PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan khusus ini telah disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan anak berkebutuhan khusus (ABK) sehingga tetap dapat memperoleh
haknya akan pendidikan. Keterbatasan kemampuan mental pada anak tunagrahita
ini dapat mempengaruhi sistem belajar terutama proses belajar membaca,
membaca merupakan kemampuan yang penting dalam berkomunikasi.
Kebanyakan dari masyarakat awam, mereka hanya mengenal pendidikan
untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah di Sekolah Luar
Biasa (SLB) atau Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC). Padahal Pemerintah
telah menetapkan bahwa sekolah tersebut bukan satu-satunya pilihan bagi anak
yang berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus ini juga bisa diterima
disekolah anak-anak biasa yang dikenal dengan sekolah Inklusi. Di sekolah
inklusi ini anak-anak berkebutuhan khusus ini sudah dapat dipastikan akan haknya
mengecam pendidikan wajib 9 tahun. Peraturan ini telah ditetapkan pada
Permendikbud No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa. Hal
ini juga tertuang dalam pasal 2 bahwa tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik yang memiliki
kelainan kondisi fisik, emosional, mental, sosial, potensi kecerdasan, dan bakat
istimewa, serta menyelenggarakan pendidikan yang menghargai keanekaragaman
serta tidak diskriminatif.
Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah kurangnya minat
peserta dalam menerima pelajaran terutama minat dalam membaca, penyebabnya,
yaitu kurangnya interaksi antara peserta didik dan guru, sehingga materi pelajaran
yang diajarkan terlihat membosankan, hal inilah yang menyebabkan penilaian
terhadap peserta didik tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), rata-
rata ketuntasan tersebut hanya mencapai 40% saja, sedangkan 60% dari hasil
penelitian belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Oleh karena
itu guru telah menetapkan pembelajaran yang khusus bagi peserta didik
tunagrahita dengan menggunakan metode pembelajaran suku kata sebagai
penerapan pembelajaran awal. Diharapakan dengan metode tersebut dapat
menumbuhkan minat membaca pada peserta didik berkebutuhan khusus ini.
Dalam telaah permasalahan tersebut proses penilaian tindakan kelas
dapat dilakukan secara individu agar perkembangan kognitif peserta didik dapat
berjalan dengan maksimal.
Pembahasan setiap karakter peserta didik berkebutuhan khusus ini, maka
dalam proses tindakan kelas harus menyesuaikan dengan kemampuan terutama
bakat, motivasi, kemampuan berfikir, tingkah laku peserta didik, bukan untuk
membeda-bedakan tetapi lebih kepada kompetensi, kemampuan, dan karakter
setiap peserta didik berkebutuhan khusus.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil pengamatan terhadap situasi tersebut penulis dapat
mengidentifikasi masalah yang dihadapi sebagai berikut :
a. Pelajaran lebih terasa monoton dan tidak terlihat stimulus maupun respon
dari peserta didik.
b. Peserta didik kurang memahami materi pelajaran yang diajarkan
c. Minat peserta didik dalam membaca kurang aktif, tidak ada timbal balik
dan kurang pedulinya peserta didik dalam membaca karena lebih terpusat
kepada guru.
2. Analisis Masalah
Dengan mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran Tematik, penulis
dapat mengenalisa permasalahan yang terjadi, sebagai berikut :
a. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dan peserta didik hanya
menggunakan metode ceramah.
b. Guru kurang memberikan respon terhadap peserta didik secara individu.
c. Guru tidak melibatkan peserta didik dalam membaca suku kata sesuai
dengan materinya.
3. Alternatif dalam Pemecahan Masalah
Dari hasil analisa masalah yang ditemukan maka penulis mencari solusi
yang dilaksanakan dalam beberapa siklus perbaikan pembelajaran. Alternatif
yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
karena penanganan terhadap anak berkebutuhan khusus harus dilakukan
secara maksimal dan terkhusus.
b. Guru lebih memfokuskan dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk waktu yang cukup.
c. Menggunakan media yang mudah dipahami peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan menyerap pelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, yakni belum
tercapainya nilai maksimal dalam membaca suku kata, dengan ini penulis dapat
merumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca dengan menggunakan
metode suku kata bagi anak berkebutuhan khusus kelas II di SD Bakti
Parittiga ?
