Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi Schmidth-Ferguson

Sistem iklim Schmidth Fergusson merupakan penyempurnaan dari metode Mohr.


Schmidth-Fergusson (1951) dalam Bayong (1999) menghitung jumlah bulan kering
dan bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian baru diambil rata-ratanya. Data yang di
gunakan lebih dari 10 tahun dari dari stasiun pos pengamatan curah hujan.Untuk
menentukan jenis iklim Schmidth-Fergusson menggunakan harga perbandingan Q
yang di definisikan sebagai :
Q = Jumlah rata-rata bulan kering
Jumlah rata-rata bulan basah

Bulan kering merupakan jumlah curah hujan yang turun dan sampai kepermukaan
bumi mempunyai jumlah curah hujan < 60 mm. Bulan lembab adalah jumlah curah
hujan yang sampai ke permukaan antara 60 sampai dengan 100 mm, dan bulan basah
adalah jumlah hujan yang turun dan sampai keperumakaan bumi lebih dari 100
(Lakitan 2002). Berdasarkan Penelitiannya, Schmidth-Fergusson membagi
penggolong iklim di Indonesia menjadi 8 (delapan) golongan.
Klasifikasi Schmidth-Ferguson
Tipe Iklim Kriteria Kriteria
A. (Sangat Basah) Hutan hujan tropika 0 < Q < 0.143
B. (Basah) Hutan hujan tropika 0.143 < Q < 0.333
C. (Agak Basah) Hutan rimba 0.333 < Q < 0.600
D. (Sedang) Hutan musim 0.600 < Q < 1.000
E. (Agak Kering) Hutan sabana 1.000 < Q < 1.670
F. (Kering) Hutan sabana 1.670 < Q < 3.000
G. (Sangat Kering) Padang ilalang 3.000 < Q < 7.000
H. (Luar Biasa Kering) Padang ilalang 7.000 < Q

Pengolahan data terbagi dalam beberapa tahap yaitu penghitungan tipe iklim
klasifikasi Schmidt Ferguson dan pengolahan data spasial. Pengolahan data spasial
meliputi : Interpolasi untuk mengetahui persebaran iklim klasifikasi Schmidt
Ferguson dan overlay untuk mengetahui kesesuaian zona agroklimat dengan kalender
tanam.
Berdasarkan pola curah hujan pada klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson terhadap
kesesuaian curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman dapat di sesuaikan jenis
tanaman yang sesuai pada masing-masing zona agroklimat Schmidth-Ferguson,
dengan kebutuhan air tanaman khususnya pada tanaman perkebunan. Pertumbuhan
tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, setiap tanaman membutuhkan
ketersediaan air yang berbeda-beda. Dengan dasar itu, tanaman perkebunan dan
tahunan sangat membutuhkan air terutama pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman
agar dapat tumbuh dengan baik. Sistem Pengklasifikasi yang sesuai dengan keadaan
di Indonesia yaitu Sistem Pengklasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dan
Oldeman. Dimana Sistem Pengklasifikasi iklim menurut Oldeman lebih cocok
digunakan pada sektor pertanian, sedangkan Sistem Pengklasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson lebih cocok digunakan pada sektor perkebunan. Namun mengingat
bahwa klasifikasi iklim menurut Oldeman kurang cocok digunakan dalam kegiatan
perkebunan, maka untuk mengetahui kegiatan perkebunan lebih baik
menggunakan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson. Dimana klasifikasi iklim
menurut Schmidt-Ferguson memiliki kelebihan antara lain sesuai untuk daerah tropis,
sangat memperhatikan fluktuasi suhu, analisis datanya sederhana dan sesuai untuk
seluruh dunia.
Seiring dengan terjadinya dan bertambahnya stasiun curah hujan maka tidak ada
kemungkinan akan terjadi perubahan tipe-tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt-
Ferguson yang akan berpengaruh sangat besar. Sedangkan dalam pengambilan suatu
keputusan di bidang-bidang perkebunan, suatu informasi mengenai iklim pada suatu
daerah sangat dibutuhkan.
Dengan adanya kemajuan teknologi, proses identifikasi suatu wilayah telah
diserasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga memperoleh data-data
zona iklim yang dapat ditampilkan dalam bentuk keruangan berupa zona-zona tipe
iklim suatu wilayah sehingga mempermudah dalam penginterpretasikan data-data
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai