Anda di halaman 1dari 10

Nama :Rohmatul Istiqomah

Nim : 2018010179
Prodi / Fakultas : PAI / FITK
JAWABAN :

1. Soal No 1
A. Pengertian Pembelajaran Al – Qur’an
Pembelajaran Al-Qur‟an adalah proses untuk merubahan tingkah laku murid
melalui proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih murid untuk membaca
Al-Qur‟an dengan fasih dan benar sesuai kaidah – kaidah tajwid yang telah ada, agar
pemurid terbiasa belajar membaca Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.
B. Ruang lingkup pembelajaran Al – Qur’an
1. Menanamkan kepada murid nilai – nilai yang terkandung dalam Al – Qur’an
agar terbiasa membaca Al – Qur’an setiap hari
2. Mengajarkan kaiadah – kaidah tajwid yang ada.
3. Mengajarkan metode – metode pembelajaran Al – Qur’an
C. Urgensi dalam pembelajaran Al – Qur’an
Bahwa pembelajaran Al – Qur’an sangatlah penting dalam kehidupan kita Sesuai
dengan sabda Rasulullah :
“ Yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al –
Qur’an “ 9 (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ashabus Sunan).
dan dalama hadist lain juga menerangkan bahwa pembelajaran Al – Qur’an adalah
amalan yang sangat besar pahalanya. Apalagi dengan mengkaji isi Al – Qur’an dan
menerapkan isi kandungan Al – Qur’an dalam kehidupan sehari – hari.
2. Soal No. 2
1. Al-Walad
Dalam bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari awlad merupakan isim mufrod
yang hanya ditujukan kepada seorang anak, sedangkan isim jamaknya (untuk
menunjukkan banyak) adalah awlad.
Dalam terminologi al-Qur’an kata walad untuk menyebut anak, yang berarti anak
yang dilahirkan oleh orangtuanya, baik berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan, besar atau kecil, baik untuk mufrad (tunggal), tatsniyah (dua) maupun
jama’ (banyak).
Kata walad dalam al-Qur’an digunakan untuk menggambarkan adanya hubungan
keturunan, Kata walid berarti ayah kandung, dan kata walidah berarti ibu kandung.
Berbeda dengan kata ibn, yang tidak mesti menunjukkan hubungan keturunan. Ibn
bisa berarti anak kandung dan anak angkat. Demikian pula kata ab (bapak), bisa
berarti ayah kandung dan ayah angkat. Kata walad juga menggambarkan hubungan
antara anak dengan orang tua, baik hubungan yang positif maupun negatif,
sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S. Al-Tagabun: 14.)
2. IBN
Dengan segala bentuk derivasinya terulang sampai 161 kali. Lafaz ibn menunjuk
pada pengertian anak laki-laki yang tidak ada hubungan nasab, yakni anak angkat,
sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Ahzab: 4. Al-Qur’an terkadang menggunakan
istilah ibn dalam bentuk isim tashghir, dan berubah menjadi bunayy, yang
menunjukkan bahwa anak itu secara fisik masih kecil, dan dapat pula menunjukkan
adanya hubungan kedekatan (al-iqtirab). Dalam al-Qur’an, kata tersebut (ya
bunayya) terulang sampai 7 (tujuh) kali.
Al-Qur’an menggunakan term kata ibn bentuk jamaknya adalah abna’ dan banun
untuk menyebut anak. Kata ibn atau jamaknya abna dan banun dalam al-Qur’an
dapat merujuk kepada pengertian anak kandung. Misalnya, ketika al-Qur’an
menyebut Nabi Isa sebagai anak laki-laki Maryam (Q.S. Al-Maidah: 78), ketika Nabi
Nuh memanggil anaknya agar ikut naik perahunya (Q.S. Hud : 42) dan ketika Nabi
Ya’qub menanyakan keimanan anak-anaknya sepeninggal beliau nanti dalam (Q.S.
Al -Baqarah:133.)
3. Bint
Al-Qur’an menyebutkan kata bin dengan bentuk jamaknya banat, merujuk pada
pengertian anak perempuan. Kata bint dalam al-Qur’an disebutkan 19 (sembilan
belas) kali. Persoalan anak perempuan, al-Qur’an memberikan informasi perlakuan
orang-orang jahiliyah terhadap anak perempuan. Anak perempuan dipandang sebagai
aib keluarga sehingga tega mengubur dalam keadaan hidup-hidup. al-Qur’an
mengecam tindakan tersebut sebagai kejahatan, dosa besar dan kebodohan (Q.S. Al-
Nahl: 58-59).
Gambaran orang-orang jahiliyah yang menisbatkan anak-anak perempuan untuk
Allah, sementara mereka sendiri lebih memilih anak-anak laki-laki (Q.S. Al-Thur:
39 dan Al-Nahl: 57) yang isinya bertentangan dengan (Q.S. Al-Ikhlas: 1-4) yang
menjelaskan bahwa Allah Swt tidak memiliki anak, karena Dia Esa, tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan.
4. Dzurriyah
Kata dzurriyyah dalam derivasi berasal dari kata dzarra yang berarti kelembut dan
