Laporan Pendahuluan Post Partum
Laporan Pendahuluan Post Partum
OLEH
ANAH JUHARIYAH
NIM : 121080055
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak. 2018).
Post atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2017).
Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Manuaba, Ida Bagus
Gede. 2017).
Post adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal
(Mitayani. 2017).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Saifuddin,2016).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai
alat-alat kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas
yaitu 6-8 minggu (Rustam,2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu (Winkjosastro, Hanifa, 2015):
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Isalam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinaan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia
externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang
berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri
dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak
subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan
jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang
melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang
menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons
pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di
perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang
belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora
terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada
vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan
introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormon
menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral
kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada
jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan
adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi
selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau
stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi
vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora
sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma
khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari
kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris
dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh
darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif
terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina
dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar
vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovari
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium
juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-
lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi
ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia,
tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites
peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus
terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa
hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel
mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama
masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat
digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan
sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
D. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Arif,
Mansjoer. 2017) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu
timbul kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan
sering lebih lama dan biasa.
5.Teori prostaglandin
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan
timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae
(Mufdillah, Hidayat. 2018).
F. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang
disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan
tanda-tanda sebagai berikut (Mufdillah, Hidayat. 2018):
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak
begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah
dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Manuaba, Ida Bagus Gede. 2017 :
1.Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan postpartum yaitu (Mufdillah, Hidayat. 2018)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalian. Kemudian boleh
miring- miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan- jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori,
sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur- sayuran dan buah-buahan
c. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan
secepatnya. Bila kandung kemih panuh dan sulit tenang,
sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan
mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
3. Klien post partum komplikasi infeksi
a. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca
persalinan. Bila terjadi opstipasi dan timbul koprostase
hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris.
Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per
rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak
jarang kesulitan defekasi dapat diatasi
b. Perawatan payudara
1) Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayi.
2) Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik
puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu
sering tertarik.
3) Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui
atau perawatan payudara tidak benar dan infeksi
monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui
yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting
diberi lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada
payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas
menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu
ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
4) Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air
susu yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering
menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan
dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat.
Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian
analgesic.
5) Mastitis
1) Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses
dinsisi, diberikan antibiotik dan analgesic.
2) Bayi yang tidak suka menyusu
Keadaan ini dapat disebabkan pancaran air susu
ibu yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu
penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui
diselang seling dengan susu botol, puting rata yang
terlalu kecil dan bayi mengantuk. Pancaran air susu ibu
yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui
dengan terlengtang dengan bayi ditaruh diatas
payudara.
Pada bayi dengan bingung puting, hindari
dengan emakaian dot btol dan gunakan sendok atau
pipet untuk memberikan pengganti air susu ibu. Pada
bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan air
susu ibu, usahakan agar bayi terbangun
d. Laktasi
Disamping air susu ibu merupakan makanan utama
bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi baik untuk
menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak. Setelah
partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormon
prolaktin kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan
miop telium kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi
pengeluaran air susu. Umumnya produksi air susu ibu
berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan.
Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin.
e. Perasaan mulas
Sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2 – 3 hari pasca persalinan dan biasanya
lebih sering pada multipara dibanding primipara. Perasaan
mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bula
masih ada sisah selaput ketuban, sisa plasenta atau giumpalan
darah dalam cavum uteri.
Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative
f. Latihan senam
Dapat diberikan mulai hari kedua misalnya: ibu
terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh
diatas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu
pernafasan perut. Dengan posisi yang sama angkat bokong
lalu tarung kembali. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan,
lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.
Duduklah pada kursi perlahan bungkukkan badan sambil
tangan berusaha menyentuh tumit. Dianjurkan untuk
mengambil cuti hamil
Pemeriksaan pasca persalinan (Mufdillah, Hidayat. 2018):
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluahan dll
b. Keadaan umum : suhu, selera makan dll
c. Payudara : air susu ibu, puting susu
d. Dinding perut : perinium, kandung kemih, rektum
e. Sekret yang keluar misalnya loche, flour albus
f. Nasehat untuk ibu post natal
1. Sebaiknya bayi disusui
2. Bawakan bayi untuk imunisasi
3. Lakukanlah keluarga berencana
Fase-fase transisi :
Fase antisipasi kehamilan
Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan
harapan membagi pekerjaaan dalam keluarga.
Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota
keluarga yang baru
Menurut Rubin, fase adaptasi ibu :
1. Taking In
Dependent, kelelahan
Pasif
Focus pada diri sendiri
Perlu tidur dan makan
taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2
hari
2. Taking Hold
Dependent
Independence
Focus melibatkan bayi
Melakukan perawatan diri sendiri
Waktu yang baik untuk penyuluhan
Dapat menerima tanggung jawab
3. Letting Go
Independent pada pecan yang baru
Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu
pertama persalinan.
K. Asuhan Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan pada postpartum yaitu (Arif, 2017.):
- Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
- Alasan masuk
Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada
mastitis ibu ingin memreriksakan payudaranya
- Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa
memperberat keadaan klien atau tidak
- Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat perkawinan
Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
- Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya
berapa tahun
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
normal terakhir, dan pengalaman haid sebelumnya
- Riwayat kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan keadaan nifas lalu
- Riwayat persalinan Ada kelainan atau tidak
- Riwayat nifas
Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku
payudara atau puting susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi pada hari
keberapa.
L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan postpartum (Judith M. Wilkinson. 2017) :
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after
pain, ketidanyamanan payudara.
2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang,
tingkat pengetahuan pengalaman.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan dan atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur
invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan .
4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek
hormonal (perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal),
trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesia.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebihan (diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran urin,
muntah.)
6. Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidakadekuatan
pergantian cairan, efek-efek infuse oksitosin.
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek
progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.
M. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan (Judith M. Wilkinson. 2017) :
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after
pain, ketidanyamanan payudara.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan
edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
perineal dan atau terjadinya komunikasi yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas
perbaikan episiotomi.
Intervensi :
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama
menandakan infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus
meningkat 1 -2 cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi
pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan eksterm,
menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau
imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada
kehilangan normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun
pada endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk,
mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa sampai alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke
belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis
kearah anal) membantu mencegah kontaminasi rectal
memasuki vaginan atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Jakarta : EGC