Anda di halaman 1dari 12

Bab 5 KEPEMIMPINAN

2.1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan


a. Pemimpin
Konsep “pemimpin berasal dari kata asing “leader” dan kepemimpinan
berasal dari “leadership”. Pemimpin adalah orang yang paling berorientasi
hasil didunia, dan kepastian dengan hasil ini hanya positif kalau seseorang
mengetahui apa yang diinginkannya. Kouzes (2004: 17), mengatakan bahwa
pemimpin adalah pionir sebagai orang yang bersedia melangkah kedalam
situasi yang tidak diketahui. Pemimpin yang mempunyai visi jelas dapat
menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin. Kartono (2005: 51), menyatakan pemimpin adalah seorang pribadi
yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan
kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna
mencapai sasaran tertentu.

b. Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership termaksuk kelompok ilmu terapan atau
applied sciences dari ilmu-ilmu sosial,sebab prinsip-prinsip dan rumusan-
rumusannya bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan manusia.
Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat, kapasitas
dan kemampuan seseorang dalam memimpin.
Robbins(2006:432) kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran . kouzes dan posner
(2004:3), mengatakan kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk
ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Boone dan Kurtz
(1984) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan memotivasi yang
lain atau menyebabkan orang lain melakukan tugas tertentu dengan tujuan untuk
mencapai tujuan spesifik. Sedangkan Tzu dan cleary (2005:5), berpendapat
kepemimpinan sebuah persoalan kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya,
kelembutan, keberanian, dan ketegasan. Kartono(2005:153) kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang
lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah
direncanakan.Dari beberapa penjelasan defenisi tentang kepemimpinan tersebut
dapat ditarik beberapa kesimpulan,yaitu bahwa:
1. Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua
hubungan dapat melibatkan pimpinan.
2. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi.Kejelasan dan
keakuratan dari komunikasi mempengaruhi perilaku dan kinerja
pengikutnya.
3. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai.Pemimpin yang
efektif harus berhubungan dengan tujuan-tujuan individu,kelompok dan
organisasi.
2.2. Teori Pemimpin dan Kepemimpinan
Gary Yulk (1998) melakukan klasifikasi definisi pemimpin dan kepemimpinan,
yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan ciri


Pendekatan ini menekankan kepada atribut-atribut pribadi para
pemimpin. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa bebrapa orang
merupakan pemimpin dengan beberapa ciri yang tidak dimiliki oleh orang
lain. Teori-teori kepemimpinan ini pada tahap awal (1930-1940) gagal
menemukan garansi mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang berhasil, karena
hanya mengacuh kepada upaya untuk mencari korelasi yang signifikan
tentang atribut pemimpin dan kriteria keberhasilan seorang pemimpin.
Dalam kelompok ini antara lain terdapat teori kepemimpinan karismatik dan
transformasional.
b. Pendekatan berdasarkan perilaku
Pendekatan ini merupakan kritisi terhadap generasi pertama
pendekatan berdasarkan ciri. Sebagaimana namanya, pendekatan ini
sangat diwarnai oleh psikolog dengan fokus menemukan dan
mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu pengertian kita tentang
kepemimpinan. Didalam pendekatan ini terdapat teori-teori tentang
kepemimpinan kelompok. Pendekatan pengaruh kekuasaan. Para teoritikus
dalam lingkungan pendekatan ini mencoba menjelaskan efektivitas
kepemimpinan dalam kaitannya dengan jumlah dan jenis kekuasaan yang
dipunyai seorang pemimpin dan cara kekuasaan tersebut. Dalam kelompok
ini terdapat antara lain teori-teori kepemimpinan otoriter-demokratis-
bebas(laizes faire)
c. Pendekatan situasional
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual
seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, sifat
lingkungan ekternal, dan karakteristik para pengikut. Teori-teori dalam
kelompok ini diidentifikasi kedalam teori kontijensi yang dapat dikontraskan
dengan teori universal tentang kualitas umum kepemimpinan yang efektif.
d. Pendekatan krisis
Soerang pemimpin dalam masa krisis harus melakukan konsentrasi
untuk mengonsolidasikan( memperkuat) seluruh sumber dayanya agar tidak
tercerai berai.

