info@pdfcoffee.com
Login
Register
English
1. Home
2. Laporan Akhir Budidaya Tanaman Perkebunan
DOWNLOAD FILE
Citation preview
(D1A017010)
(D1A017011)
(D1A017012)
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan Laporan Akhir Semester Pratikum Budidaya Tanaman
Perkebunan dengan judul ”PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT DI
PEMBIBITAN UTAMA” tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Budidaya Tanaman Perkebunan selaku
pembimbing utama dalam pratikum ini yaitu Bapak Dr. Ir. Sarman, M.P. dan juga Ibu
Gusniwati, M.P. Dan tak lupa kami berterima kasih pada teman-teman sekalian.
Demikian laporan ini saya berharap agar bermanfaat bagi kita semua dalam
kehidupan sehari-hari. Laporan ini disusun dari berbagai literatur yang berhubungan
dengan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini mempunyai kekurangan.
Maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar
dalam pembuatan laporan selanjutnya lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih.
Jambi,
Desember 2018
Penulis
ii
3.2
3.3
BAB IV ..................................................................................................................30
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................30 4.1
HASIL PENGAMATAN PRATIKUM .......................................................30 1.
2.
3.
4.
5.
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaesis Guineensis Jacq) adalah salah satu
tanaman perkebunan yang memiliki peranan sebagai sumber penghasilan devisa
Negara, selain tanaman perkebunan seperti kopi, karet, kakao dan lainnya.
Tanaman kelapa sawit didatangkan dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun
1984 ditanam di kebun raya Bogor, selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Adrian Hallet
seorang Belgia yang telah banyak mempelajari tentang kelapa sawit. Kelapa sawit
termasuk family palmae dan tergolong dalam kelas Monocotiledonae dimana dapat
tumbuh subur di daerah tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak, yang
berasal dari daging buah yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) sedangkan
yang berasal dari inti sawit dikenal dengan Palm Kernel Oil (PKO) atau sering
disebut kernel (Rizsa, 1994). Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien
Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di
Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala
Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada
tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1910. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda
merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Tanaman kelapa
sawit adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di Indonesia. Tanaman
ini dikenal di dunia barat setelah orang Portugis berlayar
kurang
sesuai
untuk
pertumbuan
kelapa
sawit.
Kemudian
terealisasi dengan kemajuan yang pesat. Kalau sebelum perang dunia ke II,
Sumatera Utara danAceh adalah penghasil munyak kelapa sawit terbesar di dunia,
tetapi setelah perang, Malaysia adalah penghasil minyak sawit yang utama. Ini
berkat kemajuan Malaysia mengelola perkebuna sawit secara efisien dan didukung
oleh penelitian dan pengembangan teknologi yang mantap. Kebutuhan akan kelapa
sawit yang terus meningkat menyebabkan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit
terus mengembangkan perkebunan dan pabriknya. Pada saat ini Provinsi Jambi
terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit di hampir seluruh wilayahnya. Di
Provinsi Jambi banyak terdapat perkebunan kelapa sawit baik itu perkebunan kelapa
sawit yang dikelolah oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Dengan
pengembangan tersebut berdampak kepada meningkatnya produksi kelapa sawit,
yang mana secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan daerah dan
peluang lapangan kerja di provinsi Jambi itu sendiri. Dalam upaya peningkatan
produksi kelapa sawit perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman tersebut, salah satunya adalah pembibitan, penggunaan bibit
yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas buah dan hasil produksi kelapa sawit.