menyebar. Dzurriyah dalam al-Qur’an disebutkan sampai 32 (tiga puluh dua) kali
yang digunakan untuk menyebut anak cucu atau keturunan.
Ayat-ayat al-Qur’an berkaitan dengan dzurriyah berkaitan dengan masalah
harapan atau doa orangtua untuk memperoleh anak keturunan yang baik, peringatan
Allah agar jangan sampai meninggalkan anak-anak yang bermasalah, masalah
balasan yang akan diterima oleh orangtua yang memiliki anak-anak yang tetap kokoh
dalam keimanannya. Penyebutan kata dzurriyah dalam bentuk mufrad (tunggal)
dalam al-Qur’an, ada yang berkonotasi positif misalnya dalam Q.S. Ali-Imran: 38
dan adapula yang berkonotasi negatif dalam( Q.S. Ali-Imran: 38)
5. Hafadah
Istilah hafadah. Dalam al-Qur’an, term  hafadah   bentuk jamak dari hafid, 
untuk  menunjukkan pengertian cucu (al-asbath) baik untuk cucu yang masih
hubungan kerabat atau  orang lain. Kata tersebut merupakan derivasi dari
kata hafada yang berarti  berkhidmah (melayani) dengan cepat dan tulus. Isyarat
yang dikandung bahwa anak cucu sudah semestinya dapat berkhidmat kepada
orangtuanya secara tulus,  mengingat orangtualah yang menjadi sebab bagi anak dan
cucu terlahir ke dunia. Dalam konteks ini Al-Qur’an menjelaskan dalam (Q.S. An-
Nahl : 72.)
6. Al-Shabiyyu
Kata al-Shabiyyu kedua pada Q.S. Maryam: 29, menunjuk pada pengertian anak
yang masih dalam ayunan. Ketika itu Nabi Isa disuruh ibunya berbicara dan
menjelaskan tentang hal keadaannya (yakni hamil dan punya anak tanpa suami)
kepada orang Yahudi,  ia masih dalam keadaan menetek ibunya, ketika mendengar
perintah ibunya, ia lalu melepaskan puting susu ibunya dan berbicara bahwa
sesungguhnya saya (Isa) adalah hamba Allah yang diciptakan tanpa ayah…”
7. Al-Thifl
Istilah al-thifl, bentuk jamaknya athfal yang dalam al-Qur’an terulang sebanyak
lima kali, yaitu pada Q.S Al-Nur: 31 dan 59, Al-Hajj: 5, Al-Mukmin: 67, Gafir: 67.
Secara semantis, kata thifl berarti al-maulud alshagir (bayi yang baru dilahirkan
yang masih kecil), anak belum dewasa, anak yang baru dalam fase perkembangan
sebelum ia dewasa, di mana ia belum “mengenal tentang aurat perempuan, dan anak
yang baru lahir dengan proses penciptaannya hingga wafat. Demikian kata pakar
lingustik Abul Husain Ahmad Ibn Faris dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah.
8. Al-Ghula
Kata ghulam berarti seorang anak muda, yang diperkirakan umurnya 14-21 tahun.
Pada fase tersebut perhatian orang tua harus lebih cermat, karena merupakan fase
anak dalam tahap mengalami puber, krisis identitas, dan bahkan perubahan yang luar
biasa.
3. Soal No. 3
Metode mendidik anak :
1. Menanamkan Ketahudian Sejak dini
Argument :
Dengan mengenalkan ketauhidan sejak dini kepada anak adalah merupakan
kejawjiban yang mutlak bagi orangtuanya, agar anak lebih mengenak penciptanya
sejak dini.
2. Menanamkan Akhlak atau Budi Pekerti
Argument :
Sudah selayaknya orangtua mendidik dan mengajarkan akhlakul kahrimah dan budi
pekerti sejak dini supaya nantinya anak terbisa dengan akhlak dan budi perkerti yang
baik hingga beranjak dewasa. Terutama akhlak terhadap orang tuanya sendiri.
4. Soal No.4
Metode metode Pembelajaran Al – Qur’an di Indonesia :
1. Metode Iqro
Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di
mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang
sempurna.
Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-
macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Quran dengan fasih).
Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah
dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode Iqro’ adalah:
a) Kelebihan
 Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri
yang dituntut aktif.
 Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama)
privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat
menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
 Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar
guru dapatmemberikan sanjungan/pujian, perhatian dan penghargaan.
 Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya
menyimak.
 Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
b) Kekurangan
 Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
 Tak ada media belajar.
 Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

2. Metode Al-Baghdadiyah
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu
suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang
atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah
metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di
Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah:

1. Hafalan
2. Eja
3. Modul
4. Tidak variatif
5. pemberian contoh yang absolute

Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a) Kelebihan

 Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri
sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.

 Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya


karena tidak menunggu orang lain.

b) Kekurangan

 Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah


dahulu dan harus dieja.

 Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam


membaca.

 Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

3. Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca Al-Quran yang
muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur.Metode ini disusun olehsebuah
lembaga pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung.Karena metode ini merupakan
metode pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka materi pembelajaran Al-
Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan Iqro’. Dan perlu diketahui
bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan
bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Quran pada metode ini
lebih menekankan pada kode “Ketukan”.Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai
dua program yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
1. Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembekalan untuk
mengenal dan memahami serta mempraktekkan membaca Al-Quran.
2. Program sorogan Al-Quran yaitu program lanjutan sebagai aplikasi praktis
untuk mengantarkan santri mampu membaca Al-Quran sampai khatam.

Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin
menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah mengikuti
penataran calon guru metode An-Nahdhiyah.

Dalam program sorogan Al-Quran ini, santri akan diajarkan bagaimana cara-cara
membaca Al-Quran yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al-Quran.
Dimana santri langsung praktek membaca Al-Quran besar. Disini santri akan
diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni.
4. Metode Qiro’ati 
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun
1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun
didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah
membaca Al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil
sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati
ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak
ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual
(perseorangan). Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:
a) Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
b) Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.
 Prinsip–prinsip dasar Qiro’ati
1) Prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/ustadz yaitu:
 Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
 daktun (tidak boleh menuntun)
2) Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik:
 CBSA : Cara belajar santri aktif.
 LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
 Strategi mengajar dalam Qiro’ati
Dalam mengajar Al-Qur'an dikenal beberapa macam stategi. Yaitu:
 Strategi mengajar umum (global)
 Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
 Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk
menerangkan pokokpelajaran secara klasikal.
 Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan
membaca dan menyimak bacaan Al-Qur'an orang lain.
 Strategi mengajar khusus (detil)
Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat
syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam
mengajar-kan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
1) Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an.
Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru
harus memperhatikan kecepatan santri.
2) Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target
Jilid I.
3) Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan
panjang (huruf mad).
4) Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan
bertajwid.
5) Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu
membaca dengan baik dan benar.
6) Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan
pelajaran Juz 27.
Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini
guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai.
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
a) Kelebihannya:
Siswa walaupun belum mengenal tajwid secara konsep tetapi
sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid.Karena belajar ilmu
tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-
Qur'andengan tajwidnyaitu fardlu ain.
 Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
 Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
 Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest
bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah
jika lulus tes.
b) Kekurangannya:Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama
karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
5. Metode Barqy
Metode ini ditemukan oleh Drs. Muhadjir Sulthan, dandisosialisasikan
pertama kali sebelum tahun 1991, yang sebenarnyasudah dipraktekkan pada tahun
1983. Metode ini tidak disusunbeberapa jilid akan tetapi hanya dijilid dalam satu
buku saja.
Padametode ini lebih menekankan pada pendekatan global yang bersifatstruktur
analitik sintetik, yang dimaksud adalah penggunaan strukturkata yang tidak
mengikuti bunyi mati (sukun).Metode ini sifatnya bukan mengajar, namun
mendorong hinggagurunya: Tut Wuri Handayani dan santri dianggap telah
memilikipersiapan dengan pengetahuan tersedia.
Dalam perkembangannya Al-Barqy ini menggunakan metode yang diberi nama
metode lembaga(kata kunci yang harus dihafal) dengan pendekatan global dan
bersifatanalitik sintetik. Dan lembaga tersebut adalah:
 DA-RA-JA
 MA-HA-KA-YA
 KA-TA-WA-NA
 SA-MA-LA-BA
Metode Al-Barqy memiliki kelebihan dan kekurangan antara lainadalah:
a) Kelebihan dari metode ini:
 Siswa akan mudah hafal dan mengingat karena dalam
membacanyaharus mengikuti cara membaca ustadzah sampai hafal,
kemudiansetelah hafal ustadzah menunjukkan huruf secara acak.
 Dikenalkan bacaan yang musykil yang sering dijumpai padabacaan
Al-Qur’an.
b) Kekurangan dari metode ini adalah:
 Siswa tidak aktif karena cara membacanya harus mengikutiustadzahnya
terlebih dahulu.
 Tidak variatif karena hanya terdapat satu jilid saja.
 Dalam pengenalan tajwidnya kurang.
 Tidak dikenalkan pada huruf mati (sukun).

5. Soal No 5
Metode yang saya gunakan
1) Metode Al-Baghdadiyah
2) Metode Iqro’
3) Metode Qiroati
Argumen saya dari ke tiga metode diatas adalah :
Pertama tentang metode Al-Baghdadiyah yang dikolaborasikan dengan iqro’ yaitu
santri mendapat 2 materi langsung yakni materi mengenal huruf hijaiyyah dan yang
ke menganal tanda baca dalamAl – Qur’an dengan cara di eja yang di jelaskan dalam
metode Al-Baghdadiyah, karena metode Al-Baghdadiyah sudah banyak yang
meninggalkan di masa kini. Dan dari metode iqro’nya santri diajarkan tentang huruf
hijaiyyah yang dibagi dalam bebagai kemudian dilanjut dangan metode Qiroati
yakni agar santri tidak kaget dengan metode qiroati yang yang banyak teknik dalam
pembelajaranya.

Anda mungkin juga menyukai