Allen(1958) mendeskripsikan tujuh sifat dari kepemimpinan intuitif yaitu:


a) Mengedepankan kepentingan sendri; b) Membuat semua keputusan
secara sendirian; c) lebih suka memberitahu daripada mendengarkan d)
lebih suka pekerjaan atau solusi teknis; e) Menjalankan organisasi sesuai
selera pribadi; f) memonopoli ganjaran (memonopoli hadia) dan mengontrol
dengan cara melakukan inspeksi.
Allen mengajukan usulan yang sangat bermanfaat agar para pemimpin
intuisi tersebut melakukan transformasi menjadi kepemimpinan manajemen
(management leadership), dengan tujuh karakteristik yaiu: a.)
mengedepankan kepentingan kelompok b.) pembuatan keputusan dalam
sebuah tim c.) fokus kepada tugas manajerial d.) komunikatif e.)
menjalankan sebuah organisasi sesuai dengan kerja dan tujuan yang
hendak dicapai f.) setiap prestasi diberi ganjaran g.) mengontrol dengan
cara memberikan eksepsi.
Mengombinasikan kecakapan kepemimpinan dan manajerial
menghasilkan kompetensi yang optimal untuk mencapai hasil, seperti
ilustrasi yang dibuat oleh Allen management system berikut ini.

Dalam bukunya the frontiers of management (1986), Drucker


menegaskan there is entrepreneurial work and there is managerial work,
and the two are not the same. Buy you can’t be successful entrepreneur
unless you manage, and if you try to manage without some
entrepreneurship, you are in danger of becoming bureaucrat. Kepemimpinan
dekat dengan kewirausahaan. Manajer identik dengan manajemen. Kata
Drucker, anda akan sukses memimpin jika memiliki kemampuan manajerial,
namun jika anda menjadi manajer tanpa kecakapan pemimpin, anda akan
sangat mudah terjebak menjadi seorang birokrat.
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat
diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan psikologi, perilaku dan
situasional (contiigency). Pendekatan pertama memandang kepemimpinan
sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua
bermaksud mengidentifikasi perilaku-perilaku (behavior) pribadi yang
berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Pandangan ketiga
menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan
bervariasi dengan situasi. Djokosantoso Moeljono (2003: 26-32).
2.3. Fungsi dan Metode Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan

Menurut Veithzal Rivai (2004 : 96) dalam Suwatno memberikan beberapa


contoh tentang fungsi kepemimpinan, yaitu : a) menciptakan visi dan rasa
komunitas; b) membantu mengembangkan komitmen dari pada sekedar
memenuhinya; c) menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan
yang berlainan; d) mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog; e)
membantu menggunakan pengaruh mereka; f) memfasilitasi; g) member
semangat pada yang lain; h) menompang tim; dan i) bertindak sebagai model.
Fungsi kepemimpinan menurut Aidar (2008:11) sebagaimana yang dikutip oleh
Suwatno(2011) yaitu : (1) Perencanaan, (2) pemrakarsaan, (3) pengendalian, (4)
pendukung, (5) penginformasian, (6) pengevaluasian.

