 2014) kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji,
pembayaran akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati.
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, terutama pada
Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan pengertian kredit di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa kredit merupakan suatu pemberian pinjaman uang baik berupa
barang atau jasa kepada pihak lain dengan pembayaran pengembalian
secara mengangsur setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
imbalan atau bunga yang ditetapkan.

2.4.1 Unsur-Unsur Kredit

Menurut Thomas Suyanto dalam (Widayati & Maiwati, 2019)


unsur–unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah sebagai
berikut:

1. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama dari


unsur kredit yang harus ada.
2. Waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian
oleh pihak analis finance khususnya oleh analis kredit.
3. Risiko disini menyangkut persoalan seperti degree of risk.
Disni yang paling dikaji adalah pada keadaan yang terburuk
yaitu pada saat kredit tersebut tidak kembali atau timbulnya
kredit macet.
4. Prestasi adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk
pemberian kepada debitur.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Kredit


Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa
yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit
tersebut tersalurkan. Menurut Irham Fahmi (2014 : 15) dalam (Widayati
& Maiwati, 2019) analisis 5C adalah sebagai berikut:

a. Character
Character atau watak debitur sangat menentukan kemauan
untuk membayar kembali kredit yang telah diterimanya.

b. Capacity
Capacity mengandung arti kemampuan calon debitur dalam
mengelola usahanya.
c. Capital
Informasi mengenai besar kecilnya modal (capital) perusahaan
calon debitur adalah sangat penting bagi bank.
d. Collateral
Jaminan kredit merupakan setiap aktiva atau barang-barang
yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit yang
diperoleh dari bank.
e. Conditions of ekonomi
Yang dimaksud conditions disini adalah keadaan perekonomian
secara umum dimana perusahaan tersebut beroperasi.

2.5 Metode SAW (Simple Additive Wight)

Menurut Fishburn dan MacCrimmon dalam (Hartono, 2016)


mengemukakan bahwa Metode Simple Additive Weight (SAW), sering
juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar
metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja
pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan
proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat
diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Metode ini
merupakan metode yang paling terkenal dan paling banyak digunakan
dalam menghadapi situasi Multiple Attribute Decision Making
(MADM). MADM itu sendiri merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria
tertentu. Adapun kelebihan dari metode Simple Additive Weighting
(SAW) dibandingkan dengan metode pengambilan keputusan lainnya
yaitu terletak pada kemampuannya untuk melakukan penilaian secara
lebih tepat. Menurut Sri Eniyati dalam (Zain & Purniawati, 2020),
metode SAW sesuai untuk proses pengambilan keputusan karena dapat
menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan
dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi aternatif terbaik dari
sejumlah alternatif terbaik. Didukung dengan pendapat dari Henry
Wibowo S (2010) menyatakan bahwa total perubahan nilai yang
dihasilkan oleh metode SAW lebih banyak sehingga metode SAW
sangat relevan untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan.

Menurut (Fauzan et al., 2018) berikut adalah langkah-langkah


penghitungan dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) :
1) Menentukan Alternatif (Ai)
2) Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan (Cj)
3) Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W)
setiap kriteria
4) Menentukan Nilai Kecocokan setiap kriteria
5) Membuat matrik keputusan (X) yang didapat dari rating
kecocokan pada setiap alternatif (Ai) dengan setiap kriteria
(Cj).
6) Melakukan langkah normalisasi matriks keputusan (X) dengan
cara menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi (rij) dari
alternatif (Ai) pada kriteria (Cj) dengan rumus

7) Hasil dari normalisasi (rij) membentuk matrik ternormalisasi


(R).
8) Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh dari penjumlahan
dari perkalian elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan
bobot preferensi (W) yang bersesuaian elemen kolom matrik
(W).

Dengan:
VI = Rangking untuk setiap alternatif
Wj = Nilai bobot dari setiap kriteria
rij = Nilai rating kinerja ternormalisasi.
Selanjutnya, adapun langkah penyelesaian dari metode Simple Additive
Weighting (SAW) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan kriteria–kriteria yang akan dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan, yaitu Ci.
2) Menetukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap
atribut.
3) Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ci),
kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan
persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut
keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks
ternormalisasi.
4) Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan
yaitupenjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R
dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang
dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi.
2.6 Website
Menurut (Hidayat R, 2010) website atau situs diartikan sebagai
kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan
informasi teks, gambar diam atau bergerak, animasi, suara, dan atau
gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang
membentuk suatu rangkaian bangunan yang saling terkait, yang masing-
masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman. Selanjutnya,
menurut (Aziz, 2017) Informasi web dalam bentuk teks umumnya
ditulis dalam format HTML (Hypertext Markup Language).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa website
merupakan sekumpulan berbagai halaman yang memuat berbagai
informasi dan umumnya bentuk teks ditulis dalam format HTML
(Hypertext Markup Language) serta dapat dilihat melalui jaringan
internet.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, website
juga mengalami perkembangan yang sangat berarti. Dalam
pengelompokkan jenis website,
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=zRq2O7VkNSgC&oi=fnd&pg=PA1&dq=website+adala
h&ots=eY4ViR7zGF&sig=zI0-
NvJUGGaohfsxRV9OD0nsYpU&redir_esc=y#v=onepage&q=website
%20adalah&f=false

Anda mungkin juga menyukai