2. Apakah metode suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi
anak berkebutuhan khusus di kelas II SD Bakti Parittiga ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Peneltian Tindakan Kelas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata bagi anak
berkebutuhan khusus Kelas II di SD Parittiga.
Selain terdapat kelebihan dalam metode suku kata ini, ada juga beberapa
kelemahannya, yaitu :
1. Bagi peserta didik yang kesulitan belajar yang kurang mengenal huruf,
akan mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku.
2. Peserta didik akan sulit disuruh membaca kata-kata lain, karena hanya
mengingat kata-kata yang diajarkan saja.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Nama : Antoni
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat : Desa Puput, Parittiga
Jenis Ketunaan : Tunagrahita
Karakteristik :
- Kemampuan berbahasa reseptif dan terlihat kaku
- Peserta didik sudah mampu mengikuti perintah dua tahap dari guru
- Belum mampu mengidentifikasi benda yang tidak terlihat
- Peserta didik sudah mengenal huruf A sampai dengan Z
5. Nama : Bagas
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Puput, Parittiga
Jenis Ketunaan : Tunagrahita
Karakteristik :
- Kemampuan berbahasa reseptif
- Peserta didik sudah mampu mengikuti perintah dua tahap dari guru
- Mampu mengidentifikasi benda yang tidak terlihat
- Peserta didik sudah mengenal huruf A sampai dengan Z
- Kondisi emosi belum stabil
- Belum mampu meniru ungkapan tiga kata serta mengungkapkan
- Mampu mengidentifikasi orang-orang terdekat
C. Desain Perbaikan
Prosedur perbaikan pembelajaran ini terdiri dari empat komponen pokok
yang dilakukan secara berulang-ulang, yaitu :
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
a) Menyajikan tulisan atau huruf persuku kata sesuai dengan materi
pelajaran
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi
pada peserta didik dengan contoh.
2) Kegiatan Inti
a) Melaksanakan kegiatan dari lembar yang dibagikan kepada peserta
didik berupa huruf-huruf per suku kata
b) Memperlihatkan kemampuan membaca peserta didik secara
mandiri
c) Menunjukkan tulisan dari hasil kerja peserta didik kepada guru
d) Pemeriksanaan dan penilaian hasil test
3) Kegiatan Akhir
a) Menyimpulkan pemahaman konsep setelah pembelajaran
b) Mengevaluasi tingkat keberhasilan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar
c) Memberikan penguatan serta apresiasi kepada peserta didik
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan secara bersamaan pada waktu proses
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi penelitian Tindakan
kelas dilakukan oleh peneliti dibantu oleh supervisor II dengan
menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktifitas peserta didik
dan guru dalam pembelajaran di kelas inklusi. Sedangkan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik yaitu dengan mencatat nilai
hasil belajar yang diperoleh dari evaluasi hasil belajar setelah siklus
Tindakan dilaksanakan.
d. Refleksi
Data dari hasil observasi dan hasil belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran yang dianailsis data sebagai bahan untuk melakukan
refleksi, sehingga dapat diketahui perkembangan yang diperoleh dari
penggunaan metode suku kata. Setelah dilaksanakan siklus I akan menjadi
acuan perbaikan pada siklus II.
3. Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk
merumuskan proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam
pelaksanaan siklus II. Adapaun pelaksanaan pada siklus II secara rinci meliputi
Langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
1) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi selama proses
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I.
2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi siklus I.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode suku kata.
4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar jawaban yang akan
dipelajari
5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas peserta didik
dan guru selama pembelajaran berlangsung.
7) Menyiapkan jenis data yang akan dikumpulkan baik data kualitatif
maupun kuantitatif.
8) Menyiapkan kuisioner dalam penjaringan data tentang pendapat peserta
didik dan guru mengenai penerapan metode suku kata.
f. Refleksi
Data dari hasil observasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran membaca permulaan selanjutnta akan dilakukan analisis data
sebagai kajian untuk dilakukan refleksi, sehingga dapat diketahui perkembangan
yang diperoleh dari penerapan metode suku kata pada siklus II, setelah
dilakukan refleksi akan dibandingkan dengan data observasi serta hasil kerja
belajar peserta didik pada siklus I.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi. Teknik ini digunakan untuk mempelajari prilaku
manusia, proses kerja, gejala alam, dan dilakukan pada peserta didik yang tidak
terlalu besar.
Observasi bertujuan untuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tinddakan yang
dilakukan oleh peneliti.
Data observasi dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran terlihat pada
pra siklus, guru belum memenuhi kriteria dalam pelaksanaan pembelajaran
yang sesuai, pelaksanaan tidak runtut, dan kurangnya keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran karena guru lebih mendominasi. Pada siklus I dalam
penggunaan metode yang tepat mulai terlhiat peningkatan tetapi masih
didominasi oleh guru sehingga keterlibatan peserta didik masih dirasa kurang.
Pada siklus II guru telah memenuhi syarat dalam pelaksanaan perbaikan
Tindakan kelas karena penggunaan metode yang sudah tepat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Diagram Batang persentase jumlah peserta didik
yang mencapai KKM pada siklus I
B. Refleksi
Dari tabel dan grafik diatas ditampilkan adanya perubahan peningkatan
yang signifikan. Dapat dilihat. Nilai rata-rata pengetahuan kriteria ketuntasan
minimal membaca permulaan sebesar 81 dan untuk rata-rata nilai Keterampilan
kriteria ketuntasan minimal membaca permulaan sebesar 83. Peserta didik yang
mendapat nilai pengetahuan diatas kriteria ketuntasan minimal sebanyak 2 (50%)
peserta didik dengan predikat amat baik, dan untuk nilai keterampilan diatas
kriteria ketuntasan minimal sebanyak 2 (50%) peserta didik dengan predikat amat
baik. yang mendapat nilai pengetahuan dengan kriteria ketuntasan minimal
sebanyak 1 (25%) peserta didik dengan predikat baik, dan nilai keterampilan
dengan kriteria ketuntasan minimal sebanyak 1 (25%) peserta didik dengan
predikat baik, serta peserta didik yang mendapat nilai pengetahuan dengan kriteria
ketuntasan minimal sebanyak 2 (50%) peserta didik yang mendapat nilai predikat
cukup, dan nilai keterampilan dengan kriteria ketuntasan minimal sebanyak 2
(50%) peserta didik, dengan nilai keterampilan predikat cukup Pada pelajaran
membaca permulaan yang ditetapkan sekolah.
Berdasarkan data yang diperoleh, membuktikan bahwa keterampilan
dalam mengikuti pelajaran kelas II inklusi sudah mulai baik, dan masih perlu
diadakan tindakan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan
metode suku kata.
1. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan hasil penelitiaan perbaikan pembelajaran siklus II data yang
didapat ditampilkan pada tabal dan grafik dibawah ini.
Data hasil evaluasi siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.3
Nilai Pengetahuan dan Keterampilan pada Siklus II
No Nama KKM Pengetahuan Keterampilan Ket
Nilai Pre Nilai Pre
1 M. Bintang 65 85 B 90 A
2 Antoni 65 90 A 85 B
3 Daniel Alexander 65 95 A 90 A
4 Renaldo Lim 65 100 A 90 A
5 Bagas 65 100 A 95 A
Jumlah 470 445
Rata-rata 94 89
Nilai Terbesar 100 95
Nilai Terkecil 80 85
Tabel 4.4
Persentase Nilai Pengetahuan dan Keterampilan Peserta Didik
No Nilai Fr Persentase %
Kurang Cukup Baik Amat Baik
e
3 70 0 - - - - - - - -
4 75 0 - - - - - - - -
5 80 0 - - - - - - - -
6 85 1 - - - - 25% 25% - -
7 90 1 - - - - - - 25% 75%
8 95 1 - - - - - - 25% 25%
9 100 2 - - - - - - 50% -
Jumlah - - - - 25% 25% 100% 100%
Gambar 4.2
Diagram Batang persentase jumlah peserta didik
yang mencapai KKM pada siklus II
Amat Baik
100%
80% Baik
60%
Cukup
40%
20%
Kurang
0%
Nilai Pengetahuan Nilai Keterampilan
C. Refleksi
Dari tabel dan grafik diatas ditampilkan adanya perubahan peningkatan
yang signifikan. Dapat dilihat. Nilai rata-rata pengetahuan kriteria ketuntasan
minimal membaca permulaan sebesar 94 dan untuk rata-rata nilai Keterampilan
kriteria ketuntasan minimal membaca permulaan sebesar 89. Peserta didik yang
mendapat nilai pengetahuan diatas kriteria ketuntasan minimal sebanyak 4 (100%)
peserta didik dengan predikat amat baik, dan untuk nilai keterampilan diatas
kriteria ketuntasan minimal sebanyak 4 (100%) peserta didik dengan predikat
amat baik. yang mendapat nilai pengetahuan dengan kriteria ketuntasan minimal
sebanyak 1 (25%) peserta didik dengan predikat baik, dan nilai keterampilan
dengan kriteria ketuntasan minimal sebanyak 1 (25%) peserta didik dengan
predikat baik, Pada pelajaran membaca permulaan yang ditetapkan sekolah.
Tabel 4.5
Nilai Pengetahuan dan Keterampilan pada Siklus I, dan Siklus II
No Nama KKM Pengetahuan Keterampilan Ket
Siklus Pre Siklus Pr Siklus Pr Siklus Pre
I II e I e II
M. Bintang 65 65 C 85 B 70 C 90 A
Antoni 65 75 C 90 A 75 C 85 B
Daniel 65 80 B 95 A 90 A 90 A
Alexander
Renaldo Lim 65 90 A 100 A 90 A 90 A
Bagas 65 95 A 100 A 95 A 95 A
Jumlah 405 470 415 450
Rata-rata 81 95 83 90
Nilai Terbesar 95 100 95 95
Nilai Terkecil 65 85 70 85
Tebal 4.6
Persentase Nilai Pengetahuan Peserta didik Pada Siklus I, dan Siklus II
Tebal 4.6
Persentase Nilai Keterampilan Peserta didik Pada Siklus I, dan Siklus II
Gambar 4.3
Diagram Persentase Jumlah Nilai yang Mnecapai KKM pada Siklus I, dan Siklus II
100% Amat
80% Baik
60% Baik
40% Cukup
20%
Kurang
0%
Nilai Pengetahuan Nilai Keterampilan Nilai Pengetahuan Nilai Keterampilan
Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II
Berdasarkan dari tabel dan grafik diatas analisis nilai pengetahuan dari
hasil evaluasi siklus 1 diperoleh data 2 peserta didik (50%) mendapat nilai cukup
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal, 1 peserta didik (25%) mendapat nilai
baik , dan 2 peserta didik (50%) mendapat nilai amat baik diatas kirteria
ketuntasan minimal. Dari data tersebut bahwa tujuan pembelajaran sudah terjadi
peningkatan nilai dari hasil evaluasi ulangan harian ke siklus I sebesar (75%).
Berdasarkan dari tebal dan grafik diatas analisis nilai evaluasi siklus II
diperoleh data persentase nilai (0%) peserta didik yang mendapatkan nilai cukup,
peserta didik (25%) mendapatkan nilai baik, dan 4 peserta didik (100%) mendapat
nilai amat baik diatas kriteria ketuntasan minimal. Data tersebut dapat diartikan
peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran di kelas II inklusi, mulai dari
evaluasi ulangan harian sampai dengan siklus II.