a. Perencanaan, yaitu 1) mencari semua informasi yang tersedia, 2)


mengidentifikasikan tugas, 3) maksud dan tujuan kelompok 4) membuat
rencana yang dapat terlaksana.
b. Pemrakarsaan yaitu 1) memberikan pengarahan kepada kelompok
mengenai sasaran dan rencana. 2) menjelaskan mengapa menetapkan
sasaran atau rencana merupakan hal penting. 3) membagi tugas para
anggota kelompok. 4) menetapkan standar kelompok.
c. Pengedalian yaitu 1) memelihara antar kelompok 2) mempengaruhi tempo
3) memastikan semua tindakan diambil dalam upaya meraih tujuan 4)
menjaga relevansi diskusi 5) mendorong kelompok mengambil
tindakan/keputusan.
d. Pendukung yaitu 1) mengungkapkan pengakun terhadap orang dan
konstribusi mereka, 2) memberi semangat kepada kelompok/individu, 3)
menciptakan semangat tim 4) meredahkan ketegangan dengan humor 5)
merukunkan perselisihan atau meminta orang lain menyelidikinya.
e. Pengimformasian yaitu 1) memperjelas tugas dan recana 2) memberikan
informasi baru pada kelompok 3) menerima informasi dari kelompok, 4)
membuat ringkasan atas usulan dan gagasan yang masuk akal.
f. Pengevaluasian yaitu 1) mengevaluasi kelayakan gagasan, 2) menguji
konsekuesi solusi yang diusulkan 3) mengevaluasi prestasi kelompok 4)
membantu kelompok mengevaluasi sendiri prestasi mereka berdasarkan
standar yang ada.

Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi dengan efektif,


seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu:

1. Task Related/ problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin


memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan
sumbangan informasi dan pendapat.
2. Group Maintenance funcion/ sosial funcion, meliputi: pemimpin membantu
kelompok peroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau
melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok
yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok.

Seorang pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu menampilkan


kedua fungsi tersebut dengan jelas.

Dua fungsi penting seorang pemimpin:

1. Fungsi Tugas
Fungsi ini berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksankan untuk
memilih dan mencapai tujuan–tujuan secara rasional, adapun fungsi tugas
seorang pemimpin adalah :
a. Menciptkan kegiatan : tugas pemimpin adalah menetapkan deskripsi
pekerjaan secara jelas untuk pegawainya.
b. Mencari informasi : tugas pemimpin adalah mencari informasi tersebut
secara cepat, tepat dan akurat.
c. Memberi informasi : informasi yang diperoleh kemudian didistribusikan
kepada bawahannya sehingga semua karyawan mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya.
d. Member pendapat : tugas pemimpin memberikan pendapat dan
nasihat kepada bawahannya, baik diminta maupun diminta jika
memang dirasa perlu.
e. Member penjelasan : tugas pemimpin adalah menjelaskan apa saja
yang dirasa belum jelas oleh bawahannya, misalnya tentang tugas,
kewajiban dan hak–hak bawahan.
f. Mengoordinasikan : tugas ini penting karena tanpa koordinasi yang
baik yang dilakukan pemimpin maka organisasi bisa dapat berjalan
secara efesien dan efektif dalam mencapai tujuan–tujuannya.
g. Meringkas : menyimpulkan semua yang telah disepakati sehingga
bawahan bisa mencapai pemahaman yang sama tentang sesuatu hal.
h. Menguji kelayakan : organisasi berencana untuk melaksankan
berbagai program, terlebih dahulu pemimpin harus menguji layak /
tidaknya program tersebut.
i. Mengevaluasi : mengevaluasi atau mengendalikan orang atau kegiatan
dengan harapaan semua kegiatan/orang dalam organisasi bergerak
ketujuan yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan dapat
segera di tanggulangi jika ada penyimpangan.
j. Mendiagnosis : pemimpin terlebih dahulu harus mampu mendisgnosis
gejalanya sehingga tindakan preventif dilakukan mengingat tindakan
prenventif jauh lebih efisien daripada tindakan kuratif.