Penggunaan bibit varietas unggul sangat menentukan produksi yang akan
dihasilkan, produksi yang dihasilkan akan meningkat tinggi dibandingkan dengan
penggunaan bibit yang bukan varietas unggul. Pembibitan pada PT. Perkebunan
Nusantara VI langsung didatangkan dari pusat penelitian dan pengembangan benih
kelapa sawit didaerah (PPKS) Medan melalui Instansi pemerintah yang bekerja
sama dengan PT. Perkebunan Nusantara VI sehingga bibit yang digunakan adalah
bibit yang benar-benar memiliki varietas unggul, yaitu bibit yang hasil persilangan
dari Dura (sebagai pohon ibu) dan Pisifera (sebagai pohon bapak) yang
menghasilkan bibit unggul yang disebut dengan Tenera 1.2 Tujuan Tujuan pada
pratikum yang kami lakukan adalah untuk memahami dan mempelajari serta
memperoleh keterampilan dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit khususnya
di pembibitan utama (main nursery).
2.1 Teori Tentang Kelapa Sawit 2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit Tanaman kelapa
sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu
jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian
umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi
Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa
yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan
minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono
2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa
sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi
sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan
komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda
dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap
perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas,
industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari
Direktorat
Jendral
Perkebunan
(2008)
menunjukkan
bahwa
terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435
7
ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal
perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Menurut
Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), taksonomi tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) adalah : Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Palmales
Family
: Palmae
Subfamily
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
Warna buahnya lembayung (violet) sampai hitam pada waktu masih muda,
kemudian berubah menjadi warna merah kuning (orange) sesudah matang. 2)
Virescens Warna buahnya hijau pada waktu muda, kemudian berubah menjadi
merah kuning sesudah matang. 3) Albescens Warna buahnya kuning pada waktu
muda dan pucat serta tembus cahaya karena mengandung sedikit koraten. 2.1.2.
Karakteristik Kelapa Sawit Kelapa sawit memiliki akar serabut yang berfungsi
sebagai penyerap unsur hara dan respirasi tanaman serta sebagai penyangga
berdirinya tanaman. Kelapa sawit dewasa 8000-10000 akar primer 15-20 meter dari
dasar batang dengan diameter 4-10 mm. Sebagian besar tumbuh medatar sekitar
20-60 cm di bawah permukaan tanah. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium
tajuk dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai penyangga tajuk
dan sebagai jalan pengangkutan air dan hara (zat makan). Pertumbuhan kelapa
sawit tidak terbatas, tapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai umur
25 tahun dengan ketinggian 10-11 m (Lubis et al. 1989). Menurut MAKSI (2007),
daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai berada pada 150 LU – 150 LS.
Faktor-faktor yang terpenting dalam pertumbuhan kelapa sawit antara lain curah
hujan, suhu, udara, kelembaban udara, dan radiasi cahaya matahari. Kelapa sawit
tumbuh baik pada ketinggian 0-400 m dpl, iklim dengan curah hujan 2000-2500
mm/tahun, jumlah bulan kering dalam 1 tahun yaitu 1-2 bulan, suhu udara rata-rata
22230C, kelembaban udara 50-90% dengan kelembaban udara optimal 80%.
Kelapa sawit tumbuh baik pada sebagian besar jenis tanah di wilayah tropika seperti
organosol, regosol, andosol, aluvial, latosol, podsolik merah kuning, dan podsolik
cokelat. Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah yang memiliki
pH netral, lapisan tanah dalam (tebal solum 80 cm), tekstur ringan, perkembangan
struktur baik, dan memiliki kandungan unsur
hara yang tinggi (Lubis et al. 1989). 2.1.3. Marfologi Tanaman Kelapa Sawit a) Akar
Akar merupakan bagian tanaman yang memiliki peranan yang penting pada setiap
tanaman yaitu sebagai penyerap unsur hara didalam tanah dan sebagai alat
respirasi bagi tanaman (Fauzi, dkk, 2005). Macam-macam akar pada tanaman
kelapa sawit yaitu : Akar primer yaitu akar yang tumbuh vertikal maupun mendatar
dengan diameter akar 5-10 mm. Akar sekunder yaitu akar yang tumbuh dari akar
primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah dengan diameter 1-4 mm.