Sedangkan untuk penilaian keterampilan berdasarkan dari tabel dan
grafik diatas hasil evaluasi siklus I diperoleh 2 peserta didik (50%) mendapat nilai
cukup, 3 peserta didik (75%) mencapat nilai amat baik diatas kriteria ketuntasan
minimal. Sedangkan hasil evaluasi siklus II diperoleh 1 peserta didik (25%)
mendapat nilai baik, 4 peserta didik (100%) mendapat nilai amat baik diatas
kriteria ketuntasan minimal. Dari data tersebut peningkatan pembelajaran di kelas
Ii inklusi meningkat secara signifikan mulai dari evaluasi hasil ulangan harian
sampai dengan siklus II.
Nilai Rata-rata pengetahuan pada siklus I adalah 81, dan nilai rata-rata
keterampilan adalah 83, kemudian meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata
pengetahuan adalah 95, dan nilai rata-rata keterampilan adalah 90. Hal ini dapat
dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas pada pembelajaran yang peneliti
lakukan dengan menggunakan metode suku kata dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas II inklusi SD
Bakti Parittiga.
Penilaian perbaikan tindakan kelas pada pembelajaran evaluasi hasil
ulangan harian sampai dengan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan,
hal ini dikarenakan adanya perubahan penggunaan metode pembelajaran dalam
penyampaian materi pelajaran. Pada evaluasi hasil ulangan harian peneliti hanya
menggunakan metode ceramah, sehingga peserta didik merasa cepat bosan, tidak
fokus, dan hanya bermaian saja. Pada siklus I dan siklus II peningkatan minat
belajar peserta didik mulai terlihat karena adanya perubahan metode yang tepat
yaitu metode suku kata, dengan adanya umpan balik antara peserta didik dan guru.
Hal ini menyebabkan perubahan tingkah laku, respon, keaktifan, ketertarikan, dan
minat peserta didik meningkat karena penggunaan metode yang tepat tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Perbaikan pembelajaran penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus
II yang dilaksanakan pada bulan November 2020 dengan judul meningkatkan
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata bagi anak
berkebutuhan khusus kelas II Inklusi di SD Bakti Parittiga tahun pelajaran
2021/2021, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan
pemahaman peserta didik dalam pembelajaran membaca permulaan pada kelas II
inklusi ini. Hal ini terbukti dengan data Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dalam perbaikan penelitian tindakan kelas menggunakan metode suku kata materi
membaca permulaan. Peserta didik dibimbing untuk lebih antusias, aktif, dan
kreatif dalam pembelajaran di kelas inklusi. Pada tahap oreintasi peneliti
menyiapkan dan menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik,
kemudian pada tahap persentasi peneliti mempraktekkan tentang materi pelajaran
menggunakan huruf perkata yang ditulis dipapan tulis. Dilanjutkan pada tahap
latihan yang diberikan secara terstruktur yang dibimbing oleh guru untuk
membaca perhuruf secara berulang-ulang supaya peserta didik dengan mudah
untuk mengingat dan menghafal. Pada tahap terbimbing guru membimbing
peserta didik mengenal huruf dan kata yang telah disiapkan oleh guru yang ada
didalam kelas. Hal ini dilakukan bertujuan agar peserta didik paham dengan
konsep dasar membaca permulaan yang diberikan guru, dengan adanya latihan
secara mandiri membuat peserta didik menyenangi apa yang diajarkan oleh guru
serta menilai sejauh mana pemahaman peserta didik dalam mengenal huruf yang
telah dikuasai oleh peserta didik
Adapun hasil dari pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi ini, ternyata
peserta mampu :
1. Meningkatkan hasil dan pemahaman peserta didik tentang
pembelajaran tentang membaca permulaan dengan menggunakan
metode suku kata bagi anak berkebutuhan khusus di kelas II inklusi
SD Bakti Parittiga.
2. Memperbaiki pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik secara terus
menerus maupun melalui tahapan pada pelajaran yang diajarkan.
Sebelum dilaksanakan siklus I peningkatan peserta didik dalam
pembelajaran membaca permulaan hanya 1 peserta didik saja yang memenuhi
kriteria ketuntasan minimal dari 5 peserta didik dalam belajar. Hal ini disebabkan
karena materi yang dijelaskan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah,
guru kurang dalam memberikan motivasi kepada peserta didik, sehingga respon
peserta didik dirasa kurang dan lebih banyak bermain daripada memperhatikan
penjelasan guru. Dengan penggunaan metode ceramah ini guru lebih banyak
mendominasi daripada peserta didiknya, sehingga kinerja guru harus ditingkatkan
juga.