2. Fungsi Pemeliharaan
Berhubung dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan
dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk keberadaan organisasi,
adapun fungsi pemeliharaan seorang pemimpin adalah :
a. Mendorong semangat: memotivasi karyawan agar selalu bergairah dan
bersemangat dalam bekerja, dengan demikian karyawan yang
berkinerja baik menjadi tugas pemimpin, di samping juga tugas
karyawan secara pribadi.
b. Menetapkan standar: standar kinerja harus ditetapkan dari awal dan
hal ini merupakan tugas pemimpin, tanpa standar kinerja yang jelas,
karyawan tidak akan tahu apakah dia sudah bekerjadengan baik atau
belum.
c. Mengikuti: pemimpin tidak boleh lepas tangan begitu saja setelah
tugas didistribusikan, dia tetap harus memantau anak buahnya.
d. Mengekspresikan perasaan: perasaan senang atau tidak senang
dengan apa yang dilakukan oleh bawahan perlu diekspresikan si
pemimpin dengan baik sehingga bawahan bisa menangkapn maksud
dan keinginan pemimpinnya dengan baik.
e. Mengambil konsensus: tugas pemimpin adalah menetapkan konsesus
walaupun prosesnya melibatkan banyak orang
f. Menciptakan keharmonisan
g. Mengurangi ketegangan: keteganganyang berlebihan akan berdampak
negatif terhadap kinerja, baik kinerja individu, kelompok maupun
organisasi.

Metode kepemimpinan
Ordweay Tead (Kartini Kartino, 2001:56) mengemukakan 7 metode
kepemimpinan yang telah mempengaruhi tindakan-tindakan setiap pimpinan
yang sukses yaitu:
1. Metode yang pertama adalah memberi perintah, perintah itu timbul dari
situasi formal dan informal, karena itu perintah adalah fakta fungsional
pada organisasi, kedinasan atau jawatan pemerintah dan swasta,
berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktek atau
perilaku yang harus dipatuhi. Perintah biasanya sudah tercakup dalam
tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap
individu anggota kelompok.
2. Metode kedua adalah memberikan celaan atau pujian. Celaan harus
diberikan secara objektif dan tidak bersifat subjektif, juga tidak disertai
emosi-emosi yang negatif (benci, dendam, curiga, dan lain-lain). Celaan
itu sebaiknya berupa teguran, dan dilakukan secara rahasia, tidak secara
terbuka dimuka orang banyak. Celaan diberikan dengan maksud agar
orang yang melanggar atau berbuat kesalahan menyadari kekeliruannya,
dan bersedia memperbaiki perilakunya. Celaan juga diberikan dengan
nada suara yang menyenangkan agar tidak menimbulkan rasa dendam
dan sakit hati. Sebaliknya pujian supaya diberikan, sebab pribadi yang
bersangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik, dan mampui
berprestasi. Pujian ini bisa memberikan semangat, kegairahan kerja,
tenaga baru, dan dorongan emosional yang segar.
3. Metode ketiga adalah memupuk tingkah laku pribadi dengan benar, yaitu
pemimpin harus besifat objektif dan jujur. Ia juga harus menjauhkan diri
dari rasa pilih kasih atau favoritisme, karena hal ini bisa menurunkan
moral anggota masyarakat lainnya, selain itu juga masyarakat akan
melihat segala sikap dan tingkah laku pemimpinnya dari kebiasaan yang
setiap saat dilakukan hingga hal-hal yang tidak dilakukan sekalipun
masyarakat akan selalu mengikutinya.
4. Metode yang keempat adalah peka terhadap saran-saran. Sfita pemimpin
itu harus luwes dan terbuka, dan peka pada saran-saran eksternal yang
positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain,
untuk kemudian mengombinasikan inisiatif anggota masyarakat untuk
memberikan saran-saran yang baik.
5. Metode yang kelima adalah memperkuat rasa kesatuan kelompok. Tik
kerja merupakan kunci untuk menuju operasi yang sukses, diawali mulai
unit terkecil hingga terbesar harus menjadi satu kesatuan hingga memiliki
satu visi dan misi yang pada akhirnya akan mempermudah pencapaian
yang diinginkan.
6. Metode yang keenam adalah kembangkan rasa tanggung jawab
dikalangan masyarakat. Penyampain kekuasaan yang disertai dengan
pertanggungjawaban akan mengembangkan rasa kepercayaan bersama
dan rasa hormat di antara yang dipimpin dan yang memimpin.
7. Metode yang ketujuh dalah buat putusan yang bernilai dan tepat pada
waktunya, seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam
ramalan yang cepat dari suatu situasi sampai keputusan yang bernilai.
Seorang pemimpin harus dapat berfikir logis pada keadaan yang sangat
gawat dan memutuskan dengan cepat suatu tindakan yang diperlukan
untuk mengambil kesempatan yang ada pada waktu itu.