Akar tertier yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar,
panjang mencapai 15 cm dengan diameter 0,5-1,5 mm. Akar Kuartier yaitu akar-
akar cabang dari akar tertier, berdiameter 0,2-0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3
cm. Akar ini berperan aktif dalam menyerap unsur-unsur hara, air dan kadang-
kadang oksigen (Setyamidjaja, 2000). Calon
akar
yang
muncul
dari
biji
kelapa
sawit
yang
10
c) Daun
Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar seperti daun pohon kelapa.
Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m
dengan jumlah daun pada setiap pelepah dapat mencapai 300 helai. Daun muda
yang masih berupa kuncup berwarna kuning pucat. Daun berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Jumlah pelepah, panjang
pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Semakin tua umur
tanaman maka jumlah pelepah dan anak daunnya semakin banyak. d) Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan
dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam
satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap
rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan
masih diselubungi seludang, maka bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan
bunga betina yaitu dengan cara melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong
memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih
kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak
rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi, dkk, 2005). e) Buah Buah disebut juga
fructus. Lama proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah
matang adalah ± 6 bulan. Tetapi, dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat
tergantung pada keadaan iklim setempat (Risza, 1994). Selama buah kelapa sawit
masih muda, yaitu sampai umur 4,5-5 bulan, buah kelapa sawit akan berwarna
ungu. Setelah itu warna kulit buah (exocarp) dari ungu berangsur-angsur berubah
menjadi warna merah kekuning-kuningan. Pada saat inilah terjadi pembentukan
minyak yang intensif pada daging buah
11
harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan
maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang, dan lapisan topsoilcukup tebal
(25 cm). Letak lokasi main nursery dekat dengan area yang akan di tanam dan
harus jauh dari sumber hama dan penyakit. A. Tahapan Pembibitan
Pre Nursery (pembibitan awal) selama 3 bulan pertama dengan polibag kecil
: 8 bulan
Ideal
: 12 bulan
Paling tua
Dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun. Bibit perlu disiram 2
kali sehari jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang dan
sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit memerlukan banyak air yaitu 0,25 – 2 liter
tergantung dari umur dan kondisi bibit. Air harus bersih dan tidak beracun.
Dekat dengan areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untuk
mengurangi biaya angkutan bibit.
Aman dari gangguan hama berupa binatang besar maupun serangga, dekat dari
pengawasan dan mudah dikunjungi
Dekat dari sumber tanah untuk pengisi kantong plastik (top soil) karena tiap kantong
besar membutuhkan 20-25 kg tanah
13
Seleksi kecambah
: 2,5%
: 10%
Seleksi di pembibitan utama : 15%
Cadangan penyisipan
: 5%
Kerapatan 130 ph/ha (9,4 m) diperlukan kecambah 180/ha Kerapatan 143 ph/ha (9,0
m) diperlukan kecambah 200/ha
Untuk tempat yang agak jauh dari sumber benih, pengangkutan agar diusahakan
dengan cargo (angkutan) udara
Benih yang sudah diterima agar ditempatkan di tempat yang teduh kemudian segera
ditanam karena paling lama hanya dapat bertahan 3-5 hari dari tempat penghasil
benih
Luas
Kebutuhan
Luas
areal
Benih
Bibit ke
Luas
utama (ha)
Ditanami
Ditanam
(ha)
ke Lapangan
500
90.000
0.2
81.000
68.850
14
1000
180.000
0.4
162.000
12
137.700
1500
270.000
0.5
243.000
17
206.650
2000
360.000
0.7
324.000
23
275.400
2500
450.000
0.9
405.000
29
344.250
3000
540.000
1.0
486.000
35
413.100
Keterangan : o
o
Untuk areal seluas 1 ha dapat digunakan untuk pembibitan awal sebanyak 500.000
polibag dan pembibitan utama ± 14.000 polibag
Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun
akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama atau akan digunakan lebih dari 5
tahun mungkin pemakaian sprinkler akan lebih menguntungkan karena akan
memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian pula dengan luasnya,
luas hendaknya sesuai dengan kapasitas pompa yang akan digunakan.
Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat
penggunaan sprinkler mungkin cukup baik. Jika terlalu jauh maka perlu
pertimbangan lain apakah pompa yang digunakan mampu. 15
Berapakah debit air yang ada terutama pada musim kemarau. Untuk 1 ha
dibutuhkan lebih dari 77 m3/hari (bibit saja 2,5 liter/hari, sisanya untuk peresapan
dan pengaliran di permukaan)
Pembibitan utama :
Umur Bibit ( bulan )
0–3
3–6
6 – 12
3 (sprinkler 2 jam
Cabang II dengan pipa 1 inch yang disambung dengan selang plastik 25 m yang
ujungnya diberi gembor
Penggunaan pipa : 1. Pipa induk 6 inch dari rumah pompa 2. Pipa utama 4 inch
dilengkapi dengan kran (valve) ke pipa distrubusi 2 inch. Tiap sambungan dilengkapi
stand pipes 0,75 inch yang dipasang berdiri
dan
ujungnya
dilengkapi
dengan
nozzle
yang
dapat
memancarkan air dan berputar karena aliran air 3. Pada tiap pipa distribusi terdapat
8 – 10 sprinkler yang berjarak 9–18 m
16
Membuat Bedengan
Tepi bedengan diberi batas dengan bambu atau papan
Menabur Pasir
Meracun Serangga
Dua hari sebelum digunakan bedengan disemprot dengan insektisida, contoh Sevin
atau Thiodan
Naungan
Pada tahap awal bibit harus diletakkan di bawah naungan, setelah dua daun keluar
(1,5 bulan) naungan dapat dikurangi sebesar 50% dan setelah daun ketiga keluar
(2,5 bulan) naungan harus sudah dihilangkan.
Bentuk naungan : tiang dibuat dari bambu atau besi siku setinggi 2 m, dan jarak
antar tiang 3 m. Atap dari pelepah kelapa sawit atau dari shadownet.
17
Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan
tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut
Tanah diayak dengan saringan kawat 2 cm agar bersih dari akar, rumputan, batuan
dan sampah lainnya.
Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengumpulkan tanah secara manual 1,5
m3/HK sedangkan secara mekanis 8 JKT/Ha
Ukuran Polybag
Lubang polybag berjumlah 12-24 dengan diameter 0,5 cm
Mengisi Polybag
Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah
dalam jumlah cukup
Guncang polybag pada saat pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai
mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag
Polybag disiram air setiap hari sampai tampak jenuh sebelum dilakukan penanaman
dan diisi kembali dengan tanah bila diperlukan
Menyusun di Bedengan
18
Kecambah normal : calon akar (radicula) dan calon batang (plumula) terlihat jelas,
panjangnya 8-25 mm.
Pada saat diterima peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar
matahari
Setiap kantong kecambah harus dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk
pergantian udara
Menanam Kecambah
Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan kecambah di baki
yang beralaskan goni basah yang telah direndam dalam larutan fungisida Thiram
dengan konsentrasi 0,2%
Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radikula yang akan diposisikan
arah ke bawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas
19
Kecambah yang memiliki persilangan yang sama ditanam pada bedengan yang
sama.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menanam kecambah 1.000 bbt/HK
Penyiraman
Jam penyiraman : 07.00 wib – selesai paling lambat jam 11.00 wib; sore hari jam
15.00 wib – selesai
Bila malam sebelumnya turun hujan (> 8 mm) dan tanah di polybag masih basah
maka penyiraman hanya dilakukan sore hari saja.
Bila pagi harinya hujan turun (> 10 mm) maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore.