Ketidakberhasilan dalam pembelajaran di kelas inklusi ini, maka guru
harus mengembangkan lagi pelajaran yang diajarkan dengan memalui perbaikan
tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I. Melalui perbaikan pembelajaran
pada siklus I sudah terlihat ada peningkatan, dimana peserta didik sudah mulai
baik memahami materi pelajaran yang dijelaskan guru sehingga peserta didik
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Namun hal ini masih perlu
bimbingan lagi karena dari hasil tes yang diberikan guru masih perlu adanya
peningkatan dalam memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara optimal.
Pada siklus II materi pembelajaran yang diajarkan guru sudah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal karena sudah dapat dibuktikan dari hasil penguasaan
peserta didik dalam materi membaca permulaan dan dapat dibandinng dengan
evaluasi hasil ulangan harian serta siklus I. Secara umum dalam segala aspek
sudah memenuhi apa yang menjadi permasalahan yang peneliti hadapi. Mulai dari
kegiatan sampai evaluasi, media, strategi, metode, dan tahapan pembelajaran
diberikan oleh guru sudah sangat baik.
Dengan demikian hasil nilai yang ditunjukkan dengan pencapaian kriteria
ketuntasan minimal melebihi standar yang ditetapkan sekolah dan dengan adanya
peningkatan serta kemajuan sehingga dengan penggunaan tahapan metode suku
kata ini dapat meningkatkan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus
dalam pelajaran membaca permulaan di kelas II inklusi SD Bakti Parittiga.
B. Saran
Dalam peningkatan kemampuan pembelajaran membaca permulaan dengan
bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan memperhatikan beberapa hal dan
membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, dengan ini perlu diperhatikan saran-
saran berikut :
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dengan penggunaan
metode suku kata, peserta didik dengan mudah memahami pembelajaran
membaca permulaan. Untuk guru disarankan untuk meneliti dengan
menggunakan metode suku kata dalam pembelajaran membaca permulaan.
Dengan peningkatan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
membaca permulaan guru dapat mengembangkan alat assesmen sendiri, yaitu
cara membuat beberapa soal yang menggambarkan kemampuan peserta didik
yang disesuaikan dengan kualitas belajar peserta didik
2. Pihak Sekolah
Saran bagi sekolah adalah agar pihak sekolah senantiasa menyediakan alat
atau sumber pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik berkebutuhan
khusus. Untuk penyediaan alat atau sumber pembelajaran yang ada di sekolah
dengan menggunakan dana sekolah yang telah disesuaikan untuk kebutuhan
peserta didik berkebutuhan khusus ini, dan juga dengan pengajuan proposal
kepada instansi terkait, atau lembaga-lembaga masyarakat lainnya. Sekolah
juga dapat melakukan kerjasama antara orang tua peserta didik untuk
pengadaan alat atau sumber belajar.
3. Orang Tua
Orang tua di rumah dapat membantu guru dengan mengulang kembali
pelajaran yang telah diajarkan peserta didik di sekolah dengan cara menjalin
komunikasi antara orang tua dan guru mengenai perkembangan anaknya agar
sejalan dengan cara belajar dirumah.
Kepada
Yth. Kepala UPBJJ-UT PANGKALPINANG
Di Tempat
Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran yang merupakan yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4501
Pemantapan Kemampuan Profesional.
NIP. NIM.
JURNAL PEMBIMBINGAN SUPERVISOR I
Nama Mahasiswa :
NIM :
Sekolah : SD Bakti Parittiga
Paraf
No Hari/Tanggal Kegiatan Hasil/komentar Tindak lanjut Mhs. Sup.
Paraf
No Hari/Tanggal Kegiatan Hasil/komentar Tindak lanjut Mhs. Sup.
NIP.