2.4. Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan


 Tipe kepemimpinan

G.R. Terry mengemukakan tentang tipe-tipe kepemimpinan sebagai berikut:

1. kepemimpinan pribadi (personal leadership)


dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan
bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim.
2. Kepemimpinan non-pribadi ( non-personal leadership)
Dalam tipe ini pimpinan tidak mengadakan hubungan langsung dengan
bawahannya, sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul kontak
pribadi. Hubungan antara pemimpin dengan bawahannya melalui
perencanaan dan instruksi-instruksi tertulis.
3. Kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership)
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya secara
sewenang-wenang, karena menganggap diri orang paling berkuasa,
bawahannya digerakkan dengan jalan paksa, sehingga para pekerja dalam
melakukan pekerjaannya bukan karena iklas melakukan pekerjaannya,
melainkan karena takut.
4. Kepemimpinan kebapakan (paternal leadership)
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya seperti anak
sendiri, sehingga para bawahannya tidak berani mengambil keputusan,
segala sesuatu yang pelik diserahkan kepada bapak pimpinan untuk
menyelesaikannya. Dengan demikian bapak sangat banyak pekerjaannya
yang menjadi tanggung jawab anak buahnya.
5. Kepemimpinan demokratis (democratic leadership)
Dalam tipe ini pimpinan selalu mengadakan musyawarah dengan para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya yang sukar,
sehingga para bawahannya merasa dihargai pikiran-pikirannya dan
pendapat-pendapatnya serta mempunyai pengalaman yang baik didalam
menghadapi segala persoalan yang rumit. Dengan demikian para
bawahannya bergeraknya itu bukan karena rasa paksaan, tetapi karena
rasa tanggung jawab yang timbul karena kesadaran atas tugas-tugasnya.
6. Kepemimpinan bakat ( indigenous leadership)
Dalam tipe ini pimpinan dapat menggerakkan bawahannya karena
mempunyai bakat untuk itu, sehingga bawahannya senang mengikutinya,
jadi tipe ini lahir karena pembawaannya sejak lahir seolah-olah ditakdirkan
untuk memimpin dan diikuti oleh orang lain. Dalam tipe ini pemimpin tidak
akan susah menggerakkan bawahannya, karena para bawahannya selalu
menurut akan kehendaknya.

 Jenis kepemimpinan
1. Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan ini berfokus pada transaksi antar pribadi, antara manajemen
dan karyawan, dua karakteristik yang melandasi kepemimpinan
transaksinal, yaitu:
a. Para pemimpin menggunakan penghargaan kontigensi untuk memotivasi
para karyawan.
b. Para pemimpin melaksanakan tindakan korelatif hanya ketika para
bawahannya gagal mencapai tujuan kinerja.
2. Kepemimpinan kharismatik
Kepemimpinan ini menekankan perilaku pemimpin yang simbolis, pesan-
pesan mengenai visi dan memberikan inspirasi, komunikasi non verbal,
daya tarik terhadap nilai-nilai ideologis, stimulasi intelektual terhadap para
pengikut oleh pemimpin, penampilan kepercayaan diri sendiri dan untuk
kinerja yang melampaui panggilan tugas.
3. Kepemimpinan visioner
Kepemimpinan ini merupakan kemampuan untuk menciptakan dan
mengartikulasikan suatu visi yang realitis, dapat dipercaya, atraktif dengan
masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasi yang terus tumbuh
dan meningkat.
4. Kepemimpinan Tim
Menjadi pemimpin efektif harus mempelajari keterampilan seperti kesabaran
untuk membagi informasi, kepercayaan kepada orang lain, menghentikan
otoritas dan memahami kapan harus melakukan intervensi.

 Gaya kepemimpinan
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut House (Robbins 2001:52) antara
lain:
1. Kepemimpinan direktif
Kepemimpinan ini membuat bawahan agar tahu apa yang di harapkan
pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan memberi
bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.
2. Kepemimpinan yang mendukung
Kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan
kebutuhan bawahan.
3. Kepemimpinan partisipatif
Kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran
mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4. Kepemimpinan berorientasi prestasi
Kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka.

2.5. Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu
kepemimpinan (leadership) dan transformasional ( transformational). Istilah
transformasi berasal dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan
atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya
mentransformasikan visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial
menjadi aktual. Pemimpin transformasional merupakan agen perubahan, karena
memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu
organisasi. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki
gambaran holistik tentang bagaimana organisasi dimasa depan ketika semua
tujuan dan sasaran telah dicapai (Covey, 1989; Peters, 1992;)

Bass dan Avolio (1994) mengusulkan empat dimensi dalam kadar


kepemimpinan seseorang dengan konsep “4I” yang artinya:

a. ”I” pertama adalah idealiced influence, yang dijelaskan sebagai perilaku


yang menghasilkan rasa hormat(respect) dan rasa percaya diri(trust) dari
orang yang dipimpinnya. Idealized influence mengandung makna saling
berbagi risiko melalui pertimbangan kebutuhan para staf diatas kebutuhan
pribadi dan perilaku moral secara etis.
b. ”I” kedua adalah inspirational motivation, tercermin dalam perilaku yang
senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan staf
dan memperhatikan makna pekerjaan bagi staf. Pemimpin menunjukkan
atau mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi melalui
perilaku yang dapat diobservasi staf. Pemimpin adalah seorang motivator
yang bersemangat untuk terus membangkitkan antusiasme dan optimisme
c. ”I” ketiga adalah intelelectual stimulation,yaitu pemimpin yang mempraktikan
inovasi-inovasi. Sikap dan perilaku kepemimpinannya didasarkan pada ilmu
pengetahuan yang berkembang dan secara intelektual ia mampu
menerjemahkannya dalam bentuk kinerja yang produktif. Sebagai intelektual,
pemimpin senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari para
staf dan tidak lupa selalu mendorong staf mempelajari dan mempraktikkan
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.
d. ”I”keempat adalah individualized consideration, yang direfleksikan oleh
pemimpin yang selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, dan
memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan
dari orang-orang yang dipimpinnya.

2.6. Kepemimpinan visioner


Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan
dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang
masa depan bagi suatu organisasi atau organisasional yang terus bertumbuh
dan meningkat sampai saat ini. (Robbins, 2001:195)

Komariah (2005:121) bahwa kepemimpinan visioner dapat diartikan sebagai


kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengomunikasikan,
menyosialisasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-
pemikiran ideal berasal dari dirinya atau sebagai hasil intraksi sosial diantara
anggota organisasi yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang
dicapai melalui komitmen semua personil.

Komitmen perilaku kepemimpinan visioner menurut James M. Kouzes and Bary


Z Posner dalam bukunya “the leader challenge” antara lain:

1. Mencari peluang-peluang yang menantang


Hal-hal yang dapat dilakukan pemimpin sehubungan dengan realisasi
komitmennya adalah dengan menciptakan operasionalisasi kerja sebagai
berikut:
a. Memperlakukan setiap penugasan kerja (assignment) sebagai satu
“petualangan” yang menggairahkan dan penuh dengan harapan untuk
mendapat menemukan rahasia atau misteri baru sukses masa depan.
b. Secara efektif memiliki kepedulian dan mempertanyakan arti setiap kondisi
“ status quo atau kemampuan yang statis” dan secara sungguh-sungguh
selalu mencari strategi maupun cara yang tepat untuk mengubah
keadaan sehingga dapat merencanakan perubahan atau peluang baru.
2. Berani mencoba dan bersedia tanggung risiko
Nilai-nilai yang terkandung dalam konsep ini:
a. Menciptakan mekanisme guna menampung ide-ide inovatif
b. Mulai melakukan percobaan dalam skala kecil
c. Membentuk kelompok kerja inovatif
d. Menghargai setiap pekerjaan
e. Membina mental berani mencoba
3. Memimpin masa depan
Ada beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan, yaitu
a. Mawas diri ( mengenali diri secara benar)
b. Menetapkan masa depan yang diharapkan
c. Merencanakan apa yang belum pernah dipikirkan orang lain
d. Melatih intuisi dan ketajaman rasa
e. Selalu berorientasi kedepan
4. Membina kesamaan visi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Menciptakan kebersamaan
b. Menciptakan peluang interaksi
c. Menciptakan ketebukaan
d. Tidak terpaku kegagalan lama
e. Melibatkan pihak lain dalam setiap proses
f. Mengembangkan suasana saling percaya
5. Memperkuat mitra kerja
Beberapa upaya yang dapat dikembangkan:
a. Mengenal setiap mitra kerja
b. Mengembangkan kemampuan hubungan antar pribadi
c. Melayani pihak lain dengan tulus
d. Mengembangkan keleluasaan pihak lain untuk bertanggung jawab
e. Mengembangkan keterbukaan informasi bagi semua
f. Membina kemitraan dengan memberi dukungan
6. Menunjukkan keteladanan
Beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan adalah:
a. Jangan melewatkan setiap peluang yang ada
b. Menciptakan lebih banyak peluang untuk penyebaran visi dan jiwa
pembaharuan
c. Memelihara citra sebagai pemimpin yang konsisten dalam merealisasikan
visinya
d. Menjadikan setiap peluang sebagai kesempatan belajar
7. Merencanakan keberhasilan bertahap
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Membuat rencana dengan cermat
b. Menciptakan model-model pembaharuan
c. Selesaikan setiap tahapan pembaharuan dengan tuntas
d. Memanfaatkan proses penerimaan inovasi dengan wajar
e. Memberikan kesempatan untuk bebas memilih
8. Menghargai setiap peran individu Hal
yang perlu di perhatikan adalah:
a. Tetapkan ukuran kerja
b. Ciptakan mekanisme pengukuran hasil kerja pembaharuan
c. Ciptakan sistem penghargaan yang kreatif
d. Usahakan keberhasilan diketahui secara benar
e. Pantau para pembaharuan yang berhasil secara benar
f. Membantu penyebarluasan keberhasilan inovatif
9. Mensyukuri setiap keberhasilan

Burt Nanus (1992), menyatakan ada empat peran yang harus dimainkan oleh
pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinanya, yaitu:

1. Peran penentu arah (direction setter)


Peran ini merupakan peran dimana seorang pemimpin menyajikan suatu visi,
menyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada
masa depan dan melibatkan orang-orang dari “get go” . sebagai penentu arah,
seorang pemimpin menyampaikan visi, mengomunikasikannya,memotivasi
pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan
merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan
pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
2. Agen perubahan (agent of change)
Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap
perubahan dan berpikir kedepan tentang perubahan potensial dan yang
dapat di ubah. Pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa
yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini dan masa depan.
3. Juru bicara (spokesperson)
Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu
pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi
organisasi secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus
bermanfaat, menarik, dan menimbulkan kegairahan tentang masa depan
organisasi.
4. Pelatih (coach).
Pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi
yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh
“pemain” untuk bekerja sama, mengoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke
arah “pencapaian kemenangan” sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk
memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan
membangun kepercayaan diantara pemain yang penting bagio rganisasi.

Anda mungkin juga menyukai