Pengendalian Gulma
Pengendalian dengan mencabut rumput dan gulma lain di dalam polibag dan yang
berada di antara polibag
Pemeliharaan Drainase
Pemupukan
Minggu ganjil (minggu ke 5, 7, 9, 11) dengan urea 0,2%
20
Cara dilarutkan pupuk dalam gembor : 10 gr Urea atau 10 gr pupuk majemuk dalam
5 liter air untuk 500 bibit
Konsolidasi Bibit
Apabila gangguan hama/penyakit sudah pada tingkat yang lebih berat maka
dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida dengan rotasi 1 kali/minggu
Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan
pemindahan bibit sehat ke polybag besar
Musnahkan semua bibit afkir
Beberapa ciri Fisik bibit yang di-akhir Pucuk bengkok atau daun berputar : akibat
penanaman kecambah yang terbalik atau faktor genetik
Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf) : akibat faktor genetik
Chimaera : sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau
bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan
yang normal
Dibuat parit drainase mengikuti pipa sekunder dari jaringan pipa penyiraman
Bila diperlukan buat pagar keliling 150 m dengan kawat. Jarak antara tiang 3 m,
tinggi pagar 1,5 m
Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit berumur 3-4 bulan atau memiliki
4-5 helai daun
Memancang
Mengumpulkan Tanah
Metode sama dengan pembibitan Pre-Nursery
Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk
RP ke lubang polybag besar sebelum bibit ditanam
Ukuran Polybag
22
Mengisi Polybag
Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum transplanting dari
PN untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil.
Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan
silindris
Persiapan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah
dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah
Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah
agar tidak ada bagian yang mengkerut atau terlipat sehingga ketinggian tanah dapat
mencapai 2,5 cm dari bibir polybag.
Menyusun Polybag
Kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag dan tidak dibenarkan 1
tangan menyengkeram bibit polybag bagian atas
Tanah di polybag dilubangi sebesar ukuran polybag kecil dengan alat berupa bor
tanah atau yang dibuat dari pipa 4 inch
Bibit yang telah memenuhi syarat (umur 3 bulan, daun 3-4, bentuk sempurna)
diangkut dengan kotak papan, diecer ke tempat polybag
23
Penanaman dilakukan : bibit di polybag kecil dipegang miring, dasarnya disayat
keliling kemudian dilepas. Dimasukkan ke dalam lubang polybag besar. Sambil
menahan bibit polybagnya ditarik/dilepas. Tanah diratakan dan dipadatkan
Penyiraman Bibit
Bibit disiram 2 kali/sehari : pagi; jam 7.00 – selesai selambat lambatnya jam 11.00,
sore jam 15.00 – selesai
Apabila malam sebelumnya turun hujan dan tanah di polibag masih basah maka
penyiraman hanya dilaksanakan sore hari. Bila hujan pagi hari cukup lebat (> 10
mm) maka sampai sore bibit tidak perlu disiram.
Kebutuhan air bibit : 1-3 bl = 1.0 ltr; 3-6 bl = 1.5 ltr; > 6 bl = 2 ltr
Pengendalian Gulma
Tenaga kerja diperlukan untuk penyiangan 0,7 ha/HK atau 8.000 bibit/HK
Pemberian Mulsa
Pada daerah yang terlalu kering/panas, bibit dalam polybag harus diberi mulsa
Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera
setelah bibit ditanam
Konsolidasi Bibit
24
Pemupukan
Jenis pupuk : pupuk majemuk (contoh Rustika) R 15.15.6.4 dan R 12.12.17.2 serta
pupuk Kieserite atau Dolomit
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 3.000 bibit/HK atau 5 HK/ha bibit
Cara pemupukan : o
Cara pengendalian pada saat serangan awal/ringan secara manual, hama dikutip
kemudian dimusnahkan
Bila dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan gejala serangan maka
dapat dikendalikan dengan penyemprotan pestisida.
Khusus bibit yang terkena penyakit dan mudah menular harus dipisahkan dari bibit
sehat
25
Umur (bulan)
Tenaga (bibit/HK)
4–6
25
5.000
7–9
50
3.000
10 – 12
100
1.00
Seleksi Bibit
Seleksi dilaksanakan dengan tahapan umur bibit 6, 9, 12 bulan dan pada persiapan
pengiriman bibit ke lapangan
Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/abnormal
Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di
main nursery antara 10-15 %
Bibit
erect:
Faktor
genetis,
daun
tumbuh
dengan
sudut
yang
Bibit yang layu dan lemah (limp): Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda
cenderung lebih pendek dari yang seharusnya
Bibit flat top: Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin
pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit terlihat rata
Short internode: Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat
dan bentuk pelepah tampak pendek
26
Wide internode: Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit
terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal
Anak daun yang sempit (narrow leaf): Bentuk helai daun tampak sempit dan
tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti jarum
Anak daun tidak pecah (juvenile): Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau
tidak pecah
Daun berkerut (crinkle leaf): Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor
genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air
Chimaera: Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau
bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna gelap dari jaringan yang
normal
Blast: Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun
yang tua bergerak ke daun yang lebih muda
Terserang hama dan penyakit: Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang
harus dipisahkan
Pemutaran bibit (rotating): Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim
ke lapangan. Setelah bibit diputar harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai
waktu pengiriman ke lapangan
27
Standar dosis pemupukan bibit kelapa sawit di main nursery (pupuk majemuk) untuk
tanah mineral Umur (Minggu)
14-15 16 - 17 18 - 20 22 - 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52
NPKMg 12:12:17:2
(g/bibit)
(g/bibit)
10.0 10 10 10 15 15 15 15 20 20 20 20 25 25
Kiseri (g/bibit)
5 5 7,5 7,5 10 10 10
Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di Ultisol yang dilaksanakan oleh Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Umur (minggu)
28
3.1 WAKTU DAN TEMPAT Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 28 September
2018, pukul 14.00-15.00 WIB hingga selesai penelitian pada hari Jumat, 23
November 2018 di lahan belakang , Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
3.3 PROSEDUR KERJA 1. Siapkanlah alat dan bahan yang di perlukan 2. Lalu
ukurlah pohon kelapa sawit yang akan di amati seperti bagian: Tinggi Bibit (setiap
minggu) Jumlah daun total (setiap minggu) Jumlah daun lanceolate (setiap
minggu) Jumlah daun bifurcate (setiap minggu) Jumlah daun pinnate (setiap
minggu) Luas daun total bibit (pengamatan terakhir) 3. setelah mengukur hal-hal di
atas, catatlah di buku pengamatan dan dokumentasikan lalu lampirkan di laporan.
29
6
7
60 57 76 59,1
60 69 77 60
63,5 73 78,5 61
71 77 83 64
63,025
66,5
67,425
69
70,5
73,75
74,5
76,275
70,12188
2. Tabel Pengamatan Daun Total Jumlah daun total pada Pengamatan ke-
No. Bibit
3
4
Ratarata
1234
8 14 7 14
10 13 7 13
10 13 8 13
10 13 8 13
10 15 8 15
10 15 8 15
10 16 8 13
10 16 8 13
Ratarata
10,75
10,75
11
11
12
12
11,75
11,75
11,375
No. Bibit
Ratarata
1234
1607
2507
2507
2506
2505
2505
2504
2504
Ratarata
3,5
3,5
3,5
3,25
2,75
2,75
3,15625
No. Bibit
1234
4532
4532
4532
5532
5833
7875
8 10 7 10
8 10 7 10
Ratarata
3,5
3,5
3,5
3,75
4,75
6,75
8,75
8,75
5,40625
5. Tabel Pengamatan Daun Pinnate Jumlah daun pinnate pada Pengamatan ke-
No. Bibit
1234
0030
0030
0030
0040
0040
0040
0040
0040
Ratarata 0 0 3,625 0
Ratarata
0,75
0,75
0,75
0,90625
4.2. Pembahasan Pada pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman kelapa
sawit di ketahui bahwa kelapa sawit semakin harinya semakin tumbuh dan
berkembang, begitu juga dengan hasil pengamatan yang di dapatkan diketahui
bahwa tinggi pada tanaman kelapa sawi ini semakin minggu semakin tinggi pada
minggu pertama pengamatan di dapatkan hasil pada bibit I adalah 60 cm, pada bibit
II 57 cm, bibit III 76 cm, dan pada bibit IV 59,1 cm. Pada minggu terakhir didapatkan
hasil bahwa tinggi pada bibit I adalah 75,3 cm, pada bibit II 79,3 cm, pada bibit III
83,5 cm dan pada bibit IV adalah 67 cm. Dan di dapatkan kesimpulan jika tinggi
tanaman kelapa sawit yang semakin hari semakin bertambah tinggi dan tumbuh
mungkin disebabkan karena bibit yang bagus,tidak di serang oleh hama dan
penyakit, dan di sertakan dengan perawatan yang mungkin juga lumayan bagus
sehingga adanya terjadi pertumbuhan, peningkatan tinggi pada tanaman sawit
tersebut.
31
Pada pengamatan selanjutnya adalah pada pengamatan jumlah daun total yang ada
pada tanaman kelapa sawit yang di amati pada minggu pertama pengamatan
didapatkan hasil pada bibit I adalah sebanyak 8 helai, jumlah daun pada bibit II
adalah 14 helai, pada bibit ke III adalah 7 helai, dan pada daun ke IV adalah 14
helai. Sedangkan pada pengamatan minggu terakhir di dapatkan hasil bahwa jumlah
daun totol yang ada pada tanaman kelapa sawit di bibit I adalah 10 helai, pada bibit
II adalah 16 helai, pada bibit III adlah 8 helai dan pada bibit IV ada 13 helai jumlah
total daun. Bisa di amati dari tabel di atas yang sudah tertera pada total jumlah daun
ini terjadi penaikan dan penurunan hasil helai, tidak stabil. Diketahui bahwa hal
tersebut sesuai dengan pertumbuhan tanaman yang berkembang dan tumbuh,
karena daun akan tumbuh dan akan layu sesuai dengan perkembang tumbuhan
kelapa sawit tersebut. Karena daun yang layu bukan berarti bahwa tumbuhan kelapa
sawit ini akan mati, atau pun tidak berkembang. Hasl ini sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan umumnya. Maka dari itu di simpulkan
bahwa jumlah total daun mempunyai hasil yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman kelapa sawit yang di amati ini. Pada penelitian
selanjutkan yang dilakukan pada daun Daun pertama yang keluar pada stadium
benih berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun
berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbetuk daun seperti bulu
(pinnate) atau menyirip. Pada penelitian berikut ini sama seperti jumlah total jumlah
daun yang makin hari ada yang makin banyak dan ada juga yang menurun karena
daunnya mulai layu dan mati.
32
5.2 SARAN Diharapkan pada praktikum selanjutnya, lebih teliti dalam pengambilan
data tanaman, mungkin ada kesalahan pada data, tertama pengukuran tinggi,
karena penggunaan alat seadanya pada saat pertama kali pratikum.
33
RI,
Prospek
dan
Permasalahan
Industri
Sawit
http://www.kemenperin.go.id/artikel/494/Prospek-Dan-PermasalahanIndustri-Sawit
(diakses pada 5 Desember 2018) Klasifikasi
Kelapa
Sawit,
http://digilib.unila.ac.id/4777/15/BAB%20II.pdf
(diakses pada 6 Desember 2018) Fisyana, 29 Desember 2015, Pre nursery dan
Main nursery Kelapa Sawit , https://fisyana.wordpress.com/2015/12/29/pre-nursery-
dan-main-nurserysawit/ (diakses pada 6 Desember